PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG JANUARI 2011 BAB I PENDAHULUAN - PROPOSAL TESIS

  

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

MAPEL AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN METODE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) DAN

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF

  

DI SMA NEGERI 1 BANGSRI

  Dosen Pembimbing : Oleh :

  Nama : Amin Dwi Nugroho NIM : 0104510012 Prodi : KTP

  

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JANUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.[1] Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2] Pendidikan sebagai sebuah program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. [3] Di bidang pendidikan dan pengajaran siswa sebagai obyek dan sasaran utama bagi setiap guru sebagai salah satu komponen pendidikan.[4] Antara siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang tidak sama , ada siswa yang dengan cepat dan mudahnya mampu menyerap materi pelajaran, ada siswa yang membutuhkan waktu yang lama serta perlakuan kusus untuk memahami atau menguasai materi pelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar pada semua mata pelajaranatau mata pejaran termasuk mata pelajaran akuntansi.tidak semua materi akuntansi di ajarkan dengan model ceramah atau konvensional, pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting, demikian juga pemanfaatan media pembelajaran sangat mondorong siswa tertarik dan mudah menyerap pelajaran.

  Salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk memberikan pengalaman secara langsung adalah model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas pandangan kontruktivis yang menyatakan bahwa anak secara aktif membentuk konsep, prinsip dan teori yang disajikan kepadanya. Mereka mengolahnya secara aktif, menyesuaikan dengan skema pengetahuan yang sudah dimilki dalam struktur kogninifnya dan menambahkan atau menolaknya (Suparno 1997)

  1.2 Identifikasi Masalah

  Antara siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang tidak sama , ada siswa yang dengan cepat dan mudahnya mampu menyerap materi pelajaran, ada siswa yang membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan perlakuan khusus dari guru untuk dapat memahami atau menguasai materi pelajaran.Metode ceramah yang selama ini mendominasi dalam proses mengajar kurang efektif dan kurang bisa membangkitkan semangat dan kreativitas siswa dalam mengikuti pelajaran,sehingga prestasi belajarnya tidak seperti yang diharapkan sekolah.setiap materi pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda , maka pemilihan dan penerapan metode serta pemanfaatan media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dan juga punya peranan sebagaipenentu keberhasilan siswa dalam belajar. Disinilah metode dan media mempunyai peranan, yaitu menigkatkan kompetensi siswa terutama meningkatkan prestasi belajar bagi siswa Hal inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAPEL AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL STUDEN TEAMS ACHIENMENT DIVISION (STAD) DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF DI SMA NEGERI 1 BANGSRI”

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalahnya, maka dapat penulis rumuskan masalah : “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi melalui penerapan Metode Student teams Achievenment Divisions (STAD) dan pemanfaatan media pembelajaran inovativ di SMA Negeri 1 Bangsri.?”

1.4 Batasan Masalah

  Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut : “To overcome abstacle, to axarcise power, to strive to do something difficultas well and as quickly as possible” “ Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin” Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi nelajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, invormasi verbal, sikap dan ketrampilan.Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto ( 1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

  b. Pengertian Belajar Untuk memahami tentang pengertian belajar disini akan diawali dengan mengemukan definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar, sebagai berikut :

  1. Cronbach memberikan definisi : “ Learning is shown by a change in behavioras a resultof axprience” “ Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil atau pengalaman”

  2. Harold Spears memberikan batasan: “Learning is observe, to read, to initiate, to try samethingthemselve, to listen, to sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan”

  3. Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) mengatakan : “Learning is a change in performance as aresult of pratice” Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik

  Dari ketiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si sunyek belajar itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepdanya oleh lingkungan. Dengan demiklian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

  c. Pengertian Siswa Atau Peserta Didik Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melaui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal, in formal maupun non formal.

  Siswa adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam mungkin meskipun rela maupun tak rela mengeluarkan biaya, segala jerih payah dan lain- lain, agar mencapai masa depan yang cerah.

  d. Pengertian model pembelajaran STAD Studen Teams Achievenment Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, siswa ditempatkan dalam tm belajar beranggotakan orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku.Guru menmyajikan pelajaran kemudian siswabekerja dalam timuntuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah e. Pengertian Media Pembelajaran

  Media pembelajaran diartikan sebagai sesuatu benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana.

