Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PNPM MandiriPerkotaan

   Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan

  program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai – nilai luhur dan prinsip – prinsip universal. (P2KP – 3,Oktober 2005)

  PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program – program penanggulangan kemiskinan berbasispemberdayaan masyarakat.PNPM Mandiri di laksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan system serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan, pendampingan dann pendanaan stimulant untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. (Tim Penguji PNPM Mandiri :11)

  PNPM Mandiri Perkotaan dirancang berbasis pada prinsip– prinsippemberdayaankomunitas dalam kerangka keberlanjutan dalam upaya penanggulangan kemiskinan diperkotaan. Sehubungandengan itu,maka pendekatan yang digunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan keterlibatan masyarakat serta memposisikannya menjawab akar persoalan kemiskinan yang menimpa mereka serta mampu melestarikan hasil-hasil yang dicapai melalui upaya penanggulangan kemiskinan.Dengan PNPM Mandiri Perkotaan tidak hanya sekedar untuk mengatasi persoalan kemiskinan akibat krisis ekonomi melainkan dapat menanggulangi kemiskinan strukturalserta akan mampu memberdayakan lembaga masyarakat guna menanggulangi kemiskinan secara mandiri.

  Pengembangan masyarakat merupakan program terencana terhadap kebutuhan masyarakat, memerlukan bantuan dari beberapa ahli dari berbagai bidang, dan mengutamakan kegiatan – kegiatan bersama untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan masyarakat antara lain melaksanakan kegiatan pembangunan guna mengingkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Dilaksanakan melalui kegiatan gotong – royong, usaha bersama, dan mengutamakan potensi–potensiyang dimiliki masyarakat, pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika pembangunan dilakukan bersama antara masyarakat dan aparat pemerintah. (Sirojuzilam,2011:9)

  Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan dalam perspektif pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial. Sebagai suatustrategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya.

  (Payne, 1997: 266) Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat menuju kemandirian dalam pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan induvidu anggota masyaraakat, tetapi juga pranata – pranatanya.

  Menanamkan nilai – nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain – lain yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri. Pemberdayaan yang di maksud dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan masyarakat miskin melalui PNPM Mandiri. (Sekretaris unit pengendali PNPM Mandiri, 2009)

2.1.1 Tujuan dan Sumber Dana PNPM Mandiri Perkotaan

  Kementerian Pekerjaan Umum (2014) bahwa pelaksanaan PNPM MandiriPerkotaan mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan umun dan khusus. Tujuan umum PNPM Mandiri Perkotaan adalah terjadinya percepatan pengurangan kemiskinan serta peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dalam menangkal dan menanggulangi kemiskinan khususnya di perkotaan.

  Tujuan khusus dari PNPM Mandiri Khusus adalah: 1.

  Terciptanya organisasi masyarakat yang representatif, tanggap dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin perkotaan.

2. Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat miskin khususnya untuk

  3. Meningkatnya jaringan kerjasama antar kelembagaan masyarakat serta keterpaduan dalam penanggulangan kemiskinan (Kementerian pekerjaan umum, 2014).

  PNPM Mandiri sebagai program bersama antara pusat dan daerah didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi atau Kabupten/Kota. PNPM Mandiri juga membuka peluang dukungan atau pendanaan dari sektor swasta, swadaya masyarakat dan berbagai lembaga.Dalam mengkoordinasikan dukungan hibah dari berbagai donor, pada tahun 2007 dibentuk Fasilitas Pendukung PNPM Mandiri (PNPM Support Facilicty atau PSF) yang diketuai oleh Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas. Dukungan yang diberikan PSF kepada pemerintahberupa dukungan teknis yang terkait dengan perencanaan, kebijakan, managemen pengelolaan dan perencanaan keuangan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri.

2.1.2 Prinsip Dasar dan Visi-Misi PNPM Mandiri Perkotaan

  Berdasarkan Paket Informasi PNPM Mandiri (2012–2013:6–7), PNPM Mandiri menekankan Prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pengambilan keputusan maupun tindakan yang di ambil dalam pelaksanaan kegiatan. Prinsip– Prinsip tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan PNPM Mandiri.

