BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Merger dan Akuisisi - Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Merger dan Akuisisi

  Warren J. Keegen dalam bukunya Global Marketing Management mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan dengan sekurangnya lima macam cara yaitu dengan cara ekspor, melalui pemberian lisensi, dalam bentuk franchising (waralaba), pembentukan perusahaan patungan (joint ventures), dan total ownership atau pemilikan menyeluruh, yang dapat dilakukan melalui direct ownership (kepemilikan langsung) ataupun melalui merger dan akuisisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi menjadi salah satu cara untuk mengembangkan atau memperluas suatu usaha.

  Terutama bagi perusahaan yang ingin cepat berkembang dalam waktu yang relatif singkat. Konsep merger dan akuisisi sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha yaitu relatif dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan Dengan melakukan merger dan akuisisi, seorang pengusaha dapat lebih cepat dan mudah menguasai suatu usaha tanpa harus merintis sebuah usaha dari awal dan tidak menutup kemungkinan dapat menanggung risiko kegagalan usaha. Namun cukup dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada baik yang sudah besar atau sedang berkembang.

  Merger dan akuisisi memiliki hubungan positif dengan bisnis di suatu negara. Artinya, pada saat keadaan bisnis dan ekonomi suatu negara lagi booming, maka pada prinsipnya merger dan akuisisi pun banyak dilakukan. Sebaliknya pada saat ekonomi dalam keadaan resesi, maka kegiatan merger dan akuisisi pun menurun. Hal ini dinilai wajar, karena merger dipandang sebagai salah satu cara untuk memperluas usaha yang tentu memerlukan biaya dan modal, di mana biaya dan modal tersebut akan segan dikeluarkan orang jika prospek bisnis di suatu negara tersebut tidak baik. Pada abad ke sembilan belas, kelahiran merger sebagai suatu bentuk pengembangan usaha telah memperoleh pengakuan dan bentuknya di Amerika Serikat. Dengan melakukan merger dan akuisisi, pengusaha diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan, memperoleh harta kekayaan tidak berwujud, termasuk hak atas kekayaan intelektual dan sumber daya manusia yang diperlukan, melakukan diversifikasi usaha secara cepat, serta untuk mengubah industri usahanya.

  Selanjutnya Coyle dalam bukunya Mergers and Acquisitions juga mengatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan sebagai bagian dari strategi juga mengatakan bahwa pada prinsipnya merger dan akuisisi tidak jauh berbeda. Keduanya terjadi pada saat dua atau lebih pelaku usaha bergabung secara operasional, baik untuk keseluruhan maupun sebagian usaha mereka. Perbedaan yang pokok terletak pada tiga hal utama:

  1. Ukuran relatif dari masing-masing perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi;

  2. Kepemilikan dari usaha yang digabungkan tersebut; 3. Kontrol manajemen dari usaha yang digabungkan tersebut.

  Sama halnya dengan Wiriastari (2010) mengatakan bahwa merger dan akuisisi pada prinsipnya sama yaitu dalam membicarakan tentang penggabungan usaha (business combination), sehingga kedua istilah ini sering dibicarakan secara bersama, karena itu dapat dipertukarkan (interchangeable).

2.1.1.1. Merger

  Dalam pengertian yang luas merger meliputi juga pengertian dari konsolidasi dan akuisisi bisnis. Merger merupakan suatu bentuk penggabungan dua badan usaha, di mana badan usaha yang satu bubar secara hukum, dan yang lainnya tetap exist/ada dengan nama yang sama (Widjaja, 2002:47). Tetapi kata “bubar” disini bukan mengartikan seluruh aset, hak dan kewajiban badan hukum yang bubar tersebut menjadi hilang, melainkan diambil alih oleh perusahaan yang masih tetap ada. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas juga menggunakan istilah “penggabungan” untuk pengertian merger. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema berikut :

  Skema Merger Perusahaan A B

  Keterangan : A : Perusahaan yang akan melakukan merger B : Perusahaan target merger A/B : Perusahaan yang dibubarkan/melebur (Fuady, 1999:1)

  Dalam bukunya Mergers and Acquisitions-Business Strategies for

  

Accountants, Morris mengemukakan sekurangnya lima alasan pokok mengapa

  perusahaan melakukan merger:

  1. Faster growth;

  2. Vertical integration;

  3. Acquisition of intangibles and personel;

  4. Portfolio investment; 5. Change in industries (Morris, 2000:3).

  Klasifikasi Merger

  Merger dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :

  a. Dilihat dari segi jenis usaha dari perusahaan-perusahaan, merger dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut :

1. Merger Horizontal 2.

  Merger Vertikal 3. Merger Kon-Generik 4. Merger Konglomerat empat kategori sebagai berikut :

  1. Merger dengan Likuidasi dan Jual Beli Aset

  2. Merger dengan Jual Beli Aset dan Likuidasi

  3. Merger dengan Jual Beli Saham dan Likuidasi

  c. Dilihat dari segi variasinya, merger dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :

  1. Merger Sederhana (Simple Merger)

  2. Merger Praktis (Practical Merger)

  3. Merger Segitiga (Triangular Merger)

  4. Merger Segitiga Terbalik (Reverse Triangular)

  5. Merger Anak Induk

  6. Merger Kepanjangan Tangan (Arm’s Length)

  7. Merger De Facto

  d. Dilihat dari segi analisis keuangan, merger dibagi ke dalam dua kategori sebagai berikut :

  1. Merger Permodalan Murni

  2. Merger Operasional

  e. Dilihat dari sudut pandang akuntansi, merger dibagi ke dalam dua kategori sebagai berikut:

  1. Merger dengan Metode Pembelian (Purchase Method)

  2. Merger dengan Metode Pooling of Interest

2.1.1.2. Akuisisi

  “pengambilalihan” untuk pengertian akuisisi, sehingga secara hukum akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya yang biasanya dilakukan dengan membeli saham perusahaan yang akan diambil alih. Berbeda dengan merger, pada akuisisi tidak ada perusahaan yang melebur ke perusahaan lainnya. Jadi, setelah terjadi akuisisi kedua perusahaan masih tetap exist, hanya kepemilikannya yang berubah. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema berikut :

  Skema Akuisisi Perusahaan A B

  Keterangan : A : Perusahaan pengakuisisi B : Perusahaan target akuisisi (yang diakusisisi oleh perusahaan A) A dan B tetap exist setelah akuisisi terjadi (Fuady, 1999:3)

  Jika menurut Widjaja (2002:45) akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan dan kontrol menajemen oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Sedangkan merger hanya pengambilalihan sebuah perusahaan tanpa diikuti pengambilalihan kontrol manajemennya. Kontrol adalah kata kunci yang membedakan merger dari akuisisi (Coyle, 2000:2). Akuisisi dapat terjadi secara keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi secara keseluruhan terjadi jika yang diambil alih adalah seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih. Sedangkan akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100%. Adapun akuisisi dapat diklasifikasikan juga sebagi berikut:

  Klasifikasi Akuisisi

  Dalam perkembangannya akuisisi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut : a. Dilihat dari Segi Jenis Usaha

  Dilihat dari segi jenis usaha perusahaan yang terlibat dalam transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :

  1. Akuisisi Horizontal

  2. Akuisisi Vertikal

  3. Akuisisi Konglomerat

  b. Dilihat dari Segi Lokalisasi Dilihat dari segi lokalisasi antara perusahaan pengakuisisi dengan perusahaan target, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Akuisisi Eksternal

  2. Akuisisi Internal

  c. Dilihat dari Segi Objeknya Dilihat dari segi objek dari transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :

  1. Akuisisi Saham

  2. Akuisisi Aset

  3. Akuisis Kombinasi

  4. Akuisisi Bertahap

  d. Dilihat dari Segi Motivasi digolongkan sebagai berikut :

  1. Akuisisi Strategis

  2. Akuisisi Finansial e. Dilihat dari Segi Divestitur Dilihat dari segi divestitur, yakni dengan melihat peralihan aset/saham/manajemen dan perusahaan target kepada perusahaan pengakuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :

  1. Take Over

  2. Freezeouts

2.1.1.3 Metode Pembayaran Merger dan Akuisisi

  Ada beberapa bentuk pembiayaan terhadap merger dan akuisisi antara lain namun tidak terbatas pada hal ini, yaitu:

  1. Pembiayaan dari uang kas, yang dalam hal ini dapat diambil dari hasil go

  public,

  2. Pinjaman komersil/sindikasi,

  3. Pengisuan surat sanggup (promissory notes, bonds, atau promes),

  4. Pengeluaran saham portepel (right issue), 5. Penyetoran saham tambahan/dana segar dari pemilik.

  Dilihat dari sumber pendanaannya, pembiayaan terhadap merger dan akuisisi

  1. Private Placement Dalam hal ini sumbernya dari investor kelembagaan atau bukan. Investor kelembagaan dalam hal ini misalnya perusahaan asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan sebagainya.