  1. Alat Peraga

  a) Pengertian alat peraga Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajarai.

  b) Fungsi alat peraga Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk meurunkan keabstrakan dari komsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut.

  2. Sarana

  a) Pengertian sarana Sarana juga merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan dpat memperlancar kegiatan belajar-mengajar. Contoh media pembelajaran papan tulis, computer, LCD, LK (Lembar Kerja),LT (Lembar Tugas),

  Adapun yang dimaksud Workshop dan media pembelajaran inovativ pada penelitian ini adalah suatu metode yang diberikan oleh seorang guru kepada siswa Kelas XII IPS di SMA Negeri 1 Bangsri yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar.

  Dari berbagai pengertian di atas, maka penelitian dengan judul : “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAPEL AKUNTANSI MELALUI METODE STUDENT TEAMS ACHIEVENMENT DIVISION DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF DI SMA NEGERI 1 BANGSRI” prestasi belajar siswa mata pelajaran Akuntansi yang dilakukan oleh seorang guru melalui workshop dan pemanfaatan media pembelajaran inovatif di SMA Negeri 1 Bangsri.

  1.5 Tujuan Penelitian

  Dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui hasil “ peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi melalui Metode student teams Achievenment Division (STAD) dan pemanfaatan media pembelajaran inovativ di SMA Negeri 1 Bangsri.”

  1.6 Kegunaan Penelitian

  Diharapkan dari penelitian ini akan memberikan kegunaan sebagai berikut:

  a. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas , khususnya guru SMA pengampu mata pelajaran Ekonomi/Akuntansi.

  b. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang nilai ulangannya bawahKKM(KriteriaKetuntasanMinimal).

  c. Sebagai bahan guna diadakan kajian dan pembahasan lebih lanjut, mendalam, dan lebih luas mengenai masalah atau tema yang sama bagi peningkatan mutu pendidikan .

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan tentang Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

  Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip- prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik (Sardiman, 2004:20). Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alas an bahwa dari struktur kognitif dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun penampilan seseorang.

  Menurut Slavin, dalam Anni (2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah seperti dalam teori belajar persepsi yang dikembangkan oleh Arthur Comb dalam Sutarto, dkk (1999:44) menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh cara-cara individu dalam menerima dirinya sendiri dengan lingkungannya. Selain itu, pengertian belajar menurut Morris L Bigge yang dikutip oleh dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Sedangkan menurut James O Wittaker masih dalam Darsono, dkk (2000:4) belajar dapat didefinisikan James O Wittaker masih dalam Darsono, dkk (2000:4) belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. Menurut W. S. Winkel dalam Darsono, dkk. (2003:4), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman-pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Menurut teori konstruktivisme, teori belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek didik belajar membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang dipelajari (Sardiman, 2004:38). Selain itu, belajar dapat diartikan juga sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar (Umar& La Sulo, 2005:51). Dengan demikian, belajar dapat dikatakan sebagai proses penting bagi perubahan perilaku bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang Beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses terjadinya suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi lingkungan baik lingkungan internal maupun eksternal.

  Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti siswa dengan seksama untuk memahami kualitas anak berpikir di dalam kelas. Deskripsi Piaget mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan pelajaran yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Strategi belajar yang dikembangkan dari teori Piaget ialah menghadapkan anak dengan sifat pandangan yang tidak logis. Anak sulit mengerti sesuatu pandangan yang berbeda dengan pandangannya sendiri (anak itu berkembang dari alam pandangan yang egosentris ke alam pandangan yang sosiosentris). Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget menekankan pada transmisi pengetahuan melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mendorong guru untuk bertindak sebagai katalisator dan siswa belajar sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan bukanlah meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungkbukanlah meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungk inan bagi anak untuk menemukan dan menciptakan kreativitas sendiri.

  Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada internal dalam berpikir, yakni proses pengolahan (processing) informasi (Anni, 2004:40). Dengan demikian hasil kinerja seseorang diperoleh dari hasil belajar dan tidak tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu mengolah informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. manusia yang bersifat hirarkis yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu manusia yang bersifat hirarkis yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu physiological needs, belongingness actualization (Mulyasa,2004:112). Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan akan makan, minum air, udara, dan actualization (Mulyasa,2004:112). Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan pemenuhannya mendesak kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan, misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu kebutuhan yang paling tinggi tingkatannya, misalnya seorang pemusik yang menciptakan komposisi musik Hubungan teori motivasi dengan pembelajaran adalah dapat digunakan sebagai pedoman, misalnya siswa yang kebutuhan fisiologisnya tidak terpenuhi dengan baik, maka akan memiliki kecenderungan merasa kekurangan bahkan tidak memiliki motivasi untuk belajar dan begitu juga apabila kebutuhan yang lain tidak terpenuhi. Berdasarkan teori motivasi tersebut, maka terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa. Diantaranya adalah : (Mulyasa,2004:114-115):

  1. Siswa akan belajar lebih giat jika topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya.

  2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan sehingga siswa mengetahui tujuan belajarnya, dan kemudian dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.

  3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya.

  4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diberikan.

  5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita, dan rasa ingin tahu siswa.

  6. Usahakan untuk selalu memperhatikan perbedaan siswa.

  7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan belajar mereka, sehingga mereka memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.

3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

  Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Untuk dapat tercapai suatu perubahan tingkah laku tersebut adalah tergantung pada berbagai factor yang mempengaruhinya. “Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah factor internal dan faktor eksternal.” (Anni, 2004:11). Yang termasuk faktor internal mencakup kondisi fisik (kesehatan, organ tubuh), kondisi psikis (kemampuan intelektual, emosional), dan kondisi sosial (kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan), sedangkan faktor eksternal antara lain seperti variasi dan derajat lingkungan), sedangkan faktor eksternal antara lain seperti variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus), yang dipelajari (direspon), suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut dengan pendekatan system dapat digambarkan sebagai berikut (Djamarah, 2002:142) : Kegiatan Belajar melalui Pendekatan Sistem Skema di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang diolah, dalam hal ini pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar berpengaruh juga faktor lingkungan environmental input) dan sejumlah faktor yang sengaja ditantang dan dimanipulasi (instrumental input) guna menunjang tercapainya output yang kehendaki.

  3.1.3. Pengertian Prestasi Belajar

  Menurut Afirin (1991:3) bahwa “ Prestasi adalah kemampuan, belajar suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan Environmental input Learning Teaching Process Selain itu, menurut Cronbach yang dikutip oleh Arifin (1991:4) bahwa “Kegunaan prestasi belajar adalah sebagai suatu umpan balik bagi pendidik dalam mengajar, untuk keperluan diagnosis, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan penempatan, untuk penentuan isi kurikulum, dan yang menentukan kebijakan di sekolah”

  Menurut Tu’u (2004:75), bahwa prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

  2. Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.

  3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar dengan memperoleh Kesimpulan dari uraian di atas adalah prestasi belajar merupakan hasil yang pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan tes.

  3.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yang yang mempunyai indikasi terhadap prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. “Faktor intern adalah suatu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu” (Djamarah, 2002:142) dalam bentuk nilai. Menurut Slameto (1998:54-71), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh bentuk nilai. Menurut Slameto (1998:54-71), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor intern yang meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologi intelegensi, perhatian (, bakat, minat, motif, kematangan, dan kelelahan). Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan keperluan keluarga), factor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dengan dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat). Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Salah satu usaha untuk mencapai hal itu adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”. Maksud utama belajar tuntas adalah usaha dikuasainya bahan oleh siswa yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas”(Nasution, 2000:36). Menurut Sardiman (2004:167), bahan tertentu secara tuntas”(Nasution, 2000:36). Menurut Sardiman (2004:167), belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum (basic learning objectives) dari suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas. Untuk dianggap tuntas diperlukan standar norma atau ketentuan yang tertentu. Dalam sistem pengajaran modul (2004), ditetapkan bahwa 85 % dari populasi siswa di dalam satu kelas harus menguasai sekurang- kurangnya 70% dari tujuan-tujuan instruksional yang akan dicapai atau siswa telah mendapat nilai minimal 70. Jadi, untuk siswa yang telah mencapai penguasaan sebesar 70% atau siswa telah mendapat nilai sebesar 70 maka siswa tersebut berarti sudah dianggap lulus.

