Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
PIVI PRINCIFAL YOSEFA TARIGAN 110501106
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan. Pada penelitian ini, kinerja keuangan diproksikan oleh rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas dilihat dari current ratio, rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset, sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2008-2010. Penentuan sampel menggunakan metode
purposive sampling sehingga diperoleh sampel penelitian sejumlah 19 perusahaan. Periode pengamatan untuk abnormal return yaitu 10 hari sebelum dengan 10 hari sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk kinerja keuangan yaitu 3 tahun sebelum dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 17.
Pengujian hipotesis untuk abnormal return menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan untuk kinerja keuangan menggunakan Paired Sample T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
Kata Kunci : Merger, Akuisisi, Abnormal Return, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan
(3)
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE IMPACT OF MERGERS AND ACQUISITIONS ON THE ABNORMAL RETURN AND FINANCIAL PERFORMANCE OF THE
COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was conducted to analyze whether there are differences in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out. In thsi study, financial performance is proxied by financial ratios, namely for the liquidity ratio seen from the current ratio, the profitability ratio seen from return on equity and return on assets, while the solvency ratio seen from debt ratio and debt to equity ratio. The population of this research is a registered company in Indonesia Stock Exchange which do mergers and acquisitions in 2008-2010. The samples using purposive sampling method in order to obtain a sample of 19 companies. The period of observation for the abnormal return is 10 days before to 10 days after mergers and acquisitions. As for the financial performance that is 3 years before to 3 years after the mergers and acquisitions. Processing of the data in this study using SPSS application 17.
Hypothesis testing for abnormal returns using the Wilcoxon Signed Rank Test, and for the financial performance using the Paired Sample T-Test. The result of this study showed that there was no difference in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out. Keywords: Mergers, Acquisitions, Abnormal Return, Financial Performance, Financial Ratios
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penyertaan dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan serta dukungan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Pembantu Dekan beserta stafnya.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, serta memberi saran dan masukan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.si dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Ec., selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah memberikan saran dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
(5)
6. Seluruh Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis dari semester pertama sampai semester terakhir perkuliahan.
7. Staf Departemen Ekonomi Pembangunan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.
8. Teristimewa buat kedua orang tua yang penulis kasihi yaitu Bapak Piher Tarigan dan Ibu Victoria Sembiring yang telah membesarkan, merawat, membimbing, memberi nasehat dan pendidikan moral, dan yang telah bekerja keras untuk menyekolahkan penulis sampai ke jenjang perguruan tinggi. Serta buat doa, cinta, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
9. Kakak yang penulis kasihi dan sayangi Chresbina Tarigan S.Pd dan keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan masukan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh mahasiswa Ekonomi Pembangunan USU khususnya angkatan 2011 dan seluruh teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini serta mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2015 Penulis
NIM: 110501106
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK . ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Merger dan Akuisisi ... 8
2.1.1.1. Merger ... 10
2.1.1.2. Akuisisi ... 12
2.1.1.3. Metode Pembayaran Merger dan Akuisisi .... 15
2.1.1.4. Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi ... 16
2.1.1.5. Tujuan Merger dan Akuisisi ... 18
2.1.2. Sinergi ... 20
2.1.3. Abnormal Return ... 22
2.1.4. Kinerja Keuangan ... 25
2.1.4.1. Rasio Likuiditas ... 27
2.1.4.2. Rasio Profitabilitas ... 27
2.1.4.3. Rasio Rasio Solvabilitas ... 28
2.1.5. Penelitian Terdahulu ... 29
2.2. Kerangka Konseptual ... 31
2.3. Hipotesis... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
3.3. Batasan Operasional ... 35
3.4. Definisi Operasional ... 36
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.6. Jenis Data ... 41
3.7. Metode Pengumpulan Data ... 41
(7)
3.8.2. Uji Normalitas Data ... 42
3.8.3. Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 44
4.2. Hasil Penelitian ... 62
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 62
4.2.2. Hasil Uji Normalitas ... 63
4.2.3. Hasil Uji Hipotesis ... 65
4.3. Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Perkembangan Jumlah Konsultasi dan
Pemberitahuan Merger Periode 2009-2011 . ... 5 3.1 Seleksi Sampel .... ... 40 4.1 Nilai Abnormal Return Sebelum dengan
Sesudah Merger dan Akuisisi ... 54 4.2 Nilai Current Ratio (CR) dan Return on Equity
(ROE) Sebelum dengan Sesudah
Merger dan Akuisisi... 56 4.3 Nilai Return on Asset (ROA) dan Debt Ratio (DR)
Sebelum dengan Sesudah Merger dan Akuisisi... 58 4.4 Nilai Debt to Equity Ratio (DER)
Sebelum dengan Sesudah Merger dan Akuisisi... 60 4.5 Nilai Standar Deviasi (Sd) dan Nilai Rata-Rata
(Mean) Abnormal Return dan Kinerja Keuangan
Sebelum dengan Sesudah Merger dan Akuisisi... 63 4.6 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Abnormal Return
dan Kinerja Keuangan Sebelum dengan Sesudah
Merger dan Akuisisi... 64 4.7 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis pada
Abnormal Return... 65 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis pada
Kinerja Keuangan... 66
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Hasil Output Statistik Deskriptif ... 78
2. Hasil Output Uji Normalitas ... 79
3. Hasil Output WilcoxonSigned Rank Test ... 82
(11)
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan. Pada penelitian ini, kinerja keuangan diproksikan oleh rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas dilihat dari current ratio, rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset, sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2008-2010. Penentuan sampel menggunakan metode
purposive sampling sehingga diperoleh sampel penelitian sejumlah 19 perusahaan. Periode pengamatan untuk abnormal return yaitu 10 hari sebelum dengan 10 hari sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk kinerja keuangan yaitu 3 tahun sebelum dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 17.
Pengujian hipotesis untuk abnormal return menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan untuk kinerja keuangan menggunakan Paired Sample T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return dan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
Kata Kunci : Merger, Akuisisi, Abnormal Return, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan
(12)
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE IMPACT OF MERGERS AND ACQUISITIONS ON THE ABNORMAL RETURN AND FINANCIAL PERFORMANCE OF THE
COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was conducted to analyze whether there are differences in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out. In thsi study, financial performance is proxied by financial ratios, namely for the liquidity ratio seen from the current ratio, the profitability ratio seen from return on equity and return on assets, while the solvency ratio seen from debt ratio and debt to equity ratio. The population of this research is a registered company in Indonesia Stock Exchange which do mergers and acquisitions in 2008-2010. The samples using purposive sampling method in order to obtain a sample of 19 companies. The period of observation for the abnormal return is 10 days before to 10 days after mergers and acquisitions. As for the financial performance that is 3 years before to 3 years after the mergers and acquisitions. Processing of the data in this study using SPSS application 17.
Hypothesis testing for abnormal returns using the Wilcoxon Signed Rank Test, and for the financial performance using the Paired Sample T-Test. The result of this study showed that there was no difference in abnormal returns and financial performance before with after mergers and acquisitions carried out. Keywords: Mergers, Acquisitions, Abnormal Return, Financial Performance, Financial Ratios
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendapatan nasional memiliki peranan penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu pendapatan nasional dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja perekonomian. Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh suatu negara dari aktivitas ekonomi yang dilakukan keseluruhan masyarakat dalam berbagai sektor perekonomian yang biasanya dihitung setiap tahun (Bakti et al, 2011:16). Pelaku ekonomi dibedakan kepada empat sektor yaitu sektor Rumah Tangga (Households Sector), sektor Perusahaan (Firms Sector), sektor Pemerintah (Government Sector), dan sektor Luar Negeri (Foreign Sector). Perusahaan sebagai salah satu sektor pelaku ekonomi dalam perekonomian harus berusaha memberi kontribusi yang sebesar-besarnya kepada pendapatan nasional suatu negara sehingga memacu pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Di mana perusahaan adalah bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang tetap dan terus menerus, yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba (pasal 1 UU No. 3 tahun 1982). Dengan tujuan perusahaan tersebut yakni untuk memperoleh keuntungan atau laba, perusahaan harus bersaing secara sehat dengan perusahaan-perusahaan lain yang ada di Indonesia. Salah satu usaha untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat adalah melalui ekspansi (Astria, 2013). Merger dan akuisisi adalah salah
(14)
satu metode untuk melakukan ekspansi usaha, dimana ekspansi tersebut merupakan salah satu bentuk dari restrukturisasi perusahaan, di samping bentuk-bentuk lainnya. Jadi jika pengusaha ingin mengembangkan dan meningkatkan kinerja perusahaan mereka salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan metode merger dan akuisisi. Dengan cara merger dan akuisisi tersebut pengusaha atau pemegang saham dapat memperluas usahanya dalam waktu yang relatif singkat, tidak perlu membesarkan suatu perusahaan dari awal sehingga menjadi perusahaan yang besar, tetapi cukup membeli perusahaan yang sudah besar atau sedang berjalan. Merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Lebih tepatnya, bahwa transakasi ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penggabungan sumber-sumber daya dua unit atau dua perusahaan. Perusahaan mendapatkan keuntungan dari aktivitas merger dan akuisisi ketika merger atau akuisisi tersebut dapat menciptakan sinergi.