  2. Public Market Hal ini dilakukan melalui pasar modal yaitu dengan proses go public.

  3. Penerbitan Surat Berharga Penerbitan surat berharga, seperti bonds, notes, convertible bonds, atau sarana

  

debt financing lainnya, juga dapat menjadi sumber pendanaan bagi merger dan

akuisisi.

  Seiring waktu dikenal juga suatu metode tertentu untuk pembayaran terhadap merger dan akuisisi yaitu metode pembayaran secara bertahap (deffered

  

payment plan ) yang sering juga disebut pembayaran secara earn out. Prinsipnya

  pembayaran dilakukan dengan dua tahap yaitu pembayaran awal, yakni dengan pembayaran tunai atau dengan saham, dan pelunasan, dilakukan setelah perusahaan yang bersangkutan berhasil menaikkan pendapatannya.

2.1.1.4 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi

  Beberapa alasan mengapa suatu perusahaan lebih menginginkan pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisisi dibandingkan dengan pertumbuhan internal adalah sebagai berikut:

  1. Kemungkinan perusahaan menginginkan diversifikasi untuk menurunkan risiko yang diakibatkan pengaruh musim (seasonal business). lainnya. Misalnya tingkat penghasilan akan lebih besar diterima jika bergabung dengan perusahaan lainnya dibandingkan dengan penghasilan masing-masing perusahaan secara individual. Biasanya sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger yang bersifat horizontal disebabkan karena terjadinya skala kemampuan ekonomi yang semakin besar (large scale economies).

  3. Merger memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh apa yang tidak dapat diperolehnya secara sendiri, contohnya bakat manajemen yang lebih superior atau kapabilitas riset.

  4. Kemungkinan perusahaan akan dapat memperbaiki kapabilitas dalam menghimpun dana karena bergabung dengan perusahaan yang memiliki kemampuan likuiditas aset yang lebih besar dan utang rendah (financial synergy).

  5. Pendapatan bersih (net income) perusahaan besar yang baru dapat mengkapitalisasi pada tingkat yang lebih rendah, yang mengakibatkan nilai pasar sahamnya lebih tinggi. Saham perusahaan besar biasanya lebih mempunyai prospek pasar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal tersebut akan meningkatkan price per earning (P/E ratio) saham tersebut.

  6. Ada kemungkinan untuk membiayai aktivitas lebih baik dengan akuisisi apabila pembiayaan ekspansi internal tidak memungkinkan. Misalnya, mengakuisisi perusahaan lain, apabila dengan menukar saham akan lebih murah dibandingkan jika harus membangun pabrik baru yang memerlukan pembayaran cash dan memerlukan biaya yang besar. nilai pasar perusahaan yang diakuisisi lebih rendah daripada replacement cost yang terjadi.

  8. Melalui merger suatu perusahaan yang mengalami kerugiaan dalam pengoperasiannya akan dapat tertolong oleh perusahaan yang mengakuisisi, biasanya dari segi harga, tetapi juaga memperoleh manfaat dari pajak yang dapat diperhitungkan kemudian. Perusahaan yang mengakuisisi akan mempergunakan tax credit tersebut sehingga pembayaran pajaknya lebih rendah.

2.1.1.5 Tujuan Merger dan Akuisisi

  Merger dan akuisisi mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan sinergi perusahaan. Sering disebut bahwa rumus yang berlaku adalah 2 + 2 = 5.

  Kelebihan satu dari rumus tersebut karena adanya tambahan sinergi atau yang dapat juga disebut dengan gain. Dalam setiap melakukan merger dan akuisisi, pastinya yang diharapkan adalah adanya gain yang selalu positif. Dengan nilai

  

gain yang positif inilah merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan

  perusahaan yang sedang sakit. Adanya tambahan sinergi ini disebabkan karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari dilakukannya merger dan akuisisi yaitu, sebagai berikut: (1) Pertimbangan Pasar Salah satu tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah untuk memperluas pangsa pasar seperti menghasilkan mata rantai produksi yang lengkap, memperluas distribusi produk dalam satu area, atau memperluas area distribusi.

