PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, UTANG LUAR NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

oleh :

Skripsi

Dimaksudkan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk

mencapai gelar sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Valentina Mita Siswanti F1108517 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

MOTTO

Apakah anda mencintai kehidupan? Jangan membuang-buang waktu, karena waktu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan anda.

Charles Darwin

Cobalah dulu baru cerita. Pahamilah dulu baru menjawab. Pikirkanlah dulu baru berkata. Dengarkanlah dulu baru beri penilaian. Bekerjalah dulu baru berharap.

Socrates

Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.

Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer

Bermimpilah. Bermimpilah dengan hal yang demikian hatimu merasa berbahagia.

R. A. Kartini

Kupersembahkan Karya ini Kepada :

1. Tuhan Yesus yang selalu melimpahkan berkat dan karuniaNya.

2. Bapak dan Ibuku tercinta terima kasih atas dorongan dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun

3. Adikku Dionisia Gita Utami terima kasih atas kasih dan sayangnya serta dukungan semangat dan motivasi yang diberikan.

4. Calon pendamping hidupku yang telah membimbing dengan sabar dan setia menemaniku selama ini.

5. Kawan- kawan PMKRI Cab. Surakarta “St. Paulus”

6. Almamater

Ekonomi Pembangunan

UNS

Salam sejahtera bagi kita semua, Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga hanya dengan bimbingan, pertolongan, dan kasih sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“Pengaruh Penanaman Modal Asing, Utang Luar Negeri, dan Ekspor

terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Nurul Istiqomah, SE., M.Si, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan selaku Penguji.

5. Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan arahan dan pelayanan.

7. Seluruh karyawan Kantor Badan Pusat Statistik dan karyawan Bank Indonesia kantor cabang Solo yang telah banyak membantu dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

8. Bapak dan Ibu yang senantiasa selalu mendoakan, memberi nasehat dan bimbingan. Terimakasih banyak.

9. Mbah Kakung, Mbah Putri, Eyang terimakasih atas bantuan dan doa.

10. De’ Onis terimakasih atas perhatian dan semangatnya.

11. Mas Bonfilius Wendy Wahyu Widhiyarkoro terimakasih atas cinta yang menguatkan.

12. Mama Rose, Mas Galih, Mba Evi, De’ Novena, De’ Uci, Mba Ita terimakasih atas doanya.

13. Kawan- kawan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Surakarta “St. Paulus” terimakasih atas perhatiannya.

14. Semua teman-temanku ‘Ekonomi Pembangunan’ angkatan 2008.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

yang perlu dibenahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermafaat bagi segenap pembaca. Terimakasih.

Surakarta, Februari 2013

Penulis

1. Hasil Uji Statistik t ................................................................... 68

2. Hasil Uji Statistik F .................................................................. 71

3. Koefisien Determinasi (R 2 ) ...................................................... 72

F. Pembahasan .................................................................................... 72

1. Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap PDB ….............. 72

2. Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap PDB …....................... 74

3. Pengaruh Ekspor Terhadap PDB ….......................................... 75 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

GAMBAR Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh PMA, ULN, dan Ekspor terhadap

PDB Indonesia............................................................................................ 40

3.1 Daerah Kritis Uji t ..................................................................................... 50

3.2 Daerah Kritis Uji F .................................................................................... 52

4.1 Plot Produk Domestik Bruto tahun 1985-2010 .......................................... 54

4.2 Plot Penanaman Modal Asing tahun 1985-2010 …………........................ 56

4.3 Plot Utang Luar Negeri tahun 1985-2010 ………….................................. 58

4.4 Plot Ekspor tahun 1985-2010 ………......................................................... 60

TABEL Halaman

1.1 Perkembangan Realisasi Investasi ……………........................................ 3

1.2 Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan 1990-2007…………….............................................................................. 7

4.1 Data Perkembangan PDB, PMA, ULN, dan Ekspor 1985-2010................................................................................................. 61