Di Amerika Serikat, pada era 1980-an gelombang merger terutama didorong oleh kebutuhan restrukturisasi dan berfokus pada bisnis inti dan yang terkait. Sedangkan pada era 1990-an yaitu gelombang merger kelima sebagian besar didorong oleh akibat dari keinginan mencapai penghematan skala dan cakupan (economies of scale and scope) dan kekuatan pasar untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Hal itu berlaku di Amerika Serikat, Eropa dan Asia.
Meskipun terkenal dan banyak diterapkan oleh perusahaan besar maupun kecil, banyak merger dan akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan finansial seperti yang diharapkan atau diinginkan oleh perusahaan pengakuisisi. Hal ini
(15)
menjadi tidak sejalan dengan tujuan utama dari merger dan akuisisi yaitu untuk meningkatkan sinergi perusahaan, dimana sinergi tersebut terkait dengan penciptaan nilai. Karena menurut Fuady (1999:51) setiap merger tentunya yang diharapkan adalah adanya gain yang selalu positif.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar ekonomi keuangan ternama, Michael Jensen, menunjukkan bahwa para pemegang saham perusahaan terakuisisi sering mendapatkan keuntungan di atas rata-rata dari suatu akuisisi, tetapi para pemegang saham perusahaan pengakuisisi mendapatkan keuntungan rata-rata mendekati nol. Namun dalam beberapa penelitian yang lain menunjukkan bahwa sejumlah besar akuisisi (30-40%) pada akhirnya dijual dan sering dengan harga yang menimbulkan kerugian investasi. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa memang ada risiko yang terjadi di dalam merger dan akuisisi. Menurut CommScan LLC, perusahaan peneliti bank investasi, mega merger sekalipun tidak menjamin terciptanya kesuksesan. CommScan menelusuri nilai saham dari 15 akuisisi tebesar selama 1995-1999. Hasilnya, secara rata-rata, perusahaan yang dimerger berkinerja 9% di bawah S&P 500. Hal tersebut bukan mengartikan bahwa semua merger dan akuisisi membawa hasil negatif. Dalam penelitian terakhir yang dilakukan oleh Michael A. Hitt, Jeffrey S. Harrison, dan R. Duane Ireland, mereka menemukan beberapa akuisisi berkinerja tinggi. Memang banyak akuisisi dalam penelitian mereka yang memberi hasil negatif, tetapi beberapa akuisisi positif menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan pengakuisisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi dapat memberikan hasil yang positif maupun negatif. Merger dan akuisisi bisa menjadi
(16)
strategi yang sangat menguntungkan jika memberikan hasil positif bagi pemegang saham kedua belah pihak dan bagi kinerja perusahaan jangka panjang dan begitu pun sebaliknya. Yaitu menjadi strategi yang merugikan jika memberikan hasil negatif bagi pemegang saham kedua belah pihak dan bagi kinerja perusahaan jangka panjang.
Pada intinya merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan harapan pasar akan menerima dengan baik terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan tersebut. Untuk melihat apakah pasar bereaksi dengan baik atau tidak terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dilihat dari perubahan harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut. Darlis dan Zirman (2011) menyatakan bahwa perubahan terhadap harga saham menunjukkan adanya perubahan tingkat kemakmuran pemegang saham yang diukur dengan abnormal return positif yang diperoleh pemegang saham. Dimana
abnormal return positif menunjukkan adanya kabar baik atau hasil positif yang diterima pemegang saham dari dilakukannya merger dan akuisisi. Sedangkan Meta (2009) menyatakan bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari kinerja keuangannya dimana kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Menurut Syafri (dalam aprilita, 2013), berbagai cara untuk melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan seperti analisis common size, analisis indek dan analisis
(17)
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan (Aprilita et al, 2013). Rasio keuangan sendiri terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio saham, dan rasio solvabilitas. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas dilihat dari current ratio. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset. Sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio.
Di Indonesia telah banyak yang melakukan penelitian untuk melihat dampak dari merger dan akuisisi terhadap perusahaan, apakah memberi hasil positif atau sebaliknya, baik dilihat dari abnormal return maupun kinerja keuangan. Namun hasilnya berbeda-beda. Dan untuk tren transaksi merger dan akuisisi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Menurut KPPU tren merger dan akuisisi yang tengah melanda dunia terjadi di Indonesia juga. Hal tersebut diperkuat dengan tabel berikut:
Tabel 1.1 Daftar Perkembangan Jumlah Konsultasi dan Pemberitahuan Merger Periode 2009-2011
MERGER
TAHUN
2009 2010 2011
Konsultasi 0 1 3
Pemberitahuan 1 3 44
Sumber: KPPU
Biro Riset KONTAN mencatat dalam Januari hingga Mei 2013 di Indonesia telah terjadi 28 transaksi merger dan akuisisi dengan nilai transaksi mencapai Rp 28,30
(18)
triliun. Transaksi merger dan akuisisi tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yaitu Januari hingga Mei 2012 tercatat hanya 12 transaksi dengan nilai sekitar Rp3,25 triliun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan transaksi merger dan akuisisi dan sepertinya tren merger dan akuisisi terus berlanjut. Menurut Nurviani (2012) bahwa istilah merger menjadi semakin populer semenjak merger empat bank milik pemerintah yang kemudian menghasilkan Bank Mandiri pada bulan Juli 1999. Pada tiga tahun pertamanya Bank Mandiri masih tertatih, namun tahun keempat dan seterusnya menunjukkan perbaikan dan kemajuan yang luar biasa. Bahkan tahun 2009, Bank Mandiri berhasil mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 7 Triliun. Hingga hari ini secara kuantitas, aktivitas merger dan akuisisi mengalami peningkatan seiring semakin populernya istilah merger dan akuisisi di kalangan pelaku usaha.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian untuk melihat hasil yang diterima pemegang saham dan perusahaan setelah dilakukannya merger dan akuisisi. Adapun judul yang diambil untuk penelitian ini adalah “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan abnormal return saham sebelum dengan sesudahmerger dan akuisisi dilakukan?
2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan?
(19)
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return saham sebelum dengan sesudahmerger dan akuisisi dilakukan
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan. 2. Bagi Investor
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pembelajaran untuk berinventasi. Agar dapat lebih hati-hati untuk melihat perusahaan-perusahaan mana saja yang berhasil dalam melakukan merger dan akuisisi.
3. Bagi Perusahaan yang Akan Melakukan Merger dan Akuisisi
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pembelajaran untuk mengetahui bagaimana dampak yang dapat timbul setelah dilakukannya merger dan akuisisi sebelum nantinya mengambil keputusan untuk melakukan merger dan akuisisi.
4. Bagi Para Akademisi
Dapat menjadi informasi untuk menambah pemahaman para akademisi mengenai dampak dari merger dan akuisisi serta dapat dijadikan dasar atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Merger dan Akuisisi
Warren J. Keegen dalam bukunya Global Marketing Management mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan dengan sekurangnya lima macam cara yaitu dengan cara ekspor, melalui pemberian lisensi, dalam bentuk franchising (waralaba), pembentukan perusahaan patungan (joint ventures), dan total ownership atau pemilikan menyeluruh, yang dapat dilakukan melalui direct ownership (kepemilikan langsung) ataupun melalui merger dan akuisisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi menjadi salah satu cara untuk mengembangkan atau memperluas suatu usaha. Terutama bagi perusahaan yang ingin cepat berkembang dalam waktu yang relatif singkat. Konsep merger dan akuisisi sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha yaitu relatif dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan pengembangan usaha lainnya yang cenderung banyak memakan waktu dan biaya. Dengan melakukan merger dan akuisisi, seorang pengusaha dapat lebih cepat dan mudah menguasai suatu usaha tanpa harus merintis sebuah usaha dari awal dan tidak menutup kemungkinan dapat menanggung risiko kegagalan usaha. Namun cukup dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada baik yang sudah besar atau sedang berkembang.
