Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN BIDANG INFRASTRUKTUR TERHADAP PENDAPATAN

MASYARAKAT DI KOTA TEBING TINGGI

OLEH Riska Yuliana

110501024

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis dampak program PNPM Mandiri Perkotaan bidang infrastruktur terhadap pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan di 10 kelurahan yaitu kelurahan Lubuk Baru, kelurahan Bandar Sakti, kelurahan Sri Padang, kelurahan Bagelen, kelurahan Mekar Sentosa, kelurahan Bandar Utama, kelurahan Berohol, kelurahan Deblod Sundoro, kelurahan Rambung dan kelurahan Persiakan, dengan jumlah sampel sebesar 100 kepala keluarga. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan paired sample t test dengan menggunakan skala pengukuran yaitu Skala Likert. Hasil analisis deskriptif yaitu persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi yaitu dengan adanya program perbaikan infrastruktur lingkungan PNPM Mandiri ini maka terbentuk bantuan pembiayaan program – program fisik penanggulangan kemiskinan sekaligus menciptakan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan program – program pembangunan yang menjadi kebutuhan prioritas. Sementara hasil paired sample t test menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci : Persepsi PNPM-MP, pembangunan Infrastruktur, Tingkat Pendapatan Masyarakat, Analisis Deskriptif dan Paired Sample t test.


(3)

ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of program PNPM urban area infrastructure to people’s income. The study was conducted in 10 village’s they are Lubuk Baru, Bandar Sakti, Sri Padang, Bagelen, Mekar Sentosa, Bandar Utama, Berohol, Deblod Sundoro, Rambung and Persiakan with the quantity of samples is 100 households. The analyze method that used in this study is descriptive analyze and paired sample t test and the measurement scale is likert scale. The result of the descriptive analyze is to knowing the perception of people’s PNPM program urban area in Tebing Tinggi City because of the presence of the repair of the program of the environment of this PNPM urban, so from this program it creats a program of a service payment of a poverty physic treatment all at once it creats the public autonomous over exploiting the factors of development, which it could be the necessary. While the paired sample t test showed that the development of infrastructure has a positive effect on level of people’s in come in Tebing Tinggi City.

Keyword : Perception PNPM MP, Development of the Infrastructure, Income Level,Descriptive Analysis, and Paired Sample t Test


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat meneyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “Analisis Dampak Program PNPM Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi”.

Penelitian ini disusun salah satu syarat menyelesaikan studi di departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga menyelesaikan studi penulis, terutama kepada:

1. Kedua orangtua tercinta Syamsul Bahri dan Sarinah Fitri Hsb atas cinta, kasih, sayang, doa dan seluruh dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, SE, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec. selaku Ketua Jurusan EKonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara 5. Bapak Kasyful Mahalli, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktunya dan member masukan dari awal sehingga terselaikannya skripsi ini

6. Bapak Dr. Rujiman, MA. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini

7. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si. selaku dosen penguji saya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik

8. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan 9. Kepada seluruh keluarga besar penulis atas doa dan dukungannya, dan

10. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 dan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb Medan, April 2015

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan ... 10

2.1.1 Tujuan dan Sumber Dana PNPM Mandiri Perkotaan ... 2.1.2 Prinsip Dasar dan Visi-Misi PNPM Mandiri Perkotaan ... 13

2.2 Infrastruktur dan Klasifikasinya ... 16

2.3 Peran Infrastruktur dan Pembangunan ... 20

2.4 Pendapatan dan Jenis – Jenis Pendapatan ... 22

2.5 Penelitian Terdahulu ... 24

2.6 Kerangka Konseptual ... 26

2.7 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Batasan Operasional ... 28

3.4 Definisi Operasional... 28

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 29

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.7 Jenis dan Data ... 32

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36

4.1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi ... … 36

4.1.1 Kondisi Geografi……… ... … 36

4.1.2 Kondisi Demografi ... … 37

4.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi... 38

4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Bandar Utama... 39

4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Rambung... ... .. 41

4.2.3 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Sri Padang... ... 43

4.2.4 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Mekar Sentosa... ... 44

4.2.5 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Bandar Sakti ... 46

4.2.6 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Berohol... ... 48

4.2.7 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Lubuk Baru... ... 50

4.2.8 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Persiakan... ... 51

4.2.9 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Deblod Sundoro... ... 53

4.2.10 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Bagelen... ... 55

4.3 Uji Validitas dan Reliablilitas Dampak Program PNPM MP Bidang Infrastruktur terhadap Pendapatan Masyarakat di Kota Tebing Tinggi... ... 57

4.4 Hasil dan Pembahasan... 59

4.4.1 Karakteristik Responden... 59

4.4.2 Persepsi Responden Atas Dampak Program Nasional Pemberdayaan (PNPM) MP... ... 61

4.4.3 Persepsi Responden atas Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur... ... 64

4.5 Hasil Dampak Program PNPM MP Bidang Infrastruktur terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kota Tebing Tinggi... 66

BAB V Kesimpulan DAN SARAN... 70

5.1 Kesimpulan... ... 70

5.2 Saran... ... 71


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Tebing

Tinngi Periode 2009 – 2012 (jiwa) ... ... 5

3.1 Instrumen Skala Likert ... 29

3.2 Jumlah Populasi Kepala Keluarga... 30

3.3 Distribusi Sampel secara proposional Random Sampling . 31

4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, dan Jumlah Lingkungan di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2013... ... 37

4.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi 2013... .. 37

4.3 Jumlah Penduduk Bandar utama Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 39

4.4 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Bandar Utama ... 40

4.5 Jumlah Penduduk Rambung Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 41

4.6 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Rambung... ... 42

4.7 Jumlah Penduduk Sri Padang Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 43

4.8 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Sri Padang... .. 44

4.9 Jumlah Penduduk Mekar Sentosa Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 45

4.10 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Mekar Sentosa... .... 45

4.11 Jumlah Penduduk Bandar Sakti Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 46

4.12 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Bandar Sakti ... 47

4.13 Jumlah Penduduk Berohol Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 48

4.14 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Berohol... 49


(10)

4.15 Jumlah Penduduk Lubuk Baru Menurut Mata

Pencaharian 2013 ... 50

4.16 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Lubuk Baru... ... 51

4.17 Jumlah Penduduk Persiakan Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 52

4.18 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Persiakan... ... 52

4.19 Jumlah Penduduk Deblod Sundoro Menurut Mata Pencaharian 2013 ... 53

4.20 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktur di Kelurahan Deblod Sundoro... ... 54

4.21 Jumlah Penduduk Bagelen Menurut Mata Pencaharian 2013... 55

4.22 Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan TerhadapPembangunan Infrastruktur di Kelurahan Bagelen ... 56

4.23 Uji Validitas... 57

4.24 Uji Reliabilitas... 58

4.25 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 59

4.26 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... . 60

4.27 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 60

4.28 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 61

4.29 Persepsi Responden atas Dampak Program Nasional Pemberdayaan (PNPM) Mandiri Perkotaan... 62

4.30 Persepsi Responden atas Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur ... 63

4.31 Perkembangan Tingkat Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pembangunan Infrastruktur di Kota Tebing Tinggi... ... 66

4.32 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Bidang Infrastrukturterhadap TingkatPendapatan Masyarakat... . 68


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner……….. 74 2. Rekapitulasi Identitas Responden di

Kota Tebing Tinggi……… 78 3. Tabulasi Data Jawaban Responden Dampak PNPM

Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur terhadap

Pendapatan Masyarakat……… 81 4. Rekapitulasi Pendapatan Masyarakat Sebelum dan

Sesudah adanya PNPM Mandiri Perkotaan………. 84 5. Uji Validitas dan Reliablilitas………. 87 6. Hasil Uji Paired Sampel t Test……… 88


(12)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis dampak program PNPM Mandiri Perkotaan bidang infrastruktur terhadap pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan di 10 kelurahan yaitu kelurahan Lubuk Baru, kelurahan Bandar Sakti, kelurahan Sri Padang, kelurahan Bagelen, kelurahan Mekar Sentosa, kelurahan Bandar Utama, kelurahan Berohol, kelurahan Deblod Sundoro, kelurahan Rambung dan kelurahan Persiakan, dengan jumlah sampel sebesar 100 kepala keluarga. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan paired sample t test dengan menggunakan skala pengukuran yaitu Skala Likert. Hasil analisis deskriptif yaitu persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi yaitu dengan adanya program perbaikan infrastruktur lingkungan PNPM Mandiri ini maka terbentuk bantuan pembiayaan program – program fisik penanggulangan kemiskinan sekaligus menciptakan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan program – program pembangunan yang menjadi kebutuhan prioritas. Sementara hasil paired sample t test menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci : Persepsi PNPM-MP, pembangunan Infrastruktur, Tingkat Pendapatan Masyarakat, Analisis Deskriptif dan Paired Sample t test.


