EFEK ANALGESIK EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus ) SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIZA SETYA AGRENSA G0009185

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 9 Januari 2013

Riza Setya Agrensa NIM. G0009185

Riza Setya Agrensa, G0009185, 2012. Efek Analgesik Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang. Nyeri merupakan gejala penyakit yang banyak dirasakan oleh masyarakat, prevalensi nyeri pada orang dewasa mencapai 40% setiap harinya, sedangkan 89% merasakan episode nyeri minimal sebulan sekali. Untuk mengatasi nyeri yang timbul, masyarakat biasanya menggunakan obat-obatan yang bersifat mengurangi rasa nyeri atau analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada efek analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus).

Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan

the post test only control group design. Penelitian dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta. Subjek penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus ), berumur 3 bulan dengan berat rata-rata 200 gram. Pertama, subjek diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 minggu, lalu dipuasakan selama ± 18 jam sebelum perlakuan. Subjek dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif diberi akuades sedangkan kelompok kontrol positif diberi aspirin. Ketiga kelompok perlakuan masing - masing mendapat ekstrak daun kemangi dengan dosis 225 mg/200 g BB, 450 mg/200 g BB, dan 675 mg/200 g BB. Metode induksi nyeri yang digunakan menggunakan media hot plate, kemudian dihitung frekuensi jingkatannya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan One- Way ANOVA dan LSD.

Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelima kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan positif. Kontrol positif dengan kelompok perlakuan dosis pertama dan kedua menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, tetapi dengan kelompok perlakuan dosis ketiga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa hanya kelompok perlakuan dosis ketiga yang mempunyai efek analgesik.

Simpulan Penelitian. Dari ketiga kelompok perlakuan dengan ekstrak daun kemangi, hanya kelompok perlakuan dosis ketiga yang mempunyai efek analgesik terhadap tikus putih.

Riza Setya Agrensa, G0009185, 2012. Analgesic Effects of Kemangi Extract (Ocimum sanctum L. ) on White Mice (Rattus norvegicus). Faculty of medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Pain is a symptom of a disease that many felt by the people, the prevalence of pain in adults reach to 40% each day, while 89% felt the pain episode at least once a month. To overcome the pain that arises, people often use drugs is to reduce pain or analgesic. This research aims to find out whether there is an analgesic effect of kemangi extract (Ocimum sanctum L.) against the white mice (Rattus norvegicus).

Methods: This research uses experimental methods to the post test only control group design. The research at the University of Setia Budi Surakarta performed. The subject of this research is 25 white mices (Rattus norvegicus), 3 months old with average weight 200 grams. First, subject adapted for 1 week, then not given to eat and drink for 18 hours before the treatment. The subject is divided into 5 groups. The negative control group was given aquades, while the positive control

group was given aspirin. The third treatment group each got kemangi extract

dosage of 225 mg/200 g body weight, 450 mg/200 g body weight, and 675 mg/200 g body weight. Pain induction method used is a hot plate, and then calculated the frequency jumps. The data obtained and analyzed by One-Way ANOVA and LSD.

Results: The results of One-Way ANOVA test showed a significant difference between the five treatment groups. LSD test results showed a significant difference between the negative with the positive control group. Positive control group treated with the first and second doses showed a significant difference, but with the third dose treatment group showed no significant difference. This shows that only the third dose group has the analgesic effects.

Conclusions: Of the three groups treated with kemangi extracts, only the third dose treatment groups shows analgesic effect on white mice.

Key word: kemangi extract, analgesic effects

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Analgesik

Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Tikus Putih (Rattus

norvegicus)”. Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD – KR – FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., PFarK, selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.

4. Samigun, dr., SU., PFarK, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Endang Sri Hardjanti, dr., PFark., M.Or, selaku Ketua Penguji yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan kritik dan saran bagi penulis.

6. Margono, dr., MKK, selaku Anggota Penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan kritik dan saran bagi penulis.

7. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dalam skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan,

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, 9 Januari 2013

Riza Setya Agrensa

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Homogenisasi Suhu Hot Plate (Suhu Saat Pertama Kali

Tikus Putih Menjingkat) dalam 0 C .................................................. 24

Tabel 2. Jumlah Jingkatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu

42 0 C Sebelum Diberikan Perlakuan............................................ 25

Tabel 3. Jumlah Jingakatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu

42 0 C Setelah Diberikan Perlakuan.............................................. . 25

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) 27 Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Kelima Kelompok Perlakuan 28 Tabel 6. Hasil dari Uji LSD Antarkelompok Perlakuan................................. 29 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Post Hoc (LSD) .............................................. 30

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kemangi............................................................

4 Gambar 2. Daun Kemangi...................................................................

4 Gambar 3. Kerangka Pemikiran..........................................................

12 Gambar 4. Rancangan Penelitian...........................................................

18

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik Perbedaan Rata-Rata Efek Analgesik Tikus Putih............. 26

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. Koversi Dosis untuk Manusia dan Berbagai Jenis Hewan.

Lampiran 3 Uji Normalitas Distribusi.

