BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri Terhadap Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMA CAHAYA Medan Tahun 2015

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

  Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

  Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus

  Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu : a.

  Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya, cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau menangis.

  b.

  Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

  Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya, seseorang melaksanakan tugas dengan baik (respon terhadap tugasnya), kemudian ia memperoleh melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.

  Berdasarkan teori S-O-R tersebut, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

  1. Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert

  behavior ) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.

  2. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar.

  Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah.

  Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik. Berikut adalah teori S-O-R :

  Respon Tertutup : Pengetahuan

  Stimulus Organisme Sikap

  Respon Terbuka : Praktik/Tindakan Bagan 2.1. Teori Stimulus Organisme Respon.

2.2 Domain Perilaku

  Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang-orang yang bersangkutan.

  Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut : a.

  Pengetahuan 1.

  Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang. dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

2. Proses adopsi perilaku

  Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut : a)

  Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus

  b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus

  c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.

  d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru

  e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah sebagai berikut :

  a) Pendidikan

  Pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah (baik formal maupun nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini dapat mengubah sikap dan tata laku seseorang dan kelompok serta mampu

  Selain itu, pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi. Sehingga semakin banyak informasi semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

  b) Informasi/ media massa

  Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar.

  c) Sosial, budaya dan ekonomi

  Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  d) Lingkungan

  Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh seiap individu.

  e) Pengalaman

  Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengelaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

  f) Usia

  Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

4. Domain pengetahuan

  Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut :

  a) Tahu (know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu recall (mengingat kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah.

  Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

  b) Memahami (comprehension)

  Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. orang yang paham terhadap materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.

  c) Aplikasi (aplication)

  Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (nyata). Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip pemecahan masalah.

  d) Analisis (analysis)

  Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitanya kata kerja menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

  e) Sintesis (synthesis)

  Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun formulasi- formulasi baru. Misalnya, dapat merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya.

  f) Evaluasi (evaluation)

  Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya, membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

5. Indikator pengetahuan kesehatan

  Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan. Cara mengukur pengetahuan kesehatan yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan tertulis atau angket/kuesioner. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang variabel-variabel kesehatan. Misalnya, berapa persen responden tahu tentang cara-cara mencegah penyakit pengetahuan tinggi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

  a) Sikap

  Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan) (Notoatmodjo, 2010).

  b) Tindakan/praktik

  Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka. Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

  Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Cara mengukur perilaku ini bisa secara langsung terhadap tindakan subjek dalam memelihara kesehatannya. Misalnya, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizinya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Beberapa teori mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green.

  Dalam teorinya mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat, dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : a.

  Faktor perilaku (behaviour causes) b.

  Faktor diluar perilaku (non-behaviour causes).

  Selanjutnya perilaku itu terbentuk dari 3 faktor. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoadmodjo, 2003) yaitu : a.

  Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai- nilai, tradisi, dan sebagainya.

  b.

  Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya; posyandu, puskesmas, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku. Kadang- kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya (Notoatmodjo, 2010).

  Faktor-faktor pendorong (Reinforcing factors), Menurut Green (1980) faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang mendukung untuk menentukan tindakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja bervariasi tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan, sebagai contoh, penguatan dapat diberikan oleh rekan kerja, supervisor, pimpinan serikat buruh dan keluarga. Faktor

  • – faktor pendorong meliputi faktor teman, orang tua, dan petugas kesehatan.

1. Teman

  Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan antara sesama dalam kehidupannya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group) merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Menurut Andi Mappiare (1982) “kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan an ggota keluarganya”. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto (1993) “kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan- persamaan dalam berbagai aspeknya”. Menurut St.Vembriarto (1993) ada beberapa pokok dalam pengertian teman sebaya: Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara anggotanya intim.

  2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi social. Istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok remaja.

