MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN INDRIANTI R

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
SEJARAH DAN KEBUDAYAAN SUKU JAWA

Disusun sebagai salah satu tugas semester satu mata kuliah Psikologi Pendidikan

Disusun Oleh:
1. SISKA FRASTYANI
2. INDRIANTI RAMADHANI

PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014

KATA PENGANTAR

Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya
dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah.
Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan
menggunakan budaya lokal atau budaya daerah.

Makalah ini dimaksudkan untuk Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2 .Disini pembaca
bisa memahami lebih dalam tentang suku jawa.Adapun pembahasan dalam makalah ini adalah
suku bangsa jawa,sistem kekerabatan disuku jawa,agama,budaya dll.Makalah ini juga dapat
digunakan sebagai panduan bagi semua masyarakat yang belum mengerti suku jawa.
Bagaimanapun kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan .kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang berifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya .semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Samarinda, 4 Januari 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Allah yang di anugrahi akal, fikiran, dan fisik untuk
menunjang kehidupannya sebagai seorang insan yang di tunjuk oleh Allah untuk menjadi
khalifah di bumi yang Allah Yang Maha Kuasa ciptakan. Oleh karena manusia adalah
khalifah di bumi ini sepatutnya seorang manusia haruslah mempunyai prilaku yang sesuai

dengan yang Tuhan inginkan untuk dipercayakan menjaga keutuhan bumi yang Allah
ciptakan dengan segala makhluk hidup didalamnya untuk manusia jaga kelestariannya.
Manusia yang menjadi seorang terpilih dan tinggi derajatnya di mata Tuhan,
manusia haruslah mempunyai kepercayaan, ilmu, dan menjalankan segala apa yang di
perintahkan Allah dan menjauhi yang di larang oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang
mempunyai akal dan fikiran serta fisik manusia haruslah memanfaatkan anugrah yang di
berikan oleh Allah itu dengan sebaik – baiknya dan jangan menyalah gunakannya sebagai
suatu yang Allah benci.

Manusia haruslah

mempunyai budaya yang baik untuk

menjadikannya seorang manusia yang memiliki derajat tinggi di mata Allah SWT. Maka
manusia harus menjadikan budaya yang baik sebagai bagian dari dirinya tanpa mengabaikan
apa yang menjadi kewajiban sebagai makhluk yang berketuhanan.
Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak
lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu
waktu untuk punah.


Disini, saya mencoba untuk peduli dengan budaya dari mana kami berasal yaitu
jawa. Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan, kami mencoba merangkum berbagai
tulisan yang berkaitan dengan budaya Jawa dari berbagai sumber.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana manusia sebagai makhluk yang berbudaya?
2. Apa pengertian suku jawa?
3. Apa bahasa yang digunakan oleh suku jawa?
4. Bagaimana system kekerabatan di suku jawa?
5. Bagaimana etika seksual masyarakat suku jawa?
6. Apa agama yang dianut oleh masyarakat suku jawa?
7. Apa saja budaya yang ada di suku jawa?
8. Apa saja profesi masyarakat suku jawa?
9. Bagaimana system kemasyarakatan dan politik di suku jawa?
10. Bagaimana stratifikasi soal masyarakat suku jawa?
11. Bagaimana stereotip masyarakat suku jawa?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menuntaskan tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang menjadi salah satu syarat kelulusan dalam proses pembelajaran
di jenjang S2 Pendidikan Kimia Universitas Mulawarman. Selain itu, di harapkan makalah

ini menjadi tulisan yang bermanfaat dan menjadi referensi bagi semua orang yang
membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral,
norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang
diyakini, Dan sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang

berbudaya tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturanperaturan baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap
manusia khususnya bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan
banyaknya budaya yang dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang
menjadikan manusia tersebut sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang
berbudaya itu pasti juga manusia yang berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang
berpendidikan itu belum tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini
manusia yang pintar atau berpendidikan yang melakukan banyak tindak kejahatan atau
menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi
manusia yang berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan rasa

tanggung jawab.
Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang
berbudaya maka masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan
santun dalam menjalani kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan
sifat manusia yang berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang
besar yang memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
Manusia berbudaya yang seutuhnya adalah makhluk yang selalu aktual, yang
terus-menerus belajar dan menempuh pendidikan untuk mengembangkan kepribadiannya,
mengembangkan konsep tujuan hidupnya, melakukan pembaharuan sesuai kemajuan zaman,
meningkatkan keterampilan dan daya nalar, semakin jelas arah hidupnya untuk apa dan mau
kemana.