  Sistem distribusi tunggal seperti salesmen, dealers, retail outlets dan transportation facilities, seringkali dapat menangani dua produk sehingga dapat menghemat biaya daripada mereka yang hanya menangani produk tunggal. (3) Diversifikasi Dimaksudkan untuk mengecilkan risiko yang akan dihadapi jika hanya memiliki satu usaha saja. Karena itu, dibuatlah penganekaragaman jenis usaha, untuk meminimalkan risiko terhadap pasar tertentu dan/ atau untuk dapat bersaing dengan usaha-usaha di bidang lain yang baru tumbuh.

  (4) Keuntungan Manufaktur Banyak keuntungan dapat diterima dengan menggabungkan dua unit manufaktur atau lebih. Segi-segi kelemahan dapat diperkuat, overcapacity dapat dihilangkan, dan overhead dapat dikurangi serta problem-problem yang bersifat temporer karenanya dapat dipecahkan.

  (5) Riset and Development (R & D) Biaya-biaya Riset and Development (R & D) dapat dikurangi karena terbukanya kesempatan untuk menggunakan laboratorium, pendidikan dan sebagainya secara bersama. (6) Pertimbangan Finansial Dapat meningkatkan earning per share dan memperbaiki image di pasar dan mencapai stabilitas dan sekur iti finansial.

  (7) Pemanfaatan Excess Capital Dapat saling memanfaatkan excess capital masing-masing perusahaan.

  Dapat saling melengkapi di bidang SDM anatara perusahaan yang kekurangan/mempunyai kelemahan di bidang SDM dengan perusahaan lain yang SDM nya lebih baik. (9) Kecanggihan dan Otomatisasi Perkembangan bisnis menuju penggunaan sarana yang semakin canggih dan otomatisasi membutuhkan biaya tinggi dan kemampuan SDM yang tangguh.

  Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit mengikuti perkembangan ini kecuali dengan membesarkan diri, antara lain dengan cara melakukan merger dan akuisisi.

  Selain itu, masih ada keuntungan-keuntungan lain dari dilakukannya merger dan akuisisi, seperti menghemat pajak jika merger dan akuisisi dengan perusahaan yang sedang merugi, dan sebagainya. Ada beberapa sasaran umum sehingga dilakukannya suatu merger, yaitu sebagai berikut: (1) Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pasar. (2) Untuk Meningkatkan Efisiensi. (3) Untuk Mengembangkan Inovasi Baru. (4) Sebagai Alat Investasi. (5) Sebagai Sarana Alih Teknologi. (6) Mendapatkan Akses Internasional. (7) Untuk Meningkatkan Daya Saing. (8) Memaksimalkan Sumber Daya. (9) Menjamin Pasokan Bahan Baku. (Fuady 1999:57)

  Pada umumnya banyak badan usaha yang melakukan merger dan akuisisi produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang relatif murah, dan meningkatkan kinerja finansial.

2.1.2. Sinergi

  Perusahaan-perusahaan melibatkan diri dalam merger dan akuisisi karena berbagai alasan. Merger dan akuisisi yang efektif sebenarnya dapat : (1) berguna sebagai platform pertumbuhan perusahaan, (2) menyebabkan meningkatnya pangsa pasar, (3) memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan dari penghematan skala atau economies of

  

scale (yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan

  sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam produk; penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional) dan penghematan cakupan atau economies of scope (yakni keuntungan yang didapat melalui pemanfaatan sumber-sumber daya suatu unit untuk mencakup pengoperasian unit lainnya, dan (4) mengurangi pengeluaran-pengeluaran organisasional dengan cara menghapuskan penggandaan dan mentransfer pengetahuan di antara dan antar unit-unit bisnis dan/ atau alur produk individu.

  Sinergi dapat diartikan sebagai kemampuan dua atau lebih unit atau perusahaan untuk menciptakan nilai yang lebih besar melalui kerja sama daripada yang bisa mereka capai dengan kerja sendiri-sendiri. Secara umum, sinergi dianggap memberi keuntungan perusahaan pengakuisisi melalui dua sumber: (1) meningkatnya efisiensi operasi yang didasarkan pada penghematan skala dan manajerial, sinergi ada ketika para manejer menemukan cara bagi perusahaaan gabungan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai total yang mereka ciptakan saat beroperasi sebagai entitas independen. Bagi pemegang saham, sinergi ada bila mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tidak bisa mereka peroeh melalui keputusan diversifikasi portofolio mereka sendiri. Beberapa kalangan mencatat bahwa hal ini sulit dicapai oleh perusahaan karena pemegang saham bisa membuat variasi posisi kepemilikan mereka secara lebih murah dengan cara mengelompokkan saham di sejumlah perusahaan.

