BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan - Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kinerja Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan

  Dalam rangka mencapai tujuan suatu perusahaan, perusahaan tersebut perlu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik. Untuk menilai sejauhmana pengukuran tertentu. Metode pengukuran ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan informasi untuk pengambil keputusan, yang masing-masing bidang dan fungsi berbeda. Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan turut menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

  Dengan manajemen keuangan, efesiensi dan efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat dari kinerja keuangannya (Warsono, 2003:23).

  Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan manapun, karena kinerja keuangan adalah cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Tujuan kinerja keuangan adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa depan dan menentukan setiap kekuatan yang dapat digunakan (Tampubolon, 2013:39). Cara untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya.

  Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut. Laporan keuangan dibutuhkan oleh bankir dan investor untuk mengambil keputusan yang cerdas, manajer perusahaan membutuhkan laporan keuangan untuk mengoperasikan usaha secara efisien, dan badan perpajakan membutuhkannya untuk menilai pajak dengan cara yang wajar (Brigham dan Houston, 2010:85)

2.1.1.2 Pengukuran Kinerja Keuangan

  Analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, dan sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja keuangan dimasa depan (Brigham dan Houston, 2010:134). Rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Adapun jenis rasio menurut Warsono (2003:34) 1.

  Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas secara umum ada 5 (lima), yaitu Gross Profit Margini, Net Operating Profit Margin, Net Profit Margin , Return on Asset, dan Return on Equity.

2. Rasio Nilai Pasar

  Rasio nilai pasar adalah rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan pendapatan dan nilai buku per lembar saham. Rasio ini memberikan manajemen suatu indikasi tentang kinerja masa lalu perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Rasio nilai pasar meliputi, Earnings

  per Share , Equity per Share, Devidend per Share, Price Earnings Ratio, Price Book Value , Devidend Payout Ratio dan Devidend Yield.

  3. Rasio Leverage Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio Leverage meliputi, Debt Ratio, dan Debt to Equity Ratio. Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuisitas secara umum ada 2, yaitu Current Ratio, dan Quick Ratio.

  5. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio aktvitas ini meliputi, Inventory

  Turnover , dan Total Assets Turnover.

2.1.1.3 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

  Faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menurut Kuncoro (2006:8), antara lain: 1.

  Risiko Keuntungan atau return yang didapat oleh investor tidak terlepas dari risiko yang melekat pada setiap perusahaan. Risiko adalah kemungkinan realized

  return suatu investasi akan berbeda dengan expected return investasi tersebut.

  2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (firm size) adalah salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran perusahaan adalah total penjualan, total aktiva, jumlah karyawan, value added, kapitalisasi nilai pasar dan berbagai parameter lainnya. Keputusan Manajemen

  Kinerja keuangan perusahaan tidak akan terlepas dari keputusan–keputusan yang diambil manajemen. Jika manajemen mengambil keputusan yang salah, akan sangat berdampak pada hal-hal yang akan dikerjakan dan pasti akan sangat berpengaruh pada kinerja keuangannya.

  4. Kualitas Sumber Daya Manusia Para pekerja yang dipekerjakan di suatu perusahaan memiliki partisipasi penting dalam kinerja keuangan. Sumber daya manusia yang baik akan terus berfokus pada tujuan perusahaan, yaitu profit.

2.1.2 Merger dan Akuisisi

2.1.2.1 Pengertian Merger

  Merger menurut Sjahrial (2007:433) adalah peleburan secara lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama mempertahankan nama dan identitasnya, dan memperoleh aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri. Merger berasal dari kata merger (Latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas akibat penggabungan ini.

  Menurut Tampubolon (2013:227), merger biasanya akan dapat dilaksanakan apabila perusahaan yang diambil alih menerima penawaranpada tingkat premium yang dapat diterima menurut present market price dari saham (acceptable

  

premium over the present market price of its stock). Apabila negoisasi gagal,

  biasanya tender offer dapat dilakukan langsung kepada pemegang saham perusahaan. Tender offer merupakan penawaran cash untuk saham-saham yang

  

surviving firm . Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah

  terjadinya merger dinamakan mergerd firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari

  

mergerd firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan

  menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan demikian mergerd firm tidak dapat bertindak hukum atas namanya sendiri.

  Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas merger sebagai salah satu strategi perusahaan.