(13)

ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of program PNPM urban area infrastructure to people’s income. The study was conducted in 10 village’s they are Lubuk Baru, Bandar Sakti, Sri Padang, Bagelen, Mekar Sentosa, Bandar Utama, Berohol, Deblod Sundoro, Rambung and Persiakan with the quantity of samples is 100 households. The analyze method that used in this study is descriptive analyze and paired sample t test and the measurement scale is likert scale. The result of the descriptive analyze is to knowing the perception of people’s PNPM program urban area in Tebing Tinggi City because of the presence of the repair of the program of the environment of this PNPM urban, so from this program it creats a program of a service payment of a poverty physic treatment all at once it creats the public autonomous over exploiting the factors of development, which it could be the necessary. While the paired sample t test showed that the development of infrastructure has a positive effect on level of people’s in come in Tebing Tinggi City.

Keyword : Perception PNPM MP, Development of the Infrastructure, Income Level,Descriptive Analysis, and Paired Sample t Test


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. (Nasir, Saichudin, dan Maulizar, 2008)

Kemiskinan Perkotaan dan Ulasan Program World Bank 2012, mengidentifikasi kunci bagi masyarakat miskin perkotaan, serta kesenjangan dalam kebijakan dan program. Inefisiensi sasaran pada program-program sosial, meningkatkan perluasan wilayah kumuh informal di daerah marjinal, dan kesenjangan dalam penyediaan layanan. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dijalankan di Indonesia mengacu pada konsep pembangunan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kurang memperhatikan aspek lingkungan. Kegiatan pembangunan prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa prasarana di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses


(15)

xii informasi dan pemasaran terutama di daerah terpencil atau tertinggal. Meskipun demikian, kegiatan perbaikan prasarana ini tidak hanya sebatas membangun program fisik, tetapi lebih dimaksudkan untuk menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut.Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan.Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001). Kemiskinan juga merupakan sebuah hubungan sebab akibat (kausalitas melingkar) artinya tingkat kemiskinan yang tinggi terjadi karena rendahnya pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena investasi perkapita yang juga rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah disebabkan oleh permintaan domestik perkapita yang rendah juga dan hal tersebut terjadi karena tingkat kemiskinan yang tinggi dan demikian seterusnya, sehingga membentuk sebuah lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan sebab dan akibat (teori Nurkse) dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar kemiskinan di Indonesia (Sumanta, dalam Apriyanti, 2011:1-2).

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan.Masyarakat miskin lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan


(16)

sosial ekonomi.Permasalahan kemiskinan sangat kompleks dan upaya penanggulangannya harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. (Hendriwan, 2003)

Kemiskinan merupakan keadaan yang timbul ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Menurut BAPPENAS, (dalam Crescent 2003:4) mendefinisikan “kemiskinan sebagai suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi”. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kualitas penduduk seperti terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini sedangdihadapkan pada kenyataan yang masih luasnya tingkat kemiskinan terutama di pedesaan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 28.07 juta jiwa atau sekitar 11.37% dari total penduduk Indosesia. Meskipun mengalami penurunan sebesar 0.29%dibandingkan tahun lalu, masalah kemiskinan tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam hal pembangunan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Kemiskinan merupakan persoalan stuktural dan multidimensional yang mencakup politik, sosial, ekonomi yang memerlukan pendekatan ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah daerah yang dilakukan secara sitematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat


(17)

untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkanderajat kesejahteraan rakyat. Untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah melaksanakan berbagai upaya dalam bentuk program kegiatan penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Tingkat kemiskinan Kota Tebing Tinggi mengalami penurunan dari waktu ke waktu yakni 2009 (14,58%), 2010 (13,06%), dan 2011 (12,44%). Namun jika penurunan angka kemiskinan berjalan normal seperti diatas dikhawatirkan tidak akan mencapai target nasional dan target MDGs (8-10%). Dalam rangka pencapaian target pemerintah, maka penanggulangan kemiskinan diharapkan tidak hanya mengandalkan Pemerintahan Kota Tebing Tinggi namun menjadi tujuan utama seluruh pemangku kepentingan yang ada di Kota Tebing Tinggi mulai dari pemerintah, perusahaanCorporate Social responsiblity (CSR), Organisasi Non Pemerintah/LSM, Organisasi Masyarakat, dan Masyarakat.

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan demikian pula sebaliknya, pertumbuhan danpembangunan ekonomi besar pengaruhnya kepada pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun perkembangan garis kemiskinan di Kota Tebing Tinggi sejak tahun 2009 – 2012 yaituterus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2009 Rp 282.366 tahun 2010 Rp 282.366 dan tahun 2011 Rp 313.566 dan tahun 2012Rp 348.213. Jumlah penduduk miskin di Kota Tebing Tinggi dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Di tahun 2009 terdapat 18.900 penduduk miskin, di tahun 2010 terdapat 18.900 penduduk miskin, tahun


(18)

2011 terdapat 18.300 penduduk miskin dan di tahun 2012 terdapat 17.700 penduduk miskin.

Tabel 1.1

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Tebing Periode 2009 – 2012 (jiwa)

Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin

2009 282.366 18.900

2010 282.366 18.900

2011 313.566 18.300

2012 348.213 17.700

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi

Berbagai program stimulus telah direncanakan oleh pemerintah dan salahsatunya adalah pembangunan infrastruktur. Keputusan untuk memberikan stimulus pada infrastruktur ini tentunya dilandaskan pada kenyataan bahwa dampak dari pembangunan infrastruktur akan langsung dirasakan untuk mendorong perekonomian di daerah maupun nasional. Pada akhirnya hal tersebut akan menciptakan lapangan kerja dan juga mempertahankan daya beli masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah. (Bambang Susanto, 2009)

Salah satu upaya pemerintah untukmengatasi kemiskinan di perkotaan adalah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri telah dilaksanakan sejak tahun 2006, dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan kemudian Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Keberhasilan PPK


(19)

dan P2KP menjadi model pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di perdesaan dan perkotaan. PNPM Mandiri dimaksudkan untuk menjadi payung untuk berbagai programpenanggulangan kemiskinan dengan menggunakan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat (CDD). PNPM Mandiri resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Palu, Sulawesi Tengah pada 30 April 2007 yang dilaksanakan hingga tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development Goals).Diharapkan, dalam rentang waktu 2007–2015, kemandirian dan keberdayaan masyarakat telah terbentuk sehingga keberlanjutan program dapat terwujud.(Kementerian pekerjaan Umum, 2014).

PNPM Mandiri Perkotaan dirancang dengan pemikiran bahwa walaupun isu–isuperkotaan banyak membutuhkan solusi infrastruktur yang lebih besar (angkutan umum perkotaan, air bersih pasokan utilitas, saluran air limbah dan drainase air kotor, jalan kota), infrastruktur di tingkat masyarakat akan merespon secara lebih baik kebutuhan masyarakat dan dengan biaya investasi yang lebih rendah bila direncanakan dan dibangun oleh masyarakat sendiri. Program ini menyediakan dukungan keuangan dan teknis langsung kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan infrastruktur dasar dan pelayanan sosial. Fokusnya adalah pada pemberdayaan masyarakat untuk membuat keputusan sendiri tentang kebutuhan investasi dan prioritas mereka.(Kementerian Pekerjaan Umum, 2014)

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep


(20)

memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai–nilailuhur dan prinsip–prinsip universal.

Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah mempunyai data base keluarga miskin di Kota Tebing Tinggi (PPLS 2011) dari TNP2K dengan jumlah penduduk miskin sebesar 38.339 jiwa. Berdasarkan basis sasaran (penerima manfaat) dan tujuannya, program–programpenanggulangan kemiskinan pada tahun 2012 yang telah dilakukan pada program penannggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat atau PNPM Mandiri Perkotaan.

Program PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2013 Kota Tebing Tinggi masuk dalam kategori Indeks Fiskal dan Kemiskinan Rendah (IFKD), dalam hal ini Pemerintah Kota Tebing Tinggi menyiapkan Anggaran sebesar 5% (DDUB) dan Pemerintah Pusat sebesar 95% (DUB) bagi 35 Kelurahan dengan total alokasi dana sebesar Rp. 5.343.750.000. Kurun waktu 2010–2013telah dilakukan pelatihan dan peningkatan mutu sulaman kristik,tenunan ulos, ukiran kayu, pelatihan bordir, merangkai bunga, produk makanan ringan.Fasilitasi pengadaan peralatan kepada 69 IKM. Bantuan tenda, meja, kursi kepada 50pedagang, Bantuan Hibah ke 5 koperasi, dan bantuan dana bergulir bagi 22 UMKM.


(21)

1.1Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi?

2. Bagaimana dampak program PNPM Mandiri Perkotaan bidang infrastruktur terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.

2. Menganalisis dampak pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat Kota Tebing Tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun mamfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kota

Tebing Tinggi dalam memberdayakan pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan yang lebih baik di masa mendatang, sehingga pendapatan masyarakayat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak pendamping PNPM Mandiri Perkotaan yang terlibat langsung dalam program penanggulangan kemiskinan perkotaan untuk dapat lebih dapat bijaksana dalam mengelola pembangunan masyarakat perkotaan.


(22)

3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti lain yang berminat melakukan kajian sejenis.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PNPM MandiriPerkotaan

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai – nilai luhur dan prinsip – prinsip universal. (P2KP – 3,Oktober 2005)

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program – program penanggulangan kemiskinan berbasispemberdayaan masyarakat.PNPM Mandiri di laksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan system serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan, pendampingan dann pendanaan stimulant untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. (Tim Penguji PNPM Mandiri :11)

PNPM Mandiri Perkotaan dirancang berbasis pada prinsip– prinsippemberdayaankomunitas dalam kerangka keberlanjutan dalam upaya penanggulangan kemiskinan diperkotaan. Sehubungandengan itu,maka pendekatan yang digunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan keterlibatan masyarakat serta memposisikannya sebagai subjek pembangunan. Dengan cara ini diharapkan masyarakat mampu


(24)

menjawab akar persoalan kemiskinan yang menimpa mereka serta mampu melestarikan hasil-hasil yang dicapai melalui upaya penanggulangan kemiskinan.Dengan PNPM Mandiri Perkotaan tidak hanya sekedar untuk mengatasi persoalan kemiskinan akibat krisis ekonomi melainkan dapat menanggulangi kemiskinan strukturalserta akan mampu memberdayakan lembaga masyarakat guna menanggulangi kemiskinan secara mandiri.

Pengembangan masyarakat merupakan program terencana terhadap kebutuhan masyarakat, memerlukan bantuan dari beberapa ahli dari berbagai bidang, dan mengutamakan kegiatan – kegiatan bersama untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan masyarakat antara lain melaksanakan kegiatan pembangunan guna mengingkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Dilaksanakan melalui kegiatan gotong – royong, usaha bersama, dan mengutamakan potensi–potensiyang dimiliki masyarakat, pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika pembangunan dilakukan bersama antara masyarakat dan aparat pemerintah. (Sirojuzilam,2011:9)

Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan dalam perspektif pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial. Sebagai suatustrategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam


(25)

melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya. (Payne, 1997: 266)

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat menuju kemandirian dalam pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan induvidu anggota masyaraakat, tetapi juga pranata – pranatanya. Menanamkan nilai – nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain – lain yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri. Pemberdayaan yang di maksud dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan masyarakat miskin melalui PNPM Mandiri. (Sekretaris unit pengendali PNPM Mandiri, 2009)

2.1.1 Tujuan dan Sumber Dana PNPM Mandiri Perkotaan

Kementerian Pekerjaan Umum (2014) bahwa pelaksanaan PNPM MandiriPerkotaan mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan umun dan khusus. Tujuan umum PNPM Mandiri Perkotaan adalah terjadinya percepatan pengurangan kemiskinan serta peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dalam menangkal dan menanggulangi kemiskinan khususnya di perkotaan.

Tujuan khusus dari PNPM Mandiri Khusus adalah:

1. Terciptanya organisasi masyarakat yang representatif, tanggap dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin perkotaan. 2. Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat miskin khususnya untuk


(26)

3. Meningkatnya jaringan kerjasama antar kelembagaan masyarakat serta keterpaduan dalam penanggulangan kemiskinan (Kementerian pekerjaan umum, 2014).

PNPM Mandiri sebagai program bersama antara pusat dan daerah didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi atau Kabupten/Kota. PNPM Mandiri juga membuka peluang dukungan atau pendanaan dari sektor swasta, swadaya masyarakat dan berbagai lembaga.Dalam mengkoordinasikan dukungan hibah dari berbagai donor, pada tahun 2007 dibentuk Fasilitas Pendukung PNPM Mandiri (PNPM Support Facilicty atau PSF) yang diketuai oleh Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas. Dukungan yang diberikan PSF kepada pemerintahberupa dukungan teknis yang terkait dengan perencanaan, kebijakan, managemen pengelolaan dan perencanaan keuangan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri.

2.1.2 Prinsip Dasar dan Visi-Misi PNPM Mandiri Perkotaan

Berdasarkan Paket Informasi PNPM Mandiri (2012–2013:6–7), PNPM Mandiri menekankan Prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pengambilan keputusan maupun tindakan yang di ambil dalam pelaksanaan kegiatan. Prinsip– Prinsip tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan PNPM Mandiri.

1. Bertumpu pada pembangunan manusia.Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.


(27)

2. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dankewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki–laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.


(28)

9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

12. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

Demokrasi, Partisipasi, Transparansi, Akuntabilitas, dan Desentralisasi serta prinsipdemokrsi dalam pemgambilan keputusan hendaknya dikedepankan, sehingga program dan keputusan selalu dimusyawarahkan bersama melaluiperwakilan Kelompok yang merupakan Swadaya Masyarakat (KSM) ataupun melalui forum BKM yang merupakan perwakilan anggota untuk BKM.Partisipasi mengandung makna bahwa warga masyarakat miskin sebagai sasaran kegiatan hendaknya terlibat secara aktif untuk memanfaatkan program yang dikembangkan PNPM Mandiri Perkotaan.

Berdasarkan Paket Informasi PNPM Mandiri Perkotaan (2012–2013) Visi PNPM Mandiri Perkotaan adalah Masyarakat yang berdaya dan mampu menjalin sinergi dengan Pemerintah Kota dan kelompok setempat dalam rangka


(29)

menanggulangi kemiskinan secara efektif, mandiri dan berkelanjutan. Misi PNPM Mandri Perkotaan adalah: Memberdayakan masyarakat perkotaan khususnya masyarakat miskin , menjalin kerjasama dengan pemerintah dan kelompok peduli lokal untuk menanggulangi kemiskinan melaluiPengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, melembagakan budaya kemitraan antar pelaku. Adapun tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

1. Mewujutkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan (sesuai kebijakan PNPM).

2. Peranan Pemerintah Daerah dan Instansi sektoral semakin nyata dan terpacu menerapkan modalpembangunan partisifatip serta memperkuat kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat dalam penanggulangan kemiskinan.