2.1.3. Abnormal Return

  Salah satu yang menjadi tujuan investor melakukan investasi adalah memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return adalah imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sehingga ketika investor ingin menanamkan modalnya maka harus memperhatikan dan menghitung return yang akan diterimanya. Oleh karena itu ketika perusahaan ingin melakukan merger dan akuisisi, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah return yang akan diterima perusahaan. Apakah ada perbedaan return yang diterima antara sebelum dengan setelah dilakukannya merger dan akuisisi atau dengan kata lain apakah ada peningkatan return yang diterima. Karena hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Ketika perusahaan berencana bereaksi karena dilakukannya merger dan akuisisi tersebut. Salah satu reaksi pasar tersebut dapat dilihat melalui perubahan harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Jika harga saham mengalami perubahan hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran perusahaan juga mengalami perubahan.

  Perubahan tingkat kemakmuran perusahaan tersebut dapat diukur melalui

  abnormal return yang diterima. Abnormal return adalah kelebihan dari return yang sesungguhnya diterima terhadap return normal. Dimana menurut Darlis dan Zirman (2011) mangatakan bahwa abnormal return positif terjadi jika return sesungguhnya (actual return) lebih besar daripada return yang diharapkan investor (expected return).

  Return sesungguhnya adalah selisih harga sekarang dengan harga

  sebelumnya. Sedangkan return yang diharapkan adalah return yang diharapkan akan diterima investor di masa yang akan datang. Dimana untuk mendapatkan hasilnya return yang diharapkan ini harus diestimasi. Return ini sendiri dapat dihitung menggunakan data historis. Ada tiga metode yang secara luas digunakan dalam penelitian studi peristiwa untuk menentukan abnormal return yaitu:

  1. Mean Adjusted Model

  2. Market Model

  3. Market Adjusted Model Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model disesuaikan pasar (market adjusted model). Menurut Wiriastari (2010) bahwa dimana dalam model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu

  Menurut Jogiyanto (dalam Wiriastari, 2010) abnormal return dihitung dengan Market Adjusted Abnormal Return, yaitu merupakan selisih return saham yang dihitung dari return individual dikurangi return ekspektasi. AR it = R it – E(R it ) Dimana: AR = Abnormal return dari masing–masing saham i pada hari ke-t

  it

  R it = Return Saham i pada hari ke-t E(R it ) = Return Ekspektasi pada hari ke-t

  Untuk mencari return saham individual pada periode t (R it ) adalah selisih antara harga saham i pada periode t dengan periode sebelumnya (t – 1), dibagi dengan harga saham pada t– 1. Rumusnya sebagai berikut:

  P −P it it −1

  R it =

  P it −1

  Dimana: R it = Return saham i pada saat t P it = Harga saham i pada saat t P = Harga saham i pada saat t – 1

  it-1

  Sedangkan untuk mencari return ekspektasi pada hari ke-t E(R it ) adalah selisih antara IHSG periode t dengan t–1 dibagi dengan IHSG pada bulan t–1.

  Rumusnya sebagai berikut:

  I mt −I mt −1

  E(R it ) =

  I mt −1

  Dimana: E(R it ) = Return Ekspektasi pada saat t I = IHSG pada saat t

  mt

  I mt-1 = IHSG pada saat t-1

2.1.4. Kinerja Keuangan

  Saviera (2012) mengatakan bahwa keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dinilai dengan melihat kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangannya. Dimana untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangannya. Laporan keuangan adalah informasi akuntansi yang melihatkan gambaran seberapa besar kekayaan perusahaan dan penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi- transaksi ekonomi apa saja yang dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan tersebut. Pada umumnya laporan keuangan sebuah perusahaan meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan aliran kas. Penggunaan laporan keuangan ini sendiri digunakan untuk berbagai macam tujuan. Salah satunya digunakan untuk melakukan analisis keuangan yang menghasilkan informasi tentang penilaian dan keadaan keuangan perusahaan, baik yang lalu atau sekarang serta ekspektasinya di masa depan. Selain itu tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta Jika analisis ini dilakukan oleh pihak luar perusahaan, investor maupun masyarakat, dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi untuk investasi dengan kata lain sebagai penentuan keputusan investasi yang terbaik dan paling menguntungkan.

