Kadar Logam Berat Timbal Pb pada Akar Ma (1)

Jurnal Mina Laut Indonesia

Vol. 01 No. 01

(38– 48)

ISSN : 2303-3959

Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina
di Perairan Teluk Kendari
Heavy Metal Acumulattion of Lead (Pb) of Mangrove Avicennia marina Roots
in Kendari Bay
Deri *), Emiyarti **) dan La Ode Alirman Afu ***)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232
e-mail : * erioder@yahoo.com, ** emiyarti@ymail.com dan ***alirmanotsudari@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012 dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat
Timbal (Pb) pada akar mangrove jenis A. marina di perairan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Penentuan
stasiun pengamatan dilakukan secara purposive sampling berdasarkan lokasi atau daerah yang memiliki jenis

mangrove A. marina . Parameter yang diukur meliputi parameter fisika yakni suhu, parameter kimia yaitu
salinitas dan pH dan sampel air, sementara pada parameter biologi yaitu akar mangrove A. marina .
Analisis logam Timbal (Pb) dilakukan di Laboratorium Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric ). Hasil
pengukuran parameter fisika-kimia perairan dari ke tiga stasiun nilai suhu tertinggi terdapat di stasiun I dengan
kisaran 24-280C dan suhu terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran 22-240C. Kisaran salinitas tertinggi
berada di stasiun III yaitu 5-12 ppt, diikuti dengan stasiun II dan I berturut-turut 3-10 ppt dan 3-9 ppt. Untuk pH
hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran nilai dari tiap stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut
stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar antara 3-6. Selanjutnya kadar logam berat Timbal
(Pb) pada akar A. marina dari ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada pada stasiun III yaitu
0,007-0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kadar logam berat Timbal
(Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
logam berat Timbal Pb pada akar A. marina telah melewati ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut
yang ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 tahun 2004 yaitu 0,008 mg/L.
Kata Kunci : Mangrove, Avicennia marina , logam timbal (Pb)

Abstract
Heavy metal accumulation of Lead (Pb) in mangrove Avicennia marina roots in Kendari bay was examined from
May-June 2012. Purposive sampling was selected to determine sampling stations. Several phisyco-chemical
parameters (temperature, salinity, pH, level of Pb) and biology (roots of A. marina ) were analyzed. Pb

examination was conducted in Laboratory of Health of Makassar, South Sulawesi using Atomic Absorption
Spectrophotometric (AAS). Results showed that the highest temperature was monitored in station I and the
lowest was in station III ranging 24-280C and 22-240C respectively. The highest salinity level was found in
station III that reached 5-12 ppt, followed by station II and I namely 3-10 ppt and 3-9 ppt. Moreover, pH analysis
showed that there was significantly difference in which station I was 6, station II was 5-7 and station III was 3-6.
Meanwhile, the highest level of Pb observal in A. marina roots was in station III reaching 0,007-0,023 mg/L
followed by station II ranged 0,005–0,013 mg/L and station I with the range of 0,005–0,010 mg/L. The study
revealed the level of Pb in A. marina roots exceeded the determined standard 0,008 mg/L based on Decree of
Ministry of Environment No. 51 2004 to support marine biota.
Key words: Mangrove, Avicennia marina , metal lead (Pb)

Pendahuluan
Upaya pemanfaatan wilayah pesisir
hingga saat ini telah menunjukkan peningkatan
yang tinggi dalam rangka menunjang ekonomi
negara dan kesejahteraan masyarakat. Upayaupaya pemanfaatan ini diantaranya melalui
kegiatan
pencucian
kendaraan bermotor,
perdagangan, pemukiman, pembuangan sampah,

jasa transportasi laut dan industri. Dilain pihak,

telah disadari bahwa beberapa daerah pesisir
telah menunjukkan adanya gejala kerusakan
lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia
dalam upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah
pesisir.
Perairan pesisir merupakan salah satu
dari lingkungan perairan yang banyak mendapat
pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal
dari daratan maupun di laut lepas. Kenyataannya
perairan pesisir dalam menampung dan mengurai
38

