1 Analisis Permasalahan Pelaporan Keuangan Dana Gampong Pada Gampong Meunasah Mesjid Kota Lhokseumawe
Jurnal Vokasi, Vol 1 No.1 April 2017 - ISSN : 2548-4117 (Media Online)
Jurnal hasil-hasil Penerapan IPTEKS dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Analisis Permasalahan Pelaporan Keuangan Dana Gampong
Pada Gampong Meunasah Mesjid Kota Lhokseumawe
Muhammad Arifai,1* Teuku Fakhrial Dani,2 Faisal 3, Dewi Yolanda4
1,2,3
Dosen Jurusan Tata Niaga, Politeknik Negeri Lhokseumawe
4
Mahasiswa Prodi Akuntansi Jurusan Tata Niaga
JL. Banda Aceh-Medan, Km.280, 24301, (0645) 42670,
Lhokseumawe Aceh
*E-mail: arifai_m@yahoo.co.uk
ABSTRAK
Praktik pembukuan bendahara gampong menjadi sarana penting untuk mengungkapkan
informasi secara akurat dan transparan. Perubahan tata kelola keuangan gampong yang
menempatkan peran aktif aparatur desa dilihat sebagai persoalan yang menarik untuk
diteliti dikarenakan kewajiban yang diemban oleh aparatur gampong tidak hanya
berdampak pada pembangunan masyarakat gampong namun juga memberikan efek
negatif terhadap praktik korupsi dan penyalahgunaan anggaran di gampong. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan pembukuan dana gampong pada
gampong Mesjid Puenteut Kota Lhokseumawe, sebagaimana yang diamanat dalam
Qanun No. 5 Tahun 2003 dan Permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang pelaksanaan
tata pemerintahan gampong yang mandiri dan pengelolaan keuangan desa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif model analisis simulasi dengan sampel aparatur
Gampong Mesjid Puenteut Kota Lhokseumawe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masih terdapat permasalahan yang sangat teknis dalam penatabukuan akuntansi
gampong sesuai dengan standar akuntansi desa. Hal ini sejalan dengan eksekusi
anggaran yang bersumber dari dana desa, alokasi dana gampong, bagi hasil pajak
daerah serta sisa pembayaran tahun lalu sebanyak Rp 1.697.010.354 yang dilihat masih
terdapat kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Hasil penelitian ini
memberikan implikasi pada masih rendahnya pemberdayaan gampong yang selama ini
telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Lhokseumawe beserta
pihak lain yang terlibat sehingga diperlukan adanya penanganan berkelanjutan dalam
bentuk pendampingan.
Kata Kunci: Bendaharawan Gampong, Anggaran Pendapatan dan belanja
Gampong, Laporan keuangan
(Mardiasmo 2002), demokratisasi dan
1. PENDAHULUAN
Gampong sebagai suatu kesatuan
masyarakat
hukum
yang
pemberdayaan masyarakat.
mempunyai
Penyelenggaraan pemerintah Gampong
susunan asli berdasarkan hak usul yang
merupakan
bersifat istimewa memiliki keistimewaan
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
dalam merencanakan anggaran maupun
Gampong memiliki kewenangan untuk
dalam pelaksanaan tatanan hukum adat.
mengatur
Pemerintahan
merupakan
masyarakatnya sendiri. Gampong dapat
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli
juga melakukan hukum, baik hukum
Gampong,
1
sub
dan
sistem
mengurus
dari
sistem
kepentingan
publik maupun hukum privat, memiliki
direvisi dengan lahirnya Undang-undang
kekayaan, harta benda dan bangunan serta
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
dapat dituntut dan menuntut di muka
Daerah dan terakhir disahkan Undang
pengadilan.
Undang
Desa
No
6
Tahun
2014.
juga
Sementara untuk Provinsi Aceh aturan
memiliki sumber pembangunan berupa
tentang pemerintahan Gampong selain
pendapatan
merujuk
Disamping
itu
Gampong
Gampong,
bantuan
kepada
ketentuan
Undang-
pemerintah pusat dan daerah, pendapatan-
undang No. 32 Tahun 2004 dan rujukan
pendapatan lainnya yang sah, sumbangan
yang lebih spesifik yaitu Undang-undang
pihak ketiga dan pinjaman Gampong.
No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan
Secara historis Gampong merupakan cikal
Aceh. Disamping adanya qanun-qanun
bakal terbentuknya masyarakat politik dan
yang
pemerintahan di Indonesia. Struktur sosial
pemerintah Gampong di Aceh seperti
sejenis Gampong, masyarakat adat dan
Qanun No 7 Tahun 2015 tentang pedoman
lainya sebagai hak menjadi institusi sosial
pengelolaan kekayaan gampong.
mengatur
Lahir Nomor 6 Tahun 2014 menjadi
yang mempunyai posisi yang sangat
tahapan
penting.
Proses
reformasi
politik
penyelenggaraan
penting
desa/gampong
dan
yang
mengangkat
menjadi
subjek
pengantian pemerintahan yang terjadi
pemerintahan (Hudayana 2005; Hoesada
pada tahun 1998, ikut mempengaruhi
2014).
perkembangan
tentang
mempunyai konsekuensi hukum yang
Negara
mengikat yang tidak hanya mempengaruhi
Kesatuan Republik Indonesia ini. Undang-
tata kelola namun juga arah pembangunan
undang No. 4 Tahun 1979 tentang
yang berubah (Subroto 2009). Tata kelola
Pemerintah Gampong dicabut dan diganti
Gampong yang pada umumnya adalah
dengan Undang-undang No. 22 Tahun
segenap proses penyelenggaraan kegiatan
1999. Dan pada tahun 2004 kembali
tulis-menulis,
pemerintahan
aturan
Gampong
di
pengarsipan/penyimpanan,
penyusunan
naskah
dan
Perubahan perundang-undangan
surat-menyurat
catatan/pembukuan
segala
yang disiapkan oleh aparat/perangkat
Aturan-aturan ini menjadi dasar hukum
Gampong dalam rangka untuk mencapai
atau
tujuan
menyelenggarakan
penyelenggaran
beserta
pemerintahan
landasan
hukum
untuk
pemerintahan
Gampong (Wijaya 2003). Pelaksanaan
Gampong tersebut (Ordway Tead dalam
administrasi Gampong itu tentunya tidak
Soewarno
terlepas kepada aturan-aturan yang ada.
Azhar 2015).
2
Handayaninggrat
1996:
5;
Gampong Meunasah Mesjid Punteut
merupakan
Kecamatan
salah
satu
Blang
gampong
Mangat
pertanggungjawaban yang disiapkan oleh
di
aparatur
pemerintahan
gampong.
Kota
Berlakunya peraturan Menteri Dalam
Lhokseumawe yang telah mendapatkan
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
dana alokasi gampong. Alokasi masing-
Pengelolaan
masing gampong berkisar antara 850 juta
diterbitkan pada akhir tahun 2014 yang
hingga 1 milyar yang berasal dari dana
mengatur perencanaan dan penganggaran,
pusat dan provinsi yang menjadikan
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
gampong bergeser peran dari pelaku
dan pertanggungjawaban keuangan desa,
ekonomi pasif menjadi pelaku ekonomi
dimana aturan ini menggantikan Peraturan
aktif (Brodjonegoro, 2014).
Berbagai
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
perubahan tata aturan telah memberikan
2007 serta didukung dengan PP nomor 60
dampak yang luas dalam penyiapan
tahun 2014 sebagai pedoman pelaksanaan.
Keuangan
Desa
yang
Tabel 1.1 Sumber Pendapatan Gampong Mesjid Punteuet Tahun 2016
No
1
2
3
4
Sumber Dana
Dana Desa atau (DD)
Alokasi Dana Gampong (ADG)
Bagi hasil pajak daerah Kota Lhokseumawe
Kurang Bayar Triwulan IV tahun 2015
Total
Sumber: Data survey (2016)
Dari
tabel
diatas
laporan
menunjukkan
Jumlah
650.764.000
889.898.629
55.122.725
101.225.000
1.697.010.354
yang
terkonsolidasi
dari
perubahan yang sangat signifikan dalam
keseluruhan penerimaan dala periode
sumber dan jumlah penerimaan dana
bersangkutan.
gampong yang mencapai 1,5 milyar dari
berbagai sumber yang berbeda.