4.2 Hasil Uji MWD Linier ............................................................................. 63

4.3 Hasil Uji MWD Log Linier ...................................................................... 63

4.4 Uji Klein .................................................................................................. 64

4.5 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 66

4.6 Uji Autokorelasi ....................................................................................... 67

TAHUN 1985-2010

Valentina Mita Siswanti

F 1108517

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penanaman modal asing, utang luar negeri dan ekspor terhadap nilai produk domestik bruto di Indonesia tahun 1985-2010. Hal tersebut mengingat bahwa produk domestik bruto mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series dari tahun1985-2010. Adapun data-data tersebut diperoleh dari Laporan Badan Pusat Statistik, Jurnal-jurnal ekonomi, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia berbagai edisi dan Laporan Tahunan Bank Indonesia beberapa terbitan. Data tersebut dikumpulkan dan diolah menggunakan analisis regresi log linier dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Pengujian ini juga disertai dengan uji statistik (uji t dan uji F) serta uji asumsi klasik (multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel berdasarkan hasil uji secara bersama-sama, berpengaruh signifikan terhadap produk domestik bruto Indonesia pada taraf signifikansi 5% dengan probabilitas 0,000000. Sedangkan secara individu, penanaman modal asing mempunyai pengaruh positif (0,026672) terhadap produk domestik bruto dan signifikan pada tingkat signifikasi 5%. Utang luar negeri mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produk domestik bruto, yang berarti utang luar negeri tidak membawa pengaruh terhadap produk domestik bruto Indonesia. Ekspor berpengaruh positif (0,0461676) dan signifikan pada tingkat signifikasi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, maka dapat diajukan beberapa saran antara lain : (1) Perlu diupayakan iklim investasi yang kondusif seperti penyederhanaan proses pengurusan izin-izin dan adanya keterpaduan koordinasi antar departemen, memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur yang menunjang. Kepastian hukum di Indonesia menjadi jaminan investor menanamkan modalnya di Indonesia. Perlunya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan ketrampilan dan pendidikan berkualitas yang menunjang posisinya sebagai pekerja, (2) Pemerintah diharapkan memberikan kemudahan kepada eksportir dalam melaksanakan ekspor berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku, menyederhanakan perijinan dokumen ekspor, memperbaiki sarana dan prasarana sektor perdagangan, memperlancar arus distribusi barang serta meningkatkan pengamanan pasar dalam negeri sehingga memudahkan proses ekspor.

Kata Kunci : Penanaman Modal Asing, Utang Luar Negeri, Ekspor, Produk Domestik

Bruto, Ordinary Least Square (OLS).

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Sesuai tujuan yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa hakikat pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi. Hal ini berarti pembangunan harus merata di pelosok tanah air, meliputi aspek ekonomi, hukum, sosial, budaya maupun pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu pemerintah dituntut untuk melaksanakan pembangunan agar hakekat pembangunan bisa tercapai.

Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan nasional. Namun, pertumbuhan mensyaratkan adanya akumulasi kapital yang hanya bisa dicapai melalui investasi. Investasi akan menciptakan akumulasi modal untuk pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Penanaman Modal Asing, sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang berasal dari luar negeri. Peranan PMA di dalam pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan nasional diperkirakan dapat menopang pertumbuhan ekonomi (Woyanti, Nenik & Mulyo Budi Setiawan, 2006:22). Bentuk Penanaman Modal Asing dapat berupa cabang perusahaan multinasional, anak

Menurut Michael F. Todaro dalam Nusantara, Agung dan Enny Puji Astutik (2001), terdapat dua kelompok yang mendukung dan menentang modal asing, pertama mereka memandang modal asing sebagai pengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, devisa, penerimaan pemerintah, ketrampilan manajerial, serta untuk mencapai pertumbuhan. Kedua, kelompok yang menentang modal asing dengan perusahaan multi nasionalnya, berpendapat bahwa modal asing cenderung menurunkan tingkat tabungan dan investasi domestik.

Keberadaan Penanaman Modal Asing (PMA) diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, walaupun terdapat kelompok yang mendukung dan menentang, Pemerintah menyusun berbagai kebijakan dan Undang-undang untuk memperlancar arus modal asing. Diantaranya UU No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing berserta kebijakan berikutnya berupa deregulasi bidang investasi, seperti Paket 6 Mei 1986, Pakto 1993, PP No. 20 tahun 1994 (Kustituanto, Bambang dan Istikomah, 1999:2). Undang- undang terbaru mengenai Penanaman Modal adalah UU No. 25 tahun 2007. Pelaksanaan Peraturan dan Undang-Undang harus konsisten untuk menjamin investor menanamkan modalnya di Indonesia. Berikut adalah realisasi investasi yang masuk ke Indonesia tahun 1990-2005.