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

limbah
yang
terbatas
menimbulkan

penumpukkan limbah yang lambat laun
menimbulkan pencemaran.
Berkaitan dengan tingkat pencemaran di
wilayah perairan khususnya di beberapa kawasan
pesisir di Indonesia, sehingga dianggap perlu
untuk melihat keterkaitan faktor penyebab
timbulnya dampak terhadap kawasan tersebut.
Salah satu kawasan pesisir di Indonesia adalah
Teluk Kendari yang terletak di Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Teluk Kendari merupakan salah satu
kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan
masyarakat.
Kondisi
seperti
ini
akan
menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar
teluk. Salah satu sumber pencemaran yang
berasal dari aktivitas penduduk adalah

dihasilkannya limbah logam berat seperti Timbal
(Pb), Tembaga (Cu), Raksa (Hg), Besi (Fe),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Kromium (Cr), dan
Nikel (Ni) yang mungkin saja telah ada disana.
Keberadaan kadar logam berat yang
terlarut baik pada air laut, maupun sedimen
sangat tergantung pada baik buruknya kondisi
perairan tersebut. Semakin tinggi aktivitas yang
terjadi disekitar perairan baik di darat maupun
areal pantainya maka kadar logam berat dapat
meningkat pula.
Timbal (Pb) merupakan salah satu logam
berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia serta merupakan unsur logam berat yang
tidak dapat terurai oleh proses alam (Zhang., et
al, 2007). Putra (2002) menambahkan, secara
alamiah, Pb dapat masuk ke dalam badan
perairan melalui pengkristalan diudara dengan
bantuan air hujan, melalui proses modifikasi dari
batuan mineral akibat hempasan gelombang dan

angin. Pb yang masuk ke dalam badan perairan
merupakan dampak dari aktivitas kehidupan
manusia. Diantaranya adalah air buangan
(limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb.
Mangrove merupakan salah satu
ekosistem pesisir yang mempunyai peranan
penting di estuari. Ekosistem mangrove memiliki
tingkat produktivitas paling tinggi dibandingkan
dengan ekosistem lainnya. Secara ekologis
mangrove memiliki banyak fungsi sebagai
penghasil sejumlah detritus, perangkap sedimen,
pelindung pantai dari hempasan gelombang air
laut serta penyerap logam berat dan pestisidan
yang menvemari laut.
Panjaitan (2009),
mengemukakan
bahwa mangrove memiliki kemampuan dalam

menyerap bahan-bahan organik dan non
organik dari lingkungannya kedalam tubuh

melalui membran sel. Proses ini merupakan
bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim. Amin (2001),
menambahkan melalui akarnya, vegetasi ini
dapat menyerap logam-logam berat yang terdapat
pada sedimen maupun kolom air.
Satu diantara beberapa spesies mangrove
yang memiliki kemampuan menyerap logam
berat adalah Api-api (Avicennia marina ).
Rohmawati (2007),
mengemukakan bahwa
pohon
A.
marina
memiliki
upaya
penanggulangan materi toksik lain diantaranya
dengan melemahkan efek racun melalui
pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan
banyak air untuk mengencerkan konsentrasi

logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga
mengurangi toksisitas logam tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, telah
dilakukan penelitian tentang Kadar Logam Berat
Timbal (Pb) pada Akar Mangrove A. marina di
Perairan Teluk Kendari.
Meningkatnya
berbagai
kegiatan
pembangunan berupa, pelabuhan, transportasi
darat, pertanian, pemukiman, pelayaran dan
penangkapan ikan di kawasan Teluk Kendari
di duga
dapat mempengaruhi kualitas
perairannya. Limbah-limbah yang berasal dari
aktivitas
manusia
dan
kegiatan-kegiatan
pembangunan

tersebut
dapat
mencemari
ekosistem mangrove khususnya mangrove jenis
A. marina yang berada di Teluk Kendari.
Berdasarkan beberapa permasalahan
yang ada maka peneliti bermaksud mengkaji
kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar
mangrove A. marina di perairan Teluk Kendari.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb)
pada akar mangrove jenis A. marina di perairan
Teluk Kendari.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan informasi bagi peneliti mengenai
kemampuan mangrove jenis A. marina dalam
meyerap logam berat, dapat memberikan
gambaran dan informasi kepada masyarakat Kota
Kendari tentang kondisi perairan Teluk Kendari
dan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam

melestarikan ekosistem mangrove jenis A.
marina dalam
mengantisipasi terjadinya
pencemaran logam berat di perairan Teluk
Kendari.