  Perkembangan teman sebaya dengan pengaruh yang cukup kuat merupakan hal penting dalam masa-masa remaja. Pada kelompok teman sebaya untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Jalinan yang kuat itu terbentuk norma, niali-nilai dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan dengan apa yang ada di rumah mereka masing- masing. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap citra diri remaja. Remaja menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman sebaya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan waktunya dengan teman- temannya. Remaja dalam bergaul dengan teman sebaya merasa diberi status dan memperoleh simpati.

2. Orang tua

  Kedekatan anak dengan orangtuanya pada beberapa menit pertama dan beberapa jam setelah lahir, secara meyakinkan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak tersebut. Komunikasi antara anak dan orangtua terbentuk saat orangtua mengendong bayinya dengan lembut dan penuh cinta.

  Dalam gendongan orangtua, anak merasakan rasa aman seperti yang dirasakannya selama di dalam kandungan. sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan pandangannya sendiri. Anak akan melakukan segala sesuatu dengan cara menirunya. Orangtua akan menjadi contoh dan panutan untuk ditiru. Tugas sebagai panutan ini akan lebih sulit jika orangtua mengawalinya dengan cara yang keliru sehingga perlu menghabiskan waktu untuk mengoreksi kesalahan tersebut di saat anak sudah terlanjur terikat dengan perilakunya. Oleh karena itu, pada masa ini perlu ketegasan orangtua untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Usia ini adalah saat paling baik untuk mulai mengajarkan anak menggunakan sikat gigi.

  Orangtua sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ayah mempunyai peran yang besar dalam keluarga yaitu sebagai pencari nafkah bagi keluarga, bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan materil, namun juga kebutuhan psikologi. Ibu juga mempunyai peran yang besar dalam merawat anak terutama karena ibu lebih banyak menghabiskan waktu bersama anaknya.

  Ayah, seperti yang dikatakan ahli World Health Organization, menyatakan bahwa perawatan anak adalah hal yang sama pentingnya dengan pekerjaannya. Seorang ayah harus aktif dan setara dalam memberikan kontribusi ke semua aspek rumah tangga dan perawatan anak. Sering kali, ayah menunda untuk merawat anaknya sampai anaknya tumbuh lebih besar. Jika seperti ini maka ayah kehilangan waktu berharga bersama anaknya dan istri menjadi ahli mengurus anak sementara ayahnya masih berencana menun da “fathering” (peran ayah). tetap dapat ikut ambil bagian dalam merawat dan mengikuti tumbuh kembang anak. Peran ayah dalam merawat anak dapat apa saja, misalnya dengan menemani anak bermain, mengawasi anak melakukan sesuatu hal baru, menyediakan kebutuhan-kebutuhan anak, mengobati ketika anak terluka atau sakit, dan sebagainya.

  Dalam merawat anaknya orangtua harus memperhatikan pemeliharaan kesehatan anak. Dalam memelihara kesehatan anak, orangtua perlu pengetahuan tentang kesehatan anak sehingga dapat membantunya menghadapi berbagai kemungkinan gejala yang akan timbul pada anaknya.

  Untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, orangtua perlu mengetahui berbagai hal tentang kesehatan gigi dan mulut. Dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut orangtua perlu mengajari anaknya cara menyikat gigi sedini mungkin, usia yang paling baik untuk mengajari anak menyikat gigi adalah usia 2 tahun. Setelah anak diajarkan untuk menyikat gigi sebaiknya orangtua mengawasi anak ketika menyikat giginya apakah sudah dibersihkan dengan baik dan benar. Untuk menyikat gigi, orangtua harus menyediakan sikat gigi yang sesuai ukurannya dengan anak dan pasta gigi yang mengandung fluoride. Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi pun sebaiknya diberikan kepada anak, seberapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, menyikat gigi dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pagi hari sebelum sarapan dan sebelum tidur malam, dan memberitahukan kepada anak tentang makanan-makanan yang dapat merusak gigi dan apa tindakan atau upaya orangtua dalam menyiasati agar anak tidak untuk menyukai sayuran dan buah-buahan untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak. Orangtua perlu membawa anak ke dokter gigi untuk memeriksa gigi dan mulut anak sejak dini yaitu mulai usia 2 tahun, dan bukan membawa anak ke dokter gigi hanya karena ada keluhan. Anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi secara rutin, 6 bulan sekali untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan gigi dan merawatnya jika diperlukan. Orangtua juga harus dapat aktif memeriksa gigi dan mulut anak misalnya melihat adanya gigi yang berlubang, karang gigi, gigi yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal (gigi tumbuh berlapis, gigi berjejal, dan lainnya).