3. Capaian manfaat program kepada kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif (peningkatan IPM–MDGs).

2.2 Infrastruktur dan Klasifikasinya

Menurut Setyaningrum (1997), infrastruktur adalah bagian dari kapital stok darisuatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi. Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas – fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen – agen publik untuk fungsi – fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan – pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan – tujuan ekonomi dan sosial.


(30)

Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor – sektor lainnya.

Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. (Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, 2013)

Infrastruktur merupakan suatu penentu dasar kelancaran dan akselarasi pembangunan. Tersedianya fasilitas infrastruktur akan merangsang pembangunan di suatu daerah atau negara. Semakin cepat dan besar suatu pembangunan ekonomi yang akan digerakkan, maka semakin banyak fasilitas infrastruktur yang diperlukan. (Basri dan Munandar, 2009:129)

Dalam kebijakan pembangunan infrastruktur, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010–2014, disebutkan tiga hal, yakni pertama, peningkatan pelayanan sarana dan prasarana


(31)

sesuai dengan SPM, antara lain melalui peningkatan aksesibilitas jangkauan pelayanan sarana dan prasarana di daerah terpencil, pedalaman, perbatasan, dan wilayah terdepan. Kedua, mendukung peningkatan daya saing sektor riil dengan mengoptimalkan sumber daya terbatas dalam pengembangan sarana dan prasarana. Ketiga, meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta dengan menyempurnakan peraturan perundangan terkait dengan KPS dan menajamkan pembagian wewenang antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana yang dikerjasamakan.

Secara umum, kondisi infrastruktur daerah tertinggal masih menghadapi berbagai kendala, di antaranya belum optimalnya pelayanan infrastruktur dasar sesuai standar pelayanan minimal (SPM), seperti rendahnya tingkat keselamatan transportasi dan akses terhadap pelayanan transportasi untuk masyarakat miskin dan masyarakat di kawasan terpencil dan perbatasan. Kemudian, rendahnya akses masyarakat terhadap informasi dan teknologi lainnya, banyaknya penduduk yang belum memiliki hunian yang layak, serta terjadinya krisis listrik di berbagai daerah dan masih rendahnya rasio elektrifikasi nasional maupun pedesaan. Sementara itu, pembangunan infrastruktur yang dibiayai melalui anggaran pemerintah diarahkan untuk mendukung langkah–langkahstimulasi terhadap perekonomian dari sisi fiskal (pro–growth), memperluas penciptaan lapangan kerja produktif (pro–job), dan mengentaskan kemiskinan (pro–poor). Peningkatan pembangunan infrastruktur sendiri, misalnya domestic connectivity, merupakan contoh urgensi koordinasi dan sinergi dalam pembangunan yang mencakup


(32)

pembagian peran dan kewenangan, pengembangan kerangka kerja bersama, serta pembagian tugas dan tanggungjawab termasuk pembiayaan. (Kemendagri, 2013)

Infrastruktur dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). 2. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian

masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain – lain).

3. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.

Menurut Basri dan Munandar (2009) jenis infrastruktur dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

1. Infrastruktur Keras Fisik (physical hard infrastructure) yang meliputi jalan raya, rel kereta api, bandara, pelabuhan dan dermaga, bendungan dari saluran irigasi, dan sebagainya.

2. Infrastruktur Keras Nonfisik (nonphysical hard infrastructure) yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum seperti ketersediaan air bersih beserta instalasi pengolahan air dan jaringan pipa penyaluran, pasokan listrik, jaringan


(33)

telekomunikasi (telepon dan internet), dan pasokan energi mulai dari minyak bumi dan gas beserta jaringan pipa distribusinya.

3. Infrastruktur lunak (soft infrastructure) atau biasa disebut kerangka institusional (kelembagaan) yang meliputi berbagai nilai dan norma (khususnya yang dikembangkan dan dikodifikasi menjadi peraturan hukum dan perundang – undangan), serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah.

Ketiga jenis infrastruktur secara bersama menjalankan peranan vital karena ketiga – tiganya merupakan instrument yang dapat menggerakkan perekonomian nasional.Namun dari ketiga jenis infrastruktur yang terabaikan yaitu infrastruktur lunak atau kondisi institusional.

2.3 Peran Infrastruktur dalam Pembangunan

Infrastruktur sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi karena infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro ketersediaaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. (Kwik Kian Gie, 2002)

Infrastruktur merupakan katalis bagi pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hampir dalam semua aktifitas masyarakat


(34)

dan pemerintah, keberadaan infrastruktur merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan sudah menjadi kebutuhan dasar.

Infrastruktur sebagai sistem yang dikaitkan dengan unsur yang berada di dalam suatu sistem ruang dan kegiatan, memiliki peran penting terhadap perubahan kemakmuranwilayah dan kesejahteraan masyarakat.Peran infrastruktur terhadap perkembangan wilayah dan kota memiliki kontribusi yang sangat signifikan, baik pada aspek perekonomian, sosial–kemasyarakatan, maupun kelestarian lingkungan. Akan tetapi arah kebijakan pembangunan sistem infrastruktur yang berlangsung saat ini belum menunjukan hasil yang memadai untuk memerankan fungsinya sebagai pengarah dan pendorong pembangunan. Berbagai persoalan yang terkait dengan pelayanan infrastruktur yang terjadi saat ini mengarah pada kadar persoalan yang semakin berat, misalnya persoalan yang terkait dengan pelayanan infrastruktur transportasi, penyediaan air bersih, pembuangan limbah, serta infrastruktur lainnya. Solusi yang mampu dilakukan saat ini cenderung mengarah pada penyelesaian secara individu dan parsial, sebagai bentuk dari ketidakmampuan sistem infrastruktur dalam memerankan fungsinya. Banyak aspek yang menjadi penyebab, misalnya keterbatasan serta kebijakan alokasi anggaran pembangunan, aspek kejelasan kewenangan serta peraturan, ataupun konflik antar daerah dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur. (Kadin Indonesia–Jetro,2006)

2.4 Pendapatan dan Jenis – Jenis Pendapatan

Menurut Zaki Baridwan (dalam Nanang Budianas, 2013) pendapatan merupakan aliran kas masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau


(35)

pelunasan utangnya (atau kombinasi) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kerugian lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Menurut Aliminsyah (dalam Nanang Budianas, 2013) adapun definisi pendapatan ialah sebagai berikut:

1. Arus kekayaan dalam bentuk tunai, piutang atau aktiva lain yang masuk ke dalam perusahaan atau menurunnya kewajiban sebagai akibat penjualan barang atau penyerahan jasa.

2. Jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan dapat juga didefinisikan sebagai kenaikan bruto dalam modal (biasanya melalui diterimanya suatu aktiva dari langganan) yang berasal dari barang dan jasa yang dijual.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan adalahsuatu aliran kas masuk atau kenaikan lain aktiva yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan atau aktivitas utama perusahaan.

Pendapatan juga mengandung makna yang luas dimana dalam pendapatan termasuk pula pendapatan bunga, sewa, laba, pendapatan aktiva lain – lain. Sehingga penyajian pendapatan dalam laporan keuangan dipisahkan antara pendapatan operasional dengan pendapatan di luar pendapatan operasional.Dasar


(36)

yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa yang ditukar dengan cash equivalent atau present value dari tagihan – tagihan yang diharapkan dapat diterima.

Adapun jenis – jenis pendapatanterdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan bersih (disposable income): adalah pendapatan seseorang sesudah dikurangi pajak langsung.

2. Pendapatan diterima di muka (unearned revenues): adalah uang muka untuk pendapatan yang belum dihasilkan.

3. Pendapatan lain – lain: adalah pendapatan yang berasal dari sumber – sumber diluar kegiatan utama perusahaan, tidak termasuk dalam pendapatan operasi, misalnya: pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan deviden dan laba penjualan aktiva tetap.

4. Pendapatan permanen (permanent income): adalah pendapatan rata – rata yang diharapkan rumah tangga konsumsi selama hidupnya.