  PERUSAHAAN A PERUSAHAAN A atau

  PERUSAHAAN PERUSAHAAN B B Sumber: Moin (2010)

Gambar 2.1 Skema Merger

2.1.2.2 Pengertian Akuisisi

  Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi adalah suatu strategi yang menekankan upaya melalui mana satu perusahaan membeli saham kendali atau seratus persen minat kepentingan dalam perusahaan bisnis di dalam portofolionya (Assauri, 2013:130). Hanya saja perlu diingat adanya dilema dalam pengakuisisian perusahaan, yaitu akan menghadapi pembayaran dengan harga yang mahal atau premium untuk pembelian perusahaan yang sukses. Sebaliknya pembayaran akan dilakukan dengan harga yang relatif murah, bila dilakukan pembelian perusahaan yang sedang berjuang untuk bertahan hidup atau untuk maju.

  Dalam PSAK No.22 mendefinisikan akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk: a.

  Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.

  b.

  Mengangkat dan memberhentikan manajemen.

  c.

  Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.

  Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas akuisisi sebagai salah satu strategi perusahaan.

  Sebelum Akuisisi Setelah Akuisisi

  Perusahaan A Perusahaan A

  Pengendalian

  Perusahaan B Perusahaan B `Sumber: Moin (2010)

Gambar 2.2 Skema Akuisisi

2.1.2.3 Jenis Merger dan Akuisisi

  Penggabungan dua perusahaan dalam bentuk merger dapat dibedakan dengan 4 jenis, yaitu (Sitanggang, 2013:201):

  1. Merger Horizontal Merger horizontal adalah penggabungan dua perusahaan yang menghasilkan jenis produk atau jasa yang sama.

  2. Merger Vertikal Merger vertikal adalah penggabungan dua perushaan yang jenis produk atau jasanya berurutan (produsen dengan pemasok).

  3. Merger Kongenerik Merger kongenerik yaitu, penggabungan dua perusahaan dalam industri umun yang mempunyai kesamaan sifat atau tindakan tetapi bukan dalam hubungan horizontal maupun vertikal.

  4. Merger Konglomerat Merger konglomerat adalah penggabungan dua perusahaan yang mempunyai sifat dan tindakan yang berbeda sama sekali.

  Menurut Assauri (2013:131) bentuk akuisisi dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

  1. Akuisisi Horizontal dengan membeli perusahaan pesaing dalam industri yang sama. Akuisisi jenis ini diharapkan untuk meningkatkan penguasaan pasar suatu perusahaan.

  2. Akuisisi Vertikal Akuisisi vertikal adalah akuisisi yang dijalankan suatu perusahaan dengn membeli satu pemasok atau distributor dari barang dan jasa yang dibutuhkan.

  Dengan akuisisi ini, perusahaan dapat melakukan pengendalian bahan atau parts tambahan dari suatu rantai nilai.

  3. Akuisisi yang Terkait atau Related Akuisisi related adalah akuisisi yang dilakukan suatu perusahaan atas perusahaan lain dalam suatu industri yang terkait.

2.1.2.4 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi

  Menurut Horne dan Wachowicz (2007:474), ada beberapa alasan perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan perusahaan, yaitu:

  1. Peningkatan Penjualan Salah satu alasan penting melakukan merger dan akuisisi adalah peningkatan penjualan. Dengan mendapatkan tambahan pangsa pasar, perusahaan dapat meningkatkan penjualan secara terus-menerus dan mendapatkan dominasi dalam pasar. Operasional yang ekonomis sering kali dapat dicapai melalui penggabungan usaha. Realisasi ekonomis tersebut disebut sebagai sinergi. kedua perusahaan gabungan melebihi kinerja perusahaan jika berdiri secara terpisah. Selain sinergi, skala ekonomis juga bisa didapat dari kegiatan yang ekonomis. Skala ekonomis adalah keuntungan daari jumlah karena biaya per unit rata-rata akan turun sejalan dengan naiknya volume.

  2. Memperoleh Sinergi Manfaat sinergik diperoleh hanya apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung memiliki keunggulan (dan kelemahan) yang tidak sama atau memiliki keunggulan (dan kelemahan) pada bidang yang tidak sama. Sinergi adalah nilai ekonomi yang didapat dari penggabungan di mana kinerja kedua perusahaan gabungan melebihi kinerja perusahaan jika berdiri secara terpisah.

  3. Memanfaatkan peluang untuk menghemat pajak Apabila sebuah perusahaan menghasilkakn laba selalma satu tahun tertentu, perusahaan tersebut tentu saja harus membayar pajak kepada pemerintah.