Pada
2. PERUMUSAN MASALAH
Pemerintah
tahun 2016 Gampong Mesjid Punteut
Gampong
Meunasah
telah mengeksekusi dana sebanyak 1,6
Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kota
Milyar yang berasal dari berbagai sumber
Lhokseumawe
penerimaan.
gampong yang menerima dana Desa untuk
Perbedaan
sumber
memberikan dampak pada pelaporan dana
pembangunan
gampong yang harus mengikuti sesuai
masyarakat
dengan
perencanaan
aturan
pada
masing-masing
merupakan
berbasis
Gampong,
dan
salah
satu
penguatan
melalui
pembangunan
yang
sumber pendanaan. Sementara itu setiap
dinikmati masyarakat. Dana ini akan
gampong diharuskan menyiapkan suatu
diaudit oleh inspektorat atau BPKP dan
3
telah berlangsung selama ini.
berkonsekuensi hukum apabila terdapat
penyalahgunaan dalam pelaksanaan dan
pertanggungjawaban yang dilakukan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian
Hasil survey awal menunjukkan
ini
menempatkan
implementasi
peraturan
pemerintahan Meunasah Mesjid selama
Nomor
tahun
ini belum berjalan dengan baik, sehingga
Pengelolaam Keuangan Desa dan sebagai
permasalahan seperti: pengarsipan, skill,
indikator penting dalam memahami sisi
data asset Gampong, peta Gampong,
praktik dan teori tentang perencanaan,
pengelolaan keuangan, pembukuan masih
penganggaran,
menjadi permasalahan hingga sekarang.
penatausahaan,
Disisi lain, pada tahun 2016 pemerintah
pertanggungjawaban keuangan gampong.
gampong Mesjid Punteuet memperoleh
Penelitian
transfer dana dari APBN berupa Dana
(Huberman dan Mile 1992; Moleong dan
Desa atau (DD) sebesar 650.764.000,- dan
Lexy 2002) dengan pendekatan narasi
transfer Alokasi Dana Gampong (ADG)
berdasarkan
yang bersumber dari APBA sebesar
responden. Responden dalam penelitian
889.898.629,- serta bagi hasil pajak
ini diberikan modul praktis yang dapat
daerah
sebesar
dipergunakan sebagai pedoman dalam
cukup
penatabukuan akuntansi untuk kemudian
bahwa
administrasi
Kota
55.122.725,berpotensi
Lhokseumawe
yang
terjadi
kekeliruan
keuangan
dalam
dilihat
kesalahan
113
dilakukan
dan
Kemendagri
2014
tentang
pelaksanaan,
pelaporan
ini
hasil
bersifat
pengujian
pengujian
dan
kualitatif
simulasi
terhadap
permasalahan yang dihadapi.
penatausahaan
Untuk mendapatkan hasil yang
akuntansi.
Bagaimanapun
maksimal
penatausahaan
responden
yang
diikutkan
masih
dipilih berasal dari pengelola keuangan
menjadi permasalahan terutama yang
dan non keuangan yang merupakan
berhubungan dengan literasi keuangan dan
perwakilan
akuntansi
terdapat
sejumlah 15 (Lima belas orang) yaitu
kesalahan dalam pembukuan baik yang
Sekretaris Gampong, Kaur Pemerintahan,
disengaja maupun yang tidak disengaja
Kaur Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur
(Undang-undang Nomor 28 tahun 1999;
Keuangan, Kaur Umum, tiga orang kepala
BPKP 2014). Oleh karenanya penelitian
Dusun, tiga orang mewakili Tuha Peut,
ini bertujuan untuk mengetahui apasaja
dua orang dari PKK, dan perwakilan dari
permasalahan
dan
pemuda gampoeng. Penetapan khalayak
bagaimana pelaksanaan pembukuan yang
sasaran sesuai dengan tujuan penelitian
akuntansi
ditingkat
gampong
memungkinkan
dalam
pembukuan
4
dari
perangkat
Gampong
untuk mengetahui permasalahan keuangan
Pemerintah dan ketentuan aturan yang ada
dana gampong dan tingkat transparansi
dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014
yang dirasakan. Melalui responden ini
tentang Pemerintah
diharapkan akan memberikan dampak
Undang No 33 tahun 2004 tentang
langsung keuangan gampong dari bidang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
administrasi keuangan, administrasi PKK
Pusat dan Daerah, Peraturan Menteri
dan
Keuangan No 74/PMK.07/2016 tentang
administrasi
Tuha
Puet
dan
Penyelenggaraan
administrasi kepemudaannya.
Daerah,
Sistem
Undang-
Informasi
Data yang diperoleh kemudian
Keuangan Daerah, Peraturan Menteri
dilakukan analisis dengan tahapan yang
Dalam Negeri No 21 Tahun 2011 tentang
dimulai dengan memilah data penting
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang
penelitian
Peraturaan Pemerintah No 71 tahun 2010
dikelompokkan
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
berdasarkan permasalahan yang dikaji.
dan Qanun atau Peraturan Daerah yang
Dilanjutkan dengan menyusun dalam
berlaku.
berhubungan
untuk
dengan
kemudian
Laporan keuangan gampong yang
bentuk narasi dari rangkaian informasi
yang diperoleh,
disajikan
melakukan interpretasi
merupakan
suatu
bentuk
hasil yang diperoleh terhadap masalah
pertanggungjawaban pemerintah daerah
yang diteliti serta mengambil keputusan
kepada publik yang menyajikan informasi
atas permasalahan yang diteliti.
mengenai aset yang tercermin dalam
neraca daerah serta seluruh transaksi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah selama
4. PEMBAHASAN
satu periode pelaporan (Yusuf, 2010: 1).
Adapun hasil pengujian terhadap
dalam
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
penelitian ini yang dijelaskan lebih rinci
pemerintah daerah akan digunakan oleh
dalam penjelasana dibawah ini
beberapa
pihak
yang
sebagai
dasar
untuk
responden
4.1
yang
Pengetahuan
diikutkan
tentang
keputusan
aturan
perundang-undangan
perundang-undangan
bagaimana
dengan
berkaitan
dengan
keuangan
kelola
membantu
Standar
untuk
ditetapkan, menilai efisiensi dan efekifitas
aturan
tata
pemerintah
menentukan
daerah
dan
ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan.
pemerintahan yang baik yang diharuskan
sesuai
digunakan
belanja dengan anggaran yang telah
tentang
gambaran
pengambilan
membandingkan realisasi pendapatan dan
tentang
keuangan dana gampong
Pengetahuan
dan
berkepentingan
Berdasarkan hasil simulasi yang
Akuntansi
5
dilakukan mendapatkan hasil yang kurang
mendapatkan pengetahuan awal responden
memuaskan
diberikan materi yang berkaitan dengan
yaitu
pengetahuan
berkaitan
tentang
dengan
urutan
memfokuskan
aturan
pada
pemahaman
isi
lahirnya
laporan dan kegunaan dokumen sebagai
qanun gampong. Hal ini ditunjukkan dari
sumber informasi yang berguna dalam
kemampuan
aturan
pertanggungjawaban keuangan gampong.
perundang-undangan yang berlaku dan
Sebagai contoh, dalam penyiapan APBG
wajib diketahui. Demikian pula halnya
seluruh pendapatan gampong baik yang
dengan pertanyaan tugas bendaharawan,
berupa Pendapatan Asli Gampong, Hasil
dokumen penatausahaan, sumber dana
Aset, Swadaya, Lain-lain pendapatan hasil
gampong,
jumlah
gampong,
Anggaran
Pendapatan
perundang-undangan
hingga
mengisi
simulasi
dana
gampong,
dan
Pendapatan
secara
dan
penatabukuan
APBG
serta
serta
Pendapatan lain-lain harus diungkapkan
Belanja
Gampong (APBG), Komponen Belanja
realisasi
transfer,
bentuk
transparan
sehingga
akuntansi
(buku
dalam
kas
pengawasan yang dilakukan terhadap dana
umum, buku kas pembantu pajak dan
gampong.
buku bank) akan dilaporkan seluruh
Dari sekian banyak fokus bahasan
pendapatan kas yang diperoleh.
yang ditanyakan hanya sebagian kecil
Hasil pengamatan dan pengembangan
responden yang memahami khususnya
melalui teknik simulasi menunjukkan
bendahara pelaksana sementara sebagian
masih terdapat perbedaan pemahaman dan
lainnya tidak mengetahui secara tepat.
pelaksanaan yang selama ini dipraktikkan
Pengetahuan tentang tata aturan dilihat
dimana
sebagai
yang
diungkapkan dalam APBG yang berarti
memerlukan peran serta berbagai pihak
terdapat sumber pendapatan dalam bentuk
untuk mensosialisasikan kewajiban yang
Pendapatan Asli Daerah/Gampong yang
melekat sehubungan dengan alokasi dana
tidak diungkapkan dan dilaporkan dalam
gampong yang semakin meningkat setiap
dokumen
tahun.
ditemukan dalam simulasi APBG yang
4.2
disiapkan dimana hanya untuk pelaporan
suatu
permasalahan
Sumber Pendapatan dan Alokasi
tidak
semua
pendapatan
bendaharawan.