Tahun

Nilai Investasi

(Juta US $)

Kenaikan/ Penurunan

Sumber : Bappenas, 2007

Sepanjang tahun 1990 sampai dengan 1997 PMA cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan PMA sebelum krisis ekonomi tahun 1997/1998 dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional yang stabil. Menurunnya iklim investasi pasca krisis ekonomi 1997/1997 tidak hanya

menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi menyangkut stabilitas ekonomi, infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi, prasarana jalan dan pelabuhan), regulasi perpajakan, birokrasi, masalah tata laksana (good governance) termasuk korupsi, inkonsistensi dan ketidakpastian dalam kebijakan pemerintah yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi risiko

menuju fase pertumbuhan yang lebih kuat dan berimbang. Hasil awal dari proses transformasi tersebut mulai tampak sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai pencapaian pada tahun 2010. Perekonomian tumbuh 6,1%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, disertai peningkatan investasi dan ekspor. Meskipun demikian, berbagai pencapaian perekonomian nasional tersebut berhasil diraih bukan tanpa tantangan. Sejak awal tahun 2010, risiko global membayangi perekonomian domestik. Selepas krisis yang cukup dalam, perekonomian global digerakkan oleh dua mesin ekonomi, yaitu negara-negara maju (advanced economic) dan negara-negara berkembang (emerging markets), namun dengan perbedaan dalam tingkat pertumbuhan, tantangan, dan respons kebijakan. Berbagai perbedaan tersebut memicu pergeseran alokasi modal, di mana negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menampung aliran deras modal portofolio dari negara-negara maju (Laporan Perekonomian Indonesia 2010, BI).

Sebagai negara berkembang yang sedang membangun, Indonesia memiliki ciri-ciri dan persoalan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang hampir sama dengan negara berkembang lainnya. Indonesia tidak terlepas dari masalah utang luar negeri, meskipun demikian utang luar negeri telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembangunan di Indonesia. Bila ditinjau dari fungsinya, pinjaman merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaaan yang diperlukan dalam pembangunan. Utang luar negeri juga telah menjadi sumber utama untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan Sebagai negara berkembang yang sedang membangun, Indonesia memiliki ciri-ciri dan persoalan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang hampir sama dengan negara berkembang lainnya. Indonesia tidak terlepas dari masalah utang luar negeri, meskipun demikian utang luar negeri telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembangunan di Indonesia. Bila ditinjau dari fungsinya, pinjaman merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaaan yang diperlukan dalam pembangunan. Utang luar negeri juga telah menjadi sumber utama untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan

Pemanfaatan utang luar negeri atau bantuan luar negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial. Selain diperlukan sebagai dana untuk membiayai program pembangunan, pinjaman luar negeri juga dibutuhkan untuk menutup saving investment gap, yaitu kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan dana investasi. Bukan hanya itu saja, pinjaman luar negeri dapat berfungsi sebagai dana untuk menutup foreign exchange gap , yaitu kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil ekspor. Dimana dalam hal ini pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk menutup defisit transaksi berjalan sekaligus menunda defisit tersebut bila terjadi repatriasi modal asing (Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007). Namun lambat laun utang luar negeri seolah-olah menjadi bumerang bagi Indonesia karena meninggalkan banyak permasalahan terutama utang luar negeri yang mempunyai bunga yang sangat tinggi. Pembayaran utang luar negeri pemerintah memakan porsi anggaran negara (APBN) yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Sedangkan negara kita masih harus membiayai berbagai sektor perekonomian lainnya yang sangat penting dan mendesak.

Dalam perekonomian terbuka seperti yang dianut oleh bangsa Indonesia peranan sektor luar negeri sangatlah penting untuk Dalam perekonomian terbuka seperti yang dianut oleh bangsa Indonesia peranan sektor luar negeri sangatlah penting untuk

Ekspor dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha- usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, dan keunggulan efisiensi atau produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro & Stephen C. Smith, 2004 : 28). Selain itu ekspor juga akan menghasilkan devisa yang akan digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. Agregasi nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam perekonomian merupakan nilai Produk Domestik Bruto (Sutawijaya, Adrian dan Zulfahmi, 2010).