39
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei sampai Juni 2012 bertempat di perairan
Teluk Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Analisis
logam berat dan kualitas air
dilakukan
di
laboratorium
Balai Besar
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan

No
Alat
Satuan
0
C
1 Thermometer
2 Handrefraktometer
ppt
3 pH meter
4 Botol sampel
mg/L
5 Pisau/parang
-

Laboratorium Kesehatan Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometric).
Alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut :

Kegunaan
Suhu
Salinitas
pH air
Sampel air Pb
Akar Avicennia marina

Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu larutan Asam Sulfat (H2SO4-) yang
digunakan sebagai pengawet sampel air.
Kegiatan survei pendahuluan dilakukan
untuk mengetahui gambaran umum lokasi
penelitian berupa keberadaan mangrove jenis
Avicennia marina di lokasi tersebut, sehingga
lebih mudah untuk menetukan stasiun
pengamatan.
Penentuan stasiun penelitian dilakukan
secara purposive sampling, yaitu stasiun
penelitian ditentukan berdasarkan lokasi atau
daerah yang memiliki jenis mangrove A. marina ,
penentuan stasiun pengambilan sampel di
dasarkan pada karakteristik lingkungan sekitar
Teluk Kendari yang dibagi ke dalam 3 stasiun
pengamatan dengan karakteristik sebagai berikut:

Keterangan
Secara Exitu
Secara Exitu
Secara Exitu
Secara Exitu
Secara Exitu

I.

Stasiun I berada di Kelurahan Korumba
yang merupakan daerah aliran Sungai
Wanggu (03058’00.2” LS-122033’01.2” BT)
II. Stasiun
II
berada
di
Kelurahan
Lahundape yang berada di sekitar
Swisbell
Hotel
(03058’08.5”
LS0
122 33’01.2” BT)
III. Stasiun III berada di Kelurahan Tipulu
yang
merupakan
daerah
yang
berhubungan langsung dengan perairan
Teluk
Kendari
(03058’48.9” LS122031’49.4” BT).
Pada setiap stasiun tersebut dilakukan
pengambilan sampel yang meliputi parameter
kualitas air. Gambar lokasi penelitian tersaji pada
Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

40
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air adalah untuk
mengukur kualitas air berupa suhu, salinitas dan
pH. Pengukuran dan pengamatan dilakukan
secara langsung dengan melakukan 3 kali
ulangan pada setiap stasiun pengamatan.
Kadar logam berat Timbal (Pb) pada
akar dapat diketahui dengan mengambil
sampel akar mangrove A. marina dengan ukuran
diameter batang berkisar 25-30 cm, tinggi
berkisar 3-5 m. Sampel akar yang diambil dari 3
titik pengambilan dikeringkan selama beberapa
minggu untuk menghilangkan kadar airnya.
Kemudian sampel akar dihaluskan dengan
menggunakan blender, sedangkan untuk air dapat
langsung dianalisis.
Sampel akar ditimbang sebanyak 5 gr
kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu
450-5000C (pengabuan) selama ± 1 jam. Setelah
proses pengabuan selesai selanjutnya sampel akar
tersebut dilarutkan dengan menambahkan 10 ml
HNO3. Kemudian ditambahkan akuades sampai
volume menjadi 50 ml.
Larutan tersebut dipanaskan dengan
hot plate sampai mendidih dan volume berkurang
30 ml. Bila belum terjadi kabut ulangi
penambahan HNO3 sebanyak 20 ml pada larutan
tersebut, kemudian dipanaskan kembali hingga
terjadi kabut.
Setelah terjadi kabut tambahkan kembali
larutan dengan akuades sehingga volume sampel
menjadi 50 ml, lalu diendapkan. Larutan yang
telah diendapakan disaring fasa airnya dengan
kertas saring. Larutan yang diperoleh siap
dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometric).
Untuk mengetahui kadar logam berat
Timbal (Pb) pada air dapat diketahui dengan
mengambil air dengan menggunakan botol
sampel, dari setiap stasiun pengamatan dengan 3
kali ulangan.
Sampel air laut di ukur 100 ml, kemudian
di tambahkan 10 ml HNO3 pekat. Panaskan
dalam hot plate sampai volume berkurang 30
ml. Tambahkan kembali larutan dengan akuades
sampai volume menjadi 100 ml, kemudian di
endapkan. Larutan yang telah diendapkan
disaring frasa airnya dengan kertas saring.
Larutan yang diperoleh siap dianalisis dengan
menggunakan
AAS
(Atomic
Absorption
Spectrophotometric).
Logam
Timbal (Pb)
ditimbang
sebanyak
1 g. Kemudian dilarutkan dengan
akuades dalam labu takar 1000 ml. Larutan
tersebut mengandung 1000 ppm yang dinamakan
larutan induk. Sebanyak 10 ml dari larutan

