BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi 2.1.1. Pengertian Akuisisi - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

  Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuisisi

2.1.1. Pengertian Akuisisi

  Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia dalam pernyataan standar akuntasi keuangan Indonesia Nomor 12 (PSAK NO.22) mendefinisikan penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2007).

  Sedangkan menurut Sjahrial (2009:327) merger merupakan peleburan secara lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri.

  Secara teori penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi, dan konsolidasi. Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:6).

  Banyak hal atau alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Menurut Brigham dan Houston (2001:377) dasar pemikiran untuk merger adalah untuk mendapatkan sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva dibawah biaya penggantian, diversifikasi dan insentif pribadi manajer. Pengambilalihan merupakan istilah yang umum dan tepat untuk pengalihan pengendalian dari suatu kelompok pemegang saham kepada kelompok lain. Pada dasarnya akuisisi adalah tindakan membeli atau pengambilalihan terhadap sebuah perusahaan.

  Sedangkan merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana satu perusahaan tetap hidup, sedangkan lainnya dilikuidasi.

  Secara umum keputusan akuisisi diarahkan untuk mencapai nilai sinergi, yaitu sinergi yang dihasilkan yang tidak dapat dicapai jika dilakukan oleh kedua perusahaan yang tergabung itu sendiri-sendiri. Perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan akuisisi.

  Beberapa jenis akuisisi menurut Adipratama dalam Gitman (2003) antara lain: 1. Akuisisi Horisontal adalah akuisisi perusahaan sejenis, yaitu perusahaan pembeli yang membeli perusahaan lainyang sejenis usahanya. Biasanya akuisisi seperti ini dilakukan karena ingin memperbesar pangsa pasar perusahaan.

  2. Akuisisi Vertikal yaitu perusahaan membeli perusahaan lain yang bukan sejenis, tetapi perusahaan yang dibeli akan membantu perusahaan untuk proses produksinya.

3. Akuisisi Konglomerasi yaitu peusahaan membeli perusahaan lain yang tidak ada hubungannya satu sama lain.

  Dalam kasus ini perusahaan pembeli sudah kelebihan dana dan ingin membuat konglomerasi perusahaan.

2.1.2. Motif Akuisisi

  Menurut Nugroho (2010) Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

1. Motif Ekonomi

  Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perspektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia.

2. Motif Sinergi

  Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktiitas- aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

  Menurut Nugroho (2010) pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber: 1. penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.

  2. penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisisi sekuritas.

  3. perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi.

  4. peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

  Bentuk-bentuk sinergi disajikan sebagai berikut: 1.

  Sinergi operasi Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-sumberdaya perusahaan.

  Sehingga dengan adanya akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapkan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasistas penuh, dimana yang sebelumnya masih akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar. Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur.

  2. Sinergi Finansial Sinergi finansial dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memiliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.

  3. Sinergi Manajerial Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-keputusan strategik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik akuisisi dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus.

  Perusahaan yang superior dalam suatu industri seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

  4. Sinergi Teknologi Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.

  5. Sinergi Pemasaran Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.

  3. Motif Diversifikasi Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. diersifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti. Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang.

4. Motif Non-ekonomi

  Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motof non- ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

  2.1.3. Tujuan Akuisisi

  Tujuan umum perusahaan melakukan akuisisi antara lain untuk meningkatkan pasar dan nilai tambah melalui upaya penciptaan efisiensi yang lebih baik, meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan. Selain itu masih terdapat bermacam-macam tujuan yang dapat dicapai dalam penggabungan usaha antara lain:

  1. penghematan biaya 2. kekuatan monopoli 3. menghindari kebangkrutan 4. diversifikasi 5. memperbesar perolehan pinjaman bank 6. meningkatkan efisiensi manajemen

  2.1.4. Sasaran Akuisisi

  Pardede (2011:603) menyatakan pada dasarnya penggabungan dan pengambilalihan perusahaan lain dilakukan dengan satu alasan utama yaitu untuk mendapatkan synergi.