Lampiran 4 Lampiran 5

Lampiran 6

Uji Homogenitas dan ANOVA. Uji Post Hoc dengan Metode Least Significance Difference (LSD). Foto-Foto Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak ditumbuhi oleh beraneka ragam tanaman. Di antara tanaman tersebut, ada beberapa yang dapat

dijadikan tanaman obat. Keampuhan tanaman obat banyak dibuktikan melalui pengalaman. Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan alopati (kedokteran), ternyata masih bisa diatasi dengan pengobatan herba, contohnya kanker dan kelumpuhan. Dari beberapa pengalaman ditemukan pula bahwa pengobatan dengan herbal mampu dijadikan sebagai pengganti dari pengobatan menggunakan bahan kimia. Beberapa penyakit di antaranya adalah penyakit kardiovaskular dan saraf (Utami, 2008).

Keunggulan dari pengobatan herba adalah bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin (Utami, 2008). Selain efek sampingnya yang minimal, tanaman obat relatif mudah didapat dan murah. Tanaman obat juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagian besar efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar, belum dilakukan uji klinik, dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno, 2004). Seiring dengan berkembangnya teknologi, beberapa jenis tanaman obat telah dipatenkan menjadi fitofarmaka sebagai contohnya, temulawak (Curcumae) yang teruji secara klinis menurunkan kolesterol. Selain fitofarmaka, ada pula yang menjadi obat herbal terstandar, sebagai contohnya adalah daun jambu biji yang dapat mempercepat peningkatan trombosit pada penderita demam berdarah (Utami, 2008).

Nyeri merupakan gejala penyakit yang banyak dirasakan oleh masyarakat (Nugroho dan Hari, 2002), prevalensi nyeri pada orang dewasa mencapai 40 % setiap harinya, sedangkan 89 % merasakan episode nyeri minimal sebulan sekali

(Dwiprahasto, 2002). Untuk mengatasi nyeri yang timbul, masyarakat biasanya menggunakan obat - obatan yang bersifat mengurangi rasa nyeri atau analgesik.

Analgesik merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dengan cara

menghambat impuls saraf (Pudjiastuti, 1999). Selama ini masyarakat banyak menggunakan obat nyeri modern yang dapat dibeli secara bebas untuk

meringankan atau menyembuhkan sendiri keluhan nyeri yang diderita. Dengan semakin mahalnya harga obat modern, terutama bagi golongan ekonomi lemah, alternatif lain untuk mengatasi nyeri maka digunakan obat tradisional (Nugroho dan Hari, 2002).

Kemangi adalah salah satu dari sekian banyak tanaman yang dapat dijadikan tanaman obat. Tumbuhan ini sering ditemukan pada hidangan sebagai lalapan di berbagai warung makan. Akan tetapi karena bau harumnya, kemangi lebih sering digunakan untuk mencuci tangan. Banyak sekali kandungan zat – zat yang ada di dalam kemangi. Salah satu cara untuk mendapatkan zat tersebut adalah dengan metode ekstraksi sehingga diperoleh ekstrak yang mengandung kadar flavonoid yang tinggi.

Obat - obatan analgesik modern mudah didapatkan, sehingga sering digunakan sebagai terapi oleh masyarakat umum. Diharapkan pengobatan untuk

menghilangkan nyeri, pengobatan dengan kemangi diharapkan dapat menjadi obat herbal alternatif bagi masyarakat yang mengalami nyeri.

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada efek analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus novergicus) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada efek analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai dosis analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus).

2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini dapat dijadikan dasar uji preklinis pada hewan yang

tingkatannya lebih tinggi atau uji klinis pada manusia, untuk mencapai dosis yang tepat dan efektif bagi manusia.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kemangi

Kemangi (Ocimum sanctum L.) banyak terdapat di Jawa dan Madura, terutama di pinggiran landang, sawah kering, juga ditanam di taman, hutan terbuka, padang rumput, liar di jalanan, terkadang dibudidayakan. Daun kemangi biasanya digunakan masyarakat sebagai pengobatan muntah-muntah, panu, pelancar air susu ibu, dan lain sebagainya (Sudarsono dkk, 2002). Nama lain kemangi adalah lampes, klampes, kemangen, dan kemangi (Utami, 2008).

a. Taksonomi

Klasifikasi tanaman kemangi adalah sebagai berikut: kingdom

: Ocimum sanctum L.

(Hutapea, 2001; BPTO, 2004; Tjitrosoepomo, 2002).

Kemangi adalah tumbuhan yang memiliki ciri-ciri: terna tegak, tinggi antara 0,3 - 0,6 m, batang muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna kecoklatan, terdapat bulu halus; tangkai daun berbentuk bulat telur, ujungnya meruncing dan tampak menggelombang; kelopak bunga berwarna hijau; daun mahkota berwarna putih; buah berbentuk kotak berwarna cokelat; biji berukuran kecil, tiap buah terdiri dari empat biji; akarnya tunggang dan berwarna putih kotor (Pitojo, 1996; Mangoting dkk, 2005).

c. Habitat

Kemangi banyak terdapat di Jawa dan Madura. Kemangi dapat tumbuh secara liar di pinggir jalan, ladang, sawah kering, hutan terbuka,

dan padang

rumput.