(21)
Merger dan akuisisi memiliki hubungan positif dengan bisnis di suatu negara. Artinya, pada saat keadaan bisnis dan ekonomi suatu negara lagi booming, maka pada prinsipnya merger dan akuisisi pun banyak dilakukan. Sebaliknya pada saat ekonomi dalam keadaan resesi, maka kegiatan merger dan akuisisi pun menurun. Hal ini dinilai wajar, karena merger dipandang sebagai salah satu cara untuk memperluas usaha yang tentu memerlukan biaya dan modal, di mana biaya dan modal tersebut akan segan dikeluarkan orang jika prospek bisnis di suatu negara tersebut tidak baik. Pada abad ke sembilan belas, kelahiran merger sebagai suatu bentuk pengembangan usaha telah memperoleh pengakuan dan bentuknya di Amerika Serikat. Dengan melakukan merger dan akuisisi, pengusaha diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan, memperoleh harta kekayaan tidak berwujud, termasuk hak atas kekayaan intelektual dan sumber daya manusia yang diperlukan, melakukan diversifikasi usaha secara cepat, serta untuk mengubah industri usahanya.
Selanjutnya Coyle dalam bukunya Mergers and Acquisitions juga mengatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan sebagai bagian dari strategi pengembangan perusahaan. Dalam Mergers and Acquisitions, Coyle (2000:2) juga mengatakan bahwa pada prinsipnya merger dan akuisisi tidak jauh berbeda. Keduanya terjadi pada saat dua atau lebih pelaku usaha bergabung secara operasional, baik untuk keseluruhan maupun sebagian usaha mereka. Perbedaan yang pokok terletak pada tiga hal utama:
1. Ukuran relatif dari masing-masing perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi;
(22)
2. Kepemilikan dari usaha yang digabungkan tersebut; 3. Kontrol manajemen dari usaha yang digabungkan tersebut.
Sama halnya dengan Wiriastari (2010) mengatakan bahwa merger dan akuisisi pada prinsipnya sama yaitu dalam membicarakan tentang penggabungan usaha (business combination), sehingga kedua istilah ini sering dibicarakan secara bersama, karena itu dapat dipertukarkan (interchangeable).
2.1.1.1. Merger
Dalam pengertian yang luas merger meliputi juga pengertian dari konsolidasi dan akuisisi bisnis. Merger merupakan suatu bentuk penggabungan dua badan usaha, di mana badan usaha yang satu bubar secara hukum, dan yang lainnya tetap exist/ada dengan nama yang sama (Widjaja, 2002:47). Tetapi kata “bubar” disini bukan mengartikan seluruh aset, hak dan kewajiban badan hukum yang bubar tersebut menjadi hilang, melainkan diambil alih oleh perusahaan yang masih tetap ada. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas juga menggunakan istilah “penggabungan” untuk pengertian merger. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema berikut :
Skema Merger Perusahaan A B
Keterangan :
A : Perusahaan yang akan melakukan merger B : Perusahaan target merger
(23)
Dalam bukunya Mergers and Acquisitions-Business Strategies for Accountants, Morris mengemukakan sekurangnya lima alasan pokok mengapa perusahaan melakukan merger:
1. Faster growth; 2. Vertical integration;
3. Acquisition of intangibles and personel; 4. Portfolio investment;
5. Change in industries (Morris, 2000:3).
Klasifikasi Merger
Merger dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut : a. Dilihat dari segi jenis usaha dari perusahaan-perusahaan, merger dibagi ke
dalam empat kategori sebagai berikut : 1. Merger Horizontal
2. Merger Vertikal 3. Merger Kon-Generik 4. Merger Konglomerat
b. Dilihat dari segi tata cara bagaimana merger dilakukan, merger dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut :
1. Merger dengan Likuidasi dan Jual Beli Aset 2. Merger dengan Jual Beli Aset dan Likuidasi 3. Merger dengan Jual Beli Saham dan Likuidasi
c. Dilihat dari segi variasinya, merger dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :
(24)
1. Merger Sederhana (Simple Merger)
2. Merger Praktis (Practical Merger)
3. Merger Segitiga (Triangular Merger)
4. Merger Segitiga Terbalik (Reverse Triangular)
5. Merger Anak Induk
6. Merger Kepanjangan Tangan (Arm’s Length) 7. Merger De Facto
d. Dilihat dari segi analisis keuangan, merger dibagi ke dalam dua kategori sebagai berikut :
1. Merger Permodalan Murni 2. Merger Operasional
e. Dilihat dari sudut pandang akuntansi, merger dibagi ke dalam dua kategori sebagai berikut:
1. Merger dengan Metode Pembelian (Purchase Method) 2. Merger dengan Metode Pooling of Interest
2.1.1.2. Akuisisi
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas menggunakan istilah “pengambilalihan” untuk pengertian akuisisi, sehingga secara hukum akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya yang biasanya dilakukan dengan membeli saham perusahaan yang akan diambil alih. Berbeda dengan merger, pada akuisisi tidak ada perusahaan yang melebur ke perusahaan lainnya. Jadi, setelah terjadi akuisisi kedua perusahaan
(25)
masih tetap exist, hanya kepemilikannya yang berubah. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema berikut :
Skema Akuisisi Perusahaan A B
Keterangan :
A : Perusahaan pengakuisisi
B : Perusahaan target akuisisi (yang diakusisisi oleh perusahaan A) A dan B tetap exist setelah akuisisi terjadi (Fuady, 1999:3)
Jika menurut Widjaja (2002:45) akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan dan kontrol menajemen oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Sedangkan merger hanya pengambilalihan sebuah perusahaan tanpa diikuti pengambilalihan kontrol manajemennya. Kontrol adalah kata kunci yang membedakan merger dari akuisisi (Coyle, 2000:2). Akuisisi dapat terjadi secara keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi secara keseluruhan terjadi jika yang diambil alih adalah seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih. Sedangkan akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100%. Adapun akuisisi dapat diklasifikasikan juga sebagi berikut:
Klasifikasi Akuisisi
Dalam perkembangannya akuisisi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Dilihat dari Segi Jenis Usaha
Dilihat dari segi jenis usaha perusahaan yang terlibat dalam transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :
(26)
1. Akuisisi Horizontal 2. Akuisisi Vertikal 3. Akuisisi Konglomerat b. Dilihat dari Segi Lokalisasi
Dilihat dari segi lokalisasi antara perusahaan pengakuisisi dengan perusahaan target, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Akuisisi Eksternal 2. Akuisisi Internal
c. Dilihat dari Segi Objeknya
Dilihat dari segi objek dari transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Akuisisi Saham 2. Akuisisi Aset 3. Akuisis Kombinasi 4. Akuisisi Bertahap d. Dilihat dari Segi Motivasi
Dilihat dari segi motivasi mengapa akuisisi dilakukan, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Akuisisi Strategis 2. Akuisisi Finansial
(27)
e. Dilihat dari Segi Divestitur
Dilihat dari segi divestitur, yakni dengan melihat peralihan aset/saham/manajemen dan perusahaan target kepada perusahaan pengakuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Take Over
2. Freezeouts
2.1.1.3 Metode Pembayaran Merger dan Akuisisi
Ada beberapa bentuk pembiayaan terhadap merger dan akuisisi antara lain namun tidak terbatas pada hal ini, yaitu:
1. Pembiayaan dari uang kas, yang dalam hal ini dapat diambil dari hasil go public,
2. Pinjaman komersil/sindikasi,
3. Pengisuan surat sanggup (promissory notes, bonds, atau promes), 4. Pengeluaran saham portepel (right issue),
5. Penyetoran saham tambahan/dana segar dari pemilik.
Dilihat dari sumber pendanaannya, pembiayaan terhadap merger dan akuisisi dapat berasal dari :
1. Private Placement
Dalam hal ini sumbernya dari investor kelembagaan atau bukan. Investor kelembagaan dalam hal ini misalnya perusahaan asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan sebagainya.
