BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi (KB) 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi (KB) - Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi (KB)

  2.1.1 Pengertian Kontrasepsi (KB)

  Kontrasepsi berasal dari kata : Kontra : mencegah atau melawan Konsepsi : pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

  Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma (Atikah, 2010).

  Keluarga berencana menurut UU No. 52 tahun 20 09 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat; dan keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

  2.1.2 Sejarah Program Keluarga Berencana

  Masalah kependudukan sudah menggejala sejak jaman pemerintah Hindia Belanda. Persoalan pokoknya sama dengan yang terjadi sekarang, yaitu pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan lahan pertanian yang tersedia. Hal serupa juga dipikirkan Raffles yang pernah menjadi kepanjangan tangan Kerajaan Inggris Raya di Hindia Belanda dengan pusat pemerintahan di Jawa. Pada tahun 1814 Raffles mengkhawatirkan suatu saat nanti peduduk di Jawa akan padat dan Celebes (Sulawesi), Sumatera dan ataupun Borneo. Menurut Raffles, pulau tersebut bisa dijadikan lahan masa depan bagi sebagian penduduk Jawa-Madura melalui kolonisasi (transmigrasi). Pada tahun 1905 pemerintah Hindia Belanda memindahkan 155 kepala keluarga (KK) penduduk Purworejo, Jawa Tengah ke Gedong Tataan di Lampung. Apakah kolonisasi ini untuk mengatasi laju petumbuhan penduduk atau hanya karena penyediaan buruh murah dalam menggarap lahan baru, sering menjadi diskusi para pengamat kependudukan. Namun hasilnya tidak banyak berpengaruh terhadap tingginya pertumbuhan penduduk di Jawa. Sementra itu, pertumbuhan penduduk di luar Jawa juga tinggi karena penduduk yang dipindahkan berusia produktif (BKKBN, 2009).

  Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, peningkatan hubungan yang dilakukan termasuk memulai hubungan dengan gerakan Keluarga Berencana Internasional (International Planned Parenthood Federation-IPPF) didirikan di London pada tahun 1952. IPPF menyatukan diri bersama-sama ribuan aktivis keluarga berencana lokal dan nasional lainnya yang berada di bawah satu bendera.

  Pada tahun 1956, program Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International Development-USAID) mensponsori HM Judono, seorang dokter ahli kandungan dan ginekolog terkemuka, ke New York untuk mengikuti pelatihan dalam bidang metode keluarga berencana modern.

  Dalam beberapa bulan Judono bergabung dengan sebuah kelompok yang mempunyai pendapat sama dengan para dokter dan pemimpin perempuan untuk membentuk Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Kelompok ini segera membangun hubungan dengan IPPF, dan menyelenggarakan pelatihan untuk para dokter dan perawat serta mengimpor alat-alat kontrasepsi (BKKBN, 2009).

  Pada akhir tahun 1960-an ada dua tahap pembentukan program keluarga berencana nasional. Pertama, tahun 1968 Prsiden Soeharto mendirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) untuk melaksanakan pengawasan yang efektif terhadap implementasi program penyediaan kontrasepsi kepada penduduk.

  PKBI terus bertanggung jawab di bidang pelatihan dan penelitian, namun belum jelas bagaiman prioritas dan kegiatan-kegiatan ini diatur. Baik PKBI, LKBN maupun menteri kesehatan mempunyai gagasan yang berbeda mengenai bagaimana seharusnya arah program diatur. Tahap kedua dan sangat penting dalam pengembangan program nasional terjadi bulan Februari 1970, ketika presiden memutuskan bahwa LKBN diganti menjadi BKKBN. Kata kunci dengan nama baru ini ada lah “koordinasi”, dan hal ini berdasarkan pada pemahaman bahwa keluarga berencana tidak dapat diimplementasikan oleh satu badan saja, tetapi harus melibatkan konstribusi dari Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan, Departemen penerangan, Departemen Agama, dan departemen Dalam Negeri. Juga berbagai organisasi kemasyarakatan yang mempunyai kepedulian terhadap masalah ini. Ketika tuntutan pengendalian penduduk menjadi sesuatu hal yang kian penting, program keluarga berencana diluncurkan. Senin, 29 Juni 1970, memang menjadi tonggak bersejarah bagi perkembangan gerakan KB di Indonesia. Saat itu, Presiden Soeharto melalui Keppres No 8/Tahun 1970 membentuk sebuah lembaga baru bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang dikenal dengan BKKBN (BKKBN, 2009).