  Pada saat perusahaan berada pada tingkat penjualan yang membuatnya impas, yaitu tidak memperoleh laba dan tidak juga mederita rugi, perusaah tersebut tentu saja tidak akan membayar pajak penghasilan.

  Menurut Pardede (2011:604) ada beberapa alasan perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambialihan, yaiitu:

  1. Memperbesar ukuran perusahaan Apabila perusahaan ingin memperbesar ukurannya, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan penggabungan atau pengambialihan dengan perusahaan lain. Menambah jenis barang yang dibuat

  Menambah jenis barang agar tidak ketergantungan dengan satu jenis barang saja dengan cara bergabung dengan, atau mengambilalih, perusahaan lain yang saat ini sedang membuat barang tersebut.

  3. Memperoleh sumberdaya-sumberdaya penting Apabila ada satu perusahaan yang membutuhkan sumberdaya tertentu dimana perusahaan ini tidak dapat memperolehnya dan apabila ada perusahaan lain yang dapat memperolehnya, maka sebaiknya bergabung atau mengambilalih perusahaan lain tersebut. Pada tingkat penjualan yang membuatnya impas, yaitu tidak memperoleh laba dan tidak juga mederita rugi, perusaah tersebut tentu saja tidak akan membayar pajak penghasilan.

2.1.2.5 Langkah–langkah Merger dan Akuisisi

  Dalam proses melakukan merger terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger terjadi.

  Langkah–langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga bagian (Estanol dan Seldeslachts, 2005) yaitu:

1. Pre–merger

  Pre–merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam

  tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan–perusahaan tersebut.

  2. Merger stage Pada saat perusahaan–perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan adalah menyesuaikan diri dan saling mengintregasikan diri dengan partner agar dapat berjalan sesuai dengan harapan.

  3. Post–merger Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah pertama, yang akan dilakukan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger sering terjadinya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi.

  Langkah kedua, yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah terakhir, yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerja sama mutual.

2.1.2.6 Norma Merger dan Akuisisi

  Menurut Pardede (2011:614) sebelum memutuskan untuk bergabung dengan, atau mengambilaih perusahaan lain seharusnya setiap perusahaan terlebih dahulu menentukan norma atau kriteria yang harus dimiliki baik oleh perusahaan maupun oleh perusahaan lain yang akan digabungkan dengan, atau yang akan diambilalih oleh perusahaan yang bersangkutan. Berikut adalah norma yang lazim digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan penggabungan atau pengambilalihan perusahaan: a.

  Ukuran perusahaan Jenis bidang usaha c. Prestasi atau citra perusahaan d. Peluang untuk tumbuh e. Pangsa pasar f. Harga g.

  Pengaruh terhadap modal pemegang saham h. Sumber pembelanjaan i. Keserasian manajemen

2.2 Review Penelitian Terdahulu

  Banyak peneliti yang telah dilakukan mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu signifikan. Pada penelitian Widyaputra (2006) menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan pada rasio EPS, NPM, ROE, ROA 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi. Pada penelitian Yulianto (2008) secara umum menunjukkan ada perbedaan yang positif signifikan pada FATO, TAT, DER, OPM, dan GPM.

  Namun pada CR, QR, DTA, IT, ROI, ROE dan NPM tidak ada perbedaan yang signifikan walaupun hasilnya positif.

  Pada penelitian Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1998–2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja keuangan perusahaan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage. Pada penelitian Hamidah & Noviani (2013) menunjukkan perbedaan pada CR, ROA, dan PER, sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan. Penelitian Nugroho (2010) juga menunjukkan perbedaan lima tahun sesudah merger dan akuisisi.

  Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan analisis merger dan akuisisi terdapat pada Tabel 2.1 berikut ini:

  

Tabel 2.1

Review

   Penelitian Terdahulu No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian

Variabel

yang

  

Digunakan

Analisis Data Hasil Penelitian

  1. Widjanarko (2006) Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Rasio keuangan:

ROA, ROE,

GPM, NPM,

OPM, dan

DER Kolmogorov-

  Smirnov Paired sample t-test Wilcoxon Signed Ranks Test

  Tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage.