  1. Bertumpu pada pembangunan manusia.Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

  2. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

  3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dankewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

  4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

  5. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

  6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki–laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

  7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

  8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

  9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

  10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

  11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

12. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan

  PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

  Demokrasi, Partisipasi, Transparansi, Akuntabilitas, dan Desentralisasi serta prinsipdemokrsi dalam pemgambilan keputusan hendaknya dikedepankan, sehingga program dan keputusan selalu dimusyawarahkan bersama melaluiperwakilan Kelompok yang merupakan Swadaya Masyarakat (KSM) ataupun melalui forum BKM yang merupakan perwakilan anggota untuk BKM.Partisipasi mengandung makna bahwa warga masyarakat miskin sebagai sasaran kegiatan hendaknya terlibat secara aktif untuk memanfaatkan program yang dikembangkan PNPM Mandiri Perkotaan.

  Berdasarkan Paket Informasi PNPM Mandiri Perkotaan (2012–2013) Visi PNPM Mandiri Perkotaan adalah Masyarakat yang berdaya dan mampu menjalin menanggulangi kemiskinan secara efektif, mandiri dan berkelanjutan. Misi PNPM Mandri Perkotaan adalah: Memberdayakan masyarakat perkotaan khususnya masyarakat miskin , menjalin kerjasama dengan pemerintah dan kelompok peduli lokal untuk menanggulangi kemiskinan melaluiPengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, melembagakan budaya kemitraan antar pelaku. Adapun tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

  1. Mewujutkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan (sesuai kebijakan PNPM).

  2. Peranan Pemerintah Daerah dan Instansi sektoral semakin nyata dan terpacu menerapkan modalpembangunan partisifatip serta memperkuat kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat dalam penanggulangan kemiskinan.

  3. Capaian manfaat program kepada kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif (peningkatan IPM–MDGs).

2.2 Infrastruktur dan Klasifikasinya

  Menurut Setyaningrum (1997), infrastruktur adalah bagian dari kapital stok darisuatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi.

  Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas – fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen – agen publik untuk fungsi – fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan – pelayanan lainnya untuk memfasilitasi

  Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor – sektor lainnya.

  Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan.

  (Direktorat Jenderal Keuangan Daerah, 2013) Infrastruktur merupakan suatu penentu dasar kelancaran dan akselarasi pembangunan. Tersedianya fasilitas infrastruktur akan merangsang pembangunan di suatu daerah atau negara. Semakin cepat dan besar suatu pembangunan ekonomi yang akan digerakkan, maka semakin banyak fasilitas infrastruktur yang diperlukan. (Basri dan Munandar, 2009:129)

  Dalam kebijakan pembangunan infrastruktur, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010–2014, sesuai dengan SPM, antara lain melalui peningkatan aksesibilitas jangkauan pelayanan sarana dan prasarana di daerah terpencil, pedalaman, perbatasan, dan wilayah terdepan. Kedua, mendukung peningkatan daya saing sektor riil dengan mengoptimalkan sumber daya terbatas dalam pengembangan sarana dan prasarana. Ketiga, meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta dengan menyempurnakan peraturan perundangan terkait dengan KPS dan menajamkan pembagian wewenang antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana yang dikerjasamakan.

  Secara umum, kondisi infrastruktur daerah tertinggal masih menghadapi berbagai kendala, di antaranya belum optimalnya pelayanan infrastruktur dasar sesuai standar pelayanan minimal (SPM), seperti rendahnya tingkat keselamatan transportasi dan akses terhadap pelayanan transportasi untuk masyarakat miskin dan masyarakat di kawasan terpencil dan perbatasan. Kemudian, rendahnya akses masyarakat terhadap informasi dan teknologi lainnya, banyaknya penduduk yang belum memiliki hunian yang layak, serta terjadinya krisis listrik di berbagai daerah dan masih rendahnya rasio elektrifikasi nasional maupun pedesaan.