  Tahun 2010 lalu, agenda rapat tahunan yang digelar BKKBN ini masih berbicara sekitar program Keluarga Berencana (KB) meskipun UU No. 52/2009 telah lahir. Tetapi mulai tahun 2011 ini (dan seterusnya) sudah dipadukan dengan program kependudukan sehingga otomatis program ini berubah menjadi program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB). Perjalanan dari program KB menuju program KKB tentunya melalui proses tersendiri. Dari segi prosesnya perpindahan ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai peristiwa besar, karena bukan hanya berubah dengan bertambahnya satu huruf “K”, tetapi juga diiringi dengan perubahan organisasi BKKBN yang dulu merupakan singkatan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional kini berubah menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang juga disingkat BKKBN, yang kemudian ditindaklanjuti dengan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 26 tahun 2010. Dalam perpres ini BKKBN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggungjawab di bidang kesehatan (Mustakim, 2012).

2.1.3 Tujuan Program Keluarga Berencana

  Tujuan utama program keluarga berencana (KB) nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas sedangkan tujuan program kesehatan reproduksi remaja (KKR) adalah untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak

  • –hak reproduksinya, guna meningkatkan derajat
kesehatan reproduksinya, untuk mempersiapkan kehidupan dalam mendukung upaya meningkatkan kualitas generasi mendatang(Sujiyatini, 2009).

  2.1.4 Visi dan Misi Keluarga Berencana

  Visi KB berdasarkan dengan seiring dimasuknya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, BKKBN sebagai institusi yang selama ini mengemban tugas menyukseskan Program KB di Indonesia telah merevitalisasi visi dan misinya. Visi BKKBN sekarang ini adalah “Penduduk Seimbang 2015” dan misi “Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” menggantikan visi sebelumnya “Seluruh Keluarga Ikut KB” dan misi “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” (BKKBN, 2010)

  2.1.5 Syarat-syarat Kontrasepsi

  Adapun syarat-syarat kontrasepsi yaitu sebagai berikut : a.

  Aman pemakaiannya dan dipercaya b.

  Tidak ada efek samping yang merugikan c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d.

  Tidak mengganggu hubungan persetubuhan e. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya f.

  Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat g.

  Dapat diterima oleh pasangan suami isteri (Atikah, 2010).

  2.2 Metode kontrasepsi Jangka panjang

  Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang dalam penggunaanya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiaannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah (BKKBN, 2009).

  Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi : a. MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOW dan MOP b.

  Non MKJP ( non metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP

  2.3 Jenis-jenis Kontrasepsi KB

2.3.1 Metode Amenorrhea Laktasi (MAL)

  Metode amenorrhea laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Atikah, 2010).

  a.

  Cara Kerja Menunda atau menekan terjadinya ovulasi b. Keuntungan Kontrasepsi

  1) Efektifitas tinggi (98%) apabila digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.

2) Dapat segera di mulai setelah melahirkan.

  4) Tidak memeerlukan pengawasan medis. 5) Tidak mengganggu senggama. 6) Mudah digunakan. 7) Tidak perlu biaya. 8) Tidak menimbulkan efek samping sistematik. 9) Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.

  c.

  Keuntungan Non Kontrasepsi 1.

  Untuk Bayi

  a) Mendapat kekebalan pasif.

  b) Peningkatan gizi.

  c) Mengurangi resiko penyakit menular.

  d) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minum yang dipakai

2. Untuk Ibu

  a) Mengurangi perdarahan post partum/ setelah melahirkan.

  b) Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal).

  c) Mengurangi resiko anemia.

  d) Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.

  d.

  Indikasi 1) Wanita yang menyusui secara eksklusif. 2) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan. 3) Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan. e.

  Kontra Indikasi 1) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid. 2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif. 3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. 4)

  Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan 5) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati. 6) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan. 7) .Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme (Atikah, 2010).

2.3.2 Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

2.3.2.1 Senggama Terputus (Coitus Interruptus)

  Senggama terputus merupakan metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi (Sujiyatini, 2009).

  a.

  Cara Kerja : Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

  b.