5. Pendapatan uang (money income): adalah pendapatan rumah tangga konsumsi atau rumah tangga produksi dalam bentuk suatu kesatuan moneter.

6. Pendapatan usaha (operating revenue): adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.

7. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue or income):

a. Pendapatan (penghasilan) yang diterima di muka tetapi belum diakui sebagai pendapatan (dicatat sebagai utang pendapatan) pada saat


(37)

penerimaannya, dan baru akan diakui sebagai pendapatan manakala perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang bersangkutan pada waktu yang akan datang. Unearned revenue dapat diakui secara bertahap sesuai dengan penyelesaian kewajiban oleh perusahaan; deferved revenue.Disebut juga dengan pos – pos transitoris pasif.

b. Pajak pendapatan dari sumber – sumber selain jasa – jasa pribadi.

8. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued revenues or accrued receivable): adalah pendapatan yang sudah dihasilkan (earned) walaupun piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo (belum saatnya ditagih). 2.5 Penelitian Terdahulu

Dian Novita Sari (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali tahun 2009, menyimpulkan bahwa jumlah masyarakat rumah tangga miskin di Kecamatan Andong mengalami penurunan di banding jumlah rumah tangga miskin pada tahun 2008 dan 2007. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya Program PNPM Mandiri dari pemerintah terlihat dapat membantu menurunkan jumlah masyarakat miskin,karena selain memberikan bantuan pinjaman modal Program PNPM Mandiri juga memberikan kegiatan pelatihan –pelatihan untuk anggotanya.

Gita Alfiani Fatria (2010) Melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Stabat, pemberdayaan masyarakar


(38)

berupa pengembangan sumber daya manusia (SDM), Pengembangan Kelembagaan, Sarana dan Prasarana dan pengembangan masyarakat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan searah (positif) antara pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di Kecamatan Stabat.

Sri Ayu Ningsih (2014) melakukan penelitian yang berjudul Implikasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Ketersediaan Infrastruktur Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah, menyimpulkan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, menilai, melaksanakan dan mengawasi sekaligus memanfaatkannya. Adanya pembiayaan melalui program PNPM Mandiri Pedesaan berdampak positif dan signifikan terhadap ketersediaan infrastruktur, dan pembangunan sarana prasarana dasar berupa infrastruktur fisik mampu mendorong tingkat pendapatan masyarakat.

2.6 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi. Pembangunan Infrastruktur yang dimaksud yaitu pembangunan infrastruktur yang dapat memobilisasi masyarakat miskin di perkotaan. Sehingga pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya yang

PNPM Mandiri


(39)

dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.Berdasarkan masalah diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis yaitu;

Ho = Tidak terdapat perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah adanya infrastruktur melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.

Ha = Terdapat perbedaanpendapatan sebelum dan sesudah adanya infrastruktur melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yang artinya suatu metode penelitian yang menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta – fakta yang ada dan sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan menjelaskan data yang diperoleh untuk kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang ada.

Sedangkan Usman (2009:4) mengemukakan metode deskriptif, yaitu jenis penelitian yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif ini digunakan untuk menjelaskan analisis permasalahan, melakukan pemahaman dasar pada teori dan hasil penelitian terdahulu utuk kemudian mengungkap hipotesis yang akan diuji.

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di 5 kecamatan yang ada di Kota Tebing Tinggi, klasifikasi kelurahan yang ada di Kota tebing Tinggi masing – masing kecamatan diambil dua kelurahan yaitu Kecamatan Tebing Tinggi Kota Kelurahan Bandar Utama dan Rambung, Kecamatan Rambutan Kelurahan Sri Padang dan Mekar Sentosa, Kecamatan Bajenis Kelurahan Bandar Sakti dan Brohol, Kecamatan Padang Hulu Kelurahan Lubuk Baru dan Persiakan, Kecamatan Padang Hilir Kelurahan Deblod Sundoro dan Bagelen.


(41)

3.3 Batasan Operasional

Adapun penelitian tentang analisis Danpak Program PNPM Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur terhadap Pendapatan Masyarakat di Kota Tebing Tinggi ini dibatasi oleh beberapa pembahasan saja sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang ada. Adapun pembahasan yang dibatasi adalah pendapatan masyarakat.

3.4 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel – variabel yang akan diteliti meliputi:

1. PNPM Mandiri perkotaan merupakan suatu program untuk memberdayakan masyarakat miskin dengan menciptakan kemandirian dan kesempatan kerja di perkotaan, dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan yang berawal dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.

2. Infrastruktur merupakan suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhandanperubahan yang dilakukan secara terencana untuk membangun prasarana atau segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatuproses pembangunan.

3. Pendapatan masyarakat adalah pendapatan rata-rata kepala rumah tangga sebelum dan sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan (rupiah/bulan).


(42)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert dengan menyebarkan kuesioner kepada 100kepala keluarga sebagai responden.Penyebaran kuesioner digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi (tanggapan) dari para responden (masyarakat) mengenai dampak Program PNPM Mandiri terhadap pembangunan infrastruktur di Kota Tebing Tinggi.Pertanyaan dan wawancara yang diajukan terkait dengan variabel – variabel yang dibutuhkan untuk menjawab permasalah dalam penelitian.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert yang dibagi dalam 5 kategori jawaban dengan pemberian skor sebagai berikut:

Tabel 3.1

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 8.652 Kepala keluarga (KK) yang diperoleh dari 10 kelurahan yaitu: Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Rambung, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Mekar Sentosa, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Brohol, Kelurahan lubuk Baru, Kelurahan Persiakan, Kelurahan Deblod Sundoro dan Kelurahan Bagelen.


(43)

Adapun tabel dari jumlah populasi sampel untuk di 10 kelurahan yang ada di 5 Kecamatan Kota Tebing Tinggi yaitu:

Tabel 3.2

Jumlah Populasi Kepala Keluarga Kelurahan Jumlah KK

Bandar Utama 826

Rambung 1075

Sri Pandang 677

Mekar Sentosa 886

Bandar Sakti 546

Brohol 936

Lubuk Baru 363

Persiakan 1497

Deblod Sundoro 1063

Bagelen 783

Jumlah 8652

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi 2013

Untuk menetapkan beberapa ukuran sample dari sub populasi digunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin (Sanusi, 2011:101).

n = �

(1 +�(�)2) Dimana:

n = ukuran Sampel N = ukuran Populasi

α = Error term

Menurut Gay (1996) error term untuk penelitian Deskripti yang dapat diterima adalah 10% dari populasi (Sanusi, 2013:100).


(44)

n = � (1+�(�)2) n = 8652

(1+8652 (0,1)2)

n = 100

Berikut adalah tabel distribusi sampel secara proposional sampel dan jumlah sampel yang dikombinasikan dengan rumus Slovin sebanyak 100 responden:

Tabel 3.3

Distribusi Sampel Secara Proposional Random Sampling Tahun 2013

Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga

Alokasi Proposional Jumlah Sampel

Lubuk Baru 363 363/8652 x 100 5

Bandar Sakti 546 546/8652 x 100 7

Sri Padang 677 677/8652 x 100 8

Bagelen 783 783/8652 x 100 9

Mekar Sentosa 886 886/8652 x 100 10

Bandar Utama 826 8266/8652 x 100 10

Brohol 936 936/8652 x 100 11

Deblod Sundoro 1063 1063/8652 x 100 11

Rambung 1077 1077/8652 x 100 12

Persiakan 1497 1497/8652 x 100 17

Jumlah 8652 - 100

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi, Data Diolah

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 Kepala Keluarga. Sampel didistribusikan secara Proposional Random Sampling terhadap sub populasi.


(45)

3.7 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Menurut Umar (2003: 56), data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan.Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada para responden dan dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai panduan bertanya ketika melakukan wawancara kepada para responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikandata kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. (Sugiyono, 2005: 62)

Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pada penulisan skripsi penulis meneliti dengan melakukan survey ke lokasi penelitian untuk melakukan wawancara langsung dengan memberikan daftar pertanyaan kepada para responden di Kota Tebing Tinggi.