B. PENGERTIAN
Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku bangsa
terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.
Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi
tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di
Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa
juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger. Suku bangsa jawa termasuk suku bangsa
yang telah maju kebudayaannya, karena sejak zaman dahulu mereka telah banyak mendapat

pengaruh dari berbagai kebudayaan, seperti : kedubayanan Hindu, Budha, Islam dan Eropa.
Setelah mengetahui suku bangsa di Indonesia maka sekarang penyusun akan membahas
tentang salah satu suku di Indonsia yaitu Suku jawa.

C. BAHASA
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur
sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990an, kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara
campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan
hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek
kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang
Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
Hikayat asal usul suku Jawa dan bahasa Jawa

Menurut hikayat, asal muasal suku Jawa diawali dari datangnya seorang satria
pinandita yang bernama Aji Saka. Ia adalah orang yang menulis sebuah sajak, dimana sajak
itu yang kini disebut sebagai abjad huruf Jawa hingga saat ini. Maka dari itu, asal mula sajak
inilah yang digunakan sebagai penanggalan kalender Saka. Definisi suku Jawa adalah
penduduk asli pulau Jawa bagian tengah dan timur, kecuali pulau Madura. Selain itu, mereka

yang menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya untuk berkomunikasi juga termasuk
dalam suku Jawa, meskipun tidak secara langsung berasal dari pulau Jawa. Demikian adalah
definisi Magnis-Suseno mengenai suku bangsa Jawa. Asal usul suku Jawa juga berkaitan
dengan bahasa yang digunakan, yakni bahasa Jawa. Secara resmi, ada dua jenis bahasa Jawa
yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa. Dua jenis bahasa ini tersedia sebagai berikut:

1. Bahasa Jawa Ngoko adalah bahasa Jawa yang digunakan oleh orang yang sudah akrab,
orang dengan usia yang sama atau seseorang kepada orang lain yang status sosialnya
lebih rendah.
2. Bahasa Jawa Kromo. Bahasa tersebut digunakan kepada orang yang belum akrab, dari
orang muda kepada orang tua atau dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Pada bahasa Kromo, masih ada pembagian menjadi dua macam, yakni Kromo
Madya dan Kromo Halus atau Kromo Inggil. Dimana Kromo Madya digunakan sebagai
bahasa pergaulan yang lebih sopan daripada bahasa Ngoko. Sedangkan untuk Kromo Inggil

digunakan kepada orang yang lebih tua atau memiliki jabatan dan status sosial yang jauh
lebih tinggi dibandingkan yang berbicara.

D. SISTEM KEKERABATAN DI SUKU JAWA
Di dalam rumusan masalah ada permasalahan yaitu tentang bagaimana system

kekerabatan Suku Jawa. Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah
dianggap sama hak nya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki tetapi,
berbeda dengan banyak suku bangsa yang lain, yang ada Indonesia. Misalnya, dengan sukusuku Batak di Sumatra Utara, masyarakat jawa tidak mengenal system marga. Susunan
kekerabatan suku jawa berdasarkan pada keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut
Bilateral atau Parental yang menunjukan system penggolongan menurut angkatan-angkatan.
Walaupun hubungan kekerabatan di luar keluarga inti tidak begitu ketat aturannya, namun
bagi orang jawa hubungan dengan keluarga jauh adalah tetap penting.
Masyarakat Jawa dalam hal perkawinana melalui beberapa tahapan. Biasanya
seluruh rangkaian acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup
1. Nontoni: Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).
2. Nglamar (meminang): Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.
3. Paningset : Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
4. Pasok Tukon : Upacara penyerahan harta benda kepada keluarga si gadis berupa
5.

uang,pakaian dan sebagainya, diberikan tiga hari sebelum pernikahan.
Pingitan : Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari

6.


sebelum perkawinan.
Tarub : Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan

7.

janur.
Siraman : Upacara mandi bagi calon pengantin wanita yang dilanjutkan dengan

8.

selamatan.
Ijab Kabul (Akad Nikah) : Upacara pernikahan dihadapan penghulu, disertai orang tua

9.

atau Wali dan saksi-saksi.
Temon (Panggih manten) : Saat pertemuan pengantin pria dengan wanita.

