hukum pidana penyertaan deelneming. ppt

Penyertaan
(deelneming)
AIRI SAFRIJAL, S.H., M.H
FH: UNMUHA

Pengertian
 Terlibatnya

lebih dari 1 orang dalam
1 tindak pidana (sebelum dan atau
pada saat tindak pidana terjadi)

Permasalahan
 Bagaimana

pertanggungjawaban
pidana dari orang-orang yang terlibat
itu?

Pasal yang mengatur
 Pasal


55, 56, 57 KUHP

Keterlibatan SSO dalam suatu tindak
pidana dapat dikatagorikan sebagai
1. Yang melakukan
2. Yang menyuruh melakukan
3. Yang turut melakukan
4. Yang menggerakkan/menganjurkan
untuk melakukan
5. Yang membantu melakukan

 No.

1 s.d. 4 dikatagorikan sebagai
“pelaku” (pembuat) (Pasal 55 KUHP):
- Pelaku: memenuhi semua unsur delik
- dianggap sebagai pelaku:
 memenuhi sebagian unsur delik
 sama sekali tidak memenuhi unsur delik

 Pidananya sama dengan pelaku
• No. 5 : pembantu (Pasal 56, 57 KUHP)

Bentuk-bentuk Penyertaan
1.
2.
3.
4.

Menyuruh melakukan (doen plegen/
middellijk daderschap)
Turut melakukan
(medeplegen/mededaderschap)
Menggerakkan (uitlokken,
uitlokking)
Membantu melakukan
(medeplichtigheid)

Menyuruh Melakukan
 SSO


punya kehendak untuk melakukan
TP, tetapi dia tidak melaksanakannya
sendiri melainkan menyuruh orang lain
untuk melakukannya

Yang menyuruh diancam pidana
sebagaimana seorang pelaku
- Yang disuruh (sebagai pelaku langsung,
pelaku materil): tidak (diancam) pidana
-

Orang yang disuruh melakukan
tidak dapat dihukum karena
dua sebab:

 1.

Orang tsb. sama sekali tidak melakukan
tindak pidana atau perbuatan yang dilakukan

tidak dapat dikualifikasi sebagai tindak pidana

 2.

Orang tsb. memang melakukan tindak
pidana tetapi ia tidak dapat dihukum karena
ada satu atau beberapa alasan penghapus
kesalahan

Contoh keadaan dimana Orang tsb.
sama sekali tidak melakukan tindak
pidana atau perbuatan yang dilakukan
tidak dapat dikualifikasi sebagai tindak
pidana
 Seorang

juru rawat yang sama sekali tidak
mengetahui bahwa obat yang diberikan
pada pasien atas perintah seorang dokter
adalah obat yang mengandung racun

 A meminta B untuk menukarkan uang
palsu; sedangkan B tidak tahu bahwa
uang itu palsu

Contoh keadaan-keadaan yang
membuat orang yang disuruh
melakukan tidak dapat dijatuhi
pidana karena ada alasan penghapus
kesalahan

 Orang

yang disuruh adalah orang tidak
dapat dipertanggungjawabkan karena
Pasal 44 KUHP
 Orang yang disuruh berada dalam
keadaan daya paksa (overmacht)
 Orang yang disuruh melakukan perintah
jabatan yang tidak sah tapi dengan itikad
baik ia mengira bahwa perintah itu sah


Doenplegen dalam hal Delik
Jabatan

 Apabila

seorang pegawai negeri menyuruh
orang yang bukan pegawai negeri untuk
melakukan TP yang diatur dalam bab
XXVIII:
 Apakah yang menyuruh dapat dipidana?
- dapat
 Apakah yang disuruh dapat dipidana?
- tergantung: apakah ybs. mengetahui atau
tidak bahwa yang menyuruhnya adalah
pegawai negeri--- kalau dia mengetahui
tapi tetap melakukan berarti dapat
dipidana, sekaligus artinya adalah tidak
terjadi menyuruh melakukan


…..lanjutan
 Apabila

seorang yang bukan pegawai
negeri menyuruh seorang pegawai negeri
untuk melakukan delik jabatan:
- Pendapat van Hamel, Simons (para
sarjana yang klasik): tidak mungkin terjadi
konstruksi seperti itu karena yang
menyuruh harus memenuhi kualitas pelaku
- Pendapat Jonkers, Vos (para sarjana yang
lebih modern) dan HR: mungkin saja
seorang bukan pegawai negeri menyuruh
seorang pegawai negeri

Turut Melakukan
 Beberapa

orang bersama-sama
melakukan TP

 Kemungkinannya:
 Semua dari mereka yang terlibat, masingmasing memenuhi semua unsur TP
 Ada yang memenuhi semua unsur; ada
yang memenuhi sebagian saja, bahkan
ada yang sama tidak memenuhi unsur
delik
 Semua hanya memenuhi sebagiansebagian saja unsur delik

Syarat Turut Melakukan
Ada kerja sama secara sadar
tidak perlu ada kesepakatan, tapi harus
ada kesengajaan:
- untuk bekerja sama, dan
- untuk mencapai hasil yang berupa TP
2. Ada pelaksanaan bersama-sama secara
fisik (tidak dalam arti bahwa para peserta
harus bersama-sama berada di lokasi
kejadian)
1.