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah 1. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan tanya jawab secara

langsung kepada masyarakat.

2. Kuesioner, adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun rapi yang akan diberikan kepada responden. Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara secara pribadi, melalui surat, dan melalui email.


(46)

3. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian.

4. Studi kepustakaan, merupakan data informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah kajian yang berkaitan dengan masalah yang akanditeliti.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrument peletian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya menjadi sasaran.Pengukuran dikatakan valid jikamengukur tujuannya dengan nyata dan benar.Reliablitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsistensi jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang berbeda – beda.

Pada pengujian ini penulis akan memberikan kuisioner kepada 100 kepala keluarga. Jawaban mereka akan diolah dengan bantuan program software SPSS 21 (statistic product and service solution).

3.10 Teknik Analisis Data

1. Untuk menguji perumusan masalah pertama persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.

2. Untuk menguji perumusan masalah kedua dan hipotesis dampak pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan terhadap tingkat pendapatan


(47)

masyarakat di Kota Tebing Tinggi, dalam hal ini pendapatan masrakat menggunakan uji beda rata – rata untuk sampel berpasangan (paires samples test test) dengan rumus yang digunakan adalah :

� = �1,�−�2,�

��2��1

�1+ 1

�2� Dimana:

t = Uji beda

x1,i = Rata – rata Pendapatan masyarakat sebelum adanya pembangunan

infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2006

x2,i = Rata – rata Pendapatan masyarakat sesudah adanya pembangunan

infrastruktur PNPM Mandiri perkotaan tahun 2013

n1 = Jumlah responden sebelum pembangunan infrastruktur PNPM

Mandiri Perkotaan

n2 = Jumlah responden sesudah pembangunan infrastruktur PNPM

Mandiri Perkotaan

S2P = Simpangan baku berpasangan

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata – rata untuk sampel berpasangan (paired samples t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan nilai

ttabel.

• Jika thitung <ttabel makaH0di terima dan Ha ditolak pada α = 5%, dengan

tingkat kepercayaan 95%. Artinya tidak ada Perbedaan yang signifikan antara pembangunan infrastruktur terhadap tingkat pendapatan masyarakat.


(48)

• Jika thitung >ttabel maka Ha di terima dan H0 ditolak pada α = 5%, dengan

tingkat kepercayaan 95%. Artinya terdapat Perbedaan yang signifikan antara pembangunan infrastruktur terhadap tingkat pendapatan masyarakat.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi

4.1.1 Kondisi Geografis

Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari tujuh kota yang ada di Sumatera Utara, yang berjarak 78 km dari Kota Medan. Menurut Data Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 29 Kabupaten / Kota di Sumatera Utara serta terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Balige, dan Sibororng - Borong.

Kota Tebing Tinggi terletak di antara 30.19’- 30.21’ Lintang Utara dan 980.11’- 980.21’Bujur Timur dengan dengan batas-batas :

• Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan , Kabupaten Serdang Bedagai

• Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Payu Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai

• Sebelah Timur dengan PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Serdang Bedagai

• Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan PERDA Kota Tebing Tinggi Nomor : 15 Tahun 2006, Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 35 (tiga pulu lima) kelurahan


(50)

dengan luas wilayah 38,438 Km2. Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan terluas di Kota Tebing Tinggi dengan luas 11,441 Km2 atau 29, 76 % dari luas Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar (50,99%) lahan Kota Tebing Tinggi dipergunakan sebagai lahan pertanian (Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi)

Tabel 4.1

Luas Wilayah , Jumlah Kelurahan , dan Jumlah Lingkungan di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2013

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Kelurahan

Jumlah Lingkungan

1 Padang Hulu 8, 511 7 39

2 Tebing Tinggi Kota 3, 473 7 43

3 Rambutan 5, 935 7 25

4 Bajenis 9, 078 7 32

5 Padang Hilir 11,441 7 34

Jumlah 38, 438 35 173

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota tebing Tinggi 4.1.2 Kondisi Demografi

Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi sebanyak 144.771 jiwa dengan jumlah rumahtangga sebanyak 36.195 rumah tangga. Dengan luas wilayah Kota Tebing Tinggi yang hanya 38,438 Km2, maka tingkat kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi mencapai 3,844 jiwa / Km2.

Jumlah penduduk laki – laki lebih sedikit dari jumlah pendudukperempuan. Pada tahun 2012jumlah penduduk laki – lakisebanyak 73.036 jiwa (49,43%) dan perempuan 74.735 (50,5 %). Rasio jenis kelamin (SexRatio) penduduk Kota Tebing Tinggi sebesar 97,73%, yangberarti hanya ada 98 orang laki laki dalam 100 penduduk perempuan.

Sebagian besar penduduk Kota Tebing Tinggi berdomisili di Kecamatan Bajenis (22,80%),Kecamatan Rambutan 21,72%, Kecamatan Padang Hilir


(51)

20,67%, sedangkan 18,41 persen di Kecamatan Padang Hulu dan sisanya 16,38 % tinggal di Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

Tabel 4.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi 2013

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

Penduduk (Jiwa)

Kepadatan (Orang/Km2)

1 Padang Hulu 8, 511 27.202 3,20

2 Tebing Tinggi Kota 3, 473 24.205 6,97

3 Rambutan 5, 935 32.103 5,41

4 Bajenis 9, 078 30.692 3,71

5 Padang Hilir 11, 441 30.569 2,67

Jumlah 38, 438 144.771 3,84

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi

4.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi

PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat secara mandiri dengan mendorong kemandirian masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan infrastruktur yang partisipatif.Keberhasilan pelaksanaan Program Nasional Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan telah dilaksanakan pada tahun 2007 hingga 2014.

Mandiri Perkotaan di Kota tebing Tinggi sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan akses yang yang dibutuhkan mereka terutama akses menuju tempat bekerja. Selain itu, PNPM Mandiri Perkotaan juga melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan peningkatan kapasitas/ keterampilan kelompok usaha ekonomi. Serta pengembangan usaha masyarakat melalui kegiatan Simpan Pimjam Perempuan (SPP).


(52)

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, PNPM Mandiri Perkotaan di Kota tebing Tinggi langsung ditentukan, dinilai, dilaksanakan dan diawali sekaligus di manfaatkan masyarakat itu sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan ekonomi masyarakat agar lebih baik, peningkatan nilai asset (tanah) yang dimiliki, kemudahan komunikasi dari interaksi antar warga, dan pelaksanaannya dan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.

4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Bandar Utama

Kelurahan Bandar Utama adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota dengan luas wilayah 0,9800 Km2, jumlah penduduk sebesar 5185 jiwa. Berdasarkan rata-rata pencaharian, penduduk kelurahan Bandar Utama sebagian besar bekerja dengan beragam profesi lainnya di luar jenis profesi yang ada ( Petani, Industri, PNS/TNI, danPerdagangan) yaitu 64,12%.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Bandar utama Menurut Mata Pencaharian 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase (%)

Pertanian 2 1

Industri 20 1,00

PNS/TNI 77 3,87

Perdagang 616 30,91

Lainya 1278 64,12

Jumlah 1993 100

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi

Kegiatan yang dilaksanakan di kelurahan Bandar utama adalah pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar berupa pembangunan


(53)

infrastruktur fisik dalam peningkatan akses yang dibutuhkan masyarakat setempat.Pembangunan infrastruktur diyakini dapat meningkatkan konektivitas dari masing–masing kelurahan. Adapun kegiatan pokok yang di danai melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4

Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastrukturdi Kelurahan Bandar Utama Tahun Jenis Infrastruktur Volume Satuan Pembiayaan

PNPM-MP Swadaya 2012

Jalan beton 3 M

37.800.000 13.500.000

Drainase 3 M

Gorong – gorong 1 M

2013

Rehab Jalan Aspal 3 M

105.500.000 14.670.000 Pemb. Dinding Penahan

Tanah 1 M

Pemb. Parit 1 M

Rehab Rumah Tidak

Layak Huni 2 Unit

Bantuan Bahan

Bangunan Rumah Tidak

Layak Huni 1 Unit

Sumber : Laporan Tahunan Kegiatan PNPM-MP Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Data Diolah

Pada tahun 2011, jenis infrastruktur yang dibangun dikelurahan Bandar Utama terdiri dari jalan beton, drainase, dan gorong – gorong, dengan pembiayaan melalui dana BLM sebesar Rp. 37.800.000 dan Rp. 13.500.000 dari dana swadaya mayarakat. Pada tahun 2013 dilakukan pembangunan infrastruktur yang dibangun melalui pembiayaan PNPM Mandiri Perkotaan terdiri dari rehab jalan aspal, pembangunan dinding penahan tanah, pembangunan parit, rehab rumah tidak layak huni dan bantuan bahan bangunan rumah tidak layak huni. Dengan pembiayaan yang berasal dari dana BLM sebesar Rp. 105.500.000 dan Rp.