10. Ngunduh Mantu (ngunduh temanten) : Memboyong pengantin wanita kerumah
pengantin pria yang disertai pesta ditempat pengantin pria.

11. Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan
"Pegatan" (Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut "talak" sedangkan istri
meminta cerai kepada suami di sebut "talik". Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh
suami istri mengajukan ke pengadilan maka di sebut "rapak". Jika ingin kembali lagi
jenjang waktunya mereka rukun kembali adalah 100 hari di namakan "Rujuk" jika lebih
dari 100 hari dinamakan "balen" (kembali). Setelah cerai seorang janda boleh menikah
dengan yang lain setelah "masa Iddah".
Ada bentuk perkawinan lain yaitu :
1.
2.
3.
4.

Perkawinan Magang
Perkawinan triman
Perkawinan unggah unggahi
Perkawinan paksa

E. ETIKA SEKSUAL JAWA
Mengenai etika seksual di jawa tidak ada superior ataupun interior,semua pria dan

wanita sama saja. Hanya tanggung jawabnya saja yang berbeda.dalam bidang seksual,
masyarakat jawa condong untuk bersikap tegas. pada setiap perayaan-perayaan di desa, pria
dan wanita duduk secara terpisah.
Para orang tua melarang keras jika putrinya berjalan dengan seorang pria. Mereka
berpendapat bahwa anak muda tidak dapat menahan emosinya, Sehingga mereka takut
terjadi sesuatu kepada putrinya.
F.

KEPERCAYAAN
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa
meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini terkadang
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sangat dijunjung

tinggi oleh masyarakat Jawa, terutama yang abangan. Di antara tradisi dan budaya ini adalah
keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya
dewa dewi yang berkedudukan seperti tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu,
melakukan upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau
meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu.
Setelah dikaji inti dari tradisi dan budaya tersebut, terutama dilihat dari tujuan dan
tatacara melakukan ritus-nya, jelaslah bahwa semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Tuhan yang mereka tuju dalam keyakinan mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam bentuk
dewa dewi seperti Dewi Sri, Ratu Pantai Selatan, roh-roh leluhur, atau yang lainnya. Begitu
juga bentuk-bentuk ritual yang mereka lakukan jelas bertentangan dengan ajaran ibadah
dalam Islam yang sudah ditetapkan dengan tegas dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw.
Karena itulah, tradisi dan budaya Jawa seperti itu sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran
Islam dan perlu diluruskan atau sekalian ditinggalkan.
Selain itu masyarakat Jawa percaya terhadap hal-hal tertentu yang dianggap
keramat, yang dapat mendatangkan mala petaka jika di tintang atau diabaikan. Kepercayaan
itu diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.

Kepercayaan terhadap Nyi roro kidul
Kepercayaan kepada hari kelahiran (Wathon)
Kepercayan terhadap hari-hari yang dianggap baik
Kepercayaan kepada Nitowong
Kepercayaan kepada dukun prewangan
Masyarakat suku jawa khususnya yang berada di pedesaan sering kali

mengadakan upacara selamatan untuk tujuan tertentu yang biasanya dipimipin oleh seorang
"Mudin" dalam membaca doa. Upacara seperti itu di golongkan menjadi 6 macam antara
lain :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Selamatan memperingati siklus hidup
Selamatan berkaitan dengan kehidupan Desa
Selamatan menjelang pernikahan
Selamatan berkaitan dengan kejadian tertentu
Selamatan untuk memperingati hari besar keagamaan
Selamatan memperingati meninggalnya seseorang.
Selain itu, masyarkat jawa juga mempunyai tradisi upacara adat dalam setiap

kegiatan – kegian besar, seperti :
1. Kematian ( Mendhak )
2. Upacara nyewu dina (memohon pengampunan kepada Tuhan )
3. Upacara Brobosan (penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur
mereka yang telah meninggal dunia )
4. Upacara-upacara sebelum pernikahan (Siraman, Upacara Ngerik, Upacara Midodareni,
Upacara diluar kamar pelaminan, Srah-srahan atau Peningsetan, Nyantri, Upacara
Panggih atau Temu, Balangan suruh Penganten, dll )
5. Upacara untuk kelahiran bayi, seperti :
 Wahyu Tumurun
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat.
 Sido Asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di cintai dan dikasihi
oleh sesama serta mempunyai sifat belas kasih
 Sidomukti.
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu
berbahagia dan disegani karena kewibawaannya.
 Truntum.
Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi.
 Sidoluhur.
Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.
 Parangkusumo.
Maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki
ketangkasan bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh.
 Semen romo.
Maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih
Rama dan Sinta pada rakyatnya.