Pemidanaan pada Turut
Melakukan
 Setiap

sama

peserta diancam pidana yang

Menggerakkan/Menganjurkan/Memb
ujuk


SSO punya kehendak untuk melakukan TP,
tetapi tidak melakukannya sendiri, melainkan
menggerakkan orang lain utk melaksanakan
niatnya itu

Syarat-syarat Penggerakkan yang dapat
dipidana:


Ada kesengajaan menggerakkan orang lain
untuk melakukan TP

Menggerakkan dengan upaya-upaya yang ada
dalam Pasal 55 ayat (1) butir ke-2: pemberian,
janji, penyalahgunaan kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancaman kekerasan, tipu
daya, memberi kesempatan, alat , keterangan


…..Lanjutan
 Ada

yang tergerak untuk melakukan TP
akibat dengan sengaja digerakkan
dengan upaya-upaya dalam Pasal 55
ayat (1) butir ke-2 KUHP
 Yang digerakkan melakukan delik yang
dianjurkan atau percobaannya (catatan:
Pasal 163)

 Yang digerakkan dapat
dipertanggungjawabkan menurut
hukum pidana

Pemidanaan terhadap Penggerak
(Uitlokker) Psl 163 KUHP
 Diancam

pidana yang sama dengan
pelaku langsung (yang
digerakkan/uitgelokte), pada:

penggerakan yang berhasil
(geslaagde uitlokking)

penggerakan yang sampai pada
taraf percobaan yang dapat dipidana
(uitlokking bij poging)

Batas Pertanggungjawaban Seorang
Penggerak (Pasal 55 ayat (2))
 Hanya

sebatas perbuatan yang dengan
sengaja digerakkan oleh penggerak,
beserta dengan akibatnya
 Yang dimaksud dengan akibat adalah akibat
obyektif yang dapat menyebabkan
diperberatnya pidana yang akan dijatuhkan
(Mis. Ayat (3) Pasal 351 KUHP)
 Tidak dipersyaratkan bahwa penggerak
telah mengetahui terlebih dahulu akibatakibat yang akan terjadi. Ia juga
bertanggungjawab atas akibat yang tidak
dapat diketahui atau diramalkannya

Pertanggungjawaban
Seorang Penggerak
A

mengajak B untuk memukul C dengan
sebatang kayu. Akan tetapi B tidak
memukul C dengan kayu, malahan
menusuk C dengan sebilah pisau
 Bagaimana pertanggungjawaban A?

Membantu Melakukan
(Pasal 56, 57 KUHP)







Harus dilakukan dengan sengaja
Menurut Pasal 56, ada 2 jenis:
1. Membantu sebelum TP dilakukan
sarananya: kesempatan, daya upaya (alat),
keterangan
2. Membantu pada saat TP dilakukan
sarananya: boleh apa saja
Yang dipidana hanya membantu melakukan
kejahatan (lihat Pasal 56 dan Pasal 60 KUHP)
Ancaman pidana maksimal bagi seorang
pembantu: pidana bagi pelaku kejahatan
dikurangi 1/3-nya
Note: Pada beberapa UU Khusus, ancaman
pidana
bagi seorang yang membantu
melakukan
sama dengan pelaku

Batas Pertanggungjawaban
seorang yang membantu
melakukan TP
(Pasal 57 ayat (4)
 Hanya terbatas pada perbuatan yang
dengan sengaja dimudahkan oleh
pembantu; beserta dengan akibatnya

Perbedaan antara Menyuruh
Melakukan dengan
Menggerakkan
 Menyuruh Melakukan


Sarana
menggerakkan tidak
ditentukan



Pelaku langsung tidak
dapat
dipertanggungjawabk
an



Menggerakkan



Sarana
menggerakkan
ditentukan secara
limitatif
Pelaku langsung
dapat
dipertanggungjawabk
an



Perbedaan Turut Serta dengan
Pembantuan (pada saat TP
dilakukan)


Turut Melakukan
# Mnrt ajaran obyektif:
Perbuatannya
merupakan perbuatan
pelaksanaan
(uitvoeringshandeling)



Membantu Melakukan
# Mnrt ajaran obyektif:
Perbuatannya merupakan
perbuatan yang
membantu/menunjang

# Menurut ajaran
subyektif:
- kesengajaan ditujukan
untuk terwujudnya delik

# Menurut ajaran
subyektif:
- Kesengajaannya hanya
untuk memberi bantuan
saja pada orang lain

….lanjutan


Turut melakukan



Membantu melakukan

- Harus ada kerja
sama yang disadari

-

Tidak harus ada kerja
sama yang disadari

- Mempunyai
kepentingan/tujuan
sendiri, yaitu
terwujudnya delik

-

Tidak mempunyai
kepentingan/tujuan
sendiri

Perbedaan Menggerakkan
dengan Membantu Sebelum TP
Terjadi

Menggerakkan
Keterangan, sarana,
kesempatan
digunakan oleh
penggerak untuk
menimbulkan
kehendak melakukan
TP pada pelaku
langsung


Membantu
Keterangan, sarana,
kesempatan
digunakan oleh
pembantu untuk
memberikan bantuan
pada pelaku langsung


SEKIAN
DAN
TERIMAKASJH