Hal
ini
dana gampong
Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana
Pendekatan berikutnya menitikberatkan
Gampong
pada
merupakan
antusiasme
menjelaskan
sumber
responden
pendapatan
dalam
dan
kemampuan
(ADG)
semestinya
pedoman
atau
gampong
APBG
acuan
dalam
alokasi dana gampong sesuai dengan
menyeimbangkan sumber penerimaan dan
kondisi yang terjadi selama ini. Untuk
pengeluaran gampong yang semakin hari
6
Anggaran Pendapatan dan Belanja
semakin dituntut untuk lebih kreatif dalam
mengalokasikan
pembangunan
dan
di
program-program
Daerah juga didefinisikan sebagai suatu
membiayai
gampong
yang
melalui
rencana kegiatan pemerintah daerah yang
mendukung
dituangkan dalam bentuk angka yang
ekonomi masyarakat.
disetujui oleh DPRD dan ditetapkan
Pemahaman tentang sumber dan
dengan Peraturan Daerah (Nordiawan
alokasi dana gampong menjadi penting
2012:
dalam meningkatkan kinerja pemanfaatan
rencana kerja tahunan pemerintah daerah
yang
dalam
ditujukan
pertumbuhan
masyarakat
untuk
mendorong
ekonomi
gampong
dan
sosial
(Astuti
2015).
39).
APBD
satuan
berdasarkan
dibahas
merupakan
uang
yang
pertimbangan
dan
disetujui
suatu
disusun
di
mana
bersama
oleh
Dengan tidak tepatnya informasi yang
pemerintah daerah dan DPRD dalam
disampaikan dalam laporan keuangan
peraturan
maka dapat dipastikan nilai informasi
pendapatan atau penerimaan dan belanja
keuangan tidak memberikan gambaran
atau pengeluaran pemerintah daerah baik
yang sesungguhnya sehingga berguna
provinsi, kabupaten dan kota dalam
dalam pengambilan keputusan.
rangka mencapai sasaran pembangunan
daerah
mencakup
seluruh
yang merata tiap daerah. Sinergi APBD
4.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja
juga harus diikuti dengan penyusunan
Gampong
Anggaran
pendapatan
Gampong
atau
Pembangunan
gampong
sebagai
dan
APBG.
Belanja
Hal
ini
bagian dari pembangunan daerah yang
dikarenakan struktur desa/gampong telah
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi
menjadi bagian terendah dalam struktur
daerah dan pengaturan sumber daya
pemerintahan yang dinamis dan bersifat
nasional yang memberikan kesempatan
aktif. Dengan demikian tidak ada lagi
bagi peningkatan demokrasi dan kinerja
gampong yang tidak memahami APBG
gampong
dan penyusunannya.
untuk
meningkatkan
Menurut
Dalam permasalahan penyusunan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
dan pembahasan APBG ditemukan hasil
tentang Pemerintah Daerah menyatakan
yang
bahwa “Anggaran Pendapatan dan Belanja
APBG yang disusun belum sepenuhnya
Daerah yang selanjutnya disebut APBD
melibatkan
merupakan rencana keuangan tahunan
pendapatan gampong yang berasal dari
pemerintah
sewa
kesejahteraan
masyarakat.
daerah
yang
ditetapkan
belum
memuaskan
unsur
menyewa,
dikarenakan
terkait
penggunaan
seperti
lahan
produktif dan lainnya. Secara umum
dengan peraturan daerah”.
7
struktur APBG yang menurut ketentuan
semua penerimaan yang perlu dibayar
terdiri dari tiga bagian, yaitu :
kembali baik pada tahun anggaran
a.
Pendapatan
gampong
yang bersangkutan maupun pada tahun
meliputi
semua penerimaan daerah dalam
anggaran
bentuk peningkatan aktiva atau
Pengeluaran
penerimaan utang dari perbagai
pengeluaran
sumber.
kembali pada tahun anggaran yang
Sumber-sumber
Selanjutnya
pembiayaan
yang
yaitu
akan
bersangkutan
Pendapatan
anggaran berikutnya (Nordiawan 2012:
Asli
gampong,
pada
tahun
40).
Pemahaman
Pendapatan gampong yang Sah.
Belanja gampong
maupun
diterima
pendapatan gampong terdiri dari
Pendapatan Transfer dan Lain-lain
b.
berikutnya.
yang
kurang
baik
dalam struktur APBG memungkinkan
yaitu semua
pengeluaran pemerintah gampong
terdapat
pada suatu periode anggaran dan
keuangan gampong. Hal ini disebabkan
pembiayaan
transaksi
tidak semua ketentuan telah dimasukkan
yang
dalam APBG dan dibukukan dengan benar
yaitu
keuangan
gampong
dimaksudkan
untuk
daerah.
terdiri
dari
Langsung,
Belanja
Belanja
yaitu
belanja
4.4
daerah
dengan
dalam komponen-komponennya. Analisis
Laporan
bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara satu dengan yang lainnya
merupakan
baik antara data kuantitatif maupun data
perlu
non kuantitatif dengan tujuan untuk
dibayar
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam
kembali serta pengeluaran yang akan
diterima
kembali
suatu
lebih kecil dan melihat hubungannya yang
pelaksanaan
transaksi keuangan yang terdiri dari
yang
merupakan
keuangan menjadi unit informasi yang
program dan kegiatan.
penerimaan
keuangan
kegiatan menguraikan pos-pos laporan
yang dianggarkan terkait secara
gampong
Keuangan
untuk menelaah laporan keuangan ke
Belanja Langsung, yaitu belanja
c. Pembiayaan
Laporan
Analisis laporan keuangan dilakukan
yang
pelaksanaan
dengan
Analisis
Gampong
program dan kegiatan. Selanjutnya
langsung
penyajian
Tidak
dianggarkan tidak terkait secara
langsung
dalam
dalam laporan keuangan.
menutupi
selisih biaya pendapatan daerah dan
belanja
kesalahan
dalam
yang
tahun
sangat
menghasilkan
anggaran. Pembiayaan gampong terdiri
penting
keputusan
(Kasmir, 2012: 4).
dari Penerimaan Pembiayaan yaitu
8
dalam
yang
proses
tepat
Analisa Laporan Keuangan juga
bertujuan
untuk
ketercapaian
mengetahui
tujuan
menyediakan
kontribusi PAD terhadap total
tingkat
penerimaan gampong.
organisasi,
sarana
b. Rasio
pembelajaran
Ketergantungan
Daerah,
rasio ini dihitung dengan cara
pegawai, memperbaiki kinerja periode
membandingkan
berikutnya,
pertimbangan
pendapatan transfer yang diterima
pembuatan
oleh penerimaan gampong dengan
secara
memberikan
sistematik
keputusan
dalam
pemberian
punishment,
reward
memotivasi
jumlah
total penerimaan gampong.
dan
c. Rasio
pegawai,
Kemandirian
Gampong,
menciptakan akuntabilitas publik (Bastian,
rasio ini dihitung dengan cara
2010: 32). Dengan demikian analisis
membandingkan
laporan
membantu
penerimaan PAD dibagi dengan
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
jumlah pendapatan transfer dari
organisasi
pemerintah
keuangan
dapat
serta
memberikan
dari
pertimbangan secara sistematik dalam
daerah
membuat keputusan yang lebih tepat.
pinjaman daerah.
d.
Dalam permasalahan ini, simulasi
jumlah
dan
pemerintah
provinsi
serta
Rasio Efektivitas dan Efisiensi,
diarahkan pada analisis laporan keuangan
yaitu menggambarkan kemampuan
dan
pemerintah
kegunaannya
sehingga
diperoleh
gampong
dalam
PAD
yang
informasi yang berguna dalam menilai
merealisasikan
prestasi gampong yang telah dicapai.
direncanakan dibandingkan dengan
Untuk tujuan tersebut analisis laporan
target yang ditetapkan berdasarkan
keuangan
gampong
potensi riil daerah.
melihat
kinerja
diarahkan
untuk
e.
dalam
Rasio Derajat Kontribusi BUMG, rasio ini
menjalankan otonomi gampong. Rasio
bermanfaat untuk mengetahui tingkat
yang
menganalisis
kontribusi perusahaan pemerintah dalam
laporan keuangan gampong dalam menilai
mendukung pendapatan, rasio ini dihitung
kinerja pemerintahan meliputi:
dengan cara membandingkan penerimaan
digunakan
gampong
untuk
Fiskal,
daerah dari hasil pengelolaan kekayaan
merupakan rasio untuk mengukur
pemerintah yang dipisahkan dengan total
tingkat kemandirian yang dihitung
penerimaan gampong (Mahmudi, 2011:
berdasarkan perbandingan antara
169).
a. Derajat
proporsi
Desentralisasi
PAD
dengan
Dari hasil penilaian diperoleh
total
penerimaan gampong. Rasio ini
responden
dapat
pemerintahan
menunjukkan
derajat
9
yang
di
juga
gampong
pelaksana
Mesjid
Puenteut belum pernah melaksanakan
adalah pengukuran
kapasitas responden
analisa
diawal,
ini
dilakukan
angket
yang
laporan
keuangan
gampong
hal
dengan
meskipun laporan keuangan telah disusun
penyebaran
dan siapkan sebagai sarana pelaporan
pertanyaan
keuangan. Pemahaman tentang penting
dimulai (Pre test), harapannya adalah
menilai
terdapat
tingkat
kemandirian
suatu
dasar
berisikan
sebelum
kesimpulan
dasar
kegiatan
kapasitas
gampong dengan menganalisis laporan
peserta
sebelum pembinaan sehingga
keuangan dapat menjawab permasalahan
dapat
ketergantungan, fungsi layanan, fungsi
dalam menetapkan jumlah materi, kualitas
bagi hasil dan kebutuhan fiskal (Abdul
dan kecukupan waktu yang tersedia.
dijadikan
bahan
Evaluasi
Halim, 2012: 24).
pertimbangan
dalam
pelaksanaan
(Middle) dilakukan berdasarkan kemajuan
5.
setelah diberikan modul dan kertas kerja.
Indikator Simulasi Permasalahan
Sedangkan
Laporan Keuangan Gampong
evaluasi
final
merupakan
Berdasarkan evaluasi keberhasilan
evaluasi akhir secara keseluruhan dengan
simulasi dalam menilai permasalahan
mengajukan pertanyaan melalui (Post
laporan keuangan dibagi dalam tiga tahap
Test) dari pengujian yang dilakukan,
yaitu sebelum pelaksanaan (Baseline),
dengan menetapkan beberapa indikator
dalam pengarahan dengam memberikan
keberhasilan.
modul (Middle) dan tahap pengujian
pengukurannya adalah sebagai berikut:
Adapun
indikator
(Final). pengukuran diawal (BaseLine)
Tabel 4.1 Indikator Simulasi
Base
Line
%
No
Permasalahan Laporan
Keuangan Gampong
1
Pengetahuan tentang aturan
perundang-undangan keuangan
dana gampong
Sumber
Pendapatan
dan
Alokasi dana gampong
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Gampong (APBG)
Analisis Laporan Keuangan
Gampong
2
3
4
30
Middle
Target Capaia
n
%
60
50
65
60
30
60
55
65
58
30
60
60
70
65
30
65
50
65
60
Berdasarkan indikator diatas maka metode
sebagai berikut :
pengambilan
Jika hasil 0 %
keputusannya
Final
Target Capaian
%
adalah
10
Sampai Dengan
45 %
Capaian hasil yang diperoleh Kurang
gampong. Hal lainnya dimungkinkan oleh
Jika hasil 46 % Sampai Dengan 65 %
peran aktif dalam penyusunan APBG
Capaian hasil yang diperoleh Cukup
gampong dan pelaksanaan dana gampong
Jika hasil 66 % Sampai Dengan
sehingga
85 %
yang
seharusnya
diawasi dan dievaluasi tidak dilakukan
Capaian hasil yang diperoleh Baik
Jika hasil 86 % Sampai Dengan
informasi
secara rutin dan berkelanjutan. Hasil
100 %
penelitian ini memberikan implikasi pada
Capaian hasil yang diperolah Sangat Baik
keberhasilan
gampong
binaan
yang
Dengan demikian rata-rata hasil
diharuskan melaksanakan prinsip transfer
yang diperoleh berada dibawah 65% yang
knowledge bagi aparatur gampong yang
berarti permasalahan keuangan gampong
menghadapi
dapat dijelaskan dalam indikator diatas.
pengelolaan dan pelaporan dana gampong.
Dimana
perundang-
Peran penting lain dapat juga dilakukan
undangan, sumber dan alokasi dana
oleh Dinas terkait dalam hal ini Badan
gampong, APBG dan analisis laporan
Pemberdayaan Masyarakat dapat menjadi
keuangan gampong menjadi permasalahan
mediator dengan bekerjasama dengan
yang dihadapi gampong Mesjid Puenteut
pihak
Kecamatan
masyarakat secara berkelanjutan.
pengetahuan
Blang
Lhokseuamawe
Mangat
dalam
kota
keuangan
gampong
Astuti,
Indri.
2015.
Pengelolaan
Pendapatan Asli Desa (PAD) (Studi
Kasus
di
Desa
Ngombakan
Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2014. Skripsi
Thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
dalam
masalah
yang
dihadapi
aparatur pemerintahan gampong Mesjid
Puentuet dapat dilihat dari pengetahuan
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor
Publik Suatu Pengantar (Edisi 3).
Jakarta: Erlangga.
perundang-undangan, sumber dan alokasi
dana
memberdayakan
6. DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN
kendala
dalam
pemahaman
penyusunan
laporan keuangan.
Diantara
lain
masalah
gampong, APBG
dan
analisis
laporan keuangan gampong. Permasalahan
Fernos, Joshs. 2013. Analisis Tingkat
Kemandirian
Kabupaten
Dharmasraya Ditinjai dari Aspek
Keuangan Dalam Melaksanakan
Otonomi Daerah 2007-2001.
Jurnal KBP: Vol.1, No.3, Hal:
394.
ini cenderung disebabkan oleh aparatur
gampong tidak seluruhnya terlibat secara
langsung dalam penatabukuan akuntansi
sehingga
dimungkinkan
terdapatnya
perbedaan pemahaman terhadap fungsi
sentral yang dijalankan bendaharawan
Halim,
11
Abdul.
2012.
Manajemen
Keuangan Daerah: Pengelolaan
Subroto, Agus, 2009, “ Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa ( Studi
Kasus Pengelolaan Alokasi Dana
Desa desa-desa dalam wilayah
Kecamatan Tlogomulyo kabupaten
Temanggung 2008 “ (Tesis S-2
Sekolah Pascasarjana Undip (tidak
dipublikasikan)
Keuangan Daerah (Edisi 3).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Huberman dan Miles, 1992, Analisis Data
Kualitatif, UI Press, Jakarta.
Kasmir.
2012.
Analisa
Laporan
Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan RI 2000, Akuntabilitas
dan Good Governance, Modul 1-5,
Modul
Sosialisasi
Sistem
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah (AKIP), LAN BPKP RI,
Jakarta.
Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa
dan Administrasi. Jakarta: Rajawali Press.
Yuli Astuti, Titi dan Sunarto. 2015.
Pengaruh
Pendapatan
Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan
Daerah.
Jurnal
Akuntansi: Vol.3, No.1, Hal: 24.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan
Daerah. Jakarta: Erlangga.
Yusuf.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: UII Press.
Mardiasmo.2002, Otonomi Daerah dan
Manajemen Keuangan Daerah, Andi,
Yogyakarta.
2010.
Delapan
Langkah
Pengelolaan Aset Daerah Menuju
Pengelolaan Keuangan Daerah
Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan
Moleong, Lexy J., 2002, Metode
Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1979
tentang Pemerintah Desa
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih Dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Nordiawan, Deddi, dkk. 2012. Akuntansi
Pemerintahan. Jakarta: Salemba
Empat.
Oktarina, Jos. 2015. Pinjaman Sebagai
Potensi
Pembiayaan
Pembangunan
Daerah.
Kompasiana.com. Terbit Tanggal
25 Juni 2015.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2010.
Otonomi
Daerah,
Etnonasionalisme, dan Masa
Depan Indonesia: Berapa Persen
Lagi Tanah dan Air Nusantara
Milik Rakyat. Jakarta: yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Sri
Undang-undang No. 11 Tahun 2006
Tentang Pemerintahan Aceh
Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang No 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Rahayu, Ani. 2010. Pengantar
Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi
Aksara.
12
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Kekayaan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 Tentang Desa.
Peraturaan Pemerintah No 71 tahun 2010
tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
Perturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014
tentang
Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21
Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
Qanun No 7 Tahun 2015 tentang pedoman
pengelolaan kekayaan gampong.