  Manfaat 1.

  Manfaat Kontrasepsi

  a) Alamiah.

  b) Efektif bila dilakukan dengan benar.

  c) Tidak mengganggu produksi ASI

  d) Tidak ad efek samping.

  e) Tidak membutuhkan biaya.

g) Dapat digunakan setiap waktu.

2. Manfaat nonkontrasepsi

  a) Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

  b) Menanamkan sifat saling pengertian.

  c) Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.

  c. Indikasi 1) Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. 2)

  Pasangan yang taat beragama atau punya alasan filosofi untuk tidak memakai metode lain.

  3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera. 4)

  Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain.

  5) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung. 6) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

  d. Kontra Indikasi 1)

  Suami dengan pengalaman ejakulasi dini 2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus. 3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis. 4) Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama. 5) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi. 6) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus (Atikah, 2010).

2.3.2.2 Pantang Berkala/Cara Kalender (Ogino Knaus)

  Pantang berkala merupakan salah satu cara kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri, dengan tidak melakukan senggama pada masa subur (Atikah, 2010). 1) Dasar

  Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.

  2) Kelebihan a) Mudah, tanpa biaya dan pemeriksaan medis.

  b) Tidak ada efek samping.

  c) Pada saat menyusui, tidak mempengaruhi produksi ASI.

  d) Melibatkan peran serta suami dalam pengambilan keputusan.

  e) Dapat diterima oleh pasangan suami istri yang keberatan menggunakan alat kontrasepsi lain.

  3) Keterbatasan

  a) Tidak tepat dilakukan untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang tidak teratur.

  b) Masa puasa senggama relatif lama, sehingga bisa menimbulkan rasa kecewa.

  c) Sering tidak disiplin.

  d) Tidak melindungi penyakit menular seksual (PMS). 4) Cara Kerja

  Menentukan masa subur dengan : a) Jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus haid). Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari kesatu.

  b) Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18, hitungan ini menentukan hari masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 kali siklus haid dikurangi 11, hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur (Atikah, 2010).

  2.3.2.3 Metode Suhu Basal Tubuh

  Suhu basal tubuh adalah badan asli, yaitu suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Mengenali masa subur dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1 ºC untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil, suhu tubuh wanita (Sujiyatini, 2009).

  2.3.2.4 Metode Lendir/ Mukosa Serviks

  Metode lendir/ mukosa serviks adalah metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.

  Metode lendir/ mukosa serviks adalah metode KB alamiah melalui pengamatan lendir vagina yang diambil pada pagi hari. Caranya dengan memantau lendir servik yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina (Atikah, 2010).

2.3.2.5 Metode Simtomtermal

  Metode Simtomtermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi wanita (Atikah, 2010).

  a.

  Manfaat 1)

  Manfaat Kontrasepsi

  a) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.

  b) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

  c) Tidak ada efek samping sistemik.

  d) Murah atau tanpa biaya. 2)

  Manfaat Nonkontrasepsi

  a) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.

  b) Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.

  c) Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan.

  b.

  Indikasi

  a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun premenopause.

  b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.

  c) Perempuan kurus ataupun gemuk.

  d) Perempuan yang merokok.

  e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu, antara lain : hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.

  f) Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.

  g) Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.

  h) Pasangan yang termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan (Atikah, 2010).

2.3.3 Metode Kontrasepsi Barier

2.3.3.1 Kondom

  Kondom adalah selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual (Sujiyatini, 2009).

  b.

  Cara Kerja 1)

  Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. 2)

  Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termauk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

  b. Manfaat Kontrasepsi 1)

  Efektif bila digunakan dengan benar 2)

  Tidak mengganggu produksi ASI

  4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

  5) Murah dan dapat dibeli secara umum

  6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

  7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

  c. Manfaat Nonkontrasepsi 1)

  Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB 2)

  Dapat mencegah penularan IMS 3)

  Mencegah ejakulasi dini 4)

  Membantu mencegah terjadinya kanker servik (mengurangi iriitasi bahan karsinogenik eksogen pada servik) 5)

  Saling berinteraksi sesama pasangan 6)

  Mencegah imuno infertilitas

2.3.3.2 Diafragma/Cap

  Diafragma/Cap adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Sujiyatini, 2009).

  a. Cara Kerja Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.

  b. Manfaat Kontrasepsi 1)

  2) Tidak mengganggu produksi ASI

  3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya

  4) Tidak mengganggu kesehatan klien

  5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

  c. Manfaat Nonkontrasepsi 1.

  Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida

2. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.

2.3.3.3 Spermisida

  Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma, dikemas dalam bentuk Aerosol (busa), tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film dan krim (Atikah, 2010).

  a.

  Cara Kerja Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

  b.

  Manfaat Kontrasepsi 1)

  Efektif seketika (busa dan krim) 2)

  Tidak mengganggu produksi ASI 3)

  Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain 4)

  Tidak mengganggu kesehatan klien 5)

  Tidak mempunyai pengaruh sistemik 6)

  7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

  8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus c.

  Manfaat Nonkontrasepsi Merupakan suatu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.

2.3.4 Kontrasepsi Oral

2.3.4.1 Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi

  a. Profil Kontrasepsi Pil Oral Komninasi Menurut Pinem (2009), pil kombinasi mengandung estrogen dan progesteron dengan profil sebagai berikut : 1)

  Efektif dan reversible 2)

  Harus diminum setiap hari 3)

  Sangat jarang terjadi efek yang serius 4)

  Pada bulan-bulan pertama efek samping mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang 5)

  Dapat digunakan oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah memiliki anak maupun belum 6)

  Dapat mulai diminum setiao saat jika yakin sedang tidak hamil 7)

  Tidak dianjurkan diminum oleh ibu yang menyusui

8) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

  b. Jenis Pil Oral Kombinasi (Sulistyawati, 2011).

  1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

  2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

  3) Trifasik : pil yag tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam tiga dosis yang berbeda, dengan tablet tanpa hormon aktif.

  c. Cara kerja kontrasepsi pil oral kombinasi.

  1) Menahan ovulasi

  2) Mencegah implantasi

  3) lender serveiks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma 4)

  Pergerakkan tuba terganggu sehingga transportasi dengan sendirinya akan terganggu pula d. Manfaat kontrasepsi pil oral kombinasi (Arum, 2011).

  1) Memiliki efektifitas yang tinggi

  2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil

  3) Tidak menggangu hubungan seksual

  4) Siklus haid menjadi teratur

  5) Dapat digunakan jangka panjang

  6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause

  7) Mudah dihentikan setiap saat

  8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

  9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

  10) Metode ini dapat membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, penyakit radang panggul,kelainan jinak pada payudara, dismenore, dan jerawat e. Keterbatasan.

  1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari. 2) Mual terutama pada 3 bulan pertama. 3) Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama. 4) Pusing. 5) Nyeri payudara. 6)

  Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif.

  7) Berhenti haid (amenorea) jarang pada pil. 8) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI). 9)

  Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang. 10)

  Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. 11) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.

  f. Indikasi/ yang boleh menggunakan pil oral kombinasi (Handayani, 2010).

  1) Usia reproduksi

  2)

  3) Gemuk atau kurus

  3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

  9) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsy / riwayat epilepsy)

  8) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

  7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun

  6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg

  5) Perokok dengan usia >35 tahun

  4) Penyakit hati akut (hepatitis)

  2) Menyusui eksklusif

  4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

  1) Hamil atau dicurigai hamil

  10) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan syaraf g. Kontra Indikasi / yang tidak boleh menggunakan pil oral kombinasi (Pinem, 2009).

  9) Kelainan payudara jinak

  8) Siklus haid tidak teratur

  7) Riwayat kehamilan ektopik

  6) Anemia karena haid berlebihan

  5) Pasca keguguran

10) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

2.3.4.2 Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil) a. Profil (Arum, 2011).

  1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium

  3)

  2) Tidak mengganggu hubungan seksual

  1) Sangat efektif bila digunakan secara benar

  4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu d. Keuntungan Minipil (Pinem, 2009).

  3) Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetrasi sperma

  2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit

  1) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB

  2) Sangat efektif pada masa laktasi

  Kemasan dengan isi 35 pil: 30 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron 2)

  b. Jenis Minipil 1)

  7) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

  6) Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur

  5) Tidak memberikan efek samping estrogen

  4) Tidak menurunkan produksi ASI

  3) Dosis rendah

  Kemasan dengan isi 28 pil:75μg desogestrel c. Cara Kerja Minipil.