Kadang-kadang kemangi dibudidayakan dan ditanam di taman. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 1 - 10 m di atas permukaan laut. Pembubidayaan tanaman kemangi dilakukan dengan penaburan biji dan stek (Sudarsono dkk, 2002).

d. Manfaat

Penggunaan kemangi secara tradisional adalah untuk mengobati demam, mual, panas dalam, meredakan sesak napas, merangsang keluarnya gas perut, peluruh haid, pelancar ASI, meningkatkan nafsu makan, dan sebagai obat kumur (Bisset, 1994; Pitojo, 1996; Mulyani dan Gunawan, 2003). Kemangi bersifat analgesik, antibakteri, antifungi, antiinflamasi, dan antispasmodik (Price S dan Price L, 1995). Kemangi juga dapat digunakan sebagai tonik stimulan, mengatasi artritis dan kram otot (Primadiati, 2002).

Biji kemangi dapat digunakan untuk mengatasi sembelit, kencing nanah, penyakit mata, borok, penenang, pencahar, peluruh air kencing, peluruh keringat, kejang perut. Akar digunakan untuk

2002).

e. Kandungan Zat

Daun Ocimum sanctum L. mengandung minyak atsiri atau minyak esensial (yang terdiri dari eugenol, eugenal, karvakrol, metilklavikol, limatrol dan karyofilin), saponin, flavonoida, alkaloid, glikosida, fenol, tanin, tiol, asam ursolat, n-triakontanol, dan terpenoid. Secara kualitatif, kandungan fenol pada daun Ocimum sanctum L. lebih banyak daripada flavonoid. Fenol berperan sebagai “pemulung” radikal bebas yang sangat efektif dan juga antioksidan yang kuat, terutama karena sifat redoksnya. Selain sebagai diuretik, flavonoid juga dilaporkan mempunyai sifat antioksidan walaupun tidak sekuat fenol (Ramesh dan Satakopan, 2010; Singh et al., 2010; Hutapea, 2001). Pada biji kemangi terkandung saponin, flavonoid, sitosterol, dan polifenol (Singh et al., 2010; Hutapea, 2001). Pada akarnya mengandung sitosterol dan tiga triterpen A, B, dan C (Singh et al., 2010). Linalol dan eugenol mempunyai efek antifungi dengan mekanisme fungistatik yang belum diketahui (Zhou et al., 2003).

Menurut ”Daftar Komposisi Bahan Makanan” Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, kemangi termasuk sayuran kaya provitamin A. Setiap 100 gram daun kemangi terkandung 5.000 SI vitamin A. Kelebihan lainnya, kemangi termasuk sayuran yang banyak mengandung mineral kalsium dan fosfor, yaitu sebanyak 45 dan 75 mg per 100 gram daun kemangi.

f. Komponen Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) yang Diharapkan Mempunyai Efek Analgesik

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung senyawa kimia bernama flavonoid dan minyak atsiri. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, biji, buah, tangkai.

komponen tunggal dalam jaringan tumbuhan. (Harborne, 1997). Ada 4 kelompok senyawa dari flavonoid yaitu flavon, flavonol, flavanon, dan flavanonol (Waji dan Sugrani, 2009). Senyawa flavonoid menunjukkan lebih dari 100 bioaktivitas, beberapa di antaranya adalah duretik, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan, antihepatotoksik, dan lain - lain. (Wilmana, 2007). Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase sedangkan yang lain menghambat aldoreduktase, protein kinase, siklooksigenase. Penghambatan enzim siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas, karena reaksi siklooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuji ke hormon seperti tromboksan dan prostaglandin. (Middleton et al, 2000).

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pengambilan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan dengan menggunakan pelarut. Hasil dari ekstraksi disebut sebagai ekstrak. Ekstrak tidak hanya mengandung satu unsur saja, tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada bahan obat yang digunakan dan kondisi dari cara ekstraksi.

Metode ekstraksi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode soxhletasi. Prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah ektraksi (pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut yang selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik yang biasa disebut kondensor. Selain itu juga perlu diperhatikan suhu yang digunakan harus melebihi titik uap pelarut dan jangan sampai terlalu tinggi, karena dikhawatirkan Metode ekstraksi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode soxhletasi. Prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah ektraksi (pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut yang selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik yang biasa disebut kondensor. Selain itu juga perlu diperhatikan suhu yang digunakan harus melebihi titik uap pelarut dan jangan sampai terlalu tinggi, karena dikhawatirkan

Selanjutnya daun kemangi yang telah mengering harus dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan sampel dan pelarut, sehingga ekstraksi akan lebih optimal. Ekstraksi ini dilakukan dengan peralatan soxhlet yang biasa disebut ekstraktor soxhlet dan dengan pelarut alkohol. Proses ekstraksi dengan metode soxhletasi ini dilakukan secara terus - menerus berlangsung selama ± 5 jam.

3. Nyeri

a. Pengertian

Nyeri didefinisikan sebagai sensasi yang tidak mengenakkan dan biasanya diikuti oleh pengalaman emosi tertentu yang erat kaitannya dengan derajat kerusakan (Muchtan, 1998). Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, bila ada jaringan tubuh yang rusak sehingga individu bereaksi menghilangkan rasa nyeri

tersebut (Guyton dan Hall, 2007).

b. Mekanisme

Proses terjadinya stimulasi yang kuat di perifer sampai dirasakannya sebagai nyeri di susunan saraf pusat (korterks serebri) merupakan suatu rangkaian proses elektrofisiologis yang disebut sebagai nosiseptif, terdiri dari empat proses (Nazaruddin, 2002) yaitu :

1) Proses transduksi merupakan proses dimana stimuli kuat 1) Proses transduksi merupakan proses dimana stimuli kuat

2) Proses transmisi merupakan penyaluran impuls melalui saraf sensoris sebagai lanjutan proses transduksi, melalui serabut saraf A delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis. Impuls ini mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus spinothalamikus dan sebagian ke traktus spinoretikularis.

3) Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen dengan asupan nyeri yang masuk ke cornu posterior medulla spinalis. Analgesik endogen (enkefalin, endorfin, serotonin, norepinefrin, GABA) dapat menekan impuls nyeri pada cornu posterior medula spinalis, dengan cara menghambat pelepasan substansi P.

4) Persepsi adalah hasil akhir dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang menghasilkan suatu perasaan subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.

4. Aspirin (Sebagai Kontrol Positif)

a. Definisi a. Definisi

b. Kimia dan Farmakokinetik

Pada pemberian oral, sebagian aspirin diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa, dan waktu pengosongan lambung. Obat ini mudah menembus sawar darah otak dan sawar uri. Biotransformasi aspirin terjadi di banyak jaringan, teruatama di mikrosom dan mitokondria hati. Aspirin diekskresi dalam bentuk metabolitnya melalui ginjal, dan sebagian kecil melalui keringat dan empedu (Wilmana, 2007).

c. Farmakodinamik

Mekanisme kerja aspirin adalah menghambat enzim siklooksigenase (prostaglandin sintetase), yang mengkatalisis perubahan asam arakhidonat menjadi senyawa endoperoksida. Pada dosis tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2 (Katzung, 2004). Prostaglandin inilah yang menyebabkan sensitasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga menimbulkan keadaan hiperalgesia yang akan merangsang pelepasan mediator-mediator seperti bradikinin dan histamin yang akan menimbulkan nyeri secara nyata (Wilmana, 2007).

d. Efek Samping

Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak

e. Penggunaan Klinis

Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering digunakan sebagai pereda nyeri yang derajatnya ringan sampai sedang, tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam. Karena sifat antiinflamasinya, aspirin dianjurkan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, demam rematik, dan keadaan - keadaan radang sendi lainnya. Aspirin juga merupakan antipiretik yang efektif (Katzung, 2004).

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Memacu : Mengambat

Ekstrak daun kemangi

Saponin Terpenoid Alkaloid Glikosida Fenol Asam ursolat n-triakontanol

Asam arakhidonat

Fosfolipid

Gangguan pada membran sel

Trauma/Lesi pada sel

Nyeri

Enzim siklooksigenase

Aspirin

Terdapat efek analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus novergicus).

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan the post test only control group design .

B. Subjek Penelitian

1. Populasi penelitian

Semua tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar berumur kira-kira 3 bulan dengan berat rata-rata 200 gram.

2. Sampel penelitian

Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Federer yaitu (k-1) (n-1)

15. Jumlah kelompok perlakuan pada penelitian ini sebanyak 5 kelompok dengan demikian perhitungan rumus Federer untuk menentukan banyaknya sampel tiap kelompok sebagai berikut:

(k-1) (n-1) (5-1) (n-1)

4n

Keterangan: k = kelompok perlakuan n = banyak sampel tiap kelompok

Dari perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel tiap kelompok sebanyak 4,75 sampel, kemudian dilakukan pembulatan menjadi 5 sampel. Total sampel pada penelitian ini 25 sampel.

3. Teknik Sampling

Pengambilan subjek penelitian sebanyak 25 ekor dilakukan secara acak.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variable bebas

: ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.), aspirin (sebagai kontrol

positif)

2. Variabel terikat

: efek analgetik

3. Variabel pengganggu

a. Dapat dikendalikan

Umur tikus putih (pembatasan kriteria inklusi) umur 3 bulan, berat badan tikus putih (pembatasan kriteria inklusi) 200 gram, makanan dan minuman hewan uji.

b. Tidak dapat dikendalikan

Stres pada tikus putih, kondisi lambung tikus putih, adanya zat perangsang dan zat inhibisi nyeri endogen, variasi kepekaan tikus putih terhadap zat dan obat yang digunakan .

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Ekstrak Daun Kemangi

Adalah daun kemangi basah yang kemudian dijemur supaya menjadi kering kemudian dihaluskan untuk dijadikan serbuk. Ekstrak ini menggunakan bagian daun karena sebagian besar kandungan zat antioksidan berada pada bagian daun kemangi (Mishra et al, 2007). Ekstrak daun kemangi dibuat dengan metode soxhletasi. Pertama daun kemangi segar dicuci, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung. Daun kemangi kering tersebut lalu

dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan. Daun yang sudah dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan. Daun yang sudah

2. Aspirin (sebagai kontrol positif)

Aspirin adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat penghilang gejala nyeri dan inflamasi (Arifin, 2008). Mekanisme kerja aspirin sebagai analgesik adalah menghambat biosintesis prostaglandin, dengan memblok enzim siklooksigenase. Jadi, dengan menurunkan sintesis prostaglandin, aspirin akan dapat menekan sensasi nyeri. Aspirin pada penelitian ini digunakan sebagai kontrol positif.

Dosis analgesik aspirin pada manusia adalah 500 mg. Pada penelitian ini, dosis aspirin yang digunakan pada tikus putih adalah sebesar 9 mg/200 gram BB dan diberikan secara perolal melalui sonde lambung. Dosis takaran diperoleh melalui timbangan dengan skala mg. Skala variabel yang digunakan adalah skala ordinal.

3. Efek analgesik

Efek analgesik adalah efek penurunan rasa sakit yang diukur dengan cara menghitung frekuensi jingkatan tikus putih selama 5 menit di atas hot plate dengan suhu rata-rata hasil percobaan yang merupakan respon terhadap rangsang panas.

4. Makanan dan minuman

Makanan standar dalam penelitian ini berupa pelet. Yang diberikan dua kali dalam sehari, setiap pagi dan sore hari dengan

Usia hewan coba memiliki pengaruh yang besar dalam percobaan ini sehingga digunakan tikus putih dengan usia yang sama, yaitu 3 bulan. Hal ini bertujuan untuk membuat sampel yang homogen.

6. Berat badan

Berat badan dapat dikendalikan dengan cara menggunakan tikus putih yang beratnya 200 gram.

7. Stres

Stres adalah suatu bentuk ketegangan psikologis yang disebabkan oleh rangsangan fisik, mental, atau emosional baik internal maupun eksternal yang cenderung mengganggu. Stres pada hewan uji dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai, pemberian perlakuan yang berulang, dan perkelahian antarhewan uji dapat mempengaruhi kondisi psikologis hewan uji. Hal tersebut hendaknya dapat dikendalikan sekecil mungkin dengan cara menempatkan tikus putih di ruang yang cukup luas dengan sirkulasi udara, penerangan, dan kelembapan yang cukup. Upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perkelahian antarhewan uji dapat dilakukan dengan pemberian makanan tikus putih yang cukup secara teratur dan jumlah tikus putih dalam satu kandang tidak terlalu banyak.

8. Kondisi lambung tikus putih

Keadaan lambung dari tikus putih dapat dipengaruhi oleh bioavaibilitas obat oral (kecepatan jumlah obat yang diserap), misalnya gangguan motilitas lambung.

9. Zat perangsang dan zat inhibisi nyeri endogen

Zat perangsang nyeri endogen adalah zat yang dikeluarkan oleh tubuh dari tikus putih sendiri (mediator nyeri) yang merangsang timbulnya rasa nyeri. Zat inhibisi nyeri endogen adalah zat yang

Variasi kepekaan tikus putih terhadap zat dan obat yang digunakan sangat bersifat individual.

F. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian eksperimental laboratorium the post test only control group design

Gambar 4. Rancangan Penelitian

K1

: kelompok kontrol negatif

K2

: kelompok kontrol positif

K3

: kelompok uji dosis pertama

K4

: kelompok uji dosis kedua

K5

: kelompok uji dosis ketiga

P1

: pemberian akuades

P2

: pemberian aspirin dosis 9 mg/200 gram BB

K1

P1

P2

U1

K3

K2 R

K4

K5

P3

P4

P5

U2

U3

U4

U5

: rangsangan panas dengan hot plate

U1

: pengukuran hasil kelompok 1

U2

: pengukuran hasil kelompok 2

U3

: pengukuran hasil kelompok 3

U4

: pengukuran hasil kelompok 4

U5

: pengukuran hasil kelompok 5

B : bandingkan

G. Alat dan Bahan

1. Alat

a. kandang tikus putih

b. timbangan hewan

c. Spuit pencekok/oral 1 ml

d. hot plate

e. bekker glass

f. termometer

g. stopwatch digital

2. Bahan

a. ekstrak daun kemangi

b. aspirin

c. akuades

H. Metode Induksi Nyeri Hot Plate

1. Prinsip Metode 1. Prinsip Metode

2. Pengukuran Efek Analgetik

Pengukuran efek analgetik berupa reaksi tikus putih terhadap rangsang panas hot plate, yaitu frekuensi jingkatan tikus putih dalam 5 menit. Tikus putih disebut menjingkat bila mengangkat kedua kaki depannya atau meloncat ke atas.

3. Hasil Pengukuran

Efek analgetik dinyatakan positif jika frekuensi jingkatan tikus putih setelah pemberian obat atau bahan uji lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum pemberian.

I. Pembuatan Ektrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Ekstrak daun kemangi dibuat dengan metode soxhletasi. Pertama, daun kemangi segar ditimbang, dicuci, kemudian dikeringkan dengan cara

dijemur di bawah sinar matahari langsung. Daun kemangi kering tersebut lalu dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan. Daun yang sudah kering lalu dibuat menjadi serbuk untuk kemudian dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut polar yaitu alkohol dengan metode

soxhletasi. Prinsipnya adalah ekstraksi berkesinambungan, artinya pelarut yang digunakan selalu fresh hasil kondensasi uap pelarut. Selain itu harus diperhatikan juga suhu yang digunakan. Proses ekstraksi ini berlangsung

secara terus - menerus selama ± 5 jam. Pemberian ekstrak daun kemangi ini menggunakan tiga dosis perlakuan. Jadi pada penelitian ini digunakan dosis pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) sebanyak 225 mg/200 gram BB tikus putih, 450 mg/200 gram BB tikus putih, dan 675 mg/200 gram BB tikus putih untuk mengetahui apakah terdapat efek analgesik dari ekstrak daun kemangi

1. Subjek penelitian dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus putih. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, kelompok 2 sebagai kontrol positif, kelompok 3, 4, dan

5 sebagai kelompok perlakuan.