3. Petugas Kesehatan

  Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).

  Dukungan petugas kesehatan (petugas imunisasi) merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas imunisasi) memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui. Petugas kesehatan akan mendukung perilaku ibu untuk melakukan upaya kesehatan (mengimunisasikan anaknya) melalui keterampilan komunikasi dan ada kecenderungan bahwa upaya-upaya petugas kesehatan memperkuat ibu dengan memberikan pujian, dorongan dan diskusi atau dengan menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya (Graeff, 1996). kepada ibu tentang imunisasi dianjur kan mengikuti tata cara pemberian sebagai berikut : a.

  Memeberitahu secara rinci risiko imunisasi dan risiko apabila tidak diimunisasi.

  b.

  Memeriksa kembali persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapakan.

  c.

  Membaca dengan teliti informasi prosuk vaksin yang akan diberikan dan dapatkan persetujuan orangtua.

  d.

  Meninjau kembali apakah ada kontra indikasi.

  e.

  Memeriksa identitas klien dan berikan antipiretik bila perlu.

  f.

  Memeriksa jenis dan keadaan vaksin serta yakinkan penyimpanannya baik.

  g.

  Menyakinkan vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan bila perlu tawarkan juga vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.

  h.

  Memberikan vaksin dengan teknik yang benar. i.

  Setelah pemberian vaksin, menjelaskan apa yang harus dialakukan apabila ada reaksi ikutan, membuat laporan imunisasi kepada instansi terkait, memeriksa status imunisasi keluarga dan bila perlu menawarkan vaksinasi untuk mengekar ketinggalan (Muslihatun, 2010).

2.2.2 Cara Mengukur Indikator Perilaku

  Cara mengukur pengetahuan dan sikap adalah dengan wawancara, baik terstruktur maupun wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (focus

  group discussion ), khusus untuk penelitian kualitatif. Namun untuk memperoleh metode tidak langsung yaitu pendekatan recall melalui wawancara dengan mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan responden beberapa waktu lalu (Maulana, 2009). Sinamora (2008) menjelaskan bahwa ada tiga kategori tentang pengukuran perilaku, yaitu :

  1. Kategori 1 : “What the people do” (mengamati apa yang dilakukan individu yaitu dengan pancaindra, kamera, dan handycam).

  2. Kategori 2 : “ What the people say” (mengamati apa yang dikatakan individu) yaitu dengan wawancara yang merupakan metode pengukuran yang tepat. Instrumen yang dipakai adalah wawancara yatu dengan kuesioner maupun pedoman wawancara.

  3. Kategori 3 : mengukur psikologis yang ditunjukkan oleh sistem syaraf yaitu dengan peralatan laboratorium.

  Namun, harus diakui bahwa alat ukur yang banyak digunakan dalam mengukur perilaku adalah kuesioner.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian

  Remaja adalah bila seorang anak perempuan berusia 13-19 tahun (Wong, 2009). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah bila anak perempuan atau laki-laki telah mencapai usia 10-19 tahun. Sedangkan Pendidikan Nasional dalam Soetjiningsih (2007) mengatakan bahwa anak dianggap remaja Menengah.