  Sementara itu, pembangunan infrastruktur yang dibiayai melalui anggaran pemerintah diarahkan untuk mendukung langkah–langkahstimulasi terhadap perekonomian dari sisi fiskal (pro–growth), memperluas penciptaan lapangan kerja produktif (pro–job), dan mengentaskan kemiskinan (pro–poor). Peningkatan pembangunan infrastruktur sendiri, misalnya domestic connectivity, merupakan contoh urgensi koordinasi dan sinergi dalam pembangunan yang mencakup pembagian peran dan kewenangan, pengembangan kerangka kerja bersama, serta pembagian tugas dan tanggungjawab termasuk pembiayaan. (Kemendagri, 2013) Infrastruktur dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu: 1. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public

  

utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work

  (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

  2. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain – lain).

3. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.

  Menurut Basri dan Munandar (2009) jenis infrastruktur dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

  1. Infrastruktur Keras Fisik (physical hard infrastructure) yang meliputi jalan raya, rel kereta api, bandara, pelabuhan dan dermaga, bendungan dari saluran irigasi, dan sebagainya.

  2. Infrastruktur Keras Nonfisik (nonphysical hard infrastructure) yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum seperti ketersediaan air bersih beserta instalasi telekomunikasi (telepon dan internet), dan pasokan energi mulai dari minyak bumi dan gas beserta jaringan pipa distribusinya.

  3. Infrastruktur lunak (soft infrastructure) atau biasa disebut kerangka institusional (kelembagaan) yang meliputi berbagai nilai dan norma (khususnya yang dikembangkan dan dikodifikasi menjadi peraturan hukum dan perundang – undangan), serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait khususnya pemerintah.

  Ketiga jenis infrastruktur secara bersama menjalankan peranan vital karena ketiga – tiganya merupakan instrument yang dapat menggerakkan perekonomian nasional.Namun dari ketiga jenis infrastruktur yang terabaikan yaitu infrastruktur lunak atau kondisi institusional.

2.3 Peran Infrastruktur dalam Pembangunan

  Infrastruktur sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi karena infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal

  

productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro

  ketersediaaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. (Kwik Kian Gie, 2002) Infrastruktur merupakan katalis bagi pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan pada akhirnya dapat dan pemerintah, keberadaan infrastruktur merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan sudah menjadi kebutuhan dasar.

  Infrastruktur sebagai sistem yang dikaitkan dengan unsur yang berada di dalam suatu sistem ruang dan kegiatan, memiliki peran penting terhadap perubahan kemakmuranwilayah dan kesejahteraan masyarakat.Peran infrastruktur terhadap perkembangan wilayah dan kota memiliki kontribusi yang sangat signifikan, baik pada aspek perekonomian, sosial–kemasyarakatan, maupun kelestarian lingkungan. Akan tetapi arah kebijakan pembangunan sistem infrastruktur yang berlangsung saat ini belum menunjukan hasil yang memadai untuk memerankan fungsinya sebagai pengarah dan pendorong pembangunan.

  Berbagai persoalan yang terkait dengan pelayanan infrastruktur yang terjadi saat ini mengarah pada kadar persoalan yang semakin berat, misalnya persoalan yang terkait dengan pelayanan infrastruktur transportasi, penyediaan air bersih, pembuangan limbah, serta infrastruktur lainnya. Solusi yang mampu dilakukan saat ini cenderung mengarah pada penyelesaian secara individu dan parsial, sebagai bentuk dari ketidakmampuan sistem infrastruktur dalam memerankan fungsinya. Banyak aspek yang menjadi penyebab, misalnya keterbatasan serta kebijakan alokasi anggaran pembangunan, aspek kejelasan kewenangan serta peraturan, ataupun konflik antar daerah dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur. (Kadin Indonesia–Jetro,2006)

2.4 Pendapatan dan Jenis – Jenis Pendapatan

  Menurut Zaki Baridwan (dalam Nanang Budianas, 2013) pendapatan pelunasan utangnya (atau kombinasi) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kerugian lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

  Menurut Aliminsyah (dalam Nanang Budianas, 2013) adapun definisi pendapatan ialah sebagai berikut:

  1. Arus kekayaan dalam bentuk tunai, piutang atau aktiva lain yang masuk ke dalam perusahaan atau menurunnya kewajiban sebagai akibat penjualan barang atau penyerahan jasa.