2. Subjek penelitian diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu di laboratorium dan diberi makan standar untuk tikus, yaitu pelet dan air.

3. Subjek penelitian dipuasakan ± 18 jam sebelum perlakuan, dengan air minum tetap diberikan.

4. Masing-masing kelompok tersebut terlebih dahulu diadakan homogenisasi dengan diletakkan di atas hot plate. Dicatat pada suhu berapa tikus putih pertama kali menjingkat, dan kemudian dibuat rata- ratanya. Hasilnya digunakan sebagai suhu hot plate sesudah tikus putih mendapat perlakuan, yang berarti suhu tersebut dianggap semua tikus putih sudah mulai menjingkat sebagai upaya menghidar dari rasa nyeri.

5. Setelah 5-10 menit, masing-masing kelompok diberi pakan perlakuan, yaitu pemberian akuades sebagai kontrol negatif (Kelompok 1), aspirin dosis 9 mg/200 gram BB tikus putih sebagai kontrol positif (Kelompok 2), ekstrak daun kemangi dosis I sebanyak 225 mg/200 gram BB tikus putih (Kelompok 3), ekstrak daun kemangi dosis II sebanyak 450 mg/200 grama BB tikus putih (Kelompok 4), ekstrak daun kemangi dosis III sebanyak 675 mg/200 gram BB tikus putih (Kelompok 5).

6. Setelah 2 jam, tikus putih diletakkan di atas hot plate.

7. Tiap tikus putih diletakkan di atas hot plate dengan suhu homogenisasi. Lalu dihitung berapa kali tikus putih menjingkat selama

5 menit.

8. Semua data yang diperoleh ditabulasi, dibuat rata-rata dan dievaluasi.

1. Penentuan Dosis Aspirin Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan uji dari berbagai spesies dan manusia, maka konversi dosis manusia dengan berat 70 kg pada tikus putih dengan berat 200 gram adalah 0,018. Dosis aspirin yang dipakai untuk orang dewasa adalah 500 mg, jadi dosis untuk tikus putih:

= (500 mg x 0,018)/200 gram BB tikus putih = 9 mg/200 gram BB tikus putih

2. Penentuan Dosis Ekstrak Daun Kemangi Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai spesies dan manusia, konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan berat 200 gram adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Pada orang Indonesia, dosis daun kemangi yang digunakan adalah dosis yang biasa dipakai di masyarakat, yaitu ± 25 gram (Hutapea, 2001). Pada saat ini penulis menuliskan dalam bentuk dosis basah karena penelitian belum dilakukan. Maka dosis daun kemangi untuk tikus putih yaitu:

= (25 gram x 1000 x 0,018)/200 gram BB tikus putih = 450 mg/200 gram BB tikus putih

Lalu digunakan dosis basah daun kemangi yang bertingkat:

1. Kelompok uji I : Dosis rendah/dosis 1 = 0,5 x 450 mg/200 gram BB tikus putih = 225 mg/200 gram BB tikus putih.

2. Kelompok uji II : Dosis sedang/dosis 2 = 1 x 450 mg/200 gram BB tikus putih = 450 mg/200 gram BB tikus putih.

3. Kelompok uji III : Dosis tinggi/dosis 3 = 1,5 x 450 mg/200 gram BB tikus putih = 675 mg/200 gram BB tikus putih.

L. Teknik Analisis Statistik

Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji

Sebaran (distribusi) data normal dianalisis menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov dipilih karena jumlah sampel lebih dari

15. Varians data dianalisis menggunakan uji homogenitas Levene Statistic. Uji ANOVA adalah uji untuk menentukan perbedaan pengaruh antar perlakuan, sedangkan sebagai Post Hoc Test digunakan uji LSD untuk membandingkan rerata frekuensi jingkatan antara kelompok perlakuan sehingga dapat diketahui signifikansi perbedaan antar

= 0,05) dan perlakuan mana yang lebih berpengaruh. Analisis statistik diolah dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows .

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian eksperimental mengenai efek analgetik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) peroral pada tikus putih, maka peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Homogenisasi Suhu Hot Plate (Suhu Saat Pertama Kali

Tikus Putih Menjingkat) dalam 0 C.

Dari hasil dalam tabel tersebut, dapat dihitung rata - rata suhu homogenisasi :

Jumlah = 1050

Rata-rata = 42 o C

Sumber : Data primer, 2012

Tikus Putih

Suhu

( 0 C)

Sebelum Diberikan Perlakuan.

Sumber : Data primer, 2012 Tabel 3. Jumlah Jingkatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu 42 0 C

Setelah Diberikan Perlakuan.