(54)

14.670.000 berasal dari swadaya masyarakat yang dikumpulkan oleh Tim Penulis Kegiatan (TPK).

4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Rambung

Kelurahan Rambung adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota dengan luas wilayah 0,7220 Km2, jumlah penduduk sebesar 5571 jiwa. Berdasarkan rata-rata pencaharian, penduduk kelurahan Rambung sebagian besar bekerja dengan beragam profesi lainnya di luar jenis profesi yang ada ( Petani, Industri, PNS/TNI, dan Perdagangan) yaitu 51,61%.

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Rambung Menurut Mata Pencaharian 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase (%)

Pertanian - -

Industri 2 0,15

PNS/TNI 76 6,08

Perdagang 530 42,16

Lainya 649 51,61

Jumlah 1257 100

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi

Kegiatan yang dilaksanakan di kelurahan Rambung adalah pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar berupa pembangunan infrastruktur fisik dalam peningkatan akses yang dibutuhkan masyarakat setempat. Pembangunan infrastruktur diyakini dapat meningkatkan konektivitas dari masing-masing kelurahan. Adapun kegiatan pokok yang di danai melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu sebagai berikut:


(55)

Tabel 4.6

Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktu di Kelurahan Rambung

Tahun Jenis Infrastruktur Volume Satuan Pembiayaan PNPM-MP Swadaya

2012

Pemb .Rumah Tidak Layak Huni

3 Unit

45.000.000 13.500.000 Pengadaan Bahan

Bangunan Untuk Rumah Tidak Layak Huni

1 Unit

2013

Rehab Rumah 3 Unit

105.000.000 4.500.000 Rehab Drainase 75 M

Rehab Jalan Beton +

Aspal 338 M

Sumber : Laporan Tahunan Kegiatan PNPM-MP Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Data Diolah

Pada tahun 2012, jenis infrastruktur yang dibangun dikelurahan Rambung terdiri pembangunanrumah tidak layak huni 3 unit danpengadaan bahan bangunan untuk rumah tidak layak huni 1 unit, dengan pembiayaan melalui dana BLM sebesar Rp.45.000.000 dan Rp.13.500.000 dari dana swadaya mayarakat. Pada tahun 2013 dilakukan pembangunan infrastruktur yang dibangun melalui pembiayaan PNPM mandiri Perkotaan terdiri dari rehab rumah, rehab drainase danrehab jalan beton dan aspal . Dengan pembiayaan yang berasal dari dana BLM sebesar Rp.105.500.000 dan Rp.4.500.000 berasal dari swadaya masyarakat.


(56)

4.2.3 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Sri Padang

Sri Padang adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Rambutandengan luas wilayah 0,6130 Km2, jumlah penduduk sebesar 3985 jiwa. Berdasarkan rata-rata pencaharian, penduduk kelurahan Sri Padang sebagian besar bekerja dengan beragam profesi lainnya di luar jenis profesi yang ada ( Petani, Industri, PNS/TNI, dan Perdagangan) yaitu 60,68%.

Tabel 4.7

Jumlah Penduduk Sri Padang Menurut Mata Pencaharian 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase (%)

Pertanian 14 0,66

Industri 171 8,06

PNS/TNI 145 6,82

Perdagang 505 23,78

Lainya 1289 60,68

Jumlah 2124 100

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi

Kegiatan yang dilaksanakan di kelurahan Sri Padang adalah pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar berupa pembangunan infrastruktur fisik dalam peningkatan akses yang dibutuhkan masyarakat setempat. Pembangunan infrastruktur diyakini dapat meningkatkan konektivitas dari masing-masing kelurahan. Adapun kegiatan pokok yang di danai melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu sebagai berikut:


(57)

Tabel 4.8

Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktu di Kelurahan Sri Padang

Tahun Jenis Infrastruktur Volume Satuan

Pembiayaan PNPM-MP Swadaya

2012

Pemb.Jalan Setapak/Rabat Beton

461 M

95.000.000 12.050.000 Pemb. Draenase/Parit +

Tutup Parit

50 M

2013

Pembangunan Tutup Parit 30 M

115.125.000 24.870.000

Rabat Beton 701 M

Drainase 75 M

Sumber: Laporan Tahunan Kegiatan PNPM-MP Kecamatan Rambutan

Pada Tahun 2012, jenis infrastruktur yang dibangun di Kelurahan Sri Padang terdiri daripembangunan jalan setapak/rabat beton, dengan pembiayaan pembangunan memalui BLM sebesar Rp. 95.000.000 dan Rp. 12.000.000 berasal dari swadaya masyarakat. Pada tahun 2013 dialakukan pembangunan tutup parit, rabat beton dan drainase adapun besarnya pemebiayaan melalui PNPM Mandiri Perkotaan sebesar Rp.115.125.000 dan Rp.24.870.000 dari swadaya masyarakat. 4.2.4 Pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perkotaan di Mekar Sentosa

Mekar Sentosa adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Rambutandengan luas wilayah 0,8817 Km2, jumlah penduduk sebesar 4017 jiwa. Berdasarkan rata-rata pencaharian, penduduk kelurahan Mekar Sentosa sebagian besar bekerja sebagai pedagang yaitu 46,38%.


(58)

Tabel 4.9

Jumlah Penduduk Mekar Sentosa Menurut Mata Pencaharian 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase (%)

Pertanian 49 4,66

Industri 4 0,39

PNS/TNI 149 14,19

Perdagang 487 46,38

Lainya 361 34,38

Jumlah 1050 100

Sumber : BPS kota Tebing Tinggi

Kegiatan yang dilaksanakan di kelurahan Mekar Sentosa adalah pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar berupa pembangunan infrastruktur fisik dalam peningkatan akses yang dibutuhkan masyarakat setempat. Pembangunan infrastruktur diyakini dapat meningkatkan konektivitas dari masing-masing kelurahan. Adapun kegiatan pokok yang di danai melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.10

Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktu di Kelurahan Mekar Sentosa Tahun Jenis Infrastruktur Volume Satuan Pembiayaan

PNPM-MP Swadaya

2012

Pemb. Rehab Jalan Rabat Beton

98 M

141.100.000 42.750.000 Rehab Pemb. Jalan

Beton

213 M

Pemb. Drainase

230 M

2013

Pembangunan jalan setapak

224 M

115.125.000 25.910.000 Rehab jalan setapak 582 M

Pembangunan Jalan Rabat Beton

119 M Pembangunan Drainas 114 M

Sumber : Laporan Tahunan Kegiatan PNPM-MP Kecamatan Rambutan, Data Diolah


(59)

Pada tahun 2012, adapun jenis infrastruktur yang dibangun di kelurahan Mekar Sentosa adalah Pembangunan rehab jalan rabat beton, rehab pembangunan jalan beton, dan pembangunan drainase. Dengan Alokasi dana BLM sebesar Rp.141.100.000 dan Rp.42.750.000 berasal dari swadaya masyarakat. Pada tahun 2013, jenis infrastruktur yang dibangun melalui pembiayaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah pembangunan jalan setapak, rehab jalan setapak, pembangunan jalan rabat beton dan pembangunan drainase dengan biaya sebesar Rp.115.125.000 dan 25.910.000 dari swadaya masyarakat.

4.2.5 Pelaksanaan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Kelurahan Bandar Sakti

Bandar Sakti adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Bajenis dengan luas wilayah 0,7220 Km2, jumlah penduduk sebesar5146jiwa. Berdasarkan rata-rata pencaharian, penduduk kelurahan Bandar Sakti sebagian besar bekerja dengan beragam profesi lainnya di luar jenis profesi yang ada (Petani, Industri, PNS/TNI, dan Perdagangan) yaitu 78,35%.

Tabel 4.11

Jumlah Penduduk Bandar Sakti Menurut Mata Pencaharian 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase (%)

Pertanian 71 3,19

Industri 10 0,45

PNS/TNI 109 4,90

Perdagang 291 13,11

Lainya 1740 78,35

Jumlah 2221 100

Sumber : BPS kota Tebing Tinggi

Kegiatan yang dilaksanakan di kelurahan Bandar Sakti adalah pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar berupa pembangunan


(60)

infrastruktur fisik dalam peningkatan akses yang dibutuhkan masyarakat setempat. Pembangunan infrastruktur diyakini dapat meningkatkan konektivitas dari masing-masing kelurahan. Adapun kegiatan pokok yang di danai melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.12

Alokasi Dana BLM melalui PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Pembangunan Infrastruktu di Kelurahan Bandar Sakti Tahun Jenis Infrastruktur Volume Satuan

Pembiayaan PNPM-MP Swadaya 2012

Rehab Jalan

Setapak/Rabat Beton 360 M 95.000.000 45.000.000

2013

Pembangunan Jalan

Rabat beton + Aspal 338 M

105.480.000 30.717.000 Pembangunan Drainase 100 M

Rehab Jalan Rabat beton 198 M

Sumber : Laporan Tahunan Kegiatan PNPM-MP Kecamatan Bajenis, Data Diolah Pada tahun 2012, adapun infrastruktur yang dibangun di kelurahan Bandar Sakti adalah rehab jalan setapak/rabat beton. Dengan alokasi dana BLM sebesar Rp.95.000.000 dan dana swadaya sebesar Rp.45.000.000. Pada tahun 2013, jenis infrastruktu yang dibangun melalui pembiayaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah pembangunan jalan beton aspal, pembangunan drainase dan rehab jalan rabat beton dengan pembiayaan sebesar Rp.105.480.000 dari dana BLM dan Rp.30.717.000 dari swadaya masyarakat.


(61)

4.2.6 Kegiatan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan kelurahan Berohol Brohol adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Bajenis dengan luas wilayah 2,4660 Km2, jumlah penduduk sebesar 6031 jiwa. Berdasarkan rata-rata pencaharian, penduduk kelurahan Berohol sebagian besar bekerja dengan beragam profesi lainnya di luar jenis profesi yang ada (Petani, Industri, PNS/TNI, dan Perdagangan) yaitu 75,83%.

Tabel 4.13

Jumlah Penduduk Berohol Menurut Mata Pencaharian 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase (%)

Pertanian 203 7,41

Industri 63 2,30

PNS/TNI 40 1,47

Perdagang 356 12,99

Lainya 2077 75,83

Jumlah 2739 100

Sumber : BPS kota Tebing Tinggi

Kegiatan yang dilaksanakan di kelurahan Berohol adalah pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar berupa pembangunan infrastruktur fisik dalam peningkatan akses yang dibutuhkan masyarakat setempat. Pembangunan infrastruktur diyakini dapat meningkatkan konektivitas dari masing-masing kelurahan. Adapun kegiatan pokok yang di danai melalui kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu sebagai berikut:


(1)

80

Imamuddin

4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 39

81

Buyung Akmal

4 4 3 5 3 4 4 3 4 3 37

82

Ishak Azhar

4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 43

83

Sri Adelina

4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 42

84

Sangkot Kliwon

4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 40

85

Amril Ilham

3 4 5 4 3 3 3 4 3 4 36

86

Marliana Munte

5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49

87

Abdiansyah

Siregar

5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 46

88

Ibrahim

5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49

89

Alim Sitepu

5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 47

90

Irul Siregar

5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 47

91

Unan

5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 47

92

Saleh

4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 43

93

Faharudin

4 4 5 4 5 3 4 5 4 5 43

94

Agus Sicipto

5 4 4 5 5 4 5 3 5 5 45

95

Febriadi

4 5 3 5 4 4 4 5 4 4 42

96

Yahman

5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 46

97

Sudian

3 3 4 3 3 5 3 4 3 5 36

98

Hadi

3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 35

99

Jon Piter Purba

4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 36

100 Alamsyah


(2)

Lampiran 4

Rekapitulasi Pendapatan Masyarakat Sebelum dan

Sesudah adanya PNPM Mandiri Perkotaan

Responden ndapatan Sebelum PNPM -MP

Pendapatan Sesudah PNPM-MP

1

2500000 3500000

2

1000000 1500000

3

1100000 1700000

4

1700000 2500000

5

2500000 3700000

6

1400000 2200000

7

2000000 3000000

8

800000 1200000

9

800000 1100000

10

1500000 2500000

11

1700000 2700000

12

900000 1500000

13

1600000 2200000

14

1000000 1800000

15

1500000 2100000

16

1500000 2200000

17

1700000 2500000

18

1500000 2000000

19

3000000 4000000

20

1200000 2000000

21

2500000 3500000

22

1400000 2500000

23

1200000 2700000

24

1000000 2000000

25

800000 1500000

26

1500000 3000000

27

1200000 2500000

28

800000 1300000

29

1000000 1500000

30

1200000 2000000

31

1300000 1500000

32

700000 1000000

33

800000 1200000

34

2500000 3000000

35

1000000 1500000

36

1300000 2000000

37

1000000 1500000


(3)

39

900000 1500000

40

900000 1200000

41

2000000 3000000

42

2200000 2700000

43

1200000 1700000

44

1300000 1700000

45

1700000 2200000

46

1300000 2000000

47

700000 1200000

48

3500000 4000000

49

1000000 1700000

50

1300000 1800000

51

1200000 1700000

52

2000000 2500000

53

2000000 2700000

54

1500000 1800000

55

1300000 1500000

56

2000000 2500000

57

1000000 1500000

58

2000000 2800000

59

1300000 2000000

60

3000000 3500000

61

1500000 2500000

62

1500000 2000000

63

1000000 1500000

64

1200000 1500000

65

700000 1000000

66

2000000 2500000

67

1500000 1800000

68

900000 1200000

69

1500000 1800000

70

2500000 3000000

71

800000 1200000

72

1800000 2500000

73

2000000 2500000

74

1500000 2000000

75

900000 1200000

76

3000000 3500000

77

2000000 2300000

78

2500000 3500000

79

1500000 2000000

80

1200000 1500000

81

2500000 3500000


(4)

83

2000000 2500000

84

800000 1500000

85

1000000 1300000

86

1500000 2000000

87

1000000 1500000

88

1000000 1300000

89

1500000 1800000

90

2000000 3000000

91

1700000 2500000

92

2000000 2500000

93

2000000 2700000

94

1200000 1500000

95

3000000 3500000

96

3000000 3700000

97

1500000 2000000

98

1800000 2000000

99

2000000 2200000


(5)

Lampiran 5

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 100 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,741 11

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 84,06 46,623 ,805 ,704

p2 84,16 47,388 ,675 ,711

p3 84,45 49,563 ,367 ,730

p4 84,36 49,505 ,391 ,729

p5 84,48 47,141 ,532 ,714

p6 84,26 50,639 ,255 ,738

p7 84,12 47,117 ,718 ,708

p8 84,48 49,565 ,386 ,729

p9 84,10 46,737 ,774 ,705

p10 84,56 50,289 ,286 ,735


(6)

Lampiran 6

Hasil Uji Paired Sampel t Test

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Sebelum - Pair 1

Sesudah

- 604000,0 00

278495,2 35

27849,5 24

- 659259,4 97

- 548740,5 03