  2. Jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan dapat juga didefinisikan sebagai kenaikan bruto dalam modal (biasanya melalui diterimanya suatu aktiva dari langganan) yang berasal dari barang dan jasa yang dijual.

  Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan adalahsuatu aliran kas masuk atau kenaikan lain aktiva yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan atau aktivitas utama perusahaan.

  Pendapatan juga mengandung makna yang luas dimana dalam pendapatan termasuk pula pendapatan bunga, sewa, laba, pendapatan aktiva lain – lain.

  Sehingga penyajian pendapatan dalam laporan keuangan dipisahkan antara yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa yang ditukar dengan cash equivalent atau present value dari tagihan – tagihan yang diharapkan dapat diterima.

  Adapun jenis – jenis pendapatanterdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

  1. Pendapatan bersih (disposable income): adalah pendapatan seseorang sesudah dikurangi pajak langsung.

  2. Pendapatan diterima di muka (unearned revenues): adalah uang muka untuk pendapatan yang belum dihasilkan.

  3. Pendapatan lain – lain: adalah pendapatan yang berasal dari sumber – sumber diluar kegiatan utama perusahaan, tidak termasuk dalam pendapatan operasi, misalnya: pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan deviden dan laba penjualan aktiva tetap.

  4. Pendapatan permanen (permanent income): adalah pendapatan rata – rata yang diharapkan rumah tangga konsumsi selama hidupnya.

  5. Pendapatan uang (money income): adalah pendapatan rumah tangga konsumsi atau rumah tangga produksi dalam bentuk suatu kesatuan moneter.

  6. Pendapatan usaha (operating revenue): adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.

  7. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue or income):

  a. Pendapatan (penghasilan) yang diterima di muka tetapi belum diakui penerimaannya, dan baru akan diakui sebagai pendapatan manakala perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang bersangkutan pada waktu yang akan datang. Unearned revenue dapat diakui secara bertahap sesuai dengan penyelesaian kewajiban oleh perusahaan; deferved revenue .Disebut juga dengan pos – pos transitoris pasif.

  b. Pajak pendapatan dari sumber – sumber selain jasa – jasa pribadi.

  8. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued revenues or accrued

  receivable ): adalah pendapatan yang sudah dihasilkan (earned) walaupun piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo (belum saatnya ditagih).

2.5 Penelitian Terdahulu

  Dian Novita Sari (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali tahun 2009, menyimpulkan bahwa jumlah masyarakat rumah tangga miskin di Kecamatan Andong mengalami penurunan di banding jumlah rumah tangga miskin pada tahun 2008 dan 2007. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya Program PNPM Mandiri dari pemerintah terlihat dapat membantu menurunkan jumlah masyarakat miskin,karena selain memberikan bantuan pinjaman modal Program PNPM Mandiri juga memberikan kegiatan pelatihan –pelatihan untuk anggotanya.

  Gita Alfiani Fatria (2010) Melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan terhadap Peningkatan berupa pengembangan sumber daya manusia (SDM), Pengembangan Kelembagaan, Sarana dan Prasarana dan pengembangan masyarakat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan searah (positif) antara pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di Kecamatan Stabat.

  Sri Ayu Ningsih (2014) melakukan penelitian yang berjudul Implikasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Ketersediaan Infrastruktur Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah, menyimpulkan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, menilai, melaksanakan dan mengawasi sekaligus memanfaatkannya. Adanya pembiayaan melalui program PNPM Mandiri Pedesaan berdampak positif dan signifikan terhadap ketersediaan infrastruktur, dan pembangunan sarana prasarana dasar berupa infrastruktur fisik mampu mendorong tingkat pendapatan masyarakat.

  2.6 Kerangka Konseptual Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

  PNPM Mandiri Pendapatan

  Infrastruktur Perkotaan

  Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.

  Pembangunan Infrastruktur yang dimaksud yaitu pembangunan infrastruktur yang dapat memobilisasi masyarakat miskin di perkotaan. Sehingga pembangunan dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.7 Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.Berdasarkan masalah diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis yaitu; Ho = Tidak terdapat perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah adanya infrastruktur melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing

  Tinggi. Ha = Terdapat perbedaanpendapatan sebelum dan sesudah adanya infrastruktur melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi.