Kajian Produktivitas Padi Sawah Sistem I

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai kendala yang dihadapi saat ini dalam upaya
peningkatan produksi beras di Kabupaten Kutai
Kartanegara, diantaranya konversi lahan sawah subur
yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim
(anomali iklim), paket teknologi yang tidak spesifik
lokasi, dan penurunan kualitas sumberdaya lahan
(soil sickness), serta menurunya minat pemuda untuk
bertani (khususnya padi sawah)
Jika kondisi ini tidak segera diatasi bukan tidak
mungkin akan berdampak terhadap penurunan
produktivitas padi.

• Salah satu paket teknologi yang dapat digunakan untuk
peningkatan produktivitas padi di Kutai Kartanegara
adalah melalui integrated crop management atau
pengelolaan tanaman padi secara terpadu (PTT).
• Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(2007) dalam budidaya tanaman padi dengan program
ICM ini menggunakan paket-paket teknologi secara

terintegrasi diantaranya :
1) Penggunaan varietas padi unggul,
2) penggunaan benih bersertifikat,
3) penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi,
4) penggunaan kompos sebagai bahan organik dan atau
pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah,

5) Melakukan pengelolaan bibit dan tanaman padi melalui :
a) pengaturan tanam sistem legowo, tegel maupun sistem
tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan
populasi minimum;
b) penggunaan bibit dengan daya tumbuh serempak yang
diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi
penuh;
c) penanaman bibit umur muda (< 20 H) dengan 1-3 bibit
perlubang;
d) pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan
e) pengendalian gulma;
6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekataan
terpadu, dan

7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis ataupun mesin.

• Dalam rangka untuk menguji pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) guna meningkatkan
produktivitas padi sawah di Kab. Kutai
Kartanegara maka Balitbangda Kukar melalui
APBD 2012 melaksanakan penelitian dengan
Judul :

1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan
dan produksi padi sawah yang diberikan
paket Integrated crop management dengan
cara yang dilakukan petani
2. Bagaimana kelayakan usaha tanaman padi
sawah yang diberikan perlakuan integrated
crop management
2. Bagaimana penerapan integrated crop
management di beberapa sentra produksi
padi di kukar


1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbandingan pertumbuhan dan
produktifitas padi sawah menggunakan sistem
integrated Crops Managemen dan hasil petani
2. Melakukan analisis kelayakan usaha tani padi sawah
dengan sistem Integrated Crop management (ICM)
dalam rangka menghitung nilai ekonomi (pendapatan)
yang diperoleh bila petani menggunakan sistem ICM
3. Melakukan kunjungan (observasi) ke petani untuk
mengetahui penerapan sistem integrated crop
management di beberapa sentra produksi padi sawah
di Kutai Kartanegara

1.4. Output/Keluaran

1. Menemukan perbandingkan hasil pertumbuhan dan
produksi padi sawah yang menggunakan sistem ICM
dengan sistem petani
2. Diperoleh hasil perhitungan kelayakan usaha tani padi

sawah sistem ICM dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat tani
3. Diperoleh
informasi
tentang
perkembangan
implementasi sistem integrated crop management
dibeberapa sentra produksi padi di Kutai Kartanegara

II. Tinjauan Pustaka
• Tanaman padi dapat hidup baik di daerah :

a. berhawa panas dan banyak mengandung uap air,
b. memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan,
c. curah hujan rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan,
d. curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 2000 mm,
e. suhu berkisar antara 19-27°C dengan suhu optimum 23,
f. ketinggian tempat 0 -1500 m dpl ( Muis, et al., 2008).


• Padi sawah ditanam di tanah berlempung
atau tanah yang memiliki lapisan keras 30
cm di bawah permukaan tanah.
• Menghendaki tanah lumpur yang subur
dengan ketebalan 18-22 cm.
• Kemasaman tanah (pH) 4,0-7,0.

Hasil pengkajian di beberapa tempat :
a. Dengan PTT produktivitas padi meningkat sebesar 19,3 %
- 24,5 % (sekitar 1 -2 ton lebih tinggi),
b. Hasil uji coba yang dilakukan Fagi et al (2003), PTT dapat
meningkatkan produktivitas padi 7,1 % s/d 38,4 %
sehingga petani dapat memperoleh keuntungan sebesar
35 – 50 % di banding cara yang biasa.
c. Berdasarkan kajian Balai Pengajian Teknologi Pertanian
(2010), PTT telah mampu berkontribusi secara nyata pada
produksi padi nasional.

Sistem PTT menggunakan beberapa tindakan agronomi diantaranya
menggunakan sistem tanam legowo, jumlah bibit pindah 1-3 dan umur

pindah tanam kurang dari 20 hari.
Beberapa hasil penelitian terkait dengan 3 sistem tersebut menunjukkan hasil
sebagai berikut :
a.

Suhendrata (2008) mengemukakan bahwa dengan menggunakan sistem
tanam jajar legowo 2:1 dapat meningkatkan produksi antara 560 – 1.550
kg ha-1 dibandingkan dengan taman sistem tegel dengan jarak tanam 20
x 20 cm.

b.

Habibie (2011), penggunaan jumlah bibit perlubang tanam berkolerasi
dengan produksi akhir tanaman, penggunaan 1 bibit perlubang tanam
dapat meningkatkan produktivitas individu karena mengurangi tingkat
persaingan antar tanaman,

c.

Wahyudi (2012) perlakuan umur pindah tanam 15 hari setelah semai di

anjurkan pada tanaman padi, karena dapat meningkatkan hasil gabah
kering giling.

III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Kajian
Penelitian dilaksanakan selama lima (5) bulan sejak bulan Juni sampai
dengan November 2012

Lokasi penelitian dilakukan pada lahan eks kegiatan Penas Nasional
Kontak Tani-Nelayan Andalan (Penas KTNA) di desa Perjiwa, Kecamatan
Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara

3.2. Bahan dan Alat
Benih padi varietas Inpari 14, pupuk kandang, urea, SP-36, Gramaxone
(Herbisida), insektisida menggunakan tetrin (ulat) dan Chix (walang
sangit).
Alat yang digunakan cangkul, handtraktor, pompa air, Handprayer,
Bagan Warna daun (BWD), meteran, papan nama, camera dan alat
tulis-menulis


3.3. Metode :
1. Eksperimental Design (Rancangan Acak
Kelompok Univariat/non faktorial)
* Terdiri atas 9 perlakuan
* 3 ulangan
* Analisis dengan uji F
* Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%
2. Deksriptif (hasil Observasi)

Rancangan Penelitian
Tabel 1. Perlakuan ICM) atau Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Simbol

Jarak Tanam

Umur
Bibit

Dosis
Jumlah Pupuk

Var.
Bibit
Kandang Inpari
t ha-1

Kontrol Tegel 20 cm x 20 cm

17 HSS

3

-

14

PTT 1

Tegel 20 cm x 20 cm

15 HSS


1

1

14

PTT 2

Legowo 2 : 1

15 HSS

1

1

14

PTT 3


Tegel 20 cm x 20 cm

15 HSS

2

1

14

PTT 4

Legowo 2 : 1

15 HSS

2

1

14

PTT 5

Tegel 20 cm x 20 cm

15 HSS

1

2

14

PTT 6

Legowo 2 : 1

15 HSS

1

2

14

PTT 7

Tegel 20 cm x 20 cm

15 HSS

2

2

14

PTT 8

Legowo 2 : 1

15 HSS

2

2

14

3.4. Peubah yang diamati








Analisis Tanah
Tinggi Tanaman
Jumlah anakan maksimum
Jumlah Anakan Produktif
Hasil GKG ha-1
Kelayakan Usaha sistem ICM
Implementasi Budidaya Padi di beberapa
Kecamatan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisis Tanah
Sifat Tanah yg diukur

Nilai Analisis
2,41
0,22
11
17,2
42,3
21

C (%)
N-Total (%)
C/N
P2O5HCl (mg/100 gram)
P2O5 Bray I (ppm)
P2O5 Olsen (mg/100 gram)
K2O HCl 25 % (mg/100 gram)
KTK (meq/100 gr)
Susunan Kation
K (meq/100 gr)
0,23
Na (meq/100 gr)
0,11
Mg (meq/100 gr)
3,39
Ca (meq/100 gr)
7,32
Kejenuhan Basa (%)
52
Aluminium (%)
9
Kriteria berdasarkan Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

Kriteria
Sedang
Sedang
Sedang

Sedang
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Rendah

pH Tanah
Sifat Tanah
pH H2O
pH KCl

Hasil
Analisis
5,3
4,8

Kriteria
Masam
Agak masam

Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 20 HST, 40 HST,
dan 60 HST

Sumber
Keragaman

DB

F Hitung

F Tabel

20 HST

40 HST

60 HST

5%

1%

Kelompok

2

0,57 tn

1,78 tn

1,26 tn

3,63

6,23

Perlakuan

8

1,54 tn

1,84 tn

1,02 tn

2,59

3,89

Galat

16

-

-

-

-

-

Total

26
6,63 %

4,95 %

5,26 %

KK

Keterangan : KK = koefisien keragaman;
db = derajad bebas; tn = tidak berpengaruh nyata
(nilai F hitung < F Tabel 5 % dan 1 %)

Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman padi pada umur 20 HST, 40 HST, dan 60 HST

Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan
KONTROL
PTT 1
PTT 2
PTT 3
PTT 4
PTT 5
PTT 6
PTT 7
PTT 8

20 HST
47,24 a
40,07 a
43,09 a
45,55 a
44,27 a
43,60 a
42,99 a
42,59 a
45,51 a

40 HST
76,14 a
74,07 a
69,90 a
79,00 a
74,70 a
72,21 a
75,56 a
72,71 a
78,15 a

60 HST
84,84 a
80,77 a
80,44 a
86,46 a
85,41 a
85,21 a
87,99 a
86,00 a
84,61 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5 %

100
90
PTT 1

80
PTT 2
70

PTT 3

60

PTT 4

50

PTT 5
PTT 6

TT
(cm)

40
PTT 7
30
PTT 8
20

Kontrol

10
0
20

40

60

Umur Pengamatan Tinggi Tanaman (HST)
Gambar 1. Rata-rata penambahan tinggi tanaman per 20 hari setelah
tanam (HST)

Tabel 6. Analisis sidik ragam jumlah anakan maksimum padi sawah

Sumber
Keragaman

DB

Jumlah
Kuadrat

F Tabel

Kuadrat
Tengah

F Hitung

5%

1%

Kelompok

2

9,91

1,96

1,64 tn

3,63

6,23

Perlakuan

8

151,09

18,89

6,29 **

2,59

3,89

16
26
10,07 %

48,21

3,01

Galat
Total
KK

Keterangan : KK = koefisien keragaman; db = derajad bebas; tn = tidak
berpengaruh nyata (nilai F hitung < F Tabel 5 % dan 1 %);
** = sangat berpengaruh nyata (nilai F hitung > F Tabel 5 %
dan 1 %)

Tabel 7. Hasil uji beda nyata jujur (BNJ 5 %) jumlah anakan maksimum

Perlakuan

KONTROL
PTT 1
PTT 2
PTT 3
PTT 4
PTT 5
PTT 6
PTT 7
PTT 8

Rata-rata
jumlah anakan
maksimum
19,20
18,53
13,73
19,80
14,93
18,47
15,30
20,37
14,87

Notasi BNJ 5 %
(5,04)

bc
abc
a
bc
ab
abc
ab
c
ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf notasi yang sama tidak
berbeda nyata satu dengan yang lainnya pada uji BNJ 5 %

Tabel 8. Hasil analisis sidik ragam jumlah anakan produktif
Sumber
Keragaman

DB

Jumlah
Kuadrat

Kelompok

2

10,87

5,44

Perlakuan

8

34,67

4,33

Galat

16

18,44

1,15

Total

26

64,56

KK

Kuadrat
F Hitung
Tengah

F Tabel

5%

1%

4,72 *

3,63

6,23

3,76 *

2,59

3,89

11,50 %

Keterangan : KK = koefisien keragaman; db = derajad bebas;
* = berpengaruh nyata (nilai F hitung > F Tabel 5 %)

Tabel 9. Hasil uji beda nyata jujur (BNJ) jumlah anakan produktif

Perlakuan
KONTROL
PTT 1
PTT 2
PTT 3
PTT 4
PTT 5
PTT 6
PTT 7
PTT 8

Rata-rata
Notasi Uji BNJ 5 %
jumlah anakan produktif
(3,11)
10,50
ab
9,07
ab
8,33
ab
9,67
ab
7,77
a
10,73
ab
8,77
ab
10,90
b
7,97
ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf notasi yang sama tidak
berbeda nyata satu dengan yang lainnya pada uji BNJ 5 %

Tabel 10. Porsentase (%) jumlah anakan maksimum yang
menjadi anakan produktif
Perlakuan
Kontrol
PTT 1
PTT 2
PTT 3
PTT 4
PTT 5
PTT 6
PTT 7
PTT 8
Rata-rata

Rata-rata
jumlah anakan
maksimum
19,20
18,53
13,73
19,80
14,93
18,47
15,30
20,37
14,87
17,24

Rata-rata
jumlah anakan
produktif
10,50
9,07
8,33
9,67
7,77
10,73
8,77
10,9
7,97
9,33

Porsentase (%)
54,70
48,90
60,70
48,80
52,00
58,10
57,30
53,50
53,60
54,20

Tabel 11. Sidik ragam hasil gabah kering giling (GKG) tanaman
padi sawah
Sumber
Keragaman

DB

Jumlah Kuadrat
F Hitung
Kuadrat Tengah

F Tabel
5%

1%

Kelompok

2

0,76

0,38

0,88 tn

3,63

6,23

Perlakuan

8

10,19

1,27

2,94 *

2,59

3,89

Galat

16

6,94

0,43

Total

26

17,89

KK

14,99 %

Keterangan : KK = koefisien keragaman; db = derajad bebas; tn = tidak
berpengaruh nyata; * = berpengaruh nyata (nilai F hitung > F
Tabel 5 %)

Tabel 12. Hasil uji beda nyata jujur (BNJ 5 %) GKG (t ha-1)

Perlakuan
KONTROL
PTT 1
PTT 2
PTT 3
PTT 4
PTT 5
PTT 6
PTT 7
PTT 8

Rata-rata
Hasil produksi ( t ha-1)
4,34
3,18
4,96
4,13
5,21
4,17
4,13
4,19
5,25

Notasi Uji BNJ 5 %
(1,91)
ab
a
ab
ab
b
ab
ab
ab
b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf notasi yang sama tidak berbeda
nyata pada uji BNJ 5 %

• Kelayakan Usaha Padi Sistem ICM

Implementasi Teknologi Petani
• Secara umum petani telah mengenal istilah Pengelolaan
Tanaman Terpadu, namun umumnya petani hanya
mengenal PTT tetapi belum memiliki paket teknologi PTT
spesifik lokasi.

• misalnya ada yang menanam menggunakan legowo 2:1
dan ada pula legowo 4:1, ada yang menanam
menggunakan tegel dengan jarak tanam yang bervariasi 40
cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, dan 25 cm x 25 cm, ada yang
menggunakan bibit 4-5 rumpun untuk ditanam di lahan
sawah, ada pula yang menggunakan penanaman bibit
dengan terlebih dahulu disemai di wadah tertentu
kemudian setelah tumbuh dipindahkan 1 sampai 2 bibit ke
lahan sawah, umur pindah bibit umumnya 17 HSS, 20 HSS,
bahkan ada yang lebih dari 20 HSS misalnya 25 HSS.

• Varietas yang umum digunakan oleh petani
diantaranya ciboga, ciherang, inpari 13 dan 15
(Tenggarong seberang dan anggana),
Ciherang, IR 64, Inpari, dan Mikongga (Muara
Jawa/muara kembang), ciherang, inpari, dan
cibogo (Muara kaman), IR 64 (Tabang), dan
Ciboga, Inpari, Mayas, dan Pandan Wangi
(Kenohan)

• Dalam proses pemupukan petani sawah di wilayah penelitian
menggunakan pupuk Urea, dan NPK (Phonska) dengan dosis yang
bervariasi :
• Urea 100 kg/ha dengan Phoska 50 kg/ha (Tabang),
• Urea 100 kg/ha tanpa pupuk lainnya (Kahala),
• Urea 100 kg + NPK Pelangi 250 kg/ha, Phoska 75 kg/ha + Urea 100
kg/ha (Muara Kaman),
• Urea 100 kg/ha dan phoska 100 kg/ha (Tenggarong Seberang) .
• Dari sebagian besar petani yang diwawancarai hanya ada satu
petani yang menggunakan pupuk organik dalam budidaya tanaman
padi sawah, yaitu Saudara Wiji Petani Muara Kaman yang
menggunakan Petroganik setiap penanaman padi sawah.
berdasarkan hasil wawancara penambahan bahan organik ini dapat
meningkatkan produksi 5 kwintal sampai 1 ton/ha. sebagian besar
petani di wilayah penelitian belum memanfaatkan jerami untuk
pupuk organik yang dikembalikan ke lahan sawah.



Hama yang paling banyak menyerang tanaman
padi sawah di wilayah penelitian adalah tikus, walang
sangit, ulat dan belalang dan umumnya petani
menggunakan bahan insektisida untuk mengatasi hal
ini, yaitu tetrin dan spontan untuk walang sangit 2
cc/liter, buldok 2 cc/liter untuk ulat dan serangga,
timex, klerat untuk mengatasi tikus.

Berdasarkan hasil wawancara petani diperoleh
informasi bahwa Hasil rata-rata produksi GKG per ha
tanaman padi di wilayah penelitian, yaitu 2 ton/ha
(Kahala), 4,5 ton/ha (Tabang), 5 ton/ha (Bukit
Pariaman), 4 ton/ha (Muara Jawa/muara kembang),
dan 4,5 ton/ha (anggana), 5-6 ton/ha (Muara kaman).

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
• Perlakuan Integrated Crop Management (ICM) khususnya
PTT 8 memberikan produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan yang non PTT (Kontrol) masing-masing
5,25 t ha-1 dan 4,34 t ha-1 berarti ada peningkatan produksi
0,9 ton ha-1 atau 17,33 %.
• Hasil GKG ha-1 Sistem tanam legowo, yaitu PTT 2 (4,96 t ha-1),
PTT 4 (5,21 t ha-1), PTT 6 (4,13 t ha-1) , dan PTT 8 (5,25 t ha-1)
memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan perlakuan
PTT sistem tegel, yaitu PTT 1(3,18 t ha-1); PTT3 (4,13 t ha-1);
PTT 5 (4,17 t ha-1) , dan PTT 7(4,19 t ha-1).

• Sistem ICM dengan perlakuan PTT 8 (model
tanam legowo, 2 bibit per lubang tanam, 2 t ha-1
pupuk kandang, umur pindah bibit 15 HSS, dan
pupuk urea 156,33 kg ha-1, SP-36 sebanyak
208,88 kg ha-1) memberikan keuntungan per ha
sebesar Rp. 16.171.057 (Enam Belas Juta Seratus
Tujuh Puluh Satu Ribu Lima Puluh Tujuh Rupiah)
bila dibandingkan dengan kontrol keuntungan
petani hanya Rp. 13.002.557 (Tiga Belas Juta Dua
Ribu Lima Ratus Lima Puluh Tujuh Rupiah)
sehingga memberikan peningkatan pendapatan
sebesar 20 %.

• Paket teknologi yang digunakan petani di
kukar pada tanaman padi sebagian besar
belum menggunakan pupuk organik, dan
belum menerapkan dosis pupuk spesifik lokasi

5.2. Rekomendasi
1. PTT 8 dengan sistem jarak tanam legowo 2:1; 2 (dua) bibit
per lubang tanam; 2 ton/ha pupuk kandang; umur pindah
bibit 15 HSS; dan pupuk urea 156,33 kg/ha; SP-36 208,88
kg/ha dapat digunakan untuk budidaya tanaman padi sawah
di lokasi eks penas
2. atau menggunakan PTT 4 dengan sistem jarak tanam legowo
2:1; 2 (dua) bibit per lubang tanam; 1 ton/ha pupuk kandang,
umur pindah bibit 15 HSS; pupuk urea 156,33 kg/ha, SP-36
208,88 kg/ha
3. kedua perlakuan tersebut dapat direkomendasikan untuk
digunakan, karena dapat meningkatkan produksi dan memiliki
kelayakan usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani dan mendukung ekonomi petani.

2. Disarankan perlu menemukan paket Teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
padi
sawah spesifik lokasi di beberapa kecamatan
penghasil padi di Kutai Kartanegara yang
nantinya dapat dijadikan rekomendasi dalam
pemberian teknologi (input) pada lahan sawah
(padi) guna untuk meningkatkan produksi dan
meningkatkan pendapatan (ekonomi) petani.