  Menurut Syafri (dalam aprilita, 2013) karena sulitnya memahami laporan keuangan dalam bentuk aslinya, maka ditempuh berbagai cara untuk melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan seperti :

  a. Analisis common size

  b. Analisis indek

  c. Analisis rasio keuangan Analisisi rasio keuangan merupakan salah satu alat utama yang digunakan untuk menganalisis keuangan suatu perusahaan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui angka-angka rasio keuangan tersebut, para calon investor dapat mengetahui baik mengenai seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan, seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan, bagaimana tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan yang dimana data yang diperoleh harus dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

  Chen dan Shimerda (1981) mengatakan bahwa rasio keuangan terbukti berperan penting dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan dapat yang tidak sehat. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio saham, dan rasio solvabilitas. Sama halnya dengan menurut Aprilita et al (2013) yaitu pengukuran terhadap variabel yang digunakan di dalam penelitian ini didasarkan pada ukuran-ukuran yang ada dan pada umumnya telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Jadi dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas dilihat dari current ratio. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset. Sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio.

  2.1.4.1. Rasio Likuiditas

  Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

  a. Current Ratio (CR) Rasio ini untuk melihat berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rumusnya sebagai berikut:

  Aktiva Lancar Current Ratio =

  Utang Lancar

  2.1.4.2. Rasio Profitabilitas

  Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

  Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

  a. Return on Equity (ROE)

  

Return on Equity atau return on net worth untuk melihat kemampuan perusahaan

  dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan, jika utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Adapun rumusnya sebagai berikut:

  Laba setelah Pajak Return on Equity (ROE) =

  Modal Sendiri

  b. Return on Asset (ROA) Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Adapun rumusnya sebagai berikut:

  Laba Bersih

  (ROA) =

  Return on Asset Total Aktiva

2.1.4.3. Rasio Solvabilitas

  Rasio Solvabilitas adalah rasio yang melihat sejauh mana perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

  a. Debt Ratio (DR)

  

Debt Ratio yaitu untuk melihat aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau

  modal yang berasal dari pihak luar. Semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan tersebut dalam kaitannya atas kemampuan membayar kewajibannya kepada kreditor. Adapun rumusnya sebagai berikut:

  Total Utang Debt Ratio =

  Total Aktiva b. Debt to Equity Ratio (DER)

  

Debt to Equity Ratio yaitu rasio yang menjelaskan kemampuan perusahaan

  menutupi seluruh utangnya dengan modal sendiri. Adapun rumusnya sebagai berikut:

  Total Utang Debt to Equity Ratio =

  Total Modal Sendiri

2.1.5. Penelitian Terdahulu

  Penelitian untuk melihat dampak merger dan akuisisi terhadap abnormal

  

return dan/atau kinerja keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan. Baik di

  Indonesia maupun di luar Indonesia. Di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Darlis dan Zirman (2011) meneliti mengenai reaksi pasar dan kinerja keuangan akibat dari publikasi akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di BEI tahun 2004-2008. Hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan rasio keuangan secara menyeluruh antara satu tahun dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum akuisisi dengan dua tahun setelah akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Pada sisi return saham, avarage abnormal return pada perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan signifikan menjelang dan sesudah peristiwa akuisisi.

  Begitu pun terhadap Nababan et al (2013) dalam penelitian mereka yang berjudul Analysis of Relationship Between Market and Long Term Performance

  

on Acquisitions mendapat hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa

  pihak perusahaan pengakuisisi menerima negative abnormal return yang signifikan di sepanjang tanggal akuisisi. Hal ini mengindikasikan bahwa peristiwa akuisisi menghasilkan return yang lebih rendah dari predicted return yang diprediksikan oleh pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Untuk menilai kinerja perusahaan-perusahaan pengakusisi dalam jangka panjang, digunakan

  

proxy yakni ROA, ROE, OPM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara

  keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja sebelum dan sesudah akuisisi.