  Effendi dan Makhfudli (2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Adapun salah satu perubahannya adalah perubahan fisik akibat adanya pacu tumbuh (growth spurl). Pada pacu tumbuh ini timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007).

  Masa praremaja terjadi lebih cepat daripada masa prasekolah. Masa praremaja adalah masa terjadinya pacu tumbuh adolesen yaitu pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan. Selain itu, adanya pertumbuhan alat kelamin dan tanda- tanda sekunder (Soetjiningsih, 2007) serta perubahan-perubahan pada tulang dan otot-otot yang menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar dan organ tubuh menjadi lebih sempurna (Berk, 1989 dalam Ali, 2010).

  Pertumbuhan somatik di atas melibatkan endokrin dan sistem tulang. Hormon yang berperan dalam pacu tumbuh tersebut adalah growth hormon, tiroksin, insulin, dan kortikosteroid, paratiroid, dan kalsitonin. Hormon-hormon ini mempercepat menstruasi jika berlebihan dan memperlambat menstruasi jika mengalami defisiensi (Soetjiningsih, 2007).

  Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan remaja, Pinem (2009) membagi masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu : a.

  Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain merasa ingin bebas, ingin lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

  b.

  Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, dan mempunyai rasa cinta yang mendalam.

  c.

  Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai ciri jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, dan pengungkapan kebebasan diri.

2.3.3 Perkembangan Organ Reproduksi Remaja Perempuan

  Organ-organ reproduksi mengikuti pola genital, dimana pertumbuhannya lambat pada anak dan sangat cepat pada masa pacu tumbuh remaja.

  Perkembangan seksual ini terjadi pada dua periode singkat yaitu perkembangan seksual primer pada embrio dan adanya karakteristik sekunder selama pubertas.

  Hal ini merupakan respon terhadap hormon gonadrotopin kelenjar hipofisis (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).

  Pada masa pubertas inilah muncul karakteristik sekunder, yaitu pertumbuhan kuncup payudara (10-11 tahun). Diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis 6-12 bulan. Kemudian, dan setelah 2-2,5 tahun baru mengalami bervariasi tergantung pada kecepatan pertumbuhan kuncup payudara, rambut pubis serta menstruasi genitalia interna maupun eksterna. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seks sekunder tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari bahu (Behrman, 2000; Soetjiningsih, 2007).

  Warne GL dalam Soetjiningsih (2007) membuat Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual (TKS) menghubungkan antara pertumbuhan dan stadium pubertas pada perempuan.

2.3.4 Masa Transisi Remaja

  Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Menurut Gunarsa (1978) dalam Kusmiran (2012), masa transisi tersebut adalah : a.

  Transisi fisik berkaitan dengan perubahan tubuh Pada masa ini juga kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas dimana bentuk tubuh sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.

  b.

  Transisi dalam kehidupan emosi Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja sering tampak gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih, dan marah. Namun disisi lain tekadang tertawa dan gembira. Transisi dalam kehidupan sosial Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar keluarga. Remaja lebih cenderung bergaul dengan teman sebaya. Pergaulan dengan sebayanya termasuk upaya remaja untuk bersikap mandiri, baik mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang tertentu. Ketika kondisinya tidak sesuai maka dapat menyebabkan kebingungan peran.

  d.

  Transisi dalam nilai-nilai normal Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai- nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai mengukur nilai-nilai yang diterima pada waktu ia masih kanak-kanak dan mulai mencari nilai sendiri.

  e.

  Transisi dalam kognitif (pemahaman) Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Daya kemampuan berpikir remaja ini berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk menambah rasa percaya dirinya. Pada masa perkembangan ini, pikiran anak telah membentuk gambaran mental dan mampu menyelesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikiran yang abstrak (Hidayat, 2008).