induk dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu
takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades
sampai garis tanda akhir. Larutan yang diperoleh
mengandung kosentrasi 100 ppm. Dari larutan
100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak
10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar
100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai
garis tanda akhir untuk mendapatkan larutan
dengan kosentrasi 10 ppm. Dibuat larutan dengan
kosentrasi 10 ppm sebanyak 5 ulangan untuk
mempermudah larutan standar berikutnya.
Untuk
mendapatkan larutan standar
dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm,
berturut-turut di pipet sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml,
8 ml dan 10 ml dari larutan 10 ppm lalu masingmasing dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
kamudian ditambahkan akuades sampai garis
tanda akhir.
Alat AAS diset terlebih dahulu,
kemudian dikaliberasikan dengan kurva standar
dari logam Pb dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6;
0,8; dan 1 ppm. Diukur absorbansi atau
kosentrasi masing-masing sampel.
Analisis Data
Untuk mengetahui kosentrasi logam
berat yang sebenarnya digunakan rumus
Hutagalung dan Permana (1994) pada persamaan
(1) berikut:
K AAS x V. p
K. sebenarnya =
W. s
Dimana
:
K. sebenarnya = Konsentrasi sebenarnya (mg/kg)
K AAS
= Konsentrasi Atomic Absorption
Spectrophotometric (mg/L)
V.p
= Volume pelarut (L)
W.s
= Berat Sampel (mg)
Data yang diperoleh dari hasil
perhitungan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau
menggambarkan kadar logam berat Timbal (Pb)
pada akar mangrove A. marina.
Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara umum perairan Teluk Kendari
terlindungi oleh daratan kota kendari. Luas
perairan ini diperkirakan ±10,84 km2 dengan
bentuk pantai yang berbentuk huruf U yang
menyempit dan menghadap Laut Banda. Pada
bagian depan mulut teluk terdapat pulau kecil
Bungkutoko yang menjadikan bentuk perairan
Teluk Kendari tertutup (Focil Indonesia, 2008).
41

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

 Sebelah
Selatan
berbatasan
dengan
Kecamatan Poasia dan Abeli;
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Mandonga dan Kambu.
Kawasan Kota Kendari banyak dilalui
sungai-sungai yang sebagian besar bermuara di
perairan Teluk kendari, diantaranya Sungai
Wanggu dan Sungai Kambu yang umumnya
mengalir sepanjang tahun dengan debit aliran
diperkirakan lebih dari 3 m3/detik (BAPPEDA
Tingkat I Sulawesi Tenggara dan Universitas
Haluoleo 1998 dalam Alirman, 2005).