  Sedangkan Astria (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menunjukkan bagaimana reaksi pasar modal atas pengumuman merger dan akuisisi dengan menggunakan indikator abnormal return. Periode penelitian yaitu tahun 2006-2008, periode peristiwanya sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasil perhitungan Wilcoxon Signed

  Rank Test membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan abnormal return pada periode sebelum-sesudah peristiwa.

  Penelitian yang dilakukan oleh Saviera (2012) untuk mengetahui pengaruh aktivitas merger dan akuisisi terhadap kinerja operasional dan kinerja pasar perusahaan yang diproksikan oleh rasio-rasio keuangan seperti current ratio, total

  

asset, dan tobin’s q ratio. Sinergi diukur dengan membandingkan rasio keuangan

  perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi tidak menghasilkan sinergi bagi perusahaan dan hanya debt equity ratio yang mengalami penurunan signifikan.

  Sedangkan penelitian yang dilakukan di luar Indonesia seperti yang dilakukan oleh Jianyu Ma et al (2009) yang meneliti untuk melihat abnormal

  

return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan yang melakukan akuisisi

  di sekitar tanggal pengumuman merger dan akuisisi pada sepuluh pasar saham yang terdapat di pasar Asia yaitu China, India, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat ekspektasi positif dari cumulative abnormal returns (CAR) dalam tiga peristiwa jendela yang berbeda yaitu dua hari (0, 1) jendela pengamatan, tiga hari (-1, +1) jendela pengamatan, dan empat hari (-2, +2) jendela pengamatan. Hal tersebut mengartikan bahwa pengumuman merger dan akuisisi memberi dampak yang signifikan.

2.2. Kerangka Konseptual

  Merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Lebih tepatnya, bahwa transakasi ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penggabungan sumber-sumber daya merger dan akuisisi ketika merger atau akuisisi tersebut dapat menciptakan sinergi. Dimana sinergi tersebut terkait dengan penciptaan nilai. Pada intinya merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan harapan pasar akan menerima dengan baik terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan tersebut. Untuk melihat apakah pasar bereaksi dengan baik atau tidak terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dilihat dari perubahan harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut. Darlis dan Zirman (2011) menyatakan bahwa perubahan terhadap harga saham menunjukkan adanya perubahan tingkat kemakmuran pemegang saham yang diukur dengan

  

abnormal return positif yang diperoleh pemegang saham. Berarti dalam hal ini

  jika merger dan akuisisi telah dilakukan diharapkan pemegang saham memperoleh

  abnormal return positif. Terdapat perbedaan jika abnormal return dibandingkan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi.

  Sedangkan Meta (2009) menyatakan bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari kinerja keuangannya dimana kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas adalah rasio untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial profitabilitas adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity (ROE) dan

  

return on asset (ROA). Rasio solvabilitas adalah rasio yang menjelaskan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Untuk rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio (DR) dan debt to equity ratio (DER). Diharapkan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi, perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya, kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya dapat lebih baik lagi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Adapun hubungan yang terjadi antar variabel yang diteliti dapat dirangkum ke dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

  Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan merger dan akuisisi tahun 2008-2010

  Sebelum Merger Sesudah Merger dan Akuisisi dan Akuisisi

  Kinerja Keuangan dilihat Abnormal Abnormal Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan : Return Return dari Rasio Keuangan :

  1. Current Ratio (CR)

  1. Current Ratio (CR)

  2. Return on Equity

  2. Return on Equity (ROE)

  (ROE)

  3. Return on Asset (ROA)

  3. Return on Asset (ROA)

  4. Debt Ratio (DR)

  4. Debt Ratio (DR)

  5. Debt to Equity Ratio

  5. Debt to Equity Ratio (DER)

  (DER)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan yang diteliti. Untuk menjawab perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Abnormal Return Ho : Tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan H1 : Ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan b. Kinerja Keuangan Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan H1 : Ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011 (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan)

6 137 81

Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 123 97

Analisis Dampak Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger dan Akuisisi pada Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

6 98 88

Analisis Dampak Merger Dan Akuisisi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Food And Baverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

11 163 75

Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

8 137 102

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Analysis of Banking Financial Performance Before and After Merger and Acquisition (Studies in Banki

7 55 8

Aspek Hukum Merger dan Akuisisi Pada Lembaga Keuangan Koperasi

0 4 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi 2.1.1. Pengertian Akuisisi - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan - Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011

0 0 18

Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10