BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

  Memiliki seorang anak adalah impian dari setiap orang tua yang telah sah menikah menurut secara agama. Menjadi orang tua pun bukanlah hal yang mudah untuk dijalani melalui biduk rumah tangga yang tidak akan selalu berjalan dengan mulus. Anak juga merupakan karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita- cita bagi kemajuan suatu bangsa.

  Anak adalah subjek yang penting. Faktanya orang tua tidak boleh mendidik anak dan mengarahkannya menjadi seperti apa yang mereka inginkan, melainkan harus menolong anak-anak menjadi maksimal sesuai potensi yang ada dalam diri mereka. Sehingga orang tua lah yang memiliki peran terpenting dalam tumbuh kembang sang anak. Orang tua selalu mengharapkan apa pun yang dikerjakan anaknya mencapai hasil yang baik.

  Masa-masa perkembangan anak adalah masa emas sekaligus masa paling penting. Setiap anak sejatinya memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang senantiasa memerlukan perhatian dan pola asuh yang teliti dari orang tua untuk mencapai puncak perkembangan yang optimal, terutama pada periode emas perkembangan anak. Seorang anak yang memiliki potensi genetik yang baik, ada baiknya jika ia mampu berinteraksi dengan lingkungan yang baik agar ia mampu memperoleh hasil akhir yang optimal.

  Setiap orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi yang terbaik, yang dapat menunjang kehidupan mereka di masa depan, atau untuk kebaikan anak itu sendiri. Untuk mewujudkan hal ini, orang tua perlu mengenal dan memahami dengan baik tentang dunia anak dengan baik pula. Sebab, dunia mereka berbeda dengan dunia orang dewasa. Anak-anak memiliki pribadi yang unik. Kadang mereka bertingkah lucu, menggemaskan, bahkan kadang juga menjengkelkan, tetapi itulah dunia mereka. Sebagai orang tua, yang menjadi guru mereka dirumah, harus mengenali dan memahami secara baik dunia anak-anak.

  Dengan memahaminya, kita dapat mengetahui tentang karakterisktik dan kreativitas anak-anak, sehingga kita mengetahui bagaimana mengarahkannya ke hal-hal yang positif (Ahmad Susanto, 2011 : 2-3).

  Perubahan zaman turut mendorong perkembangan teknologi, dan perkembangan teknologi menuntut perubahan dan perkembangan kebutuhan. Kini manusia dihadapkan pada kebutuhan informasi dan kebutuhan hiburan sebagai pelepasan rasa jenuh, marah, senang, dan perasaan lainnya. Perkembangan teknologi menjadikan banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Jarak kini tidak lagi menjadi masalah, dengan teknologi informasi yang turut berkembang semakin besar kemungkinan untuk memperoleh dan mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia. Satu-satunya hal yang tak pernah berubah dalam teknologi dan industri komunikasi adalah fakta bahwa teknologi dan industri tersebut terus berubah. Televisi adalah salah satu bentuk konkret dari perubahan yang kontinu tersebut. Setelah mencetak pers, penemuan yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari sampai saat ini adalah televisi. Meskipun pada saat ini begitu banyak alat-alat elektronik yang menjadi pengganti teman bermainnya dirumah.

  Televisi dapat menggantikan cara guru mengajar, pemerintah yang mengatur, dan pemimpin agama berkhotbah. Televisi juga tentu saja dapat menambah furniture dirumah. Televisi dapat menggantikan alamiah, operasi, dan hubungan kepada audiensnya terhadap buku, majalah, film, dan radio (Baran, 2004 : 234-235). Sebagian besar perilaku orang tua dalam membesarkan anak cenderung bersifat tidak sadar, begitupun dengan kegiatan menonton televisi cenderung tidak terencana dan bersifat tidak sadar. Televisi jadi nyaris seperti radio, peralatan yang memainkan video musik sementara para anggota keluarga keluar-masuk ruangan hilir-mudik dan ke lemari es, dan mengobrol di telepon. Televisi hidup dari hari ke hari tanpa disadari (Milton Chen, 1994 : 95-96). Televisi sebagai media dari komunikasi massa, Jika dibandingkan dengan media massa lainnya televisi mempunyai sifat istimewa. Televisi bersifat audiovisual, yakni gabungan dari media dengar dan gambar hidup (bergerak) yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari unsur-unsur dramatisir secara audiovisual dan unsur gerak dalam waktu bersamaan.

  Televisi sebagai media massa idealnya memiliki beberapa fungsi, antara lain fungsi informatif, edukatif, rekreatif, dan sebagai sarana menyosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman, baik yang lama maupun yang baru. Kedekatan anak terhadap tayangan televisi tentu membawa dampak bagi si anak. Apa yang ditonton si anak dari televisi tentu berpengaruh pada pola pikir dan pengetahuannya. Televisi sebagai media penyampai informasi memberi banyak dampak positif bagi kehidupan, tidak lepas bagi kehidupan anak-anak.

  Kartun atau animasi dengan beragam tokoh di Indonesia dianggap konsumsi anak-anak. Hampir semua stasiun televisi menayangkan film kartun yang entah itu berisikan tokoh yang berupa sindiran, lelucon, bahkan mengangkat kegiatan hidup sehari-hari. Orang tua juga sepertinya tak terlalu acuh ketika anaknya menonton sajian film kartun (http://m.kompasiana.com/film-kartun- untuk-anak-anak).