2. Public Market
(28)
3. Penerbitan Surat Berharga
Penerbitan surat berharga, seperti bonds, notes, convertible bonds, atau sarana
debt financing lainnya, juga dapat menjadi sumber pendanaan bagi merger dan akuisisi.
Seiring waktu dikenal juga suatu metode tertentu untuk pembayaran terhadap merger dan akuisisi yaitu metode pembayaran secara bertahap (deffered payment plan) yang sering juga disebut pembayaran secara earn out. Prinsipnya pembayaran dilakukan dengan dua tahap yaitu pembayaran awal, yakni dengan pembayaran tunai atau dengan saham, dan pelunasan, dilakukan setelah perusahaan yang bersangkutan berhasil menaikkan pendapatannya.
2.1.1.4 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Beberapa alasan mengapa suatu perusahaan lebih menginginkan pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisisi dibandingkan dengan pertumbuhan internal adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan perusahaan menginginkan diversifikasi untuk menurunkan risiko yang diakibatkan pengaruh musim (seasonal business).
2. Harapan perusahaan akan memperoleh sinergi dari merger dengan perusahaan lainnya. Misalnya tingkat penghasilan akan lebih besar diterima jika bergabung dengan perusahaan lainnya dibandingkan dengan penghasilan masing-masing perusahaan secara individual. Biasanya sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger yang bersifat horizontal disebabkan karena terjadinya skala kemampuan ekonomi yang semakin besar (large scale economies).
(29)
3. Merger memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh apa yang tidak dapat diperolehnya secara sendiri, contohnya bakat manajemen yang lebih superior atau kapabilitas riset.
4. Kemungkinan perusahaan akan dapat memperbaiki kapabilitas dalam menghimpun dana karena bergabung dengan perusahaan yang memiliki kemampuan likuiditas aset yang lebih besar dan utang rendah (financial synergy). 5. Pendapatan bersih (net income) perusahaan besar yang baru dapat mengkapitalisasi pada tingkat yang lebih rendah, yang mengakibatkan nilai pasar sahamnya lebih tinggi. Saham perusahaan besar biasanya lebih mempunyai prospek pasar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal tersebut akan meningkatkan price per earning (P/E ratio) saham tersebut.
6. Ada kemungkinan untuk membiayai aktivitas lebih baik dengan akuisisi apabila pembiayaan ekspansi internal tidak memungkinkan. Misalnya, mengakuisisi perusahaan lain, apabila dengan menukar saham akan lebih murah dibandingkan jika harus membangun pabrik baru yang memerlukan pembayaran cash dan memerlukan biaya yang besar.
7. Merger dapat mengakibatkan return on investment (ROI) akan lebih baik jika nilai pasar perusahaan yang diakuisisi lebih rendah daripada replacement cost
yang terjadi.
8. Melalui merger suatu perusahaan yang mengalami kerugiaan dalam pengoperasiannya akan dapat tertolong oleh perusahaan yang mengakuisisi, biasanya dari segi harga, tetapi juaga memperoleh manfaat dari pajak yang dapat
(30)
diperhitungkan kemudian. Perusahaan yang mengakuisisi akan mempergunakan
tax credit tersebut sehingga pembayaran pajaknya lebih rendah.
2.1.1.5 Tujuan Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan sinergi perusahaan. Sering disebut bahwa rumus yang berlaku adalah 2 + 2 = 5. Kelebihan satu dari rumus tersebut karena adanya tambahan sinergi atau yang dapat juga disebut dengan gain. Dalam setiap melakukan merger dan akuisisi, pastinya yang diharapkan adalah adanya gain yang selalu positif. Dengan nilai
gain yang positif inilah merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan perusahaan yang sedang sakit. Adanya tambahan sinergi ini disebabkan karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari dilakukannya merger dan akuisisi yaitu, sebagai berikut:
(1) Pertimbangan Pasar
Salah satu tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah untuk memperluas pangsa pasar seperti menghasilkan mata rantai produksi yang lengkap, memperluas distribusi produk dalam satu area, atau memperluas area distribusi. (2) Penghematan Distribusi
Sistem distribusi tunggal seperti salesmen, dealers, retail outlets dan transportation facilities, seringkali dapat menangani dua produk sehingga dapat menghemat biaya daripada mereka yang hanya menangani produk tunggal.
(3) Diversifikasi
Dimaksudkan untuk mengecilkan risiko yang akan dihadapi jika hanya memiliki satu usaha saja. Karena itu, dibuatlah penganekaragaman jenis usaha, untuk
(31)
meminimalkan risiko terhadap pasar tertentu dan/ atau untuk dapat bersaing dengan usaha-usaha di bidang lain yang baru tumbuh.
(4) Keuntungan Manufaktur
Banyak keuntungan dapat diterima dengan menggabungkan dua unit manufaktur atau lebih. Segi-segi kelemahan dapat diperkuat, overcapacity dapat dihilangkan, dan overhead dapat dikurangi serta problem-problem yang bersifat temporer karenanya dapat dipecahkan.
(5) Riset and Development (R & D)
Biaya-biaya Riset and Development (R & D) dapat dikurangi karena terbukanya kesempatan untuk menggunakan laboratorium, pendidikan dan sebagainya secara bersama.
(6) Pertimbangan Finansial
Dapat meningkatkan earning per share dan memperbaiki image di pasar dan mencapai stabilitas dan sekur iti finansial.
(7) Pemanfaatan Excess Capital
Dapat saling memanfaatkan excess capital masing-masing perusahaan. (8) Pertimbangan Sumber Daya Manusia
Dapat saling melengkapi di bidang SDM anatara perusahaan yang kekurangan/mempunyai kelemahan di bidang SDM dengan perusahaan lain yang SDM nya lebih baik.
(9) Kecanggihan dan Otomatisasi
Perkembangan bisnis menuju penggunaan sarana yang semakin canggih dan otomatisasi membutuhkan biaya tinggi dan kemampuan SDM yang tangguh.
(32)
Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit mengikuti perkembangan ini kecuali dengan membesarkan diri, antara lain dengan cara melakukan merger dan akuisisi.
Selain itu, masih ada keuntungan-keuntungan lain dari dilakukannya merger dan akuisisi, seperti menghemat pajak jika merger dan akuisisi dengan perusahaan yang sedang merugi, dan sebagainya. Ada beberapa sasaran umum sehingga dilakukannya suatu merger, yaitu sebagai berikut:
(1) Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pasar. (2) Untuk Meningkatkan Efisiensi.
(3) Untuk Mengembangkan Inovasi Baru. (4) Sebagai Alat Investasi.
(5) Sebagai Sarana Alih Teknologi. (6) Mendapatkan Akses Internasional. (7) Untuk Meningkatkan Daya Saing. (8) Memaksimalkan Sumber Daya.
(9) Menjamin Pasokan Bahan Baku. (Fuady 1999:57)
Pada umumnya banyak badan usaha yang melakukan merger dan akuisisi dengan harapan dapat meningkatkan daya saingnya, menciptakan efisiensi dalam produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang relatif murah, dan meningkatkan kinerja finansial.
2.1.2. Sinergi
Perusahaan-perusahaan melibatkan diri dalam merger dan akuisisi karena berbagai alasan. Merger dan akuisisi yang efektif sebenarnya dapat : (1) berguna
(33)
sebagai platform pertumbuhan perusahaan, (2) menyebabkan meningkatnya pangsa pasar, (3) memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan dari penghematan skala atau economies of scale (yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam produk; penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional) dan penghematan cakupan atau economies of scope (yakni keuntungan yang didapat melalui pemanfaatan sumber-sumber daya suatu unit untuk mencakup pengoperasian unit lainnya, dan (4) mengurangi pengeluaran-pengeluaran organisasional dengan cara menghapuskan penggandaan dan mentransfer pengetahuan di antara dan antar unit-unit bisnis dan/ atau alur produk individu.