Secara gegografis Perairan Teluk
Kendari di kelilingi oleh daratan Kota Kendari
sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Tenggara
yang terletak diantara 3057’50”-3059’30” LS dan
122031’50”-122036’30” BT (Pemda Kota
Kendari, 2000). Ditinjau dari segi administratif,
teluk kendari mempunyai batasan wilayah
sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Kendari dan Kendari Barat;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau
Bungkutoko;

2. Kondisi Lingkungan Perairan (Suhu Air, Salinitas dan pH Air)
a. Suhu Air
Kisaran nilai suhu dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut:
30

Suhu (0C)

25
20

Sub Stasiun 1
Sub Stasiun 2

15

Sub Stasiun 3

10
5
0

I

II

III

Stasiun Pengamatan

Gambar 2. Suhu pada setiap stasiun pengamatan
Kisaran nilai suhu tertinggi terdapat di
stasiun I dengan kisaran 24-280C selanjutnya
stasiun II dengan kisaran 23-250C dan suhu
b. Salinitas

terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran
22-240C.

Kisaran nilai salinitas dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat di liat
pada gambar 3 berikut:
14
12

Salinitas (ppt)

10
8

Sub Stasiun 1

6

Sub Stasiun 2
Sub Stasiun 3

4
2
0

I

II

III

Stasiun Pengamatan

Gambar 3. Salinitas pada setiap stasiun pengamatan

42
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

c. pH Air
Kisaran Nilai pH dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat di lihat pada
Gambar 4 berikut:

8
7

pH Air

6
Sub Stasiun 1

5

Sub Stasiun 2

4

Sub Stasiun 3

3
2
1
0

I

II
Stasiun Pengamatan

III

Gambar 4. pH pada setiap stasiun pengamatan
Kisaran nilai pH dari tiap stasiun tidak
jauh berbeda dimana berturut-turut stasiun I yaitu

6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar
antara 3-6.

3. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Air
Berdsarkan hasil analisa data tentang kadar
logam berat Pb pada air di sekitar area mangrove
A. marina di peroleh hasil yang berbeda-beda

antara ketiga stasiun. Gambar 5 menunjukkan
kisaran kadar logam berat Timbal (Pb) pada air.

Timbal (Pb) dalam air (mg/l x 1000)

0.100
0.090
0.080
0.070
0.060

Sub Stasiun 1

0.050

Sub Stasiun 2
Sub Stasiun 3

0.040
0.030
0.020
0.010
0.000

I

II

III

Stasiun Pengamatan

Gambar 5. Kadar logam berat timbal (Pb) pada air
Kadar logam berat Timbal (Pb) di air
pada stasiun III lebih tinggi dengan kisaran nilai
0,001x10-3-0,092x10-3 mg/L di bandingkan

stasiun I dan II dengan kisaran berturut-turut
0,001x10-3-0,001x10-3 mg/L dan 0,001x10-30,052x10-3 mg/L.

43
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

4. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Avicennia marina
Berdasarkan hasil pengukuran kadar
logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina
dengan menggunakan metode AAS menunjukkan
bahwa dari tiap stasiun memiliki kadar logam
berat yang berbeda. Untuk lebih jelasnya hasil
pengukuran ketiga stasiun disajikan pada
Gambar 6.
Kadar logam berat Timbal (Pb) pada
akar mangrove A. marina dari ke tiga stasiun

menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada
pada stasiun III
yaitu 0,007-0,023 mg/L,
kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,0050,013 mg/L dan kandungan logam berat Timbal
(Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran
0,005-0,010 mg/L.

0.025

Timbal (Pb) pada akar (mg/l)