Produk Domestik Bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian nasional. PDB mampu untuk meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu. Nilai dari PDB mengandung dua macam persepsi yaitu sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam suatu perekonomian dan

jumlah barang dan jasa meningkat. Jumlah barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara dapat diartikan sebagai nilai dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai PDB ini digunakan dalam mengukur persentase pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga terkait dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan tersebut terkait perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapat kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

Tabel 1.2

Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan

Tahun 1990 – 2007

Tahun PDB (Miliar Rp.) Kenaikan/ Penurunan

1990

949.641,10

1991

1.018.062,60

7.20%

1992

1.061.248,00

4.24%

1993

1.151.490,20

8.50%

1994

1.238.312,30

7.54%

1995

1.340.101,60

8.22%

1996

1.444.873,30

7.82%

1997

1.512.780,00

4.70%

1998

1.314.202,00

-13.13%

1999

1.324.599,00

0.79%

2000

1.389.770,20

4.92%

2001

1.442.984,60

3.83%

2002

1.504.380,60

4.25%

2003

1.577.171,30

4.84%

2004

1.656.516,80

5.03%

2005

1.750.815,20

5.69%

Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1990-1996. Menurun di tahun 1997 dan mengalami penurunan di tahun 1998 karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun 1999-2003 perekonomian Indonesia tumbuh walaupun tidak sepesat tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi didorong oleh kenaikan konsumsi sebagai dampak dari adanya investasi besar-besaran yang terjadi pada tahun 1995 dengan nilai investasi sebesar 39,914.7 juta US Dolar (Bank Indonesia, 2003). Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Dalam situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal terbantu oleh meningkatnya harga komoditas migas dan non migas di pasar internasional sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada tahun 2003 masih mengalami kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus transaksi berjalan selama tahun 2003 (Bank Indonesia, 2003).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Produk Domestik Bruto Indonesia

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penulis mencoba memecahkan masalah berikut ini, yaitu :

1. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010?

2. Bagaimana pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010?

3. Bagaimana pengaruh Ekspor terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010.

2. Untuk mengetahui pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010.

3. Untuk mengetahui pengaruh Ekspor terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1985-2010.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini antara lain: Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini antara lain:

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi bahan studi banding bagi peneliti-peneliti yang lain, dan merupakan penerapan ilmu ekonomi yang selama ini didapat dibangku kuliah.

3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh dari berbagai literatur selama mengikuti perkuliahan.

4. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan yang mampu memperkaya kepustakaan penelitian yang telah ada sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penanaman Modal Asing

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1 Pasal 1 Ayat 3 berbunyi “Penanaman Modal Asing” adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

PMA atau investasi asing merupakan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri.

1. Asas penyelenggaraan penanaman modal asing menurut Undang- Undang Nomor 25 tahun 2007 :

a. Kepastian hukum Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

b. Keterbukaan b. Keterbukaan

c. Akuntabilitas Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara Asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal asing dari satu negara asing dan penanam modal asing dari negara asing lainnya.

e. Kebersamaan Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

f. Efisiensi berkeadilan Asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklin usaha yang adil, kondusif dan berdaya saing.

Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

h. Berwawasan lingkungan Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

i. Kemandirian Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

2. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang- Undang No. 25 Tahun 2007) :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional Dengan adanya akumulasi modal diharapkan mampu mendorong perekonomian dalam negeri.

Ketersediaan modal memacu para pelaku usaha mengembangkan bisnisnya sehingga pada akhirnya terciptalah lapangan pekerjaan.

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan Penanaman Modal Asing merupakan aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai resiko yang kecil dibandingkan aliran modal lainnya, sehingga bisa digunakan untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.

d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Proyek-proyek Penanaman Modal Asing yang produktif akan bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan

3. Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintah kepada penanaman modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007) :

a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.

b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri.

c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu.

d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.

e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

f. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Pinjaman luar negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah dari pemberi pinjaman luar negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu (Peraturan Pemerintah, 2011).

1. Prinsip pinjaman luar negeri menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 10 tahun 2011 adalah sebagai berikut :

a. Transparan Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal mempunyai reputasi yang baik.

b. Akuntabel Bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan utang luar negeri harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Efisien dan efektif Dalam pengelolaan pinjaman luar negeri sesuai dengan kebutuhan dan dimanfaatkan tepat guna sehingga dapat membawa hasil. Pinjaman luar negeri hendaknya dialokasikan untuk proyek-proyek produktif dan bermanfaat.

d. Kehati-hatian

(prudent) agar tepat sasaran. Disamping itu memperhatikan biaya dan resiko pinjaman.

e. Tidak disertai ikatan politik Pengadaan pinjaman luar negeri dan penerimaan hibah tidak mempengaruhi kebijakan politik Negara.

f. Tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan Negara Tidak merugikan kepentingan nasional baik dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan.