Sinergi dapat diartikan sebagai kemampuan dua atau lebih unit atau perusahaan untuk menciptakan nilai yang lebih besar melalui kerja sama daripada yang bisa mereka capai dengan kerja sendiri-sendiri. Secara umum, sinergi dianggap memberi keuntungan perusahaan pengakuisisi melalui dua sumber: (1) meningkatnya efisiensi operasi yang didasarkan pada penghematan skala dan cakupan, dan (2) pemanfaatan bersama dua atau lebih keahlian. Dalam hal manajerial, sinergi ada ketika para manejer menemukan cara bagi perusahaaan gabungan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai total yang mereka ciptakan saat beroperasi sebagai entitas independen. Bagi pemegang saham, sinergi ada bila mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tidak bisa mereka peroeh melalui keputusan diversifikasi portofolio mereka sendiri. Beberapa kalangan mencatat bahwa hal ini sulit dicapai oleh perusahaan
(34)
karena pemegang saham bisa membuat variasi posisi kepemilikan mereka secara lebih murah dengan cara mengelompokkan saham di sejumlah perusahaan.
2.1.3. Abnormal Return
Salah satu yang menjadi tujuan investor melakukan investasi adalah memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return adalah imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sehingga ketika investor ingin menanamkan modalnya maka harus memperhatikan dan menghitung return yang akan diterimanya. Oleh karena itu ketika perusahaan ingin melakukan merger dan akuisisi, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah return yang akan diterima perusahaan. Apakah ada perbedaan return yang diterima antara sebelum dengan setelah dilakukannya merger dan akuisisi atau dengan kata lain apakah ada peningkatan return yang diterima. Karena hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Ketika perusahaan berencana atau sudah melakukan merger dan akuisisi hal ini akan membuat pasar akan bereaksi karena dilakukannya merger dan akuisisi tersebut. Salah satu reaksi pasar tersebut dapat dilihat melalui perubahan harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Jika harga saham mengalami perubahan hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran perusahaan juga mengalami perubahan. Perubahan tingkat kemakmuran perusahaan tersebut dapat diukur melalui
(35)
yang sesungguhnya diterima terhadap return normal. Dimana menurut Darlis dan Zirman (2011) mangatakan bahwa abnormal return positif terjadi jika return
sesungguhnya (actual return) lebih besar daripada return yang diharapkan investor (expected return).
Return sesungguhnya adalah selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya. Sedangkan return yang diharapkan adalah return yang diharapkan akan diterima investor di masa yang akan datang. Dimana untuk mendapatkan hasilnya return yang diharapkan ini harus diestimasi. Return ini sendiri dapat dihitung menggunakan data historis. Ada tiga metode yang secara luas digunakan dalam penelitian studi peristiwa untuk menentukan abnormal return yaitu:
1. Mean Adjusted Model
2. Market Model
3. Market Adjusted Model
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model disesuaikan pasar (market adjusted model). Menurut Wiriastari (2010) bahwa dimana dalam model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Menurut Jogiyanto (dalam Wiriastari, 2010) abnormal return dihitung dengan Market Adjusted Abnormal Return, yaitu merupakan selisih return saham yang dihitung dari return individual dikurangi return ekspektasi.
(36)
Dimana:
ARit = Abnormal return dari masing–masing saham i pada hari ke-t
Rit = Return Saham i pada hari ke-t
E(Rit) = Return Ekspektasi pada hari ke-t
Untuk mencari return saham individual pada periode t (Rit) adalah selisih
antara harga saham i pada periode t dengan periode sebelumnya (t – 1), dibagi dengan harga saham pada t– 1. Rumusnya sebagai berikut:
Rit =
Pit−Pit−1 Pit−1
Dimana:
Rit = Return saham i pada saat t
Pit = Harga saham i pada saat t
Pit-1 = Harga saham i pada saat t – 1
Sedangkan untuk mencari return ekspektasi pada hari ke-t E(Rit) adalah
selisih antara IHSG periode t dengan t–1 dibagi dengan IHSG pada bulan t–1. Rumusnya sebagai berikut:
E(Rit) =
Imt−Imt−1 Imt−1
Dimana:
E(Rit) = Return Ekspektasi pada saat t
Imt = IHSG pada saat t
(37)
2.1.4. Kinerja Keuangan
Saviera (2012) mengatakan bahwa keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dinilai dengan melihat kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangannya. Dimana untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangannya. Laporan keuangan adalah informasi akuntansi yang melihatkan gambaran seberapa besar kekayaan perusahaan dan penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan tersebut. Pada umumnya laporan keuangan sebuah perusahaan meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan aliran kas. Penggunaan laporan keuangan ini sendiri digunakan untuk berbagai macam tujuan. Salah satunya digunakan untuk melakukan analisis keuangan yang menghasilkan informasi tentang penilaian dan keadaan keuangan perusahaan, baik yang lalu atau sekarang serta ekspektasinya di masa depan. Selain itu tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta menentukan setiap kekuatan yang dapat menjadi keunggulan suatu perusahaan. Jika analisis ini dilakukan oleh pihak luar perusahaan, investor maupun masyarakat, dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi untuk investasi dengan kata lain sebagai penentuan keputusan investasi yang terbaik dan paling menguntungkan.
(38)
Menurut Syafri (dalam aprilita, 2013) karena sulitnya memahami laporan keuangan dalam bentuk aslinya, maka ditempuh berbagai cara untuk melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan seperti :
a. Analisis common size
b. Analisis indek
c. Analisis rasio keuangan
Analisisi rasio keuangan merupakan salah satu alat utama yang digunakan untuk menganalisis keuangan suatu perusahaan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui angka-angka rasio keuangan tersebut, para calon investor dapat mengetahui baik mengenai seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan, seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan, bagaimana tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan yang dimana data yang diperoleh harus dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Chen dan Shimerda (1981) mengatakan bahwa rasio keuangan terbukti berperan penting dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan dapat digunakan untuk memprediksi keberlangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio saham, dan rasio solvabilitas. Sama halnya dengan menurut Aprilita et al (2013) yaitu pengukuran terhadap variabel yang digunakan di dalam penelitian ini didasarkan pada ukuran-ukuran yang ada dan pada umumnya telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Jadi dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio
(39)
solvabilitas. Rasio likuiditas dilihat dari current ratio. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset. Sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio.
2.1.4.1. Rasio Likuiditas
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Current Ratio (CR)
Rasio ini untuk melihat berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar
Utang Lancar 2.1.4.2. Rasio Profitabilitas
Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Return on Equity (ROE)
Return on Equity atau return on net worth untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio
(40)
ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan, jika utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) = Laba setelah Pajak
Modal Sendiri
b. Return on Asset (ROA)
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Return on Asset (ROA) = Laba Bersih
Total Aktiva
2.1.4.3. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang melihat sejauh mana perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Debt Ratio (DR)
Debt Ratio yaitu untuk melihat aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau modal yang berasal dari pihak luar. Semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan tersebut dalam kaitannya atas kemampuan membayar kewajibannya kepada kreditor. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Debt Ratio = Total Utang
(41)
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio yaitu rasio yang menjelaskan kemampuan perusahaan menutupi seluruh utangnya dengan modal sendiri. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio = Total Utang
Total Modal Sendiri
2.1.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian untuk melihat dampak merger dan akuisisi terhadap abnormal return dan/atau kinerja keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan. Baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Darlis dan Zirman (2011) meneliti mengenai reaksi pasar dan kinerja keuangan akibat dari publikasi akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di BEI tahun 2004-2008. Hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan rasio keuangan secara menyeluruh antara satu tahun dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum akuisisi dengan dua tahun setelah akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Pada sisi return saham, avarage abnormal return pada perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan signifikan menjelang dan sesudah peristiwa akuisisi.
Begitu pun terhadap Nababan et al (2013) dalam penelitian mereka yang berjudul Analysis of Relationship Between Market and Long Term Performance on Acquisitions mendapat hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa pihak perusahaan pengakuisisi menerima negative abnormal return yang signifikan di sepanjang tanggal akuisisi. Hal ini mengindikasikan bahwaperistiwa
(42)
akuisisi menghasilkan return yang lebih rendah dari predicted return yang diprediksikan oleh pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Untuk menilai kinerja perusahaan-perusahaan pengakusisi dalam jangka panjang, digunakan
proxy yakni ROA, ROE, OPM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja sebelum dan sesudah akuisisi.
Sedangkan Astria (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menunjukkan bagaimana reaksi pasar modal atas pengumuman merger dan akuisisi dengan menggunakan indikator abnormal return. Periode penelitian yaitu tahun 2006-2008, periode peristiwanya sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan abnormal return pada periode sebelum-sesudah peristiwa.
Penelitian yang dilakukan oleh Saviera (2012) untuk mengetahui pengaruh aktivitas merger dan akuisisi terhadap kinerja operasional dan kinerja pasar perusahaan yang diproksikan oleh rasio-rasio keuangan seperti current ratio, total asset turnover, debt equity ratio, net profit margin, return on equity, return on asset, dan tobin’s q ratio. Sinergi diukur dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi tidak menghasilkan sinergi bagi perusahaan dan hanya debt equity ratio yang mengalami penurunan signifikan.
(43)
Sedangkan penelitian yang dilakukan di luar Indonesia seperti yang dilakukan oleh Jianyu Ma et al (2009) yang meneliti untuk melihat abnormal return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan yang melakukan akuisisi di sekitar tanggal pengumuman merger dan akuisisi pada sepuluh pasar saham yang terdapat di pasar Asia yaitu China, India, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat ekspektasi positif dari cumulativeabnormal returns (CAR) dalam tiga peristiwa jendela yang berbeda yaitu dua hari (0, 1) jendela pengamatan, tiga hari (-1, +1) jendela pengamatan, dan empat hari (-2, +2) jendela pengamatan. Hal tersebut mengartikan bahwa pengumuman merger dan akuisisi memberi dampak yang signifikan.
2.2. Kerangka Konseptual
Merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Lebih tepatnya, bahwa transakasi ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penggabungan sumber-sumber daya dua unit atau dua perusahaan. Perusahaan mendapatkan keuntungan dari aktivitas merger dan akuisisi ketika merger atau akuisisi tersebut dapat menciptakan sinergi. Dimana sinergi tersebut terkait dengan penciptaan nilai. Pada intinya merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan harapan pasar akan menerima dengan baik terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan tersebut. Untuk melihat apakah pasar bereaksi dengan baik atau tidak terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dilihat dari perubahan harga
(44)
saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut. Darlis dan Zirman (2011) menyatakan bahwa perubahan terhadap harga saham menunjukkan adanya perubahan tingkat kemakmuran pemegang saham yang diukur dengan
abnormal return positif yang diperoleh pemegang saham. Berarti dalam hal ini jika merger dan akuisisi telah dilakukan diharapkan pemegang saham memperoleh
abnormal return positif. Terdapat perbedaan jika abnormal return dibandingkan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi.
Sedangkan Meta (2009) menyatakan bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari kinerja keuangannya dimana kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas adalah rasio untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Untuk rasio likuiditas dilihat dari current ratio (CR). Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity (ROE) dan
(45)
Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan merger dan akuisisi tahun 2008-2010
Sebelum Merger dan Akuisisi
Sesudah Merger dan Akuisisi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Untuk rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio
(DR) dan debt to equity ratio (DER). Diharapkan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi, perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya, kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya dapat lebih baik lagi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
Adapun hubungan yang terjadi antar variabel yang diteliti dapat dirangkum ke dalam kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Abnormal Return
Abnormal Return
Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan : 1. Current Ratio (CR) 2. Return on Equity
(ROE)
3. Return on Asset (ROA) 4. Debt Ratio (DR) 5. Debt to Equity Ratio
(DER)
Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan : 1. Current Ratio (CR) 2. Return on Equity
(ROE)
3. Return on Asset (ROA) 4. Debt Ratio (DR) 5. Debt to Equity Ratio
(46)
2.3. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan yang diteliti. Untuk menjawab perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Abnormal Return
Ho : Tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan
H1 : Ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan
b. Kinerja Keuangan
Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan
H1 : Ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sekunder yaitu penelitian yang menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data. Penelitian ini dikenal juga dengan penelitian yang menggunakan studi kepustakaan. Yaitu dengan melakukan kajian terhadap literatur, penelitian sebelumnya, jurnal, buku referensi dan sumber-sumber lainnya yang ada di perpustakaan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dimana perusahaan yang ingin diteliti adalah perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 2008-2010.
3.3. Batasan Operasional
Variabel yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur abnormal return adalah return saham dan return ekspektasi. Selain itu untuk mengukur kinerja keuangan variabel yang digunakan adalah rasio likuiditas yaitu Current Ratio (CR), rasio profitabilitas yaitu Return on Equity (ROE) dan Return on Asset
(ROA), rasio solvabilitas yaitu Debt Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Untuk melihat apakah ada perbedaan abnormal return yang diterima sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan, abnormal return dibandingkan 10 hari sebelum dengan 10 hari sesudah merger dan akuisisi. Dan untuk melihat
(48)
apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang diterima sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan, kinerja keuangan dibandingkan 3 tahun sebelum dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi.
3.4. Definisi Operasional
Merger adalah salah satu bentuk penggabungan dua badan usaha, di mana badan usaha yang satu bubar secara hukum, dan yang lainnya tetap ada. Sedangkan akuisisi adalah pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya. Berbeda dengan merger, pada akuisisi tidak ada perusahaan yang melebur ke perusahaan lainnya. Jadi, setelah terjadi akuisisi kedua perusahaan masih tetap ada, hanya kepemilikannya yang berubah. Bagian ini membahas mengenai beberapa hal atau istilah yang berhubungan dengan abnormal return dan rasio kinerja keuangan, yakni sebagai berikut:
1. Jogiyanto (2000) mengatakan bahwa abnormal return dihitung dengan market adjusted abnormal return yaitu merupakan selisih return saham yang dihitung dari return individual dikurangi return ekspektasi. Rumusnya sebagai berikut: ARit = Rit – E(Rit)
Dimana:
ARit = Abnormal return dari masing–masing saham i pada hari ke-t
Rit = Return Saham i pada hari ke-t
E(Rit) = Return Ekspektasi pada hari ke-t
2. Return saham individual pada periode t (Rit) adalah selisih antara harga saham i
pada periode t dengan periode sebelumnya (t-1), dibagi dengan harga saham pada t-1. Rumusnya sebagai berikut:
(49)
Rit =
Pit−Pit−1 Pit−1
Dimana:
Rit = Return saham i pada saat t
Pit = Harga saham i pada saat t
Pit-1 = Harga saham i pada saat t–1
3. Return ekspektasi pada hari ke-t E(Rit) adalah selisih antara IHSG periode t
dengan t-1 dibagi dengan IHSG pada bulan t-1. Rumusnya sebagai berikut: E(Rit) =
Imt−Imt−1 Imt−1
Dimana:
E(Rit) = Return Ekspektasi pada saat t
Imt = IHSG pada saat t
Imt-1 = IHSG pada saat t-1
Rasio likuiditas adalah rasio untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Current Ratio (CR)
Rasio ini untuk melihat berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Rumusnya sebagai berikut:
Current Ratio (CR) = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
(50)
maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) = Laba setelah Pajak
Modal Sendiri
3. Return on Asset (ROA)
Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rumusnya sebagai berikut:
Return on Asset (ROA) = Laba Bersih
Total Aktiva
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang melihat sejauh mana perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
4. Debt Ratio (DR)
Debt Ratio yaitu untuk melihat aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau modal yang berasal dari pihak luar. Rumusnya sebagai berikut:
Debt Ratio (DR) = Total Utang
Total Aktiva
5. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menjelaskan kemampuan perusahaan menutupi seluruh utangnya dengan modal sendiri. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang
(51)
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 2008-2010. Alasan peneliti mengambil periode tersebut karena berhubungan dengan ketersediaan data yang akan digunakan untuk diteliti, yaitu untuk abnormal return
membandingkan 10 hari perdangangan sebelum dengan 10 hari perdagangan sesudah merger dan akuisisi. Dan untuk kinerja keuangan membandingkan tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah merger dan akuisisi serta yaitu tahun yang dibutuhkan dari tahun 2005-2013. Jumlah populasi yang didapat adalah 21 perusahaan. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode penilaian (judgment) atau purposive sampling, yaitu dilakukan dengan cara memilih sampel dari populasi yang didasarkan pada informasi yang tersedia dan sesuai dengan penelitian yang sedang berjalan. Atau dengan kata lain pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Adapun yang menjadi kriteria-kriteria pada sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi (bidder firm) pada tahun 2008 sampai tahun 2010 serta memiliki tanggal merger dan akuisisi yang jelas.
2. Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tidak bergerak di sektor keuangan.
3. Perusahaan yang memiliki data return saham harian dan data indeks harga gabungan (IHSG) harian yang lengkap selama 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
(52)
4. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah merger dan akuisisi dilakukan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut didapat 19 perusahaan yang memenuhi syarat-syarat yang ada, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Seleksi Sampel
No. Nama Perusahaan (Kode Saham) Tanggal Merger dan Akuisisi Kriteria Sampel Keempat Kriteria Terpenuhi 1 2 3 4
1. Bank Multicor (MCOR) 8 Januari 2008 x x 2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM)
26 Februari 2008
3. PT Barito Pacific Timber Tbk (BRPT)
27 Juni 2008
4. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) 15 Oktober 2008 x x 5. PT Wijaya Karya Insan Pertiwi
(WIKA)
18 November 2008 6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF)
5 Desember 2008
7. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 6 Januari 2009 8. PT Asia Natural Resources Tbk
(ASIA)
16 Januari 2009 9. PT Indika Energy Tbk (INDY) 26 Februari 2009 10. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) 18 Maret 2009 11. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 07 Juli 2009 12. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
(JPFA)
05 Agustus 2009 13. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) 10 November 2009 14. PT Bentoel Internasional Investama
Tbk (RMBA)
1 Januari 2010
15. PT Indonesian Paradise Property Tbk
02 Juni 2010
16. PT United Tractors Tbk (UNTR) 15 Juli 2010 17. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk
(UNSP)
16 Juli 2010
18. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
27 Oktober 2010
19. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
25 November 2010 20. PT Astra International Tbk (ASII) 10 Desember 2010 21. PT Unilever Indonesia Tbk
(UNVR)
10 Desember 2010
(53)
3.6. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder merupakan data yang sudah ada sehingga tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut. Cara-cara pengambilan data tersebut dapat dilakukan secara manual, online, dan kombinasi manual dan online. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu harga saham individual, indeks harga saham gabungan (IHSG), dan rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan yang bersumber dari idx statistic,
yahoo finance dan website masing-masing perusahaan yang diteliti.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dari buku atau literatur untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi dalam Wiriastari, 2010). Data diperoleh dari berbagai sumber informasi yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Bursa Efek Indonesia (BEI), Yahoo Finance, dan Laporan Tahunan yang dipublikasikan di setiap website masing-masing perusahaan. Selain itu untuk melengkapi data yang diperlukan, penelitian ini juga menggunakan sumber informasi lainnya yang diambil dari buku, jurnal, dan melalui media internet.
(54)
3.8. Teknik Analisis
Salah satu ciri dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif adalah adanya analisis statistik melalui pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 17. Analisis statistik adalah alat untuk membantu peneliti mengetahui hubungan antar variabel baik untuk menghitung besarnya hubungan antar variabel, untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, atau untuk melihat besarnya presentase atau rata-rata besarnya suatu variabel yang kita ukur.
3.8.1. Statisktik Deskriptif
Statistik destrikptif ialah perubahan pada data mentah ke dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ada yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.
3.8.2. Uji Normalitas Data
Untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melakukan uji normalitas data, yaitu dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test. Adapun pengambilan keputusan dalam uji normalitas
ini dengan taraf signifikansi atau nilai alfa yang ditetapkan α = 5% (0,05) adalah
sebagai berikut :
Nilai sig > 0,05 : Data berdistribusi normal Nilai sig < 0,05 : Data tidak berdistribusi normal
Data yang berdistribusi normal akan menggunakan uji beda statistik parametrik yaitu uji Paired Sample T-Test sedangkan data yang tidak berdistribusi
(55)
normal akan menggunakan uji beda statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test.
3.8.3. Uji Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik komparatif. Analisis statistik komparatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sample T-Test jika data berdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Paired Sample T-Test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap ukuran sebelum dan sesudah yang mengalami perlakuan tertentu. Wilcoxon Signed Rank Test pada hakikatnya sama dengan Paired Sample T-Test. Yaitu digunakan untuk menguji perbedaan nilai variabel berpasangan. Pengambilan keputusan dengan taraf
signifikansi atau nilai alfa yang ditetapkan α = 5% (0,05) adalah sebagai berikut:
Nilai sig > 0,05, maka H0 diterima Nilai sig ≤ 0,05, maka H0 ditolak.
(56)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 2008-2010 dengan syarat memenuhi kriteria-kriteria yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Sehingga jumla sampel penelitian ini berjumlah 19 perusahaan. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai gambaran umum perusahaan yang menjadi sampel penelitian yaitu sebagai berikut:
1. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Telkom group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Dengan kode saham di Bursa Efek Indonesia yaitu TLKM. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk telah menyelesaikan proses akuisisi 80% saham PT Sigma Cipta Caraka. Diharapkan melalui akuisisi ini Telkom dapat meningkatkan value sebagai
leading service company. 2. PT Barito Pacific Tbk
Didirikan di Kalimantan Selatan pada 4 April 1979 sebagai perusahaan kayu Indonesia yang terintegrasi. Perusahaan ini juga bergerak di bidang usaha industri, properti, perdagangan, energi terbarukan dan transportasi. Pada 1 Oktober 1993 mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya dan Jakarta dan kode saham di bursa sekarang adalah BRPT. Pada 27 Juni 2008 PT Barito Pacific
(57)
Timber Tbk mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk. Dengan akuisisi ini perusahaan akan mengintegrasikan dan memperkuat pertumbuhan kinerja.
3. PT Wijaya Karya Insan Pertiwi
PT Wijaya Karya Insan Pertiwi (WIKA Insan Pertiwi) adalah anak perusahaan WIKA. Pada tahun 1972 Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya. WIKA memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang meliputi konstruksi (kontruksi sipil dan konstruksi bangunan gedung), mekanikal elektrikal, industri beton pra cetak, real estate dan industri lainnya. PT Wijaya Karya Insan Pertiwi (WIKA Insan Pertiwi) merupakan hasil dari akuisisi 70,08% saham PT Catur Insan Pertiwi pada 18 November 2008. Dengan langkah akuisisi ini perusahaan yakin akan membuat daya saing semakin kompetitif, dapat memperkuat pertumbuhan non-organiknya dengan cara meningkatkan efisiensi biaya dan efektivitas operasi, dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Pada tahun 1990 didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994 berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur dan tercatat di BEI dengan kode saham INDF. Indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari lima kelompok usaha strategis (Grup) yang saling melengkapi yaitu Produk Konsumen Bermerek (”CBP”), Bogasari, Agribisnis, Distribusi, dan Budidaya & Pengolahan Sayuran. Pada 5 Desember 2008 PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengakuisisi 100% saham Drayton Pte Ltd yang memiliki saham perusahaan susu PT Indolakto. Akuisisi ini
(58)
merupakan suatu langkah tindak lanjut ekspansi bisnis di bidang industri susu, untuk memperkuat posisi grup produk konsumen bermerk perseroan dan akan menunjang pertumbuhan di masa akan datang.
5. PT Bumi Resources Tbk
Pada tahun 1998 melalui RUPS Luar Biasa tanggal 31 Agustus, diputuskan untuk mengubah bisnis utama Perseroan dari bidang perhotelan dan pariwisata menjadi bidang minyak, gas alam dan pertambangan. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui anak perusahaan PT Bumi Resources Investment secara tidak langsung mengambil alih 44% saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA). Namun transaksi ini tidak dikategorikan material karena harga pembelian tidak lebih dari 10% dari pendapatan, dan 20% dari ekuitas.