  4) Kesuburan cepat kembali

  Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat 6)

  1) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

  5) Yang menginginkan kontrasepsi progestin-only, tetapi tidak mau injeksi atau susuk g. Kontraindikasi Kontrasepsi Minipil (Pinem, 2009).

  4) Yang lebih menyukai atau tidak boleh menggunakan estrogen

  3) Perokok

  2) Dengan nyeri haid tingkat sedang sampai berat

  1) Tekanan darah tinggi < 180/110, masalah pembekuan darah atau penyakit sel sikel

  Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS f. Indikasi Kontrasepsi Minipil (Handayani, 2010).

  Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar 5)

  5) Nyaman dan mudah digunakan

  Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama 4)

  Peningkatan atau penurunan berat badan 3)

  Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid 2)

  e. Kerugian Minipil 1)

  8) Tidak mengandung estrogen

  7) Dapat dihentikan setiap saat

  6) Sedikit efek samping

  2)

  3) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

  4) Sering lupa minum pil

  5) Mioma uterus, progestin memicu pertumbuhan miam

6) Riwayat stroke, karena progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.

2.3.5 Kontrasepsi Suntikan

2.3.5.1 Kontrasepsi Suntikan progestin

  

Noretesteron Etanat ( Depo Noristerat) , yang mengandung 200 mg Noretdron

Etanat , diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular (Arum,

  2011).

  a.

  Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin (Handayani, 2010).

  diberikan 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong). Depo

  Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa.

  3) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang sudah dibuahi.

  4) Mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii.

  b.

  Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin 1)

  Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang.

  2) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

  

Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) , mengandung 15 mg DMPA, yang

  Kontrasepsi suntik progestin terdapat dua jenis yaitu, Depo

  1) Menekan ovulasi. 2)

  4) Tidak mempengaruhi ASI. 5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. 6)

  Dapat digunaka oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai perimenopause.

  7) Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. 8) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. 9) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. 10) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

  c.

  Kerugian Kontrasepsi Suntik Progestin (Arum, 2011).

  1) Sering ditemukan gangguan haid (siklus haid yang memendek/memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur/bercak, tidak haid sama sekali).

  2) Akseptor sangat tergantung pada sarana kesehatan (harus kembali untuk suntikkan).

  3) Tidak dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. 4) Permasalahan berat badan merupakan permasalahan paling sering. 5) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. 6)

  Pada ppenggunaan jarak panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang.

  d.

  Efek samping Kontrasepsi Suntik Progestin (Sujiyatini, 2009).

  1) Amenore. 2) Perdarahan/perdarahan bercak. 3) e.

  Indikasi Kontrasepsi Suntik Progestin (Arum, 2011).

  1) Usia reproduksi. 2) Telah memiliki anak/belum memiliki anak. 3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektifitasnya tinggi. 4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. 5) Setelah abortus atau keguguran. 6)

  Tekanan darah >180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah dan anemia.

  7) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. 8) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen. 9)

  Menggunakan obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).

  f.

  Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik Progestin.

  1) Hamil atau dicurigai hamil. 2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 3) Amenorea. 4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5) Diabetes melitus disertai komplikasi.

2.3.5.2 Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

  Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogestron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi nytamuskular sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan dengan injeksi instramuskular sebulan sekali (Pinem, 2009). a.

  Cara Kerja (Sujiyatini, 2009).

  6) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan stelah penghentian pemakaian.

  Indikasi Kontrasepsi Suntik Kombinasi (Arum,2011).

  3) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting) d.

  2) Mual/pusing/muntah

  1) Amenorea

  Efek Samping Kontrasepsi Suntik Kombinasi.

  c.

  Tidak menjamin terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, HIV/AIDS.

  1) Menekan Ovulasi. 2)

  3) Akseptor harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan. 4) Penambahan berat badan. 5)

  2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

  Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.

  Keuntungan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi 1)

  b.

  3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. 4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

  Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.

  1)

  2) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan. 3) Pasca persalinan dan tidak menyusui. 4) Anemia. 5) Nyeri haid.

  e.

  Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik Kombinasi 1) Hamil atau diduga hamil. 2) Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan. 3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 4)

  Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg).

2.3.6 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

  Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit (Sujiyatini, 2009).

  Implant terbagi menjadi tiga jenis yaitu, pertama Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg Levonorgestrel dan alat kerjanya 5 tahun. Kedua Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3 Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Dan ketiga, jedena dan implano yang terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levanorgestrel dengan lama kerja 3 tahun (Arum, 2011).

1. Cara Kerja Kontrasepsi AKBK (Meilani, 2010).

  a.

  Menekan ovulasi.

  b. c.

  Membantu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

  d.

  Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu transportasi sperma.

  2. Keuntungan Kontrasepsi AKBK (Arum, 2011).

  a.

  Efektifitasnya tinggi.

  b.

  Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

  c.

  Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

  d.

  Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

  e.

  Bebas dari pengaruh estrogen.

  f.

  Tidak mengganggu ASI.

  g.

  Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

  3. Indikasi Kontrasepsi AKBK (Arum, 2011).

  a.

  Usia reproduksi.

  b.

  Telah memiliki anak atau belum.

  c.

  Menghendaki kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

  d.

  Sedang menyusui.

  4. Kontraindikasi Kontrasepsi AKBK (Sujiyatini, 2009).

  a.

  Hamil atau diduga hamil.

  b.

  Perdarahan pervaginam yang belum jelas.

  c.

  Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

  d.

  Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

  e.

5. Efek Samping Kontrasepsi AKBK a.

  Perdarahan bercak (Spooting) ringan.

  b.

  Ekspulsi.

  c.

  Infeksi pada daerah insersi.

  d.

  Berat badan naik/turun.

2.3.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

  AKDR adalah kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim wanita (Sujiyatini, 2009).

  Ada pun jenis-jenis AKDR adalah : a. AKDR Cu T-380A

  Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

  b.

  AKDR lain adalah Nova T (Schering) (Sujiyatini, 2009). 1) Cara Kerja

  a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

  b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

  c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

  d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus 2) Keuntungan

  a) Efektifitas tinggi dan efektif segera setelah pemasangan

  b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual d) Nyaman, dan tidak perlu takut hamil

  e) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

  f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

  g) Dapat dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus dan dapat digunakan sampai menopause, dan tidak ada interaksi dengan obat-obat.

  h) Membantu mencegah KET 3) Indikasi

  a) Usia reproduksi

  b) Keadaan nulipara

  c) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan menghendaki metode hormonal d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

  e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

  f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

  g) Resiko rendah dari IMS

  h) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama 4) Kontra Indikasi

  a) Sedang hamil

  b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui

  c) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

  d) Sering menderita penyakit radang panggul atau abortus septik

  e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri f) Penyakit trofoblas yang ganas, kanker alat genital

  g) Diketahui menderita TBC pelvik dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

2.3.8 Metode Kontrasepsi Kontap

2.3.8.1 Tubektomi

  Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Sujiyatini, 2009).

  a. Mekanisme Kerja Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat, memotong, dan memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

  b. Manfaat Kontrasepsi 1)

  Sangat efektif 2)

  Permanen 3)

  Tidak mempengaruhi pada proses laktasi (breastfeeding) 4)

  Tidak bergantung pada faktor senggama 5)

  Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius 6)

  Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal 7)

  Tidak ada efek samping jangka panjang dan perubahan dalam fungsi seksual c. Manfaat Nonkontrasepsi Berkurangnya resiko kanker ovarium.

  d. Indikasi 1)

  Usia > 26 tahun 2)

  Paritas > 2

  4) Jika hamil akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius

  Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Sujiyatini, 2009).

  Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas 3)

  Efektif 2)

  b. Keuntungan 1)

  Dasar dari vasektomi Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis ke penis (Hanafi, 2010).

  a.

  Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan

  5) Pasca persalinan, pasca keguguran

  Tidak boleh menjalani proses pembedahan 5)

  Infeksi sistemik atau pelvik yang akut 4)

  Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3)

  Hamil (diduga hamil) 2)

  e. Kontra Indikasi 1)

  6) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

6) Belum memberikan persetujuan tertulis.

2.3.8.2 Vasektomi

  4) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja dan biaya rendah c. Indikasi

  Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Sujiyatini, 2009).

  d. Kontra Indikasi (Hanafi, 2010).