Peraturan Walikota Lhokseumawe No 10
Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan
Keuangan
Kota
Lhokseumawe.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Pengendalian
Dan
Evaluasi
pelaksanaan
Rencana
Pembangunan
13
Jurnal hasil-hasil Penerapan IPTEKS dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Analisis Permasalahan Pelaporan Keuangan Dana Gampong
Pada Gampong Meunasah Mesjid Kota Lhokseumawe
Muhammad Arifai,1* Teuku Fakhrial Dani,2 Faisal 3, Dewi Yolanda4
1,2,3
Dosen Jurusan Tata Niaga, Politeknik Negeri Lhokseumawe
4
Mahasiswa Prodi Akuntansi Jurusan Tata Niaga
JL. Banda Aceh-Medan, Km.280, 24301, (0645) 42670,
Lhokseumawe Aceh
*E-mail: arifai_m@yahoo.co.uk
ABSTRAK
Praktik pembukuan bendahara gampong menjadi sarana penting untuk mengungkapkan
informasi secara akurat dan transparan. Perubahan tata kelola keuangan gampong yang
menempatkan peran aktif aparatur desa dilihat sebagai persoalan yang menarik untuk
diteliti dikarenakan kewajiban yang diemban oleh aparatur gampong tidak hanya
berdampak pada pembangunan masyarakat gampong namun juga memberikan efek
negatif terhadap praktik korupsi dan penyalahgunaan anggaran di gampong. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan pembukuan dana gampong pada
gampong Mesjid Puenteut Kota Lhokseumawe, sebagaimana yang diamanat dalam
Qanun No. 5 Tahun 2003 dan Permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang pelaksanaan
tata pemerintahan gampong yang mandiri dan pengelolaan keuangan desa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif model analisis simulasi dengan sampel aparatur
Gampong Mesjid Puenteut Kota Lhokseumawe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masih terdapat permasalahan yang sangat teknis dalam penatabukuan akuntansi
gampong sesuai dengan standar akuntansi desa. Hal ini sejalan dengan eksekusi
anggaran yang bersumber dari dana desa, alokasi dana gampong, bagi hasil pajak
daerah serta sisa pembayaran tahun lalu sebanyak Rp 1.697.010.354 yang dilihat masih
terdapat kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Hasil penelitian ini
memberikan implikasi pada masih rendahnya pemberdayaan gampong yang selama ini
telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Lhokseumawe beserta
pihak lain yang terlibat sehingga diperlukan adanya penanganan berkelanjutan dalam
bentuk pendampingan.
Kata Kunci: Bendaharawan Gampong, Anggaran Pendapatan dan belanja
Gampong, Laporan keuangan
(Mardiasmo 2002), demokratisasi dan
1. PENDAHULUAN
Gampong sebagai suatu kesatuan
masyarakat
hukum
yang
pemberdayaan masyarakat.
mempunyai
Penyelenggaraan pemerintah Gampong
susunan asli berdasarkan hak usul yang
merupakan
bersifat istimewa memiliki keistimewaan
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
dalam merencanakan anggaran maupun
Gampong memiliki kewenangan untuk
dalam pelaksanaan tatanan hukum adat.
mengatur
Pemerintahan
merupakan
masyarakatnya sendiri. Gampong dapat
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli
juga melakukan hukum, baik hukum
Gampong,
1
sub
dan
sistem
mengurus
dari
sistem
kepentingan
publik maupun hukum privat, memiliki
direvisi dengan lahirnya Undang-undang
kekayaan, harta benda dan bangunan serta
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
dapat dituntut dan menuntut di muka
Daerah dan terakhir disahkan Undang
pengadilan.
Undang
Desa
No
6
Tahun
2014.
juga
Sementara untuk Provinsi Aceh aturan
memiliki sumber pembangunan berupa
tentang pemerintahan Gampong selain
pendapatan
merujuk
Disamping
itu
Gampong
Gampong,
bantuan
kepada
ketentuan
Undang-
pemerintah pusat dan daerah, pendapatan-
undang No. 32 Tahun 2004 dan rujukan
pendapatan lainnya yang sah, sumbangan
yang lebih spesifik yaitu Undang-undang
pihak ketiga dan pinjaman Gampong.
No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan
Secara historis Gampong merupakan cikal
Aceh. Disamping adanya qanun-qanun
bakal terbentuknya masyarakat politik dan
yang
pemerintahan di Indonesia. Struktur sosial
pemerintah Gampong di Aceh seperti
sejenis Gampong, masyarakat adat dan
Qanun No 7 Tahun 2015 tentang pedoman
lainya sebagai hak menjadi institusi sosial
pengelolaan kekayaan gampong.
mengatur
Lahir Nomor 6 Tahun 2014 menjadi
yang mempunyai posisi yang sangat
tahapan
penting.
Proses
reformasi
politik
penyelenggaraan
penting
desa/gampong
dan
yang
mengangkat
menjadi
subjek
pengantian pemerintahan yang terjadi
pemerintahan (Hudayana 2005; Hoesada
pada tahun 1998, ikut mempengaruhi
2014).
perkembangan
tentang
mempunyai konsekuensi hukum yang
Negara
mengikat yang tidak hanya mempengaruhi
Kesatuan Republik Indonesia ini. Undang-
tata kelola namun juga arah pembangunan
undang No. 4 Tahun 1979 tentang
yang berubah (Subroto 2009). Tata kelola
Pemerintah Gampong dicabut dan diganti
Gampong yang pada umumnya adalah
dengan Undang-undang No. 22 Tahun
segenap proses penyelenggaraan kegiatan
1999. Dan pada tahun 2004 kembali
tulis-menulis,
pemerintahan
aturan
Gampong
di
pengarsipan/penyimpanan,
penyusunan
naskah
dan
Perubahan perundang-undangan
surat-menyurat
catatan/pembukuan
segala
yang disiapkan oleh aparat/perangkat
Aturan-aturan ini menjadi dasar hukum
Gampong dalam rangka untuk mencapai
atau
tujuan
menyelenggarakan
penyelenggaran
beserta
pemerintahan
landasan
hukum
untuk
pemerintahan
Gampong (Wijaya 2003). Pelaksanaan
Gampong tersebut (Ordway Tead dalam
administrasi Gampong itu tentunya tidak
Soewarno
terlepas kepada aturan-aturan yang ada.
Azhar 2015).
2
Handayaninggrat
1996:
5;
Gampong Meunasah Mesjid Punteut
merupakan
Kecamatan
salah
satu
Blang
gampong
Mangat
pertanggungjawaban yang disiapkan oleh
di
aparatur
pemerintahan
gampong.
Kota
Berlakunya peraturan Menteri Dalam
Lhokseumawe yang telah mendapatkan
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
dana alokasi gampong. Alokasi masing-
Pengelolaan
masing gampong berkisar antara 850 juta
diterbitkan pada akhir tahun 2014 yang
hingga 1 milyar yang berasal dari dana
mengatur perencanaan dan penganggaran,
pusat dan provinsi yang menjadikan
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
gampong bergeser peran dari pelaku
dan pertanggungjawaban keuangan desa,
ekonomi pasif menjadi pelaku ekonomi
dimana aturan ini menggantikan Peraturan
aktif (Brodjonegoro, 2014).
Berbagai
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
perubahan tata aturan telah memberikan
2007 serta didukung dengan PP nomor 60
dampak yang luas dalam penyiapan
tahun 2014 sebagai pedoman pelaksanaan.
Keuangan
Desa
yang
Tabel 1.1 Sumber Pendapatan Gampong Mesjid Punteuet Tahun 2016
No
1
2
3
4
Sumber Dana
Dana Desa atau (DD)
Alokasi Dana Gampong (ADG)
Bagi hasil pajak daerah Kota Lhokseumawe
Kurang Bayar Triwulan IV tahun 2015
Total
Sumber: Data survey (2016)
Dari
tabel
diatas
laporan
menunjukkan
Jumlah
650.764.000
889.898.629
55.122.725
101.225.000
1.697.010.354
yang
terkonsolidasi
dari
perubahan yang sangat signifikan dalam
keseluruhan penerimaan dala periode
sumber dan jumlah penerimaan dana
bersangkutan.
gampong yang mencapai 1,5 milyar dari
berbagai sumber yang berbeda.