2. Penggunaan pinjaman luar negeri menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 10 tahun 2011 digunakan untuk :

a. Membiayai defisit APBN Dalam jangka pendek, pinjaman luar negeri dapat menutup defisit APBN, dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN tersebut harus ditutup dengan pencetakan uang baru, sehingga memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan dukungan modal yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga umum yang tinggi.

b. Membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga Yang dimaksud dengan “kegiatan” adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu b. Membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga Yang dimaksud dengan “kegiatan” adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu

c. Mengelola portofolio utang Yang dimaksud dengan “mengelola portofolio utang” adalah kegiatan dalam rangka mencapai komposisi utang yang optimal baik dari sisi instrumen, mata uang, tingkat bunga, jenis suku bunga, sumber, dalam upaya untuk meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang terkendali.

d. Diterus pinjamkan kepada Pemerintah Daerah Pinjaman luar negeri diterus pinjamkan kepada Gubernur, Bupati atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Setelah terbitnya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) memungkinkan Pemda mencari sumber pembiayaan pembangunan termasuk pinjaman luar negeri.

e. Diterus pinjamkan kepada BUMN Utang luar negeri akan diteruskan kepada badan-badan usaha milik Pemerintah untuk dikelola dengan baik.

Pinjaman Luar Negeri yang akan dihibahkan kepada Pemerintah Daerah merupakan kebijakan dan kewenangan diskresi (kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yg dihadapi) Pemerintah dalam rangka mencapai sasaran- sasaran Rencana Pinjaman Jangka Menengah.

3. Pembagian jenis – jenis pinjaman luar negeri Pinjaman Luar Negeri dapat ditinjau dari berbagai segi (Yumanita, Diana et al., 2001: 66) yaitu :

a. Dari segi jangka waktu pengembalian pinjaman luar negeri terdiri dari : 1). Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu

pengembalian sampai dengan 5 tahun. 2). Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka

waktu pengembalian antara 5 – 15 tahun. 3). Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu

pengembalian lebih dari 15 tahun.

b. Dari segi penerima pinjaman, pinjaman luar negeri terdiri dari (Yumanita, Diana et al., 2001: 66) : 1). Pinjaman Pemerintah.

Adalah pinjaman yang berasal dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial bagi negara penerima.

Adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Digunakan untuk proyek perusahaan swasta.

c. Dari segi persyaratan pinjaman, pinjaman luar negeri terdiri dari (Yumanita, Diana et al., 2001: 66) : 1). Pinjaman Lunak

Merupakan pinjaman yang berasal dari iuran anggota (multilateral) maupun dari anggaran negara donor. Pinjaman ini mempunyai tingkat bunga rendah (maksimal 35%). Jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih dan masa tenggangnya

7 tahun atau lebih. 2). Pinjaman Setengah Lunak

Merupakan pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lagi komersil. Bentuk pinjaman dalam kategori ini adalah fasilitas kredit ekspor dan Purchasing and Investment Sales Agreement (PISA)

3). Pinjaman Komersil

Pinjaman komersil merupakan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar Pinjaman komersil merupakan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar

d. Dari segi bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman luar negeri terdiri dari (Yumanita, Diana et al., 2001: 66) : 1). Bantuan Proyek

Adalah bantuan luar negeri untuk membiayai proyek–proyek pembangunan dengan cara memasukkan barang–barang modal baik barang maupun jasa kepada negara–negara penerima.

2). Bantuan Teknik

Adalah bantuan luar negeri yang mengacu pada proses alih pengetahuan dan teknik yang pada dasarnya merupakan program yang melibatkan para ahli dan teknisi dari luar negeri serta program pelatihan termasuk pembinaan kelembagaan.