0.020
0.015
Sub Stasiun 1

0.010

Sub Stasiun 2
Sub Stasiun 3

0.005
0.000

I

II

III

Stasiun Pengamatan

Gambar 6. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina
Pembahasan
1. Kondisi Lingkungan Perairan (Suhu Air,
Salinitas, dan pH Air)
a. Suhu Air
Mukhtasor (2007), mengemukakan suhu
merupakan salah satu parameter untuk
mempelajari transportasi dan penyebaran polutan
yang masuk ke lingkungan laut. Sementara
menurut Effendi (2000), berpendapat bahwa suhu
suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari
badan air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadapa
proses, fisika, kimia dan biologi badan air.
Berdasarkan Gambar 2 Perbedaan suhu air pada
tiap stasiun diakibatkan adanya perbedaan
intensitas cahaya yang mengenai air ataupun di
sebabkan karena jumlah
vegetasi tutupan
mangrove. Pada stasiun I tampak bahwa jumlah
vegetasi mangrove lebih sedikit dibandingkan
dengan stasiun II dan III. Selain itu tingginya
suhu di stasiun I dipengaruhi oleh waktu
pengambilan sampel dimana dilakukanyang
dilakukan pada siang hari.
Suhu merupakan salah satu parameter
untuk mempelajari transportasi dan penyebaran
polutan yang masuk ke lingkungan laut.
Mukhtasor (2007), menyatakan bahwa biasanya

suhu air laut berkisar antara -2 sampai 300C.
Sedangkan kisaran suhu yang baik bagi
kehidupan
organisme
adalah
18-300C.
Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan di
lokasi penelitian digolongkan masih baik serta
dapat mendukung kehidupan organisme yang
hidup di dalamnya.
b. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi
dari
total ion yang terdapat di perairan Boyd (1988)
dalam Effendi (2000). Berdasarkan Gambar 3
kisaran salinitas tertinggi berada di stasiun III
yaitu 5-12 ppt, hal ini disebabkan karena stasiun
ini berada di Teluk Kendari sehingga masukkan
air laut lebih besar di bandingkan dengan air
tawar. Mukhtasor (2007), salinitas bertambah di
permukaan
laut
karena
evaporasi dan
percampuran yang disebabkan oleh arus maupun
oleh upwelling, sehingga air akan menjadi lebih
kental. Sementara kisaran nilai salinitas terendah
berada di stasiun I yaitu 3-9 ppt karena stasiun ini
berada di kawasan perairan Sungai Wanggu.
Burzynski and Zurek (2007) menambahkan nilai
salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi
oleh masukkan air tawar dari sungai.
Hutagalung (1991) dalam Mukhtasor
(2007), mengemukakan bahwa nilai salinitas
perairan laut dapat mempengaruhi faktor
konsentrasi logam berat yang mencemari
lingkungan laut, dimana penurunan salinitas pada
perairan
dapat
menyebabkan
tingkat
44

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

bioakumulasi logam berat pada organisme
semakin meningkat.
c. pH Air
Kisaran pH air 6-8 masih dikatakan
normal, sedangkan pH air tercemar seperti
air buangan berbeda-beda tergantung jenis air
buangannya. Perubahan keasaman pada air
buangan, baik kearah alkali (pH diatas 7)
maupun ke arah asam (pH dibawah 7), akan
sangat mengganggu kehidupan didalam perairan
tersebut. Nilai pH suatu perairan menggambarkan
keseimbangan antara asam dan basa dalam air
dan yang diukur adalah konsentrasi ion hidrogen.
Berdasarkan Gambar 4, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kisaran nilai pH dari tiap
stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut
stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun
III berkisar antara 3-6. Secara umum nilai pH di
setiap stasiun tidak jauh berbeda yang
menunjukkan bahwa perairan tersebut bersifat
asam. Hal ini disebabkan karena stasiun
penelitian sebagian besar adalah daerah rawa
yang memiliki nilai derajat keasaman yang
rendah yang kemungkinan dipengaruhi oleh
banyaknya bahan organik yang meningkatkan
proses penguraian. Yan, et al., (2010)
mengemukakan bahwa penurunan pH akan
menyebabkan toksisitas logam berat menjadi
semakin besar dimana sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan yang sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan.
Namun secara umum pengukuran nilai derajat
keasaman berdasarkan Kepmen LH NO. 51 tahun
2004, ke tiga stasiun penelitian tersebut masih
mendukung kehidupan organisme perairan di
sekitarnya.
2. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Air
Sumber timbal bisa berasal dari
kenderaan yang menggunakan bahan bakar
bertimbal dan juga dari biji logam hasil
pertambangan, peleburan, pabrik pembuatan
timbal atau recycling industri, debu, tanah, cat,
mainan, perhiasan, air minum, permen, keramik,
obat tradisional dan kosmetik (Marchand, et al.,
2011).
Pencemaran laut terjadi karena laut
menerima zat-zat pencemar baik yang merupakan
zat padat maupun cair terutama yang dibawa oleh
sungai sebagai tempat yang paling mudah
membuang limbah yang akhirnya bermuara di
laut. Banyaknya zat pencemar yang masuk ke
laut telah melampaui daya dukungnya sehingga
laut menjadi sangat kotor dan tercemar
(MacFarlane, et al., 2000).

Effendi (2000), menyatakan bahan
pencemar memasuki badan air melalui berbagai
cara seperti pembuangan limbah oleh industri,
pertanian, domestik dan perkotaan, dan lain-lain.
Palar (2004) dalam Rohmawati (2007), juga
menjelaskan logam-logam lingkungan perairan
umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion
tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion
organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion
lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat
dalam tanah dan perairan dalam bentuk
persenyawaan, seperti senyawa hidroksida,
senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa
sulfida. Senyawa-senyawa itu sangat mudah larut
dalam air.
Berdasarkan Gambar 5, hasil analisa
data tentang kadar logam berat Pb pada air
di sekitar area mangrove A. marina dengan
menggunakan metode AAS di peroleh hasil
bahwa kadar logam berat Timbal (Pb) di air pada
stasiun III lebih tinggi dengan kisaran nilai
0,001x10-3-0,092x10-3 mg/L di bandingkan
stasiun I dan II dengan kisaran berturut-turut
0,001x10-3-0,001x10-3 mg/L dan 0,001x10-30,052x10-3 mg/L.
Hasil analisis menunjukkan bahwa
stasiun III lebih banyak menerima masukkan
limbah yang mengandung Pb. Hal ini di
pengaruhi oleh aktivitas perkapalan berupa
sarana transportasi dan jalur pengangkutan
barang, aktivitas pemukiman juga mempengaruhi
jumlah kadar logam berat di lingkungan perairan
Teluk Kendari. Umumnya kandungan logam
yang terukur di setiap stasiun cenderung seragam
dengan variasi konsentrasi yang relatif kecil.
Emiyarti (2004), mengemukakan bahwa
hal tersebut di sebabkan oleh tipe perairan di
daerah penelitian adalah semi tertutup yang
terlindung oleh Pulau Bungkutoko sehingga
sirkulasi air yang terjadi secara vertikal akan
mendistribusikan unsur logam berat secara
merata di perairan.
Berdasarkan kisaran nilai yang di
dapatkan dari tiap stasiun selama penelitian bila
dibandingkan dengan baku mutu yang telah
ditetapkan Kempen LH No. 51 Tahun 2004 baku
mutu logam berat Timbal (Pb) untuk air laut
yaitu sebesar 0,005 mg/L dapat dinyatakan
bahwa perairan tersebut masih berada di bawah
ambang batas dan masih mendukung kehidupan
organisme perairan.
3. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada
Akar Avicennia marina
Hutan mangrove merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis dan subtropis, yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove
45

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang surut pantai berlumpur
(Thampanya, et al., 2002).
Secara alami Pb di perairan bersumber
dari partikel udara berupa asap kendaraan yang
dibawa hujan dan secara non alami akibat
aktivitas manusia berupa buangan limbah cair
dan padat yang memungkinkan terlapisnya
pneumatophora dengan sampah yang akan
mengakibatkan kematian
pohon-pohon
mangrove (Blackmore, 2000 dalam Joyeux, et
al., 2004).
Mulyadi (2009), mengemukakan secara
umum mangrove yang tumbuh di ujung sungai
besar berperan sebagai penampungan terakhir
bagi limbah dari aktivitas perkotaan yang
terbawa aliran sungai. Limbah padat dan cair
yang terlarut dalam air sungai terbawa arus
menuju muara sungai dan laut lepas.
Area
hutan mangrove akan menjadi daerah
penumpukan limbah, terutama jika polutan yang
masuk ke dalam lingkungan estuari melampaui
kemampuan pemurnian alami oleh air. Mangrove
alami berperan efektif dalam melindungi pantai
dari tekanan alam dan erosi.
Logam berat yang masuk ke dalam
lingkungan
perairan
akan
mengalami
pengendapan,
pengenceran
dan
dispersi,
kemudian diserap oleh organisme yang hidup di
perairan tersebut (Defew, et al., 2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan
di ketahui bahwa tumbuhan
A. marina mampu mengakumulasi logam berat
Timbal (Pb) pada bagian akar. Amin (2001),
mengemukakan bahwa logam-logam akan
terserap oleh akar bersama-sama dengan
nutrien lain yang kemudian di edarkan ke
bagian lain. Menurut Fitter (1991), dua sifat
penyerapan ion oleh tumbuhan adalah: 1)
Faktor konsentrasi, kemampuan tumbuhan dalam
mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi
tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat
lebih besar dari konsentrasi ion
dalam
mediumnya; 2) Perbedaan kuantitatif akan
kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis
tumbuhan.
Secara umum, logam berat untuk
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
dibagi menjadi dua yaitu logam esensial dan non
esensial. Cu dan Zn merupakan logam yang
termasuk esensial, sedangkan Pb merupakan
logam non esensial bagi tumbuhan (Yoon, et al.,
2006).
Hasil pengukuran kadar logam berat
Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina dari
ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran
tertinggi berada pada stasiun III yaitu 0,007-

0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan
kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kandungan logam
berat Timbal (Pb) terendah terdapat di stasiun I
dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L.
Pada stasiun III dan II kadar Pb lebih
tinggi dibandingkan dengan kedua stasiun I. Hal
ini disebabkan karena pada stasiun ini
dipengaruhi oleh aktivitas Teluk Kendari berupa
pelabuhan, industri, aktivitas pemukiman yang
menjadi sumber adanya logam berat Timbal (Pb)
di akar mangrove, disamping itu kondisi perairan
teluk yang semi tertutup menyebabkan seluruh
aktivitas daratan akan bermuara ke arah pantai.
Pohon api-api (A. marina ) memiliki akar
yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal
dari akar horizontal yang terbenam di dalam
tanah (Alongi, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah kadar
logam berat Timbal (Pb) di akar dan kolom air
menunjukkan perbedaan yang signifikan dimana
jumlah akumulasi logam berat Timbal (Pb) pada
akar mangrove
A. marina lebih besar di
bandingkan pada air yang berada di sekitar area
mangrove. Dalam hal ini dapat di nyatakan
bahwa tumbuhan A. marina mempunyai
kemampuan dalam menyerap materi toksik di
lingkungan. MacFarlane, et al., (2000), mangrove
merupakan tumbuhan tingkat tinggi di kawasan
pantai yang dapat berfungsi untuk menyerap
bahan-bahan organik dan non-organik sehingga
dapat dijadikan bioindikator logam berat. Hal ini
di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rohmawati
(2007),
menjelaskan
bahwa
tumbuhan A. marina mampu mengakumulasi
logam berat. Begitu pula penelitian yang
dilakukan oleh Amin (2001), juga menjelaskan
bahwa tumbuhan A. marina juga mampu
mengakumulasi logam berat Cu dan Pb pada
bagian organ akar, dan juga mampu
mengakumulasi dibagian daun, baik daun muda
maupun daun tua.
Berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun
2004 kisaran nilai yang di dapatkan selama
penelitian diketahui bahwa pencemaran logam
berat Timbal Pb termasuk tingkat pencemaran
polusi berat karena kandungan logam berat Pb
telah melebihi ambang batas kandungan logam
berat alamiah di perairan laut yaitu 0,008 mg/L.
Menurut Darmono (2001) dalam Rohmawati
(2007), suatu perairan dikatakan memiliki
tingkat polusi berat jika kandungan logam berat
dalam air dan organisme yang hidup di
dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi
sedang