  1) Infeksi kulit pada daerah operasi

  2) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien

  3) Hidrokel dan varikokel yang besar

  4) Hernia inguinalis

  5) Filariasis (elefantiasis)

  6) Undesensus testikularis

  7) Massa intraskrotalis

  8) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia

9) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

2.4 Pasangan Usia Subur

  Pasangan usia subur berkisar antar usia 15

  • – 49 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang (Suparyanto, 2012)

  Pelayanan kesehatan pada PUS, yang dapat dilakukan adalah mengikuti program KB, dengan tujuan berikut:

  1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui pengaturan kehamilan (PUS dan WUS).

  2. Peningkatan kwalitas keluarga dan kemandirian keluarga.

  3. Peningkatan kepedulian dan PSM.

  4. Peningkatan serta pemantapan komitmen politis dan komitmen operasional.

  5. Pendekatan wilayah yang paripurna (Mubarak, 2012).

2.5 Pengetahuan (Knowledge) tentang Pemakaian MKJP

  Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

  2007). Pada penelitian Rainy Alus Fienalia yang berjudul “faktor- faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di wilayah kerja puskesmas pancoran mas kota depok tahun 2011

  ” dengan jumlah populasi 195 wanita dan jumlah sampel sebanyak 98 orang memperoleh hasil hubungan pengetahuan dengan kontrasepsi jangaka panjang ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden tentang kontrasepsi jangka panjang dengan pernah tidaknya responden di kontrasepsi jangka panjang pada tingkatan kepercayaan 95% dengan nilai p = 0.0001 sedangkan pada penelitian ini peneliti hanya meneliti penggunaan kontrasepsi jangka panjang saja.

2.6 Dukungan Suami

  Dukungan menurut Kamus Bahasa Indonesia tahun 2011 merupakan hal yang ikut serta dalam suatu kegiatan sedangkan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang mempunyai kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan satu sama lainnya (Notoatmojo, 2009).

  Dukungan suami salah satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berprilaku. Sedangkan dukungan keluarga dalam KB Merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab keluarga. Dalam hal ini adalah suami dalam mendukung dan memberikan kebebasan pada ). istri untuk menggunakan kontrasepssi jangka panjang (Darmawan, 2009

  Hartanto (2004) dalam Purba (2009) mengatakan bahwa seorang wanita apabila menggunakan kontrasepsi tidak akan dapat dipakai apabila tidak ada kerja sama dengan suami. Hal tersebut merupakan metode kesadaran akan fertilitas yang sangat membutuhkan kerja sama dan saling kontrasepsi percaya antara suami istri. Seorang istri dalam menggunakan kontrasepsi idealnya apabila memilihi/memakai metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerja sama dalam pemakaian kontrasepsi, membiayai biaya untuk kontrasepsi serta sama-sama memperhatikan tanda bahaya dari pemakaian kontrasepsi tersebut.

  

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Karakteristik Wanita

Pasangan Usia Subur terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

2.7.1 Umur

  Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda (Notoadmojo, 2009)

  Menurut BKKBN (1998) dalam Ekarini (2009) kesehatan pasangan usia subur sangat mempenagruhi kebahagian dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang di miliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontap, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang menggunakan vasektomi dan tubektomi sebagai cara kontrasepsi.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Reduksi Noise Dari Rekaman Suara Pernapasan Menggunakan Wavelet Transform Based Filter

0 0 6

Hubungan Tekanan Darah Dengan Faal Ginjal Pada Pasien Hipertensi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 11

Hubungan Tekanan Darah Dengan Faal Ginjal Pada Pasien Hipertensi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sayuran 2.1.1. Pengertian sayuran - Analisa Perubahan Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Rebusan Sayur Bayam Hijau dengan Metode Spektrofotometri

1 1 15

2 - ) DALAM HASIL REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TESIS

0 0 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Modifikasi Dan Karakterisasi Karet Alam Siklis (Resiprena 35) Dengan Anhidrida Maleat Sebagai Substituen Bahan Pengikat Cat Sintetis

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri Terhadap Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015

0 1 36

b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) 2. Apa alasan ibu menggunakan alat kontrasepsi tersebut a. Murah dan dapat dijangkau b. Pemakaiannya jangka panjang dan tingkat kegagalannya rendah c. Tidak mengganggu siklus haid d. Dapat diterima oleh

0 0 37