Sumber : Data primer, 2012

Tikus Putih K 1 K 2 K 3 K 4 K 5

Rata - rata

64,2 63,4 65 64,4 62

Tikus Putih K 1 K 2 K 3 K 4 K 5

Rata - rata

72,6 31,2 59,4 51,8 45,4

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Jumlah jingkatan

K 1 = Kelompok kontrol negatif (pemberian akuades). K 2 = Kelompok kontrol positif (pemberian aspirin dosis 9

mg/200 gram BB tikus putih). K 3 = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun kemangi dengan dosis 225 mg/200 gram BB tikus putih. K 4 = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun kemangi

dengan dosis 450 mg/200 gram BB tikus putih. K 5 = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun kemangi dengan dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih.

Grafik 1. Grafik Perbedaan Rata-Rata Efek Analgetik Tikus Putih

B. Analisis Data

Hasil penelitian yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji statistik. Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan uji Normalitas, Hasil penelitian yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji statistik. Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan uji Normalitas,

1. Uji Normalitas

Angka p > 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov - Smirnov karena jumlah sampel lebih dari 15. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov -

Smirnov) No Kelompok perlakuan

Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat di lampiran).

Hasil dari uji normalitas pada tabel 4 menunjukkan nilai probabilitas p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Nilai signifikansi lebih dari 0,05 berarti bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah homogen (Priyanto, 2009). Pada uji Nilai signifikansi lebih dari 0,05 berarti bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah homogen (Priyanto, 2009). Pada uji

3. Uji ANOVA

Digunakan untuk mengetahui perbedaan mean dari dua sumber variasi (kelompok perlakuan dan kelompok waktu pengukuran). Uji ANOVA menggunakan SPSS 17.0 for Windows, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Kelima Kelompok

Perlakuan.

Sumber variasi

Antar kelompok

Dalam kelompok

Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat pada lampiran).

Keterangan :

Db = derajat kebebasan

Fh = F hitung

Dk = jumlah kuadrat

Mk = mean kuadrat

Sig = signifikansi

4. Uji Post Hoc

Peneliti menggunakan prosedur Least Significance Difference (LSD) karena subjek menggunakan varians yang sama dalam uji homogenitas.

* Beda mean signifikan pada level 0,05 Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat pada lampiran).

Kriteria ujinya adalah pasangan perlakuan yang diuji, disebut ada perbedaan jumlah jingakatan yang nyata apabila nilai p lebih kecil dari

Perlakuan (I) Perlakuan (J) Beda Mean (I-J) Std Error P Ho Akuades

Aspirin Dosis I Dosis II Dosis III

Ditolak Diterima Ditolak Ditolak

Aspirin

Akuades Dosis I Dosis II Dosis III

Ditolak Ditolak Ditolak Diterima

Dosis I

Akuades Aspirin Dosis II Dosis III

Diterima Ditolak Diterima Ditolak

Dosis II

Akuades Aspirin Dosis I Dosis III

Diterima Ditolak Diterima Diterima

Dosis III

Akuades Aspirin Dosis I Dosis II

Ditolak Diterima Ditolak Diterima

Dari tabel ringkasan tersebut, dapat dilihat kelompok kontrol positif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan

dengan kelompok perlakuan dosis III (KK(+) - KP 3 ). Hal ini dapat diartikan bahwa hanya kelompok perlakuan dosis III yang mempunyai efek analgesik.

Pasangan Kelompok

Signifikansi

Simpulan

KK(-) - KK(+)

Berbeda signifikan

KK(-) - KP 1 0,020

Tidak berbeda

KK(-) - KP 2 0,000

Berbeda signifikan

KK(-) - KP 3 0,000

Berbeda signifikan

KK(+) - KP 1 0,000

Berbeda signifikan

KK(+) - KP 2 0,001

Berbeda signifikan

KK(+) - KP 3 0,020

Tidak berbeda

KP 1 - KP 2 0,099

Tidak berbeda

KP 1 - KP 3 0,004

Berbeda signifikan

KP 2 - KP 3 0,131

Tidak berbeda

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Pengamatan pada penelitian ini adalah perbedaan dosis analgesik dari ekstrak daun kemangi terhadap tikus putih. Subjek penelitian adalah tikus putih, mengalami adaptasi selama ± 7 hari, kemudian dipuasakan selama 18 jam, kemudian diberikan perlakuan terhadap subjek penelitian tersebut. Setelah itu dilihat efek analgetik dari masing - masing bahan yang telah diberikan terhadap tikus putih. Pada penelitian ini digunakan aspirin sebagai kontrol positif, hal ini ditujukan supaya aspirin yang telah menjadi obat analgesik standar dapat digunakan sebagai pembanding untuk menentukan apakah ekstrak daun kemangi mempunyai efek analgesik atau tidak.

Nilai ambang nyeri pada masing - masing individu adalah berbeda - beda. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel

2 yang menunjukkan adanya perbedaan/variasi frekuensi jingkatan setiap tikus putih. Variasi jumlah jingkatan tersebut terjadi karena setiap individu mempunyai berbagai keadaan fisik dan psikis yang berbeda - beda, seperti variasi kepekaan terhadap panas, adanya zat perangsang dan penghambat nyeri endogen, serta kondisi lambung tiap individu.