Pada
2. PERUMUSAN MASALAH
Pemerintah
tahun 2016 Gampong Mesjid Punteut
Gampong
Meunasah
telah mengeksekusi dana sebanyak 1,6
Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kota
Milyar yang berasal dari berbagai sumber
Lhokseumawe
penerimaan.
gampong yang menerima dana Desa untuk
Perbedaan
sumber
memberikan dampak pada pelaporan dana
pembangunan
gampong yang harus mengikuti sesuai
masyarakat
dengan
perencanaan
aturan
pada
masing-masing
merupakan
berbasis
Gampong,
dan
salah
satu
penguatan
melalui
pembangunan
yang
sumber pendanaan. Sementara itu setiap
dinikmati masyarakat. Dana ini akan
gampong diharuskan menyiapkan suatu
diaudit oleh inspektorat atau BPKP dan
3
telah berlangsung selama ini.
berkonsekuensi hukum apabila terdapat
penyalahgunaan dalam pelaksanaan dan
pertanggungjawaban yang dilakukan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian
Hasil survey awal menunjukkan
ini
menempatkan
implementasi
peraturan
pemerintahan Meunasah Mesjid selama
Nomor
tahun
ini belum berjalan dengan baik, sehingga
Pengelolaam Keuangan Desa dan sebagai
permasalahan seperti: pengarsipan, skill,
indikator penting dalam memahami sisi
data asset Gampong, peta Gampong,
praktik dan teori tentang perencanaan,
pengelolaan keuangan, pembukuan masih
penganggaran,
menjadi permasalahan hingga sekarang.
penatausahaan,
Disisi lain, pada tahun 2016 pemerintah
pertanggungjawaban keuangan gampong.
gampong Mesjid Punteuet memperoleh
Penelitian
transfer dana dari APBN berupa Dana
(Huberman dan Mile 1992; Moleong dan
Desa atau (DD) sebesar 650.764.000,- dan
Lexy 2002) dengan pendekatan narasi
transfer Alokasi Dana Gampong (ADG)
berdasarkan
yang bersumber dari APBA sebesar
responden. Responden dalam penelitian
889.898.629,- serta bagi hasil pajak
ini diberikan modul praktis yang dapat
daerah
sebesar
dipergunakan sebagai pedoman dalam
cukup
penatabukuan akuntansi untuk kemudian
bahwa
administrasi
Kota
55.122.725,berpotensi
Lhokseumawe
yang
terjadi
kekeliruan
keuangan
dalam
dilihat
kesalahan
113
dilakukan
dan
Kemendagri
2014
tentang
pelaksanaan,
pelaporan
ini
hasil
bersifat
pengujian
pengujian
dan
kualitatif
simulasi
terhadap
permasalahan yang dihadapi.
penatausahaan
Untuk mendapatkan hasil yang
akuntansi.
Bagaimanapun
maksimal
penatausahaan
responden
yang
diikutkan
masih
dipilih berasal dari pengelola keuangan
menjadi permasalahan terutama yang
dan non keuangan yang merupakan
berhubungan dengan literasi keuangan dan
perwakilan
akuntansi
terdapat
sejumlah 15 (Lima belas orang) yaitu
kesalahan dalam pembukuan baik yang
Sekretaris Gampong, Kaur Pemerintahan,
disengaja maupun yang tidak disengaja
Kaur Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur
(Undang-undang Nomor 28 tahun 1999;
Keuangan, Kaur Umum, tiga orang kepala
BPKP 2014). Oleh karenanya penelitian
Dusun, tiga orang mewakili Tuha Peut,
ini bertujuan untuk mengetahui apasaja
dua orang dari PKK, dan perwakilan dari
permasalahan
dan
pemuda gampoeng. Penetapan khalayak
bagaimana pelaksanaan pembukuan yang
sasaran sesuai dengan tujuan penelitian
akuntansi
ditingkat
gampong
memungkinkan
dalam
pembukuan
4
dari
perangkat
Gampong
untuk mengetahui permasalahan keuangan
Pemerintah dan ketentuan aturan yang ada
dana gampong dan tingkat transparansi
dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014
yang dirasakan. Melalui responden ini
tentang Pemerintah
diharapkan akan memberikan dampak
Undang No 33 tahun 2004 tentang
langsung keuangan gampong dari bidang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
administrasi keuangan, administrasi PKK
Pusat dan Daerah, Peraturan Menteri
dan
Keuangan No 74/PMK.07/2016 tentang
administrasi
Tuha
Puet
dan
Penyelenggaraan
administrasi kepemudaannya.
Daerah,
Sistem
Undang-
Informasi
Data yang diperoleh kemudian
Keuangan Daerah, Peraturan Menteri
dilakukan analisis dengan tahapan yang
Dalam Negeri No 21 Tahun 2011 tentang
dimulai dengan memilah data penting
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang
penelitian
Peraturaan Pemerintah No 71 tahun 2010
dikelompokkan
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
berdasarkan permasalahan yang dikaji.
dan Qanun atau Peraturan Daerah yang
Dilanjutkan dengan menyusun dalam
berlaku.
berhubungan
untuk
dengan
kemudian
Laporan keuangan gampong yang
bentuk narasi dari rangkaian informasi
yang diperoleh,
disajikan
melakukan interpretasi
merupakan
suatu
bentuk
hasil yang diperoleh terhadap masalah
pertanggungjawaban pemerintah daerah
yang diteliti serta mengambil keputusan
kepada publik yang menyajikan informasi
atas permasalahan yang diteliti.
mengenai aset yang tercermin dalam
neraca daerah serta seluruh transaksi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah selama
4. PEMBAHASAN
satu periode pelaporan (Yusuf, 2010: 1).
Adapun hasil pengujian terhadap
dalam
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
penelitian ini yang dijelaskan lebih rinci
pemerintah daerah akan digunakan oleh
dalam penjelasana dibawah ini
beberapa
pihak
yang
sebagai
dasar
untuk
responden
4.1
yang
Pengetahuan
diikutkan
tentang
keputusan
aturan
perundang-undangan
perundang-undangan
bagaimana
dengan
berkaitan
dengan
keuangan
kelola
membantu
Standar
untuk
ditetapkan, menilai efisiensi dan efekifitas
aturan
tata
pemerintah
menentukan
daerah
dan
ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan.
pemerintahan yang baik yang diharuskan
sesuai
digunakan
belanja dengan anggaran yang telah
tentang
gambaran
pengambilan
membandingkan realisasi pendapatan dan
tentang
keuangan dana gampong
Pengetahuan
dan
berkepentingan
Berdasarkan hasil simulasi yang
Akuntansi
5
dilakukan mendapatkan hasil yang kurang
mendapatkan pengetahuan awal responden
memuaskan
diberikan materi yang berkaitan dengan
yaitu
pengetahuan
berkaitan
tentang
dengan
urutan
memfokuskan
aturan
pada
pemahaman
isi
lahirnya
laporan dan kegunaan dokumen sebagai
qanun gampong. Hal ini ditunjukkan dari
sumber informasi yang berguna dalam
kemampuan
aturan
pertanggungjawaban keuangan gampong.
perundang-undangan yang berlaku dan
Sebagai contoh, dalam penyiapan APBG
wajib diketahui. Demikian pula halnya
seluruh pendapatan gampong baik yang
dengan pertanyaan tugas bendaharawan,
berupa Pendapatan Asli Gampong, Hasil
dokumen penatausahaan, sumber dana
Aset, Swadaya, Lain-lain pendapatan hasil
gampong,
jumlah
gampong,
Anggaran
Pendapatan
perundang-undangan
hingga
mengisi
simulasi
dana
gampong,
dan
Pendapatan
secara
dan
penatabukuan
APBG
serta
serta
Pendapatan lain-lain harus diungkapkan
Belanja
Gampong (APBG), Komponen Belanja
realisasi
transfer,
bentuk
transparan
sehingga
akuntansi
(buku
dalam
kas
pengawasan yang dilakukan terhadap dana
umum, buku kas pembantu pajak dan
gampong.
buku bank) akan dilaporkan seluruh
Dari sekian banyak fokus bahasan
pendapatan kas yang diperoleh.
yang ditanyakan hanya sebagian kecil
Hasil pengamatan dan pengembangan
responden yang memahami khususnya
melalui teknik simulasi menunjukkan
bendahara pelaksana sementara sebagian
masih terdapat perbedaan pemahaman dan
lainnya tidak mengetahui secara tepat.
pelaksanaan yang selama ini dipraktikkan
Pengetahuan tentang tata aturan dilihat
dimana
sebagai
yang
diungkapkan dalam APBG yang berarti
memerlukan peran serta berbagai pihak
terdapat sumber pendapatan dalam bentuk
untuk mensosialisasikan kewajiban yang
Pendapatan Asli Daerah/Gampong yang
melekat sehubungan dengan alokasi dana
tidak diungkapkan dan dilaporkan dalam
gampong yang semakin meningkat setiap
dokumen
tahun.
ditemukan dalam simulasi APBG yang
4.2
disiapkan dimana hanya untuk pelaporan
suatu
permasalahan
Sumber Pendapatan dan Alokasi
tidak
semua
pendapatan
bendaharawan.