  2.4.1 Organ Genitalia Eksterna

  Organ genitalia eksterna meliputi : Mons veneris (bagian yang menonjol di atas sinfisis dimana pada orang dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan), Labia

  mayora (bibir besar yang terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil

  kebawah), Labia minora (suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar),

  Klitoris yang bersifat erektil yang terletak tepat di bawah arkus pubis yang ketika

  terangsang glans dan korpus klitoridis membesar karena mengandung banyak pembuluh darah, Vestibulum (vulva berbentuk lonjong ini memanjang dari depan ke belakang, Bulbus vestibuli (bagian yang terletak di bawah selaput lendir vulva yang mengandung banyak pembuluh darah, Introitus vagina (dapat dilihat jika bibir kecil dibuka karena ditutupi oleh himen atau selaput darah), Perineum (terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit, panjangnya kira-kira 4 cm).

  2.4.2 Organ Genitalia Interna

  Organ genitalia interna meliputi : Vagina (liang kemaluan yang ditemukan setelah melewati introitus vagina yang menghubungkan introitus dan uterus. Cairan vagina sedikit asam dan berasal dari bagian genitalia bawah. Interaksi laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman (pH 4,5). Apabila pH meningkat di atas 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina), Uterus (organ yang berdinding tebal, muskuler dan pipih dan tampak seperti buah peer terbalik), Tuba fallopi, Ovarium (ovarium terdiri dari korteks bagian luar dan medula pada bagian dalam). Fungsi utama ovarium adalah progesteron, androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal. Selama usia subur, umumnya setiap bulan satu atau lebih ovum matur dilepaskan. Ketika ovum dibuahi maka terjadi kehamilan, namun jika tidak dibuahi maka endometrium luruh dan disebut sebagai menstruasi) (Pinem, 2009).

2.5 Menarche dan Menstruasi

2.5.1 Pengertian Menarche

  Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi

  pada usia sekitar 10-11 tahun (Manuaba, 2007). Mekanisme menarche belum diketahui, namun hal inii berhubungan dengan menstruasi hipotalamus dan spesifik dipicu oleh pembentukkan lemak dengan presentasi 17% dan BB 48 kg (Dickason,Silverman, Kaplan, 1997). Santrock (2003) menjelaskan bahwa

  menarche juga dapat dipengaruhi oleh mutu makanan, kesehatan, genetik dan massa tubuh.

  Menarche merupakan ciri suatu kedewasaan seorang wanita. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium.

  FSH merangsang ovarium untuk mengeluarkan hormon esterogen. Esterogen merangsang pertumbuhan payudara dan seks sekunder lainnya, diantaranya pertumbuhan rambut pubis, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva dan perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan esterogen yang cukup yang disebut menarche (Manuaba, 2007).

  Sebagian besar menarche berlangsung tanpa diikuti ovulasi, sehingga memberikan kesempatan yang cukup tanda-tanda seks sekunder untuk mencapai kematangan seksual. Namun, menstruasi yang seseungguhnya diikuti oleh ovulasi yang sebagian besar dicapai pada umur sekitar 17-18 tahun (Manuaba, 2007).

2.5.2 Usia Menarche

  Usia menarche berbeda-beda setiap individu. Sejak sekitar 150 tahun yang lalu, usia menarche mengalami pergeseran ke arah yang lebih muda. Rata- rata usia menarche di Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 4 bulan tiap dekade. Sehingga sekitar tahun 2003 menarche terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Eveleth dalam Santrock, 2003). Pulungan (2009) menjelaskan bahwa usia

  

menarche terjadi pada usia termuda 8 tahun dan tertua adalah 14 tahun. Manuaba

  (2007) menarche terjadi sekitar umur 10-11 tahun. Sedangkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda 9 tahun dan usia tertua 20 tahun. Begitu juga yang telah ditetapkan oleh para ulama bahwa usia menstruasi pertama wanita terjadi pada usia 9 tahun (Fuad, 2007). Usia tersebut masuk dalam kategori remaja awal dan dengan usia 11-12 pada siswi sekolah dasar merupakan siswa yang berada pada kelas tinggi atau antara kelas 4 sampai 6 (Yusuf, 2012).