 Udan riris.
Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan
menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.
 Cakar ayam.
Maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan
cakarnya karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga
kebutuhan hidupnya tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan.
 Grompol.
Maknanya semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai

akibat

ketidakharmonisan keuarga (nggrompol : berkumpul).
 Lasem.
Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME.
 Dringin.
Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan
berguna antar sesama.

G. BUDAYA SUKU JAWA
Budaya merupakan ciri yang membedakan satu suku dengan yang lainnya. Tetapi
yang akan di bahas adalah budaya suku jawa tengah salah satu ciri dari suku jawa tengah
adalah kebudayaan tentang kerajaan yang ada di jawa antara lain adalah adanya sebuah
kerajaan.
Contoh kerajaannya adalah kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini berada di
Yogyakarta yang di pimpin oleh seorang Raja. Dari zaman itulah berasal monumentmonument bangunan jawa tengah besar yang pertama, yaitu Candi-candi syiwais di daratan
dieng tidak lama kemudian jawa tengah kebawah kekuasaan dinasti syailendra dari Sumatra
yang menganut agama Budha yang sebenarnya tidak perlu kita sebut disini kecuali karena
selama kekuasaan mereka yang hanya berlangsung selama 60-an tahun di sebelah barat
Yogyakarta sekarang didirikan setupa budha di dunia yaitu Candi Borobudur.

Candi Borobudur di bangun menurut tradisi jawa kuno sebagai candi yang
berteras dan melambangkan alam raya.dengan demikian borobudur merupakan mandala
raksasa dalam batu, suatu lingkaran mistik yang di samping pungsi simbolisnya, sekaligus
memiliki kekuatan nyata yang dapat menghasilkan bagi kaum beriman apa yang di
lambangkan itu. Mungkin juga bahwa candi Borobudur sekaligus masih mempunyai maksud
lain yaitu menjadi makam monumental bagi raja syailendra yang berkuasa. Kalo begitu
maka kebudayaan jawa yang mengambil alih agama-agama asing untuk diabdikan dari
dalam bagi kepentingan sendiri, artinya untuk menjawakannya. Tendensi jawanisasi juga
nampak dalam penggantian bahasa sangsakerta dengan bahasa jawa kuno dan dalam
perkembangan huruf jawa yang mulai pada waktu itu.
H. PROFESI
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka
mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat
legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia
artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar
dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri
terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni
Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.
Sistem Ekonomi Jawa
1. Pertanian
Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan),
tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang
hijau dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman
perdagangan, seperti tembakau, tebu dan rosella.

2. Perikanan
Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut.
Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala
dan jarring
3. Peternakan
Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.
4. Kerajinan
Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga,
dan peralatan pertanian.

I.

SISTEM KEMASYARAKATAN DAN POLITIK SUKU JAWA
Masyarakat jawa masih membedakan antara golongan priyayi dan orang
kebanyakan wong cilik, Golongan priyayi atau bendara terdiri atas pegawai negri dan kaum
terpelajar. Orang kebanyakan disebut juga wong cilik, seperti petani,tukang,dan pekerja
kasar lainnya.priyayi dan bendara merupakan lapisan atas, sedangkan wong cilik menjadi
lapisan bawah.
Secara administrative,suatu desa di jawa biasanya disebut kelurahan yang
dikepalai oleh seorang lurah. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari ,seorang kepala desa
dengan semua pembantunya disebut pamong desa. Pamong desa mempunyai dua tugas
pokok, yaitu tugas kesejahteraan desa dan tugas kepolisian untuk keamanan dan ketertiban
desa.
Adapun pembantu-pembantu lurah dipilih sendiri oleh lurah. Pembantu-pembantu
lurah terdiri atas:
a) Carik,bertugas sebagai pembantu umum dan penulis desa.
b) jawa tirta atau ulu-ulu,bertugas mengatur air kesawah-sawah penduduk.
c) Jaga baya,bertugas menjaga keamanan desa.

J.