2.2 Metode Pembelajaran

  Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha menciptakan interaksi dengan siswa, interaksi ini bertujuan untuk membuat siswa dapat belajar yang pada akhirnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Usaha guru untuk berinteraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, berbagai cara inilah yang disebut metode pembelajaran. Karena interaksi ini bertujuan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran, maka metode ini dapat diartikan juga suatu cara yang dipergunakan pembelajaran, maka metode ini dapat diartikan juga suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2002:76), karena itu penggunaan metode tidak sembarangan. Ketepatan metode sangat bergantung pada aspek berikut :

  a. Anak didik Anak didik mempunyai perbedaan-perbedaan dari segi biologis, individual dan psikologis. Dari segi biologis terdiri dari laki-laki dan perempuan, postur tubuh mereka ada yang tinggi, sedang dan ada pula yang pendek. Dari segi intelektual ada yang cerdas, sedang, kurang dan ada yang mempunyai kepribadian tertutup dan ada yang terbuka. Perbedaan -perbedaan tersebut mempengaruhi guru dalam pemilihan dan penggunaan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

  b. Tujuan Tujuan pembelajaran sangat beragam, hal itu mempengaruhi metode yang digunakan. Penggunan metode harus sejalan dengan isi atau kemampuan apa yang yang harus dikuasai anak didik sebagaimana tertuang dalam tujuan.

  c. Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Hal ini disesuaikan dengan sifat bahan dan kemampuan siswa.

  Dengan Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari demikian guru harus menyesuaikan metode dengan d. Fasilitas Fasilitas sangat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar, misalnya kurangnya fasilitas pengadaan buku referensi akan menghambametode latihan t guru menerapkan

  e. Guru Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda, ada guru yang suka bicara dan ada t guru menerapkan guru yang kurang suka bicara. Latar belakang guru pun berbeda, ada yang berlatar pendidikan guru dan ada yang bukan, hal ini mempengaruhi kompetensi. Guru yang berlatar belakang pendidikan guru mempunyai berbagai metode, karena memang sudah dibekali. Selain itu pengalaman mengajar juga mempengaruhi. Ketiga aspek mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode (Bahri, 2002:89-92).

2.2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

  Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar.

  Salah satu faktor penunjang dalam usaha peningkatan prestasi belajar adalah penggunaan metode dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu menerapkan penggunaan metode dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu menerapkan metode yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang maksimal. Menurut Nurhadi metode yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang maksimal. Menurut Nurhadi (2004:103) bahwa : Ada berbagai model pembelajaran yang memenuhi keriteria dalam mendukung pelaksanaan kurikulum 2004, antara lain adalah pendekatan kontekstual, pengajaran berbasis proyek, pengajaran berbasis kerja, PAKEM, Quantum Teaching & Quantum Learning, CBSA, serta pengajaran berbasis melayani.

  Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok kecil, dimana menurut Sartono (2003:32), “Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya”.

  Pada dasarnya semua pendekatan dan strategi belajar yang memberdayakan siswa merupakan suatu pendekatan dan strategi yang dianjurkan diterapkan dalam kurikulum 2004. tidak ada strategi dan pendekatan khusus yang dianjurkan, kecuali guru tidak menggunakan metode konvensional sebagai satu- satunya pilihan dalam metode pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112) bahwa :

  Dalam pendekatan konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

  a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. kelamin berbeda

  d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajarn dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi.