  Penggabungan perusahaan akan menghasilkan sinergy hanya apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan pada bidang yang tidak sama. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan bergabung dengan perusahaan lain yang mempunyai keunggulan dalam bidang pemasaran maka gabungan perusahaan tersebut mempunyai peluang yang besar untuk mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan maupun dalam bidang pemasaran. Akan tetapi apabila perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan bergabung dengan perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam bidang keuangan juga maka penggabungan ini tidak akan meghasilkan synergi, yang berarti tidak membuat perusahaan gabungan mempunyai keunggulan yang lebih besar dari jumlah keunggulan masing-masing perusahaan sebelum penggabungan.

  Alasan-alasan berbagai perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan dapat dirinci sebagai berikut:

  1. Memperbesar ukuran perusahaan salah satu ukuran kebesaran perusahaan adalah jumlah harta yang dimilikinya atau jumlah sumberdaya yang didayagunakannya. Sebuah perusahaan disebut bertambah besar apabila jumlah hartayang dimilikinya atau jumlah sumberdaya yang didayagunakannya semakin besar.

  2. Meningkatkan kedudukan persaingan Salah satu cara meningkatkan kedudukan perusahaan dalam persaingan adalah mengurangi jumlah pesaingnya di pasar. Pesaing dapat dibuat menjadi bukan pesaing dengan cara bergabung dengannya atau dengan cara mengambilalihnya. Dengan penggabungan atau pengambilalihan, siasat yang sebelumnya diberlakukan oleh perusahaan saingan akan menjadi siasat bersama atau akan menjadi siasat tambahan bagi perusahaan yang mengambilalih. Kemudian siasat yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan saingan untuk memerangi perusahaan, dengan sendirinya dapat dihapuskan.

  3. Menambah jenis barang yang dibuat Salah satu masalah yang mungkin timbul pada perusahaan yang membuat hanya satu jenis barang adalah kemungkinan ketergantungan perusahaan terhadap satu-satunya barang tersebut. Apabila ketergantungan ini terjadi maka penerimaan perusahaan akan ditentukan oleh kejayaan barang itu di pasar. Apabila barag itu mengalami masalah dalam pemasarannya maka perusahaan akan terganggu. Untuk mengatasi hal ini perusahaan sebaiknya membuat juga barang lain yang berbeda sebagai tambahan kepada barang yang lama. Namun demikian, pembuatan barang baru terutama apabila barang tersebut benar-benar berbeda dengan barang yang ada saat ini, dapat berarti bahwa perusahaan harus memasuki bidang usaha atau industri baru. Apabila perusahaan tidak menguasai bidang usaha baru itu, maka pembuatan barang yang bersangkutan justru akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk mengatasi hal itu, perusahaan dapat bergabung dengan atau mengambilalih perusahaan lain yang saat ini sedang membuat barang tersebut. Dengan cara ini perusahaan tidak akan mengalami kesulitan yang biasanya timbul apabila harus memasuki bidang usaha baru atau industri baru.

  4. Memperluas pangsa pasar Pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dpat diperluas dengan cara merebut pangsa pasar pesaing. Hal ini benar terutama apabila pasar yang dilayani saat ini sudah tidak mungkin lagi diperluas sehingga peningkatan pangsa pasar satu perusahaan akan berarti pengurangan pangsa pasar perusahaan lain. Apabila perusahaan berusaha merebut pangsa pasar perusahan lain maka sudah pasti akan timbul tangkisan atau balasan dari perusahaan lain itu. Apabila perusahaan menilai bahwa ia tidak akan mampu menghadapi tangkisan tersebut melalui tindakan-tindakan yang belum merugikan perusahaan maka jalan satu- satunya adalah bergabung dengan atau mengambilalih salah satu perusahaan yang menjadi saingan. Dengan cara dengan cara bergabung atau mengambilalih perusahaan pesaingmaka pangsa pasar pesaing itu akan menjadi tambahan kepada pangsa pasar perusahaan.