STRATIFIKASI SOSIAL
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya.
Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi

masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya
kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam
secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan.
Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial
dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam
menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa nonpribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

K. SENI
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh
agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon
sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India,
pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk
ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan
penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.
Contoh kesenian yang berkembang di mastarakat jawa adalah :






Topeng (topeng madura, topeng malang, topeng dongkrek, )
Angklung
Bali-balian
Wayang ( kuli, klitik, purwo, godog, golek, dll )
Trian (tari topeng kuncaran, tari merak, tari serimpi, tari blambangan cakil, tari remong,
reog ponorogo dan jaipong )

Kesenian Suku Jawa
System kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah
dan jawa timur.

1.

Kesenian tipe jawa tengah
Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut :
 Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang
cakil
 Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora
jamu, gek kepiye dan pitik tukung
 Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah
 Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah

2.

ketoprak.
Kesenian tipe jawa timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam,
misalnya sebagai berikut :
 Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping
 Seni pewayangan antara lain wayang beber
 Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura)

3.

dan ngidung (dari Surabaya)
 Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.
Rumah adat tipe jawa, antara lain corak limasan dan joglo. Rumah situbondo
merupakan model rumah adat jawa timur yang mendapat pengaruh dari rumah madura

4.

Pakaian adat jawa, pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepala yang di sebut kuluk,
berbaju jas sikepan, korset dan kris yang terselip di pinggang. Memakai kain batik
dengan pola dan corak yang sama dengan wanita. Wanitanya memakai kain kebaya
panjang dengan batik sanggulnya disebut bakor mengkurep yang diisi dengan daun

pandan wangi.
L. STEREOTIPE ORANG JAWA
Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi
mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini
konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan
menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah
apabila terjadi perbedaan pendapat.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Manusia sebagai makhluk berbudaya perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral,
norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang
diyakini.

2.

Suku jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah,

3.

Jawa Timur, dan Yogyakarta.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat jawa sebagian besar menggunakan bahasa

4.

Jawa dalam bertutur sehari-hari.
Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama hak nya,

5.
6.

dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki
Etika seksual jawa tidak ada superior ataupun interior,semua pria dan wanita sama saja
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa

7.

meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya.
Budaya suku jawa tengah salah satu ciri dari suku jawa tengah adalah kebudayaan

8.

tentang kerajaan yang ada di jawa antara lain adalah adanya sebuah kerajaan
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka
mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif,
pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militerBagaimana system kemasyarakatan

9.

dan politik di suku jawa?
Sistem kemasyarakatan dan politik suku jawa masyarakat jawa masih membedakan

antara golongan priyayi dan orang kebanyakan wong cilik
10. Stratifikasi sosial seperti di jawa membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok:
kaum santri, abangan dan priyayi
11. Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi
mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang
B. SARAN
Makalah ini masih meiliki banyak kekurangan, sehingga diperlukan saran demi
perbaikan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Dewey, Alice G. "Antropology Agama" Jakarta ,1975.
Edel, May and Abraham edel, 1968. "Antropology and Ethics. The Press of Case Western
Reserve University Press".
http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html
http://robertusbeny.blogspot.com/2012/01/pengertian-manusia.html
http://tugas-mrhanz25.blogspot.com/2011/02/manusia-sebagai-makhluk-budaya.html
Kamlah, W ,1973 "philosophische Anthropology" , Mannheim/wien/Zurich ; Bibliographisches
institute, Jakarta.
Kartodirdjo,1975 "sejarah nasional Indonesia", Jakarta; Departemen pendidikan dan kebudayaan,
Jakarta.
Kodiran. 1975, "Kebudayaan Jawa", dalam Koentjaraningrat, Jakarta.
Koentjaraningrat, 1975, "Antropology in Indonesia",Jakarta.

Koentjoroningrat, 1977 "system gotong-royong dan jiwa gotong royong", dalam berita
anthropology, Jakarta
Mulder, Niels. 1973 "Kepribadian jawa dan pembangunan nasional". Yigyakarta; Gadjah mada
University press.
Sajogo, 1978 "Lapisan masyarakat yang paling lemah di pedesaan jawa". Dalam
prisma.Bandung.
Supriyatno, E. 1994. "Bahan Acuan kegiatan belajar mengajar Antropologi" PT.Rakaditu,
Jakarta.
Yad Mulyadi, 1999. ”Antropologi" Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.