3). Bantuan Program

Adalah bantuan luar negeri yang terdiri dari devisa kredit dan bantuan pangan. Bantuan ini mengacu pada kegiatan yang bertujuan umum yang dapat berupa bantuan untuk pelaksanaan rencana pembangunan atau salah satu seginya tetapi tidak khusus untuk proyek tertentu.

pertumbuhan ekonomi pada sebagian besar negara berkembang adalah sebagai berikut (Arif, Sritua 2006 : 27-28) :

a. Utang luar negeri menimbulkan efek negatif terhadap tingkat tabungan di dalam negeri (domestic saving rate), oleh karena utang luar negeri sektor pemerintah ini membuat pemerintah bersifat santai sehingga cenderung mengalokasikan banyak pengeluaran untuk tujuan konsumsi.

b. Penggunaan utang luar negeri untuk mempertahankan overvaluaded currency (mempertahankan nilai tukar yang relatif tinggi untuk mata uang dalam negeri) sehingga mempermudah impor untuk tujuan-tujuan yang tidak produktif.

c. Sebagian besar dana utang luar negeri sektor pemerintahan dibelanjakan di negara pemberi utang bukan di negara-negara penerima utang, yaitu untuk pembelian barang-barang yang harganya di luar kontrol negara penerima utang. Situasi ini jelas sangat mengurangi net resource transfer (transfer sumber modal keluar) untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di negara penerima utang. Artinya efektifitas utang luar negeri untuk tujuan peningkatan kapasitas produksi nasional menjadi berkurang.

d. Saat jatuh tempo pembayaran cicilan bunga dan utang luar negeri, dana yang seharusnya dapat digunakan sebagai investasi domestik akan dialihkan untuk pembayaran cicilan tersebut.

nilainya menjuruskan pemerintah negara berkembang pengutang besar untuk mengintensifkan penerimaan pajak yang besar kemungkinan akan menghambat kegiatan investasi dan menyebabkan pelarian modal.

5. Teori Ricardian Equivalence (Mankiw, 2000:383-387).

Utang pemerintah berhubungan erat dengan beban masyarakat. Pandangan tradisional (Keynesian) menganggap bahwa pemotongan tingkat pajak (tax cut ) akan menstimulus pengeluaran masyarakat dan mereduksi tabungan nasional. Reduksi tabungan nasional akan meningkatkan suku bunga dan akan terjadi crowding out investasi di sektor riil. Melemahnya investasi akan menyebabkan melemahnya perekonomian secara keseluruhan. Sementara itu, pandangan modern atau Ricardian Equivalence (RE) berpendapat bahwa utang pemerintah tidak berpengaruh terhadap tabungan dan akumulasi kapital.

Pemikiran David Ricardo dikembangkan oleh Robert Barro, ekonom klasik baru (new-classical economy), dari Harvard University dengan nama Ricardian Equivalence (RE). Teori ini memandang bahwa utang pemerintah saat ini adalah sama atau ekuivalen dengan pajak di masa depan. Di sini berarti pajak yang akan datang akan sama dengan pajak saat ini. Implikasi dari pemikiran ini adalah utang yang dibiayai oleh pemotongan pajak (tax cu t ) tidak berpengaruh.

dibelanjakan (disposable income) untuk membayar kewajiban pajak pada masa yang datang. Asumsinya bahwa tabungan nasional merupakan penjumlahan dari tabungan swasta dan tabungan pemerintah yang jumlahnya tetap, maka meningkatnya tabungan swasta akan mengurangi tabungan pemerintah. Maka, pemotongan pajak tidak akan berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat di mana utang pemerintah pada masa ini akan menyebabkan peningkatan beban masyarakat pada masa yang akan datang.

pemerintah tidak mempengaruhi tabungan nasional dan akumulasi modal. Prinsip umumnya adalah bahwa utang pemerintah ekuivalen dengan pajak masa depan, dan jika konsumen secara memadai melihat ke depan, pajak ke depan ekuivalen dengan pajak saat ini. Maka, mendanai pemerintah dengan utang adalah ekuivalen bila mendanainya dengan pajak.