  5. Memperoleh sumberdaya-sumberdaya penting Pada setiap industri setiap perusahaan yang bekerja di dalamnya mempunyai kemampuan atau tingkat kemudahan yang berbeda dalam memperoleh sumberdaya-sumberdaya tertentu.

  Satu perusahaan mungkin dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih rendah, atau modal dengan biaya yang lebih rendah, ataupun tenaga kerja dengan biaya lebih rendah.

  Adakalanya juga satu perusahaan merupakan satu-satunya perusahaan yang dapat memperoleh sumberdaya tertentu seperti bahan baku misalnya. Apabila ada satu perusahaan yang mmebutuhkan sumberdaya tertentu dimana perusahaan ini tidak dapat memperolehnya, atau tidak dapat memperolehnya denga harga yang lebih murah, dan kemudian apabila ada perusahaan lain yang dapat memperolehnya, atau yang dapat memperolehnya dengan harga yang lebih rendah, maka perusahaan sebaiknya bergabung atau mengambilalih perusahaan tersebut.

6. Memperoleh manfaat sinergik

  Manfaat sinergik adalah manfaat tambahan yang diperoleh melalui penggabungan perusahaan atau pengambilalihan perusahaan lain. Manfaat sinergik yang paling nyata dari penggabungan perusahaan atau pengambilalihan perusahaan lain adalah penghematan yang timbul sebagai akibat adanya kesempatan untuk mendayagunakan penuh pegawai yang selama ini menggunakan hanya sebagian jam kerjanya, serta penurunan biaya tetap setiap satuan barang karena akan terdapat lebih banyak barang yang akan menanggung biaya tetap keseluruhan.

  Menurut Dharmasetya dan Sulaimin (2002:10) disamping memperoleh berbagai manfaat, penggabungan usaha juga memiliki beberap kelemahan, antara lain:

  1. proses integrasi yang tidak mudah 2. kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.

  3. biaya konsultan yang mahal 4. meningkatnya kompleksitas birokrasi 5. biaya koordinasi yang mahal 6. seringkali menurunkan moral organisasi

  7. tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan 8. tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

2.2. Analisisis Manajemen Laba

  2.2.1. Latar Belakang terjadinya Manajemen Laba

  Manajemen laba merupakan suatu fenomena baru yang telah menambah wacana perkembangan teori akuntansi dan merupakan salah satu kajian yang menarik dalam riset akuntansi. Istilah manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba demi kepentingan pribadi dan/atau perusahaan. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.

  Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran atau oerilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk memanajemen atau mengatur data keuangan yang dilaporkan. Perlu dicatat disini bahwa manajemn laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuangan yang bisa dilakukan.

  2.2.2. Pengertian Manajemen Laba

  Menurut Sulistyanto (2008:6) Manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alsannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntasi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.

  Tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui manajemen laba meliputi: mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari pelanggaran perjanjian hutang, dan juga menghindari biaya.

2.2.3. Motivasi Manajemen Laba

  Manajemen laba berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi sehingga manajemen tentunya akan memilih metode tertentu yang dianggap menguntungkan. Sulistyanto (2008:62) beberapa motivasi terjadinya manajemen laba antara lain: 1. bonuse Schemes (Rencana Bonus)

  Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus. Manajer akan berusahan mengaturlaba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.

  2. contractual Motivations (Motivasi Kontrak)

  Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapar memindahkan laba perioda mendatang ke periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaanmengalami pelanggaran kontrak.

  3. political Motivations (Motivasi Politik)

  Perusahaan akan cenderung akan melakukan monopoli, maka manajer akan berusaha untuk menurunkan labanya agar sorotan dan tekanan publik terhadap perusahaan berkurang.

  4. taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)

  Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

  5. changes of Chief Executive Officer (Penggantian CEO)

  Manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari penggantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan manajer yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan (punishment).

  6. initial Public Offering (IPO)

  Manajer perusahaan akan melakukan eraning management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO) lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusahan manaikkan laba yang dilaporkan.

2.2.4. Model-model Manajemen Laba

  Scoot (2000:405) ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu: 1. taking a bath

  Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.

  2. income minimization (menurunkan laba)

  Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah.

  Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan.

  3. income maximization (meningkatkan laba)

  Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.

  4. income smoothing (perataan laba)

  Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

2.3. Analisis Kinerja Keuangan

  2.3.1. Pengertian Kinerja Keuangan

  Menurut Nugroho dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) kinerja diartikan sebagai “ sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja(tentang peralatan)”. Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisisi kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal akuisisi.

  2.3.2. Metode analisis kinerja dengan rasio keuangan

  Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Kasmir, 2012:106):

  1. rasio profitabilitas

  Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity dan net profit margin.

  2. rasio solvabilitas

  Rasio solvabilitas merupakan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Rasio-rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio dan debt ratio.

  3. Rasio aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total Asset Turn Over (TATO) dan fixed Asset turn over.

  4. Rasio likuiditas

  Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR).

2.4. Penelitian Terdahulu

  Banyak penelitian yang telah dilakukan menilai manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Usadha dan Yasa (2009) bertujuan untuk menganalisa manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger di Bursa efek inidonesia tahun 2001- 2002. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan terdapat 10 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan uji statistiknya menggunakan t-test. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan merger dan akusisi dengan cara income increasing accruals. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan kinerja keuangan perusahaan setelah merger dan akuisisi.

  Penelitian ini Konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) yang menganalisis manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger tahun 2006-2008. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan terdapat 4 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Teknik sampling yang digunakan adalah

  

purposive sampling . Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan

  pengakuisisi sebelum dan setelah perusahaan melakukan akuisisi mengalami penurunan kinerja keuangan, namun berbeda dalam hal manajemen laba. Penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan akusisi dengan metode discretionary accruals.

  Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meta (2010) yang bertujuan untuk menganalisa manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi tahun 2008-2009. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan terdapat 12 perusahaan yang melalukan merger dan akuisisi. teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan uji statistiknya adalah uji T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM), dan return on

  

asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger

  dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novaliza (2013) yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia Tahun 2005-2007. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas data dengan metode kolmogrov-smirnov test dan uji t-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada periode satu tahun sebelum dan empat tahun setelah merger.

  Penelitian yang dilakukan oleh Ardekani et. Al (2012)yang bertujuan untuk menganalisa akuisisi, manajemen laba dan kinerja perusahaan tahun 2004-2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima, artinya perusahaan pengakuisisi melakukan manipulasi laba satu tahun sebelum tanggal pengumuman akuisisi. Hasil tersebut ditolak hipotesis kedua bahwa manipulasi laba dilakuan sebelum merger dan akuisisi oleh perusahaan pengakuisisi secara tunai. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa manajemen laba satu tahun sebelum pengumuman tanggal akuisisi berhubungan negatif dengan return saham perusahaan pengakuisisi. Sedangkan hipotesis keempat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara return of cash perusahaan pengakuisisi dengan manajemen laba.

  Independen t sample t test, Paired Sample T- test

  Lanjutan tabel 2.1 Penelitian terdahulu

  Discreation ary accrual, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Return On Asset.

  Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan Sesudah Merger

  3 Annisa Meta Cempaka Wangi (2010) Analisis

  Discreation ary accrual, Net Profit Margin, Return On Asset, Total Asset Turnover

  Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan sesudah Merger

  2 Novi Puji Lestari (2011) Manajemen

  Independen t sample t test, paired sample t test

  Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan analisis akuisisi terdapat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

  Discreation ary accrual, Current Ratio,Retur n On investment, Debt to Equity Ratio

  Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi di BEI

  1 I Putu Adnyana Usadha & Gerianta Wirawan Yasa (2009) Analisis

  Judul penelitian Variabel yang digunakan Analisisi data Hasil penelitian

  N o Peneliti (tahun)