Hal
ini
dana gampong
Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana
Pendekatan berikutnya menitikberatkan
Gampong
pada
merupakan
antusiasme
menjelaskan
sumber
responden
pendapatan
dalam
dan
kemampuan
(ADG)
semestinya
pedoman
atau
gampong
APBG
acuan
dalam
alokasi dana gampong sesuai dengan
menyeimbangkan sumber penerimaan dan
kondisi yang terjadi selama ini. Untuk
pengeluaran gampong yang semakin hari
6
Anggaran Pendapatan dan Belanja
semakin dituntut untuk lebih kreatif dalam
mengalokasikan
pembangunan
dan
di
program-program
Daerah juga didefinisikan sebagai suatu
membiayai
gampong
yang
melalui
rencana kegiatan pemerintah daerah yang
mendukung
dituangkan dalam bentuk angka yang
ekonomi masyarakat.
disetujui oleh DPRD dan ditetapkan
Pemahaman tentang sumber dan
dengan Peraturan Daerah (Nordiawan
alokasi dana gampong menjadi penting
2012:
dalam meningkatkan kinerja pemanfaatan
rencana kerja tahunan pemerintah daerah
yang
dalam
ditujukan
pertumbuhan
masyarakat
untuk
mendorong
ekonomi
gampong
dan
sosial
(Astuti
2015).
39).
APBD
satuan
berdasarkan
dibahas
merupakan
uang
yang
pertimbangan
dan
disetujui
suatu
disusun
di
mana
bersama
oleh
Dengan tidak tepatnya informasi yang
pemerintah daerah dan DPRD dalam
disampaikan dalam laporan keuangan
peraturan
maka dapat dipastikan nilai informasi
pendapatan atau penerimaan dan belanja
keuangan tidak memberikan gambaran
atau pengeluaran pemerintah daerah baik
yang sesungguhnya sehingga berguna
provinsi, kabupaten dan kota dalam
dalam pengambilan keputusan.
rangka mencapai sasaran pembangunan
daerah
mencakup
seluruh
yang merata tiap daerah. Sinergi APBD
4.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja
juga harus diikuti dengan penyusunan
Gampong
Anggaran
pendapatan
Gampong
atau
Pembangunan
gampong
sebagai
dan
APBG.
Belanja
Hal
ini
bagian dari pembangunan daerah yang
dikarenakan struktur desa/gampong telah
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi
menjadi bagian terendah dalam struktur
daerah dan pengaturan sumber daya
pemerintahan yang dinamis dan bersifat
nasional yang memberikan kesempatan
aktif. Dengan demikian tidak ada lagi
bagi peningkatan demokrasi dan kinerja
gampong yang tidak memahami APBG
gampong
dan penyusunannya.
untuk
meningkatkan
Menurut
Dalam permasalahan penyusunan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
dan pembahasan APBG ditemukan hasil
tentang Pemerintah Daerah menyatakan
yang
bahwa “Anggaran Pendapatan dan Belanja
APBG yang disusun belum sepenuhnya
Daerah yang selanjutnya disebut APBD
melibatkan
merupakan rencana keuangan tahunan
pendapatan gampong yang berasal dari
pemerintah
sewa
kesejahteraan
masyarakat.
daerah
yang
ditetapkan
belum
memuaskan
unsur
menyewa,
dikarenakan
terkait
penggunaan
seperti
lahan
produktif dan lainnya. Secara umum
dengan peraturan daerah”.
7
struktur APBG yang menurut ketentuan
semua penerimaan yang perlu dibayar
terdiri dari tiga bagian, yaitu :
kembali baik pada tahun anggaran
a.
Pendapatan
gampong
yang bersangkutan maupun pada tahun
meliputi
semua penerimaan daerah dalam
anggaran
bentuk peningkatan aktiva atau
Pengeluaran
penerimaan utang dari perbagai
pengeluaran
sumber.
kembali pada tahun anggaran yang
Sumber-sumber
Selanjutnya
pembiayaan
yang
yaitu
akan
bersangkutan
Pendapatan
anggaran berikutnya (Nordiawan 2012:
Asli
gampong,
pada
tahun
40).
Pemahaman
Pendapatan gampong yang Sah.
Belanja gampong
maupun
diterima
pendapatan gampong terdiri dari
Pendapatan Transfer dan Lain-lain
b.
berikutnya.
yang
kurang
baik
dalam struktur APBG memungkinkan
yaitu semua
pengeluaran pemerintah gampong
terdapat
pada suatu periode anggaran dan
keuangan gampong. Hal ini disebabkan
pembiayaan
transaksi
tidak semua ketentuan telah dimasukkan
yang
dalam APBG dan dibukukan dengan benar
yaitu
keuangan
gampong
dimaksudkan
untuk
daerah.
terdiri
dari
Langsung,
Belanja
Belanja
yaitu
belanja
4.4
daerah
dengan
dalam komponen-komponennya. Analisis
Laporan
bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara satu dengan yang lainnya
merupakan
baik antara data kuantitatif maupun data
perlu
non kuantitatif dengan tujuan untuk
dibayar
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam
kembali serta pengeluaran yang akan
diterima
kembali
suatu
lebih kecil dan melihat hubungannya yang
pelaksanaan
transaksi keuangan yang terdiri dari
yang
merupakan
keuangan menjadi unit informasi yang
program dan kegiatan.
penerimaan
keuangan
kegiatan menguraikan pos-pos laporan
yang dianggarkan terkait secara
gampong
Keuangan
untuk menelaah laporan keuangan ke
Belanja Langsung, yaitu belanja
c. Pembiayaan
Laporan
Analisis laporan keuangan dilakukan
yang
pelaksanaan
dengan
Analisis
Gampong
program dan kegiatan. Selanjutnya
langsung
penyajian
Tidak
dianggarkan tidak terkait secara
langsung
dalam
dalam laporan keuangan.
menutupi
selisih biaya pendapatan daerah dan
belanja
kesalahan
dalam
yang
tahun
sangat
menghasilkan
anggaran. Pembiayaan gampong terdiri
penting
keputusan
(Kasmir, 2012: 4).
dari Penerimaan Pembiayaan yaitu
8
dalam
yang
proses
tepat
Analisa Laporan Keuangan juga
bertujuan
untuk
ketercapaian
mengetahui
tujuan
menyediakan
kontribusi PAD terhadap total
tingkat
penerimaan gampong.
organisasi,
sarana
b. Rasio
pembelajaran
Ketergantungan
Daerah,
rasio ini dihitung dengan cara
pegawai, memperbaiki kinerja periode
membandingkan
berikutnya,
pertimbangan
pendapatan transfer yang diterima
pembuatan
oleh penerimaan gampong dengan
secara
memberikan
sistematik
keputusan
dalam
pemberian
punishment,
reward
memotivasi
jumlah
total penerimaan gampong.
dan
c. Rasio
pegawai,
Kemandirian
Gampong,
menciptakan akuntabilitas publik (Bastian,
rasio ini dihitung dengan cara
2010: 32). Dengan demikian analisis
membandingkan
laporan
membantu
penerimaan PAD dibagi dengan
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
jumlah pendapatan transfer dari
organisasi
pemerintah
keuangan
dapat
serta
memberikan
dari
pertimbangan secara sistematik dalam
daerah
membuat keputusan yang lebih tepat.
pinjaman daerah.
d.