Kesimpulan penting dari Ricardian Equivalence adalah bahwa kebijakan defisit anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap perekonomian, termasuk di dalamnya tingkat konsumsi, investasi, suku bunga, dan tingkat harga. Utang pemerintah bersifat netral, tidak mempunyai efek terhadap suku bunga, investasi, perdagangan, inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB).

tersebut dipergunakan untuk belanja modal dan infrastruktur guna menunjang laju perekonomian, catatan yang lain adalah beban bunga utang seharusnya sama besar dengan pajak yang diterapkan di masa yang akan datang. Besaran utang sebaiknya di atur dan dijaga sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal 3 persen dan utang maksimal 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

C. Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan (Apridar, 2009: 81). Berdasarkan dari pengertian ekspor tersebut, maka kita dapat memahami bahwa kegiatan ekspor yang dilakukan oleh setiap negara bertujuan untuk meningkatkan pendapatan suatu negara, hal ini disebabkan karena kegiatan ekspor merupakan salah satu komponen pengeluaran agregat karena ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai. Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan

1. Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik yang umum dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith, teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari J.S Mill dan teori biaya relatif dari David Ricardo. Sedangkan teori faktor proporsi dari Heckscher dan Ohlin disebut teori modern.

a. Teori Klasik

1) Teori Keunggulan Absolut

Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memperoduksi atau melakukan impor jenis barang dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis. Atau dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor (mengimpor) suatu jenis barang, jika negara tersebut dapat (tidak dapat) memproduksinya

Sehingga teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan input, misalnya tenaga kerja, dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau daya saing.

2) Teori Keunggulan Komparatif

Munculnya teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan David Ricardo dapat dianggap sebagai kritik sekaligus upaya perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. J.S Mill beranggapan bahwa suatu negara akan berspesialisasi pada ekspor barang tertentu jika negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan berspesialisasi pada impor jika negara tersebut memiliki kerugian komparatif. Suatu negara akan melakukan ekspor jika barang dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan melakukan impor jika barang yang diproduksi sendiri membutuhkan biaya lebih besar atau mahal. Sedangkan pemikiran David Ricardo adalah perdagangan antara dua negara akan terjadi jika masing-masing negara memiliki biaya relatif terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Sehingga penekanan Ricardo adalah pada efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan.

b. Teori Modern (Teori H-O)

Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) disebut juga teori faktor proporsi (proportion factor) atau teori ketersediaan faktor (endowment

misalnya antara Indonesia dan AS terjadi karena opportunity cost antara kedua negara tersebut berbeda. Perbedaan biaya alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan jumlah dalam faktor produksi. Jadi karena faktor endowment yang berbeda, maka sesuai hukum pasar harga faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan AS. Jadi menurut teori H-O, suatu negara akan bespesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut, serta mengimpor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut (jumlahnya terbatas).

2. Faktor-faktor Penentu Ekspor Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto : (Mankiw, N. Gregory, 2003: 210)

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri

b. Harga barang-barang di dalam negeri dan luar negeri

c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing

d. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri

e. Ongkos angkutan barang antar negara

f. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional

Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar total output suatu negara. GDP merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi dalam suatu negara (Case & Fair, 2010:21).

Produk Domestik Bruto (Dornbusch, et al, 2008: 36) adalah nilai barang dan jasa akhir (final goods and services) yang diproduksi. Penekanan pada barang dan jasa akhir dilakukan untuk memastikan bahwa kita tidak melakukan penghitungan ganda. Dalam prakteknya, penghitungan ganda dihindari dengan menggunakan nilai tambah (value added). Dalam tiap tahapan pembuatan barang, hanya nilai tambah barang pada tahapan itu yang dihitung sebagai bagian dari PDB.

GDP (Gross Domestic Product) hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali. Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung GDP (Gross Domestic Product) hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali. Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung

1. Tipe GDP (Gross Domestic Product) menurut Case&Fair, 2010, yaitu :

a. GDP (Gross Domestic Product) dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. Gross Domestic Product nominal adalah GDP yang diukur dengan nilai uang saat ini. Semua komponen GDP dinilai pada harganya saat ini.

b. GDP (Gross Domestic Product) dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun, dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain. Angka-angka GDP (Gross Domestic Product) merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP (Gross Domestic Product) akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot. Menurut Case&Fair (2010:32) Gross Domestic Product riil

Produk Domestik Bruto riil dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu Negara, karena nilai PDB riil mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari tahun ke tahun berikutnya.

Gross Domestic Product

(GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis. Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.

2. Cara menghitung Produk Domestik Bruto (Case&Fair, 2010:24-30) :

a. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Empat kategori Pengeluaran : 1). Pengeluaran konsumsi pribadi (C) : belanja rumah tangga atas