2.2.2 Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif

  Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur- unsur yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut, menurut Nurhadi (2004:12) adalah saling untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Sedangkan unsur-unsur metode pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2004:31) yaitu meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut akan dijabarkan sebagai berikut : a. Saling ketergantungan yang positif

  Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga tiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Keberhasilan kelompok tergantung dari usaha setiap anggota. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi kepada kelompok. Hal ini disebabkan pola penilaian yang unik, yaitu nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota.

  a. Tanggung jawab perseorangan nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota.

  b. Tanggung jawab perseorangan

  Siswa akan merasa bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Hal ini akibat dari pola penilaian cooperative learning. Pembagian tugas yang diketahui dengan mudah siswa tesebut dapat melaksanakan tugasnya atau tidak. Sehingga rekan-rekannya akan menuntutnya untuk melaksankan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

  c. Tatap muka Interaksi antar anggota aan menciptakan sinergi yang menguntungkan kepada semua anggota. Inti sinergi adalah mnghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota.

  d. Komunikasi antar anggota Setiap siswa perlu dibekali ketrampilan berkomunikasi yang efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaannya.

  Ketrampilan ini memerlukan proses panjang, namun siswa perlu menempuh proses ini untuk memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan mental dan emosional siswa.

  e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya siswa bisa bekerjasama dengan aktif. Cara penilaian prestasi dalam metode pembelajaran kooperatif dapat dilakuakan sebagai berikut (Hastuti, 2003:33):

  a. Kuis lisan 1) Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok 2) Kelompok mendiskusikan jawabannya 3) Guru menunjuk salah satu anggota kelompok untuk menjawab, sementara anggota kelompok tidak diperbolehkan membantu.

  b. Pekerjaan rumah kooperatif 1) Kelompok diminta menjawab pertanyaan atau meringkas pokok bahasan.

  2) Nilai ditentukan berdasarkan gabungan hasil kerja tiap kelompoknya.

  3) Seluruh kelompok menjawab pertanyaan yang sama kemudian membandingkan jawaban mereka pada pertemuan berikutnya dan menyerahkan 4) Guru memberikan bonus jika seluruh anggota kelompok mengerjakan pekerjaan rumah yang baik.

  c. Penghargaan kelompok Dalam memberikan skor individu dan skor kelompok dilakukan 2 tahap perhitungan sebagai berikut :

  1) Menghitung skor individu dan skor kelompok Skor yang diperoleh siswa digunakan untuk menentukan nilai perkembangan individu dan untuk menentukan skor kelompok. Perhitungan skor perkembangan kelompok. Langkah 1Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberikan skor dasar yang diperoleh dari nilai rata-rata kuis yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya. disetiap akhir kegiatan pembelajaran. Skor terkini dijadikan acuan untuk merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya dengan Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini. Skor ini diperoleh dari hasil tes yang diberikan guru disetiap akhir kegiatan pembelajaran. Skor terkini dijadikan acuan untuk merencanakan memperbaiki kelemahan yang ada pada kegiatan pembelajaran sebelumnya mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka. Dengan adanya skor perkembangan, guru bisa melihat sejauh mana usaha siswa untuk mencapai hasil yang lebih baik dari masa lalu. mereka. Dengan adanya skor perkembangan, guru bisa melihat sejauh mana usaha siswa untuk mencapai hasil yang lebih baik dari masa lalu. mereka. Dengan adanya skor perkembangan, guru bisa melihat sejauh mana usaha siswa untuk mencapai hasil yang lebih baik dari masa lalu.

  Skor perkembangan Poin Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 1-10 poin di bawah skor dasar 10 1-10 poin di atas skor dasar 20

  Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30 Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan sebagai berikut : a. Kelompok dengan rata-rata skor 15-19, sebagai kelompok baik (good team).

  b. Kelompok dengan rata-rata skor 20-24, sebagai kelompok hebat (great team).

  c. Kelompok dengan rata-rata skor diatas 25, sebagai kelompok super (super great team). Sedangkan menurut Lie (2002:32), hendaknya penilaian dilakukan dengan cara yang unik dimana setiap siswa mendapatkan nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas rata-rata mereka. Untuk itu, evaluasi dalam proses kerja kelompok dan hasil kerja sama perlu direncanakan oleh guru untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif.