2.6.1 Pengertian

  Menstruasi (haid) artinya mengalirkan sesuatu, namun dalam syariat agama menstruasi merupakan darah yang keluar dari rahim seorang perempuan secara alami, tanpa sebab apapun di waktu-waktu yang sudah dimaklumi (Al- Utsaimin, 2009). Cummingham (2006) menyatakan bahwa menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala sebagai tanda bahwa alat kandungan telah memenuhi faalnya. Menstruasi terjadi dalam interval-interval yang teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktunya, sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mendapatkan intervensi farmakologis.

  Siklus menstruasi terjadi karena suatu interaksi yang kompleks antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Proses ini memerlukan komunikasi nyata antara organ target yang terlibat yang diregulasi oleh fluktuasi hormon utama reproduksi, yaitu : FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinizing

  Hormone ), estradiol, dan progesteron. Siklus haid (menstruasi) ini terbagi menjadi

  dua fase utama, yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler berawal pada hari pertama terjadinya haid, ditandai dengan tingginya kadar FSH dan rendahnya LH, estradiol, dan progesteron. Peningkatan FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel dan proliferasi endometrium. Seiring berlangsungnya proses maturasi folikel pada fase folikuler akhir, kadar estradiol meningkat tajam sehingga memicu sekresi LH. LH ini menginduksi proses ovulasi dimana terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Fase luteal siklus haid ini ditandai leutinisasi sel-sel folikel yang pecah saat ovulasi. Korpus luteum ini menghasilkan progesteron (dalam jumlah besar) dan estradiol (dalam jumlah moderat). Pada permulaan fase ini terjadi penurunan estradiol, kemudian estradiol meningkat lagi seiring peningkatan progesteron pada sebagaimana permulaan fase folikuler. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum mengalami degenerasi, progesteron dan estradiol menurun menyebabkan peluruhan endometrium yang dikenal sebagai menstruasi (Suparman dan Ivan, 2012).

2.6.2 Durasi Perdarahan Menstruasi

  Kondisi fisik seorang wanita tidak sama. Hal ini mempengaruhi kinerja organ-organ kewanitaannya, terutama saat mereka mengalami menstruasi. Lama keluarnya darah menstruasi berbeda antara wanita satu dengan yang lain. Menurut Fuad (2007) dalam syari’at Islam dijelaskan bahwa darah haid keluar paling sedikit selama 3 hari 3 malam, sebanyak-banyaknya adalah 15 hari serta yang sedang adalah 5 hari. Sebagaimana halnya dengan Cummingham (2006) bahwa durasi menstruasi paling sering adalah 4 sampai 6 hari. Dalam hal ini bukan berarti harus keluar terus-menerus tanpa henti, namun bila darah terasa keluar, sesudah itu reda, kemudian keluar lagi maka semuanya dianggap haid (Fuad, 2007).

2.7.1 Pengertian

  Hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan kesehatan (Potter & Perry, 2006). Sedangkan menurut WHO (2013) hygiene merupakan kondisi dan praktik untuk mempertahankan kesehatan, mencegah terjadinya penyebaran penyakit, meningkatkan derajat kesehatan individu, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Purnawijayanti, 2006).

  Menurut Potter & Perry (2006), sikap seseorang melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a.

  Citra Tubuh Penampilan seseorang menggambarkan hygiene individu tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang tentang penampilan fisiknya.

  Citra tubuh ini sering berubah dan mempengaruhi cara seseorang mempertahankan hygiene.

  b.

  Praktik Sosial Kelompok-kelompok sosial merupakan wadah seseorang untuk berhubungan sehingga mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air yang mengalir juga mempengaruhi perawatan kebersihan.

  c.

  Status Sosial Ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bagaimana kondisi kosmetik yang bisa digunakan setiap hari serta alat-alat untuk membantu memelihara hygiene secara aman.

  d.

  Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Walaupun demikian, pengetahuan saja tidak cukup. Individu juga harus memotivasi diri untuk memelihara perawatan diri. Sehingga praktik hygiene ini akan mengurangi risiko kesehatan dengan memotivasi diri untuk selalu menjaga hygiene dirinya.

  e.

  Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula.

  f.

  Kebiasaan Setiap orang memiliki keinginan untuk menentukan kapan ia mandi, mencukur rambut, melakukan perawatan rambut dan sebagainya. Individu memiliki keinginan tersendiri terhadap alat kesehatan, dan cara melakukan hygienenya. Hal ini menunjukkan bagaimana kebiasaan seseorang dalam melakukan hygiene pada dirinya.

  g.

  Kondisi Fisik Orang yang menderita penyakit tertentu seringkali mengalami kekurangan energi fisik untuk melakukan hygiene. Sehingga ketika seseorang melakukan hygiene dirinya.

  Hygiene merupakan tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Hygiene sangat penting dilakukan saat mengalami menstruasi, karena saat menstruasi tubuh mengeluarkan keringat dan minyak secara berlebih dan vagina rentan sekali terkena infeksi (Kusmiran, 2012).

2.7.2 Hygiene Alat Kelamin Wanita

  Kesehatan organ reproduksi penting untuk dijaga agar fertilitas tetap terjaga sehingga mampu menghasilkan keturunan. Saat menstruasi tubuh cenderung memproduksi lebih banyak keringat, minyak dan cairan tubuh lainnya. Sehingga seorang wanita harus tetap menjaga kebersihan dirinya terutama menjaga organ reproduksi wanita yaitu kesehatan vagina (Kusmiran, 2012).

  Bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit seperti di daerah alat kelamin merupakan bagian yang paling penting. Ketika tubuh mengeluarkan banyak keringat maka bagian ini cenderung lembab dan mikroorganisme jahat seperti jamur mudah berkembang biak yang akhirnya dapat menimbulkan infeksi.

  Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya wanita yang mengalami keputihan dan gatal- gatal di vagina akibat adanya infeksi jamur dan bakteri (Pudiastuti, 2012).

  Davey (2005) menyatakan bahwa infeksi vagina biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan

  

Gardnerella vaginalis . Infeksi vagina yang tersering adalah Vaginosis bakterialis

(40-50%). Candidiasis (20-30%) dan Trichomoniasis vaginalis (15-20%).

  Trichomonas vaginalis , namun Candida albicans adalah jamur yang paling sering menyebabkan keputihan tersebut (Panda, 2013).

  Adapun menurut cara memelihara organ reproduksi remaja perempuan adalah sebagai berikut : a.

  Saat menstruasi, wanita lebih berkeringat dibanding dengan hari-hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas dari bau badan harus rajin merawat tubuh dengan mandi yang bersih dan mencuci rambut minimal dua hari sekali. Sebagaimana Lawan, Yusuf, & Musa (2010), menyatakan bahwa remaja putri sebagai respondennya menyatakan bahwa mereka menambah frekuensi mandinya saat menstruasi sebanyak 3-4 kali per hari.

  b.

  Membersihkan bebas keringat yang ada disekitar alat kelamin secara teratur dengan air bersih, lebih baik air hangat, dan sabun lembut dengan kadar soda rendah terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan buang air kecil. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), tidak terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina dan berisiko menimbulkan infeksi. Setelah dibersihkan, vagina dikeringkan menggunakan handuk bersih atau tisu kering supaya vagina tidak lembab.

  c.

  Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (douching). Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme yang hidup di vagina dan berfungsi memproduksi asam sehingga terbentuk suasana masam yang mampu mencegah bakteri masuk ke dalam vagina.

  Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri tersebut dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.

  d.

  Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan. Bahkan celana dalam yang baik harus menyerap keringat seperti katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat karena kulit susah bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi juga sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih.

  e.

  Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor.

  Pemakian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam dan diganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah. Hal ini dikarenakan pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti. Penelitian Lee et al (2006) menjelaskan bahwa dari seluruh responden yaitu remaja putri di Malaysia terdap at 70,8% menggunakan pembalut ≤ 4 pembalut per hari karena jumlah darah yang keluar sedikit, 17,6% menggunakan 2 pembalut dalam satu kali pemakaian karena keluarnya darah sangat banyak, dan 11,1% sedang.

  f.

  Menggunakan pembalut (sanitary pad) yang siap pakai, bukan pembalut kain, karena dikhawatirkan pembalut kain tersebut kurang hygiene akibat perawatannya yang kurang baik, seperti mengeringkan di tempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang berisiko tumbuhnya mikroba atau larva yang menyebabkan vagina berbau tidak sedap (Ali, 2007).

  g.

  Selain itu, membuang pembalut bekas dengan dibungkus kertas kemudian dibuang ke tempat sampah (Nada, 2007). Adapun penelitian Lawan, Yusuf, & Musa (2010) menyatakan bahwa remaja membuang pembalut bekas di limbah rumah tangga (71,2%), pembakaran (24,3%), penguburan (4,3%) dan disiram di toilet (0,3%). Sebagaimana penelitian Dasgupta dan Sarkar (2008), menjelaskan bahwa sebesar 92 responden (57,5%) remaja membuang dengan benar pembalut/potongan kain yang digunakan dengan membungkusnya dengan sebuah kantong kertas dan dibuang di tempat pembuangan limbah padat. Penelitian ini juga sejalan dengan Thakre (2011) bahwa responden membungkus pembalut dengan di limbah padat atau membakarnya. Sebanyak 52,20% respondennya membuang pembalut dengan cara dibakar, sebesar 39,79% membuang di limbah padat dan 6,72% menggunakan metode pembuangan lain (Kusmiran, 2012 ; Nadesul, 2008 ; Dingwal, 2010).

  Organ reproduksi merupakan terdiri dari organ reproduksi bagian luar dan bagian dalam (Pinem, 2009). Alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar yang memudahkan terjadinya infeksi pada bagian luarnya yang secara berkelanjutan dapat menginfeksi selaput dinding perut (peritonitis). Namun, vagina memiliki sistem pertahanan alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dengan sistem asam basa melalui lendir yang menyebabkan bakteri dibuang dalam bentuk menstruasi. Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini terkadang cukup lemah sehingga infeksi sering susah dikendalikan dan menimbulkan keluhan klinis dari infeksi tersebut. Salah satu keluhan klinis/infeksi alat kelamin ini adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 2009).

  Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada darah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat menstruasi ini disebut juga dengan

  

pruritus vulvae . Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot Utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa (PE)

0 0 12

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Suara Pernapasan - Reduksi Noise Dari Rekaman Suara Pernapasan Menggunakan Wavelet Transform Based Filter

0 0 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Reduksi Noise Dari Rekaman Suara Pernapasan Menggunakan Wavelet Transform Based Filter

0 0 6

Hubungan Tekanan Darah Dengan Faal Ginjal Pada Pasien Hipertensi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 11

Hubungan Tekanan Darah Dengan Faal Ginjal Pada Pasien Hipertensi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sayuran 2.1.1. Pengertian sayuran - Analisa Perubahan Kandungan Nitrit (NO2-) dalam Rebusan Sayur Bayam Hijau dengan Metode Spektrofotometri

1 1 15

2 - ) DALAM HASIL REBUSAN SAYUR BAYAM HIJAU DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TESIS

0 0 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Modifikasi Dan Karakterisasi Karet Alam Siklis (Resiprena 35) Dengan Anhidrida Maleat Sebagai Substituen Bahan Pengikat Cat Sintetis

0 0 31