Dalam permasalahan ini, simulasi
jumlah
dan
pemerintah
provinsi
serta
Rasio Efektivitas dan Efisiensi,
diarahkan pada analisis laporan keuangan
yaitu menggambarkan kemampuan
dan
pemerintah
kegunaannya
sehingga
diperoleh
gampong
dalam
PAD
yang
informasi yang berguna dalam menilai
merealisasikan
prestasi gampong yang telah dicapai.
direncanakan dibandingkan dengan
Untuk tujuan tersebut analisis laporan
target yang ditetapkan berdasarkan
keuangan
gampong
potensi riil daerah.
melihat
kinerja
diarahkan
untuk
e.
dalam
Rasio Derajat Kontribusi BUMG, rasio ini
menjalankan otonomi gampong. Rasio
bermanfaat untuk mengetahui tingkat
yang
menganalisis
kontribusi perusahaan pemerintah dalam
laporan keuangan gampong dalam menilai
mendukung pendapatan, rasio ini dihitung
kinerja pemerintahan meliputi:
dengan cara membandingkan penerimaan
digunakan
gampong
untuk
Fiskal,
daerah dari hasil pengelolaan kekayaan
merupakan rasio untuk mengukur
pemerintah yang dipisahkan dengan total
tingkat kemandirian yang dihitung
penerimaan gampong (Mahmudi, 2011:
berdasarkan perbandingan antara
169).
a. Derajat
proporsi
Desentralisasi
PAD
dengan
Dari hasil penilaian diperoleh
total
penerimaan gampong. Rasio ini
responden
dapat
pemerintahan
menunjukkan
derajat
9
yang
di
juga
gampong
pelaksana
Mesjid
Puenteut belum pernah melaksanakan
adalah pengukuran
kapasitas responden
analisa
diawal,
ini
dilakukan
angket
yang
laporan
keuangan
gampong
hal
dengan
meskipun laporan keuangan telah disusun
penyebaran
dan siapkan sebagai sarana pelaporan
pertanyaan
keuangan. Pemahaman tentang penting
dimulai (Pre test), harapannya adalah
menilai
terdapat
tingkat
kemandirian
suatu
dasar
berisikan
sebelum
kesimpulan
dasar
kegiatan
kapasitas
gampong dengan menganalisis laporan
peserta
sebelum pembinaan sehingga
keuangan dapat menjawab permasalahan
dapat
ketergantungan, fungsi layanan, fungsi
dalam menetapkan jumlah materi, kualitas
bagi hasil dan kebutuhan fiskal (Abdul
dan kecukupan waktu yang tersedia.
dijadikan
bahan
Evaluasi
Halim, 2012: 24).
pertimbangan
dalam
pelaksanaan
(Middle) dilakukan berdasarkan kemajuan
5.
setelah diberikan modul dan kertas kerja.
Indikator Simulasi Permasalahan
Sedangkan
Laporan Keuangan Gampong
evaluasi
final
merupakan
Berdasarkan evaluasi keberhasilan
evaluasi akhir secara keseluruhan dengan
simulasi dalam menilai permasalahan
mengajukan pertanyaan melalui (Post
laporan keuangan dibagi dalam tiga tahap
Test) dari pengujian yang dilakukan,
yaitu sebelum pelaksanaan (Baseline),
dengan menetapkan beberapa indikator
dalam pengarahan dengam memberikan
keberhasilan.
modul (Middle) dan tahap pengujian
pengukurannya adalah sebagai berikut:
Adapun
indikator
(Final). pengukuran diawal (BaseLine)
Tabel 4.1 Indikator Simulasi
Base
Line
%
No
Permasalahan Laporan
Keuangan Gampong
1
Pengetahuan tentang aturan
perundang-undangan keuangan
dana gampong
Sumber
Pendapatan
dan
Alokasi dana gampong
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Gampong (APBG)
Analisis Laporan Keuangan
Gampong
2
3
4
30
Middle
Target Capaia
n
%
60
50
65
60
30
60
55
65
58
30
60
60
70
65
30
65
50
65
60
Berdasarkan indikator diatas maka metode
sebagai berikut :
pengambilan
Jika hasil 0 %
keputusannya
Final
Target Capaian
%
adalah
10
Sampai Dengan
45 %
Capaian hasil yang diperoleh Kurang
gampong. Hal lainnya dimungkinkan oleh
Jika hasil 46 % Sampai Dengan 65 %
peran aktif dalam penyusunan APBG
Capaian hasil yang diperoleh Cukup
gampong dan pelaksanaan dana gampong
Jika hasil 66 % Sampai Dengan
sehingga
85 %
yang
seharusnya
diawasi dan dievaluasi tidak dilakukan
Capaian hasil yang diperoleh Baik
Jika hasil 86 % Sampai Dengan
informasi
secara rutin dan berkelanjutan. Hasil
100 %
penelitian ini memberikan implikasi pada
Capaian hasil yang diperolah Sangat Baik
keberhasilan
gampong
binaan
yang
Dengan demikian rata-rata hasil
diharuskan melaksanakan prinsip transfer
yang diperoleh berada dibawah 65% yang
knowledge bagi aparatur gampong yang
berarti permasalahan keuangan gampong
menghadapi
dapat dijelaskan dalam indikator diatas.
pengelolaan dan pelaporan dana gampong.
Dimana
perundang-
Peran penting lain dapat juga dilakukan
undangan, sumber dan alokasi dana
oleh Dinas terkait dalam hal ini Badan
gampong, APBG dan analisis laporan
Pemberdayaan Masyarakat dapat menjadi
keuangan gampong menjadi permasalahan
mediator dengan bekerjasama dengan
yang dihadapi gampong Mesjid Puenteut
pihak
Kecamatan
masyarakat secara berkelanjutan.
pengetahuan
Blang
Lhokseuamawe
Mangat
dalam
kota
keuangan
gampong
Astuti,
Indri.
2015.
Pengelolaan
Pendapatan Asli Desa (PAD) (Studi
Kasus
di
Desa
Ngombakan
Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2014. Skripsi
Thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
dalam
masalah
yang
dihadapi
aparatur pemerintahan gampong Mesjid
Puentuet dapat dilihat dari pengetahuan
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor
Publik Suatu Pengantar (Edisi 3).
Jakarta: Erlangga.
perundang-undangan, sumber dan alokasi
dana
memberdayakan
6. DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN
kendala
dalam
pemahaman
penyusunan
laporan keuangan.
Diantara
lain
masalah
gampong, APBG
dan
analisis
laporan keuangan gampong. Permasalahan
Fernos, Joshs. 2013. Analisis Tingkat
Kemandirian
Kabupaten
Dharmasraya Ditinjai dari Aspek
Keuangan Dalam Melaksanakan
Otonomi Daerah 2007-2001.
Jurnal KBP: Vol.1, No.3, Hal:
394.
ini cenderung disebabkan oleh aparatur
gampong tidak seluruhnya terlibat secara
langsung dalam penatabukuan akuntansi
sehingga
dimungkinkan
terdapatnya
perbedaan pemahaman terhadap fungsi
sentral yang dijalankan bendaharawan
Halim,
11
Abdul.
2012.
Manajemen
Keuangan Daerah: Pengelolaan
Subroto, Agus, 2009, “ Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa ( Studi
Kasus Pengelolaan Alokasi Dana
Desa desa-desa dalam wilayah
Kecamatan Tlogomulyo kabupaten
Temanggung 2008 “ (Tesis S-2
Sekolah Pascasarjana Undip (tidak
dipublikasikan)
Keuangan Daerah (Edisi 3).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Huberman dan Miles, 1992, Analisis Data
Kualitatif, UI Press, Jakarta.
Kasmir.
2012.
Analisa
Laporan
Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan RI 2000, Akuntabilitas
dan Good Governance, Modul 1-5,
Modul
Sosialisasi
Sistem
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah (AKIP), LAN BPKP RI,
Jakarta.
Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa
dan Administrasi. Jakarta: Rajawali Press.
Yuli Astuti, Titi dan Sunarto. 2015.
Pengaruh
Pendapatan
Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan
Daerah.
Jurnal
Akuntansi: Vol.3, No.1, Hal: 24.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan
Daerah. Jakarta: Erlangga.
Yusuf.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: UII Press.
Mardiasmo.2002, Otonomi Daerah dan
Manajemen Keuangan Daerah, Andi,
Yogyakarta.
2010.
Delapan
Langkah
Pengelolaan Aset Daerah Menuju
Pengelolaan Keuangan Daerah
Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan
Moleong, Lexy J., 2002, Metode
Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1979
tentang Pemerintah Desa
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih Dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Nordiawan, Deddi, dkk. 2012. Akuntansi
Pemerintahan. Jakarta: Salemba
Empat.
Oktarina, Jos. 2015. Pinjaman Sebagai
Potensi
Pembiayaan
Pembangunan
Daerah.
Kompasiana.com. Terbit Tanggal
25 Juni 2015.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2010.
Otonomi
Daerah,
Etnonasionalisme, dan Masa
Depan Indonesia: Berapa Persen
Lagi Tanah dan Air Nusantara
Milik Rakyat. Jakarta: yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Sri
Undang-undang No. 11 Tahun 2006
Tentang Pemerintahan Aceh
Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang No 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Rahayu, Ani. 2010. Pengantar
Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi
Aksara.
12
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Kekayaan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 Tentang Desa.
Peraturaan Pemerintah No 71 tahun 2010
tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
Perturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014
tentang
Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21
Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
Qanun No 7 Tahun 2015 tentang pedoman
pengelolaan kekayaan gampong.
Peraturan Walikota Lhokseumawe No 10
Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan
Keuangan
Kota
Lhokseumawe.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Pengendalian
Dan
Evaluasi
pelaksanaan
Rencana
Pembangunan
13