  2.2.3 Pembelajaran kooperatif tipe STAD Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

  Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk mendekatkan pendekatan kooperatif”. Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah bahwa guru menyampaikan materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas 4 sampai 5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Beberapa komponen dalam pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut:

  1. Presentasi kelas Sebelum menyajikan materi, guru menekankan arti penting tugas kelompok dan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.

  Materi pelajaran yang disajikan sesuai dengan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Selama kegiatan ini, siswa diberi pertanyaan-pertanyaan dan guru memberi umpan balik terhadap jawaban-jawaban siswa.

  Penyajian materi dilakukan dengan menggunakan media, dengan metode ceramah dan diskusi serta tanya jawab. Siswa harus benar-benar memperhatikan materi yang disajikan, karena akan membantu siswa dalam mengerjakan tes/kuis. Nilai tes/kuis setiap siswa akan menentukan nilai kelompok.

  2. Tahap kegiatan kelompok Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor setiap kegiatan kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap kelompok untuk dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa mengerjakan tugas secara mandiri atau berpasangan, kemudian saling mencocokan jawaban dan saling memeriksa ketepatan jawaban dengan teman sekelompok. Jika ada anggota yang kurang memahami maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan kepada guru. Dalam metode pembelajaran ini siswa belajar secara kelompok yang akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep ekonomi yang sulit, bekerja sama, berpikir kritis, dan dapat membantu teman yang kurang memahami materi. Dalam Suparno (1996) Pieget juga mengemukakan bahwa lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran seseorang. Dalam perkembangan kognitif yang lebih rendah, pengaruh lingkungan sosial menjadi lebih berperan dengan teman dan berdiskusi bersama berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran anak. Pieget juga mengemukakan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun berbeda-beda kecepatannya. Oleh karena itu, guru mengatur kegiatan kelas dalam kelompok kelompok kecil.

  3. Tahap hasil tes belajar Setiap akhir pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap siswa tidak diijinkan untuk saling membantu satu sama lain selama mengerjakan tes. Setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk mengerjakan materi tes.

  4. Tahap perhitungan nilai perkembangan individu Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik bagi dirinya berdasarkan prestasi sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara individual pada tes yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual dari semester sebelumnya.

  5. Tahap penghargaan kelompok Setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota. Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa dalam STAD: a. Persiapan 1) Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan.

  2) Menetapkan siswa dalam kelompok.

  a) Meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas. beranggotakan4-5orang.

  c) Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam kemampuannya. 3) Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang telah lalu, atau nilai akhir siswa secara individual b. Tahap pembelajaran 1) Guru menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan TIK.

  2) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, diikuti dengan langkah dimana siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) atau tugas.

  c. Evaluasi mandiri dan penghargaan kelompok Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau kuis secara sendiri-sendiri. Setelah selesai guru memberikan skor individu dan skor tim yang kemudian diumumkan secara tertulis di papan pengumuman. Skor individu didapat dari nilai tes masing-masing siswa.

  Sedangkan skor tim didapat dari jumlah keseluruhan poin yang disumbangkan masing-masing anggota tim dibagi dengan jumlah anggota tim (Nur, 2000 : 31-35).

  

2.2.4 Kebaikan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD

  Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan cooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihan 1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.

  2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya. interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis. Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

  b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

  c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.

  d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

  e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.

  f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa.

  g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.

  h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. i. Meningkatkan kemampuan memandang amsalah dan situasi dari berbagai perspektif. j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Sedangkan keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut : a. Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.

  b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya. c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

  e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

  f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.

  g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama. Sampai saat ini metode pembelajaran kooperatif tipe STAD belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas yaitu :

  a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka diterapkan dalam grup.

  b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.

  c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.

  d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

  e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.

  Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut: a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet. b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.

  c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

  Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga penbelajaran koopertaif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

  Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.