  Meskipun tayangan kartun saat ini mengandung sindiran, lelucon ataupun terkadang memberikan beberapa pesan moral didalamnya, kartun atau animasi tidak semuanya layak untuk ditonton anak-anak. Tayangan kartun sudah mewarnai pertelevisian Indonesia sudah sejak lama. Berbagai judul kartun ditayangkan oleh beberapa stasiun TV Indonesia dengan ditujukan sebagai tayangan hiburan. Namun akhir-akhir ini, penayangan kartun-kartun tersebut mengalami beragam masalah. Salah satu faktor tersebut adalah dengan munculnya teguran oleh regulator KPI terhadap beberapa judul kartun yang tayang di stasiun TV swasta Indonesia. Penggemar pun mulai memberikan beragam reaksi terkait langkah yang diambil KPI ini.

  Berdasarkan kajian dan hasil pemantauan yang telah dilakukan secara intensif terhadap tayangan anak dan kartun yang disiarkan stasiun televisi, KPI memutuskan terdapat beberapa tayangan anak dan kartun berbahaya dan tidak layak ditonton anak-anak. Tayangan tersebut penuh dengan muatan-muatan yang berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental anak, yaitu: 1.

  Kekerasan fisik (mencekik, menonjok, menjambak, menendang, menusuk dan memukul)

  Kekerasan terhadap hewan 3. Penggunaan senjata tajam dan benda keras untuk menyakiti dan melukai seperti pisau, balok, dan benda-benda lainnya

  4. Kata-kata kasar 5.

  Adegan-adegan berbahaya 6. Perilaku yang tidak pantas seperti membuka celana dan memperlihatkan ke teman-teman dan merusak benda-benda

  7. Sifat-sifat negatif (emosional, serakah, pelit, rakus, dendam, iri, malas, dan jahil)

  8. Muatan porno 9.

  Unsur-unsur mistis Hal-hal tersebut yang tentunya berbahaya bagi pertumbuhan anak di kemudian hari secara psikologis karena saat ini tidak hanya kartun lokal (berasal dari Indonesia) yang ditayangkan di beragam stasiun televisi (kpi.go.id).

  TK Permata Bangsa Binjai Barat adalah pilihan para orang tua untuk menjadikan sekolah tersebut sebagai tempat anaknya mengasah ilmunya. Sekolah tersebut berbasis Nasional di Binjai dengan menyandang predikat sekolah Nasional satu-satunya di Kotamadya Binjai dan membiasakan murid-muridnya untuk berbicara Bahasa Inggris di dalam dan di luar sekolah..

  Sekolah ini ditujukan untuk murid-murid yang berusia 4-12 tahun karena sekolah ini hanya di khususkan untuk tingkatan TK (Taman Kanak-Kanak), PG (Play Group) dan SD (Sekolah Dasar). Pada dasarnya, peneliti memilih lokasi sekolah ini karena tentunya para orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini memiliki keaktifan dalam mendidik anaknya tersebut. Sekolah ini dianggap sekolah yang tidak sembarangan untuk dipilih para orang tua yang berpikiran kritis dalam tumbuh kembang anak-anaknya di segi pendidikan. Usia 4-12 tahun tersebut adalah usia dimana anak baru memasuki masa mereka dapat mengenali dan selanjutnya bersimpati atau bahkan berantipati terhadap apa saja yang menarik perhatiannya. Pada usia tertentu ketika berada pada fase Taman Kanak, anak masih ada yang kurang dapat melihat perbedaan khayalan dan selanjutnya mengimitasi hal-hal yang dilihatnya, termasuk tayangan televisi.

  Peneliti merasa yakin akan mendapatkan informasi yang diinginkan selengkap-lengkapnya dengan ingin melihat bagaimanakah peran serta tindak lanjut para orang tua tersebut jika KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) ingin benar- benar menghapus beberapa tayangan kartun yang menjadi tokoh favorit mereka dan merupakan konsumsi yang disediakan untuk mereka para anak-anak. Selain itu, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan literasi media menjadi sesuatu hal yang bersifat mendesak untuk dimiliki bagi siapapun, terlebih bagi para orang tua yang memiliki anak-anak usia sekolah dasar, sehingga peneliti berasumsi bahwa di manapun penelitian dilakukan, tingkat ketertarikan maupun urgensinya cenderung sama.

  Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti merasa sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Anak Disamping Rencana di Hapuskan Beberapa Tayangan Kartun di Indonesia.

  1.2 Fokus Masalah

  Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan diatas, maka fokus masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi anak dibawah umur mengingat wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun?”

  1.3 Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui tingkat literasi (melek) media para orang tua anak Taman Kanak-Kanak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat terhadap tayangan kartun

  2. Untuk mengetahui peran orang tua serta tindak lanjutnya dalam membatasi tontonan televisi anak khususnya pada tayangan kartun jika KPI benar-benar merealisasikan wacananya

  1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat mampu menambah wawasan pengetahuan dan memperluas penelitian komunikasi serta

  Komunikasi FISIP USU 2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai bagaimana peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi anak dibawah umur dan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai kajian literasi media.

  3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti, serta para orang tua, tentang pentingnya pemahaman tentang literasi media bagi mereka dan anak-anaknya.

Dokumen yang terkait

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 72 124

Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Pemahaman Terhadap Tayangan Televisi Pada Anak di Lingkungan III, Kelurahan Pekan, Kecamatan Tanjung Morawa

3 55 182

Penagruh Tayangan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap Kenakalan Remaja

0 4 101

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah - Iklan pada Provider AXIS dan TELKOMSEL di Televisi

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Program Tayangan Sepakbola Liga Inggris Dan Tindakan Menonton Di Kalangan Babes (Studi Korelasional Antara Program Tayangan Sepakbola Liga Inggris Dan Tindakan Menonton Di Kalangan Babes (Perempuan Penggemar

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pemberitaan Kebijaka

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Konstruksi Media Terhadap Jilbab di Majalah Noor

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah - Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

0 0 9

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT (Studi Kasus terhadap Wacana di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun di Indonesia)

0 0 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 16