BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. (Nasir, Saichudin, dan Maulizar, 2008)

  Kemiskinan Perkotaan dan Ulasan Program World Bank 2012, mengidentifikasi kunci bagi masyarakat miskin perkotaan, serta kesenjangan dalam kebijakan dan program. Inefisiensi sasaran pada program-program sosial, meningkatkan perluasan wilayah kumuh informal di daerah marjinal, dan kesenjangan dalam penyediaan layanan. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dijalankan di Indonesia mengacu pada konsep pembangunan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kurang memperhatikan aspek lingkungan. Kegiatan pembangunan prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa prasarana di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses informasi dan pemasaran terutama di daerah terpencil atau tertinggal. Meskipun demikian, kegiatan perbaikan prasarana ini tidak hanya sebatas membangun program fisik, tetapi lebih dimaksudkan untuk menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

  Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut.Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan.Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan

  Kemiskinan juga merupakan sebuah hubungan sebab akibat Sumarto, 2001).

(kausalitas melingkar) artinya tingkat kemiskinan yang tinggi terjadi karena

rendahnya pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena

investasi perkapita yang juga rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah

disebabkan oleh permintaan domestik perkapita yang rendah juga dan hal tersebut

terjadi karena tingkat kemiskinan yang tinggi dan demikian seterusnya, sehingga

membentuk sebuah lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan sebab dan akibat

(teori Nurkse) dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar kemiskinan di

Indonesia (Sumanta, dalam Apriyanti, 2011:1-2).

  Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan.Masyarakat miskin lemah sosial ekonomi.Permasalahan kemiskinan sangat kompleks dan upaya penanggulangannya harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. (Hendriwan, 2003)

  Kemiskinan merupakan keadaan yang timbul ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Menurut BAPPENAS, (dalam Crescent 2003:4) mendefinisikan “kemiskinan sebagai suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi”. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kualitas penduduk seperti terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini sedangdihadapkan pada kenyataan yang masih luasnya tingkat kemiskinan terutama di pedesaan.

  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 28.07 juta jiwa atau sekitar 11.37% dari total penduduk Indosesia. Meskipun mengalami penurunan sebesar 0.29%dibandingkan tahun lalu, masalah kemiskinan tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam hal pembangunan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Kemiskinan merupakan persoalan stuktural dan multidimensional yang mencakup politik, sosial, ekonomi yang memerlukan pendekatan ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah daerah yang dilakukan secara sitematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkanderajat kesejahteraan rakyat. Untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah melaksanakan berbagai upaya dalam bentuk program kegiatan penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Tingkat kemiskinan Kota Tebing Tinggi mengalami penurunan dari waktu ke waktu yakni 2009 (14,58%), 2010 (13,06%), dan 2011 (12,44%). Namun jika penurunan angka kemiskinan berjalan normal seperti diatas dikhawatirkan tidak akan mencapai target nasional dan target MDGs (8-10%).

  Dalam rangka pencapaian target pemerintah, maka penanggulangan kemiskinan diharapkan tidak hanya mengandalkan Pemerintahan Kota Tebing Tinggi namun menjadi tujuan utama seluruh pemangku kepentingan yang ada di Kota Tebing Tinggi mulai dari pemerintah, perusahaanCorporate Social responsiblity (CSR), Organisasi Non Pemerintah/LSM, Organisasi Masyarakat, dan Masyarakat.

  Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan demikian pula sebaliknya, pertumbuhan danpembangunan ekonomi besar pengaruhnya kepada pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun perkembangan garis kemiskinan di Kota Tebing Tinggi sejak tahun 2009 – 2012 yaituterus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2009 Rp 282.366 tahun 2010 Rp 282.366 dan tahun 2011 Rp 313.566 dan tahun 2012Rp 348.213. Jumlah penduduk miskin di Kota Tebing Tinggi dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Di tahun 2009 terdapat 18.900 penduduk miskin, di tahun 2010 terdapat 18.900 penduduk miskin, tahun

  2011 terdapat 18.300 penduduk miskin dan di tahun 2012 terdapat 17.700 penduduk miskin.

Tabel 1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Tebing

  

Periode 2009 – 2012 (jiwa)

  Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin 2009 282.366 18.900 2010 282.366 18.900 2011 313.566 18.300 2012 348.213 17.700

  Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Berbagai program stimulus telah direncanakan oleh pemerintah dan salahsatunya adalah pembangunan infrastruktur. Keputusan untuk memberikan stimulus pada infrastruktur ini tentunya dilandaskan pada kenyataan bahwa dampak dari pembangunan infrastruktur akan langsung dirasakan untuk mendorong perekonomian di daerah maupun nasional. Pada akhirnya hal tersebut akan menciptakan lapangan kerja dan juga mempertahankan daya beli masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah. (Bambang Susanto, 2009)

  Salah satu upaya pemerintah untukmengatasi kemiskinan di perkotaan adalah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri telah dilaksanakan sejak tahun 2006, dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan kemudian dan P2KP menjadi model pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di perdesaan dan perkotaan. PNPM Mandiri dimaksudkan untuk menjadi payung untuk berbagai programpenanggulangan kemiskinan dengan menggunakan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat (CDD). PNPM Mandiri resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Palu, Sulawesi Tengah pada 30 April 2007 yang dilaksanakan hingga tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development Goals).Diharapkan, dalam rentang waktu 2007–2015, kemandirian dan keberdayaan masyarakat telah terbentuk sehingga keberlanjutan program dapat terwujud.(Kementerian pekerjaan Umum, 2014).

  PNPM Mandiri Perkotaan dirancang dengan pemikiran bahwa walaupun isu–isuperkotaan banyak membutuhkan solusi infrastruktur yang lebih besar (angkutan umum perkotaan, air bersih pasokan utilitas, saluran air limbah dan drainase air kotor, jalan kota), infrastruktur di tingkat masyarakat akan merespon secara lebih baik kebutuhan masyarakat dan dengan biaya investasi yang lebih rendah bila direncanakan dan dibangun oleh masyarakat sendiri. Program ini menyediakan dukungan keuangan dan teknis langsung kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan infrastruktur dasar dan pelayanan sosial. Fokusnya adalah pada pemberdayaan masyarakat untuk membuat keputusan sendiri tentang kebutuhan investasi dan prioritas mereka.(Kementerian Pekerjaan Umum, 2014)

  PNPM Mandiri Perkotaan merupakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai–nilailuhur dan prinsip–prinsip universal.

  Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah mempunyai data base keluarga miskin di Kota Tebing Tinggi (PPLS 2011) dari TNP2K dengan jumlah penduduk miskin sebesar 38.339 jiwa. Berdasarkan basis sasaran (penerima manfaat) dan tujuannya, program–programpenanggulangan kemiskinan pada tahun 2012 yang telah dilakukan pada program penannggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat atau PNPM Mandiri Perkotaan.

  Program PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2013 Kota Tebing Tinggi masuk dalam kategori Indeks Fiskal dan Kemiskinan Rendah (IFKD), dalam hal ini Pemerintah Kota Tebing Tinggi menyiapkan Anggaran sebesar 5% (DDUB) dan Pemerintah Pusat sebesar 95% (DUB) bagi 35 Kelurahan dengan total alokasi dana sebesar Rp. 5.343.750.000. Kurun waktu 2010–2013telah dilakukan pelatihan dan peningkatan mutu sulaman kristik,tenunan ulos, ukiran kayu, pelatihan bordir, merangkai bunga, produk makanan ringan.Fasilitasi pengadaan peralatan kepada 69 IKM. Bantuan tenda, meja, kursi kepada 50pedagang, Bantuan Hibah ke 5 koperasi, dan bantuan dana bergulir bagi 22 UMKM.

  1.1 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi?

  2. Bagaimana dampak program PNPM Mandiri Perkotaan bidang infrastruktur terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.

  2. Menganalisis dampak pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat Kota Tebing Tinggi.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun mamfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam memberdayakan pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan yang lebih baik di masa mendatang, sehingga pendapatan masyarakayat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat.

  2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak pendamping PNPM Mandiri Perkotaan yang terlibat langsung dalam program penanggulangan kemiskinan perkotaan untuk dapat lebih dapat bijaksana dalam mengelola pembangunan masyarakat perkotaan.

  3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti lain yang berminat melakukan kajian sejenis.