  2. Widyaputra (2006) Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan & Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (di Bursa Efek Jakarta Periode 1998-2004)

  Rasio keuangan:

EPS, OPM,

NPM, ROE,

ROA, PER,

PBV dan

TATO Kolmogorov-

  Smirnov Wilcoxon Signed Ranks Test

  Penelitian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi terdapat perbedaan secara signifikan pada rasio EPS, NPM, ROE, dan ROA

  

Lanjutan Tabel 2.1

Review

   Penelitian Terdahulu

  3. Yulianto (2008) Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Publik yang Melakukan Merger dan Akuisisi Selama dan Sesudah Krisis Moneter Rasio keuangan: FATO, TAT, DER, OPM,

GPM, CR,

QR, DTA,

  

IT, ROI,

ROE, dan

NPM Independen sample t-test Ada perbedaan yang positif signifikan pada rasio FATO, TAT, DER, OPM dan GPM.

CR, QR, DTA,

  IT, ROI, ROE dan NPM tidak ada perbedaan

  4. Nugroho (2010) Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi, Periode 2002- 2003) Rasio keuangan:

NPM, ROA,

ROE, DER,

EPS, TATO

dan CR Uji normalitas Wilcoxon Signed Ranks Test Uji Manova Penelitian 1 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah merger dan akuisisi tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan

  5. Hamidah dan Noviani (2013)

  Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuissisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004- 2006) Rasio keuangan:

TATO, DR,

CR, ROA,

dan PER

  Paired sample t-test Ada perbedaan pada rasio CR, ROA, dan PER, sedangkan pada rasio TATO dan DR tidak mengalami perubahan

  Di dalam penelitian-penelitian terdahulu memiliki perbedaan dalam periode penelitian, sampel yang digunakan, jenis, maupun rasio keuangan yang digunakan. Dalam penggunaan periode penelitian ada yang menggunakan periode penelitian selama satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah, dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah, dan ada pula yang menggunakan periode penelitian dua tahun sebelum dan tiga tahun sesudah. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di BEI dan melakukan kegiatan merger dan akuisisi pada periode tahun 2010-2011.

  Ada persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Adapun persamaannya adalah sama-sama menganalisis kinerja dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini sampel perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2010-2011.

2.3 Kerangka Konseptual

  Salah satu strategi perusahaan untuk mengembangkan usahanya adalah dengan ekspansi eksternal melalui merger dan akuisisi. Merger dan akuisisi merupakan usaha pengembangan usaha yang paling cepat karena tidak membutuhkan persiapan seperti pengembangan bisnis dari awal.

  Untuk menilai keberhasilan merger dan akuisisi adalah dengan melihat kinerja perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi terutama kinerja keuangan. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan tinjauan pustaka serta beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas yang diukur dengan return on

  

assets , rasio nilai pasar yang diukur dengan earnings per share, rasio solvabilitas yang diukur dengan debt to equity ratio, rasio likuditas yang diukur dengan current ratio, dan rasio aktivitas yang diukur dengan total assets turnover.

  Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari penjualannya. Jika terjadi sinergi yang baik, maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan tersebut akan lebih baik dari sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana Return on Assets (ROA) juga akan meningkat. dibanding dengan nilai buku. Maka perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi berharap bahwa strategi tersebut dapat memberikan keuntungan perusahaan yang diperoleh dari tiap harga saham (EPS).

  Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Jika terjadi sinergi dari kegiatan merger dan akuisisi, maka secara umum kesertaan modal perusahaan tersebut akan cukup baik, sehingga ekuitas perusahaan (DER) dapat diminimalisir.

  Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek. Dengan melakukan merger dan akuisisi maka semestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendek (CR).

  Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya. Dengan melakukan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat meningkatkan efektifitasnya sehingga aset yang dimiliki dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan penjualan (TATO).

  Uraian di atas dapat disederhanakan sebagaimana model kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

  1. Terdapat perbedaan return on assets sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011.

  2. Terdapat perbedaan debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011.

  3. Terdapat perbedaan earnings per share sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011. Kinerja Keuangan sebelum Merger dan Akuisisi

  Kinerja Keuangan sesudah Merger dan Akuisisi 1.

  Return on Assets 2. Debt to Equity Ratio Earnings per Share 4. Current Ratio 5. Total Assets Turn Over

  Uji Beda

2.4 Hipotesis Penelitian

  4. Terdapat perbedaan current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011.

  5. Terdapat perbedaan total asset turnover sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011.

Dokumen yang terkait

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 67 115

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011 (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan)

6 137 81

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Privatisasi BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

12 132 123

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan - Pengaruh Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Operasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori tentang Kinerja Keuangan 2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kinerja Perusahaan - Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi 2.1.1. Pengertian Akuisisi - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Reformasi Perpajakn - Pengaruh Reformasi Pajak Tahun 2008 Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1.1 Definisi Analisis Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Market Value Pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 18