Berdasarkan tabel 3 yaitu hasil dari frekuensi jingkatan pada tikus putih setelah diberikan perlakuan pada masing - masing kelompok selama 5 menit. Frekuensi jumlah jingkatan yang tertera menunjukkan perbedaan kuat lemahnya sensasi nyeri panas yang dirasakan tikus putih tiap kelompok. Semakin sedikit jumlah jingkatan menunjukkan bahwa semakin kuat efek analgetik dari bahan yang diberikan terhadap tikus putih, begitu pula sebaliknya.

secara normal. Kemudian dari uji homogenitas menunjukkan nilai varians lebih dari 0,05 yang dapat diartikan adanya variasi yang homogen. Selanjutnya dari uji ANOVA didapatkan hasil p kurang dari 0,05 (signifikan), dengan hasil ini dapat disimpulkan terdapat perbedaan frekuensi jingkatan yang bermakna antara kelima kelompok perlakuan.

Hasil uji Post Hoc yang dilakukan dengan prosedur Least Significance Difference (LSD) pada tabel 6 menunjukkan berbagai perbandingan dari masing - masing kelompok perlakuan. Kelompok kontrol postif mempunyai perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan dosis I, dan kelompok perlakuan dosis II. Sedangkan kelompok kontrol positif tidak mempunyai perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis III. Dari hasil uji statistika tersebut bisa diartikan bahwa hanya ekstrak daun kemangi dosis III yang mempunyai efek analgesik.

Kelompok perlakuan ekstrak daun kemangi dosis III menunjukkan hasil yang tidak signifikan bila dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif (kelompok yang diberikan aspirin). Hal ini berarti bahwa efek analgetik ekstrak daun kemangi dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih memiliki efektivitas yang sebanding dengan aspirin dosis 9 mg/200 gram BB tikus putih. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Begorod (2006) yang menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas analgesik pada inflamasi mukosa faringeal tikus putih.

Dilihat dari grafik rata - rata efek analgesik terhadap tikus putih, terdapat sebuah gambaran yang signifikan dari kelompok perlakuan dosis I,II, dan III. Kelompok perlakuan dosis I dan II memang menunjukkan adanya penurunan jumlah jingkatan, tetapi bila dilakukan uji statistik dengan kelompok positif masih belum bisa dikatakan mempunyai efek analgesik. Sedangkan kelompok perlakuan dosis III sebanding dengan aspirin bila diuji dengan uji statistik, hal ini berarti hanya kelompok perlakuan dosis III yang mempunyai efek analgesik. Hal ini Dilihat dari grafik rata - rata efek analgesik terhadap tikus putih, terdapat sebuah gambaran yang signifikan dari kelompok perlakuan dosis I,II, dan III. Kelompok perlakuan dosis I dan II memang menunjukkan adanya penurunan jumlah jingkatan, tetapi bila dilakukan uji statistik dengan kelompok positif masih belum bisa dikatakan mempunyai efek analgesik. Sedangkan kelompok perlakuan dosis III sebanding dengan aspirin bila diuji dengan uji statistik, hal ini berarti hanya kelompok perlakuan dosis III yang mempunyai efek analgesik. Hal ini

Dari ketiga kelompok perlakuan ekstrak daun kemangi dosis I, II, dan III yang masing-masing dengan dosis 225 mg/200 gram BB tikus putih, 450 mg/200 gram BB tikus putih, dan 675 mg/200 gram BB tikus putih. Hanya kelompok perlakuan dengan dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih yang memiliki efek analgesik terhadap tikus putih, yang diberi rangsang nyeri panas dengan cara diletakkan di atas hot plate dengan suhu homogenisasi.

PENUTUP

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan hanya kelompok perlakuan dosis III (ekstrak daun kemangi dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih) sebanding dengan aspirin dosis 9 mg/200 gram BB tikus putih, sehingga hanya kelompok perlakuan dosis III (ekstrak daun kemangi dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih) yang mempunyai efek analgesik.

B. Saran

Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan :

1. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel penelitian yang lebih banyak dan lebih tinggi tingkatannya dan juga dosis yang lebih optimal sebagai analgesik.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan pemanfaatan kemangi sebagai analgesik alami alternatif bagi manusia dengan metode yang berbeda.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang sama, tetapi dengan dosis yang lebih dinaikkan dari yang telah dilakukan untuk mendapatkan dosis yang optimal tanpa efek samping.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

0 1 13

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA, GENDER DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

1 1 16

PENGARUH MOTIVASI, PERSEPSI, NILAI INTRINSIK, PENGHASILAN, KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PROFESI AKUNTAN PAJAK SERTA PERTIMBANGAN PASAR KERJA TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER DI BIDANG PERPAJAKAN

0 0 15

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN GAJI, KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH KUDUS

0 1 16

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA ECO ROSO RESTO DI KUDUS

0 0 14

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PATI

0 0 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL, KOMITMEN KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA RSUD KELET JEPARA

0 3 13

PENGARUH WAKTU PEMAPARAN CUACA (WEATHERING) TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK KOMPOSIT HDPE – SAMPAH ORGANIK

0 0 49

PENGARUH SIKLUS TERMAL TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK KOMPOSIT HDPE–SAMPAH ORGANIK

0 0 47

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, UTANG LUAR NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

0 0 94