6. PT Asia Natural Resources Tbk
PT Asia Natural Resources Tbk (Perseroan) didirikan pada tanggal 16 November 1989 dengan nama PT Asia Inti Industry yang bergerak dibidang usaha pabrikan boneka dan animasi. Pada 20 April 2008 berubah nama menjadi PT Asia Natural Resources Tbk sekaligus berubah bidang usahanya menjadi perdagangan komoditas terutama perdagangan pertambangan. Kegiatan usaha utama Perseroan saat ini adalah dalam bidang perdagangan komoditas terutama pertambangan seperti batu bara, nikel, pasir besi, emas, dan sebagainya. PT Asia Natural Resources Tbk (ASIA) mengakuisisi 65% saham PT Tekonindo yaitu perusahaan yang bergerak di bidang energi dan mineral. Transaksi ini bukan termasuk benturan kepentingan dan transaksi material karena nilai pengambilalihan saham
(59)
tersebut hanya senilai Rp 250 juta, tidak melebihi 10% pendapatan dan 20% ekuitas perseroan.
7. PT Indika Energy Tbk
Indika Energy didirikan tahun 2000, kini menjadi salah satu perusahaan energi terintegrasi yang terkemuka di Indonesia. Portofolio bisnis perusahaan mencakup sektor sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur energi. Indika Energy mengakuisisi 98,55% kepemilikan saham di Petrosea. Petrosea didirikan pada tahun 1972, bergerak dalam bidang rekayasa teknik & konstruksi (E&C) dan kontraktor pertambangan batubara. Akuisisi ini merupakan langkah startegis INDY untuk melakukan diversifikasi investasi di sektor sumber daya energi, jasa konstruksi, dan infrastruktur di bidang energi.
8. PT Holcim Indonesia Tbk
Holcim Indonesia (HIL) adalah perusahaan penyedia layanan dan bahan bangunan berbasis semen yang kegiatan usahanya berlangsung di dua negara, Indonesia dan Malaysia. Pada 1971 PT Semen Cibinong Tbk (PTSC) berdiri, tahun 1977 Saham PTSC dicatatkan di Bursa Efek Jakarta – perusahaan pertama di Indonesia yang mencatatkan diri di bursa. Nama perusahaan diganti menjadi PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2006. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mengambilalih kepemilikan Holcim Sdn Bhd. Phd (Malaysia) untuk memperkuat bisnisnya. Dengan adanya akuisisi ini kapasitas produksi semen akan meningkat. 9. PT Aneka Tambang Tbk
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk dibentuk pada 5 Juli 1968 dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang. Perseroan ini
(60)
bergerak dalam bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan, dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian serta pemasaran bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, batubara dan jasa pemurnian logam mulia. ANTAM melakukan akuisisi 95% saham PT Cibaliung Sumber Daya (CSD). Akuisisi ini dilakukan karena salah satu alasannya proyek tambang emas Cibaliung mengalami cost-over-run dan CSD mengalami kesulitan pendanaan untuk meneruskan kegiatan penambangan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya.
10. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (Perseroan) didirikan pada tanggal 18 Januari 1971 dengan nama PT Java Pelletizing Factory, Ltd. Perseroan memulai produksi komersial pada tahun 1971 dengan produk utama pellet kopra. Pada tahun 1990 Perseroan melakukan konsolidasi usaha dengan mengakuisisi empat perusahaan pakan ternak. Sejak saat itu nama PT Java Pelletizing Factory Ltd berubah menjadi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Pada 5 Agustus 2009 penggabungan usaha (merger) Perseroan dengan PT Multi Agro Persada Tbk (MAP) yang bergerak di bidang distribusi dan produksi pakan ternak dimana perseroan menjadi perusahaan yang menerima penggabungan. Merger ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi kegiatan operasi, kemampuan usaha perseroan termasuk perluasan cakupan pemasaran serta penetrasi pasar yang lebih baik, dan dapat meningkatan pendapatan.
(61)
11. PT AKR Corporindo Tbk
PT AKR Corporindo Tbk didirikan di Surabaya pada 28 November 1977 dengan bidang usaha yaitu perdagangan dan distribusi, jasa logistik, pabrikan, pertambangan dan perdagangan batubara. Perseroan menjadi perusahaan publik pada tahun 1994 dan mengubah namanya dari PT Aneka Kimia Raya Tbk menjadi PT AKR Corporindo Tbk pada tahun 2004. PT AKR Corporindo Tbk telah mengakuisisi 87,5% saham PT Anugrah Karya Raya yang bergerak di sektor pertambangan batubara. Akuisisi ini merupakan langkah awal AKRA untuk memasuki sektor pertambangan batubara karena permintaan batubara sangat tinggi seiring dorongan untuk menggunakan bahan bakar non minyak.
12. PT Bentoel Internasional Investama Tbk
Pada 11 April 1987 Perseroan berdiri dengan nama PT Rimba Niaga Idola. Bentoel Internasional Investama Tbk dan anak perusahaannya (Bentoel atau Perseroan), anggota dari British American Tobacco Group, grup Perusahaan tembakau terbesar kedua di dunia berdasarkan pangsa pasar global. Perusahaan Bentoel memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk tembakau seperti rokok kretek mesin, rokok kretek tangan dan rokok putih. Pada 1 Januari 2010 efektif melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT BAT Indonesia Tbk (BATI) di mana Perseroan menjadi entitas yang menerima penggabungan. Transaksi merger ini diharapkan akan memberikan kekuatan kepada kedua perusahaan yaitu dapat membentuk suatu perusahaan rokok tunggal yang lebih kuat di Indonesia yang mampu bersaing dan berkembang lebih baik lagi dalam
(1)
• Return on Equity (ROE)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROE_sebelum ROE_sesudah
N 19 19
Normal Parametersa,,b Mean .2854 -.0109
Std. Deviation .21603 .58087
Most Extreme Differences
Absolute .132 .289
Positive .132 .272
Negative -.096 -.289
Kolmogorov-Smirnov Z .577 1.259
Asymp. Sig. (2-tailed) .893 .084
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
• Return on Asset (ROA)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA_sebelum ROA_sesudah
N 19 19
Normal Parametersa,,b Mean .0885 .0418
Std. Deviation .13141 .12627
Most Extreme Differences
Absolute .188 .189
Positive .168 .189
Negative -.188 -.130
Kolmogorov-Smirnov Z .820 .826
Asymp. Sig. (2-tailed) .511 .503
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(2)
• Debt Ratio (DR)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DR_sebelum DR_sesudah
N 19 19
Normal Parametersa,,b Mean .5455 .5172
Std. Deviation .31454 .23704
Most Extreme Differences
Absolute .219 .100
Positive .219 .100
Negative -.169 -.059
Kolmogorov-Smirnov Z .956 .437
Asymp. Sig. (2-tailed) .320 .991
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
• Debt to Equity Ratio (DER)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DER_sebelum DER_sesudah
N 19 19
Normal Parametersa,,b Mean 1.2954 2.0821
Std. Deviation 1.71699 2.72338
Most Extreme Differences
Absolute .206 .281
Positive .206 .281
Negative -.176 -.234
Kolmogorov-Smirnov Z .899 1.227
Asymp. Sig. (2-tailed) .393 .099
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(3)
Lampiran 3. Hasil Output Wilcoxon Signed Rank Test • Abnormal Return
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks AR_sesudah -
AR_sebelum
Negative Ranks 10a 11.00 110.00
Positive Ranks 9b 8.89 80.00
Ties 0c
Total 19
a. AR_sesudah < AR_sebelum b. AR_sesudah > AR_sebelum c. AR_sesudah = AR_sebelum
Test Statisticsb
AR_sesudah - AR_sebelum
Z -.604a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.546
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
(4)
Lampiran 4. Hasil Output Paired Sample T-Test • Current Ratio (CR)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 CR_sebelum &
CR_sesudah
19 -.151 .536
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair
1
CR_sebelum - CR_sesudah
.19700 2.44404 .56070 -.98099 1.37499 .351 18 .729
• Return on Equity (ROE)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 ROE_sebelum &
ROE_sesudah
19 .024 .923
Paired Samples Test Paired Differences
95% Confidence Interval of the
(5)
• Return on Asset (ROA)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 ROA_sebelum &
ROA_sesudah
19 .575 .010
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair
1
ROA_sebelum - ROA_sesudah
.04662 .11886 .02727 -.01067 .10390 1.710 18 .105
• Debt Ratio (DR)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 DR_sebelum &
DR_sesudah
19 .005 .985
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair
1
DR_sebelum - DR_sesudah
(6)
• Debt to Equity Ratio (DER)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 DER_sebelum &
DER_sesudah
19 .290 .229
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair
1
DER_sebelum - DER_sesudah