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

  • perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual
  • terjadi penurunan kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi
  • tidak membuktikan bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan akuisisidengan metode discreationary accrual
  • kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah melakukan akuisisi adalah berbeda dan lebih ke arah penurunan kinerja keuangan
  • >tidak ada indikasi manajemen laba sebelum merger dan akuisisi yang dilakukan dengan income increasing accruals.
  • kinerja keuangan yang diukur dengan
dan Akuisisi yang terdaftar di BEI tahun 2008- 2009

  TATO mengalami kenaikan setelah merger dan akuisisi, NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi

  

Lanjutan tabel 2.1

Penelitian terdahulu

  4 Putri Novaliza (2013) Analisis

  Pengaruh Merger dan akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia (periode 2004- 2011)

  Current ratio, Quick Ratio, Inventory Turnover, Total Asset Turnover, Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Return on Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin Kolmogoro v-Smirnov Test, Paired sample t test

  Tidak ada perbedaan yang signifikan satu tahun sebelum dan empat tahun setelah merger dan akuisisi

  5 Aref Mahdavi Ardekani, nejat Younesi & Mohamm ad Hashemij oo (2012)

  Acquisition, Earnings Management and Firm’s Performance: Evidence from Malaysia

  Discreation ary accruals One

  • perusahaan pengakuisisi melakukan manajemen laba satu tahun sebelum tanggal pengumuman akuisisi.

  Sample Test

2.5. Kerangka Konseptual

  Manajemen laba merupakan salah satu bentuk akibat asimetri informasi dalam teori agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi tentang perusahaan yang dikelolanya. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikendaki. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba dapat diukur dengan proksi discretionary accruals.

  

Discretionary accruals merupakan komponen total akrual yang digunakan untuk mendeteksi

  manajemen laba. Melalui pendekatan Disreationary accruals dapat mengungkapkan suatu perusahaan menaikkan atau menurunkan serta meratakan laba.

  Akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Dalam pelaksanaan akuisisi terdapat suatu kondisi yang mendukung adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi sebelum akuisisi dimana pihak manajemen akan berusaha untuk meningkatkan nilai laba perusahaannya ( Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:16).

  Untuk menilai keberhasilan akuisisi adalah dengan melihat kinerja perusahaan setelah melakukan akuisisi terutama kinerja keuangan. Untuk mengetahui terdapat perbedaan kinerjakeuangan dapat dilakukan dengan membandingkanrasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2012:173) terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio aktivitas yang terdiri dari Receivable Turnover, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover,

  

rasio profitabilitas terdiri dari Net profit Margin, Return On investmen, Return On Equity,

r asio likuiditas terdiri dari Current Ratio, Cash Ratio, Quick Ratio, rasio solvabilitas terdiri

  dari Debt Ratio, Debt To Equity Ratio. Berdasarkan tinjauan pustaka serta penelitian terdahulu maka peneliti mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Current Ratio.

  Dari uraian diatas dapat digambarkan hubungan skematisnya sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka konseptual

  Manajemen laba: Sebelum akuisisi

  Discretionary accruals

  Kinerja keuangan:

  return on equity, net

  Uji beda

  profit margin, debt to equity ratio, debt ratio, total Asset Turn Over (TATO),

  Setelah akuisisi

  fixed Asset turn over,

  dan current ratio Sumber: (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:16) , (Kasmir, 2012:173),

  (Sulityanto, 2008: 47)

2.6. Hipotesis

  Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah: H1 : Terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual (income increasing accrual) sebelum akuisisi.

  H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan return on equity, net

  profit margin, debt to equity ratio, debt ratio, total Asset Turn Over, fixed Asset turn over, dan current ratio sebelum dan sesudah akuisisi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 2 47

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bidan Desa 2.1.1. Pengertian Bidan - Peran Pendampingan Bidan Desa terhadap Keberhasilan Program Pengembangan Desa Siaga di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2014

0 1 36

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Peran Pendampingan Bidan Desa terhadap Keberhasilan Program Pengembangan Desa Siaga di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2014

0 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesionalisme Pegawai 2.1.1 Pengertian Profesionalisme Pegawai - Pengaruh Profesionalisme Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik

0 1 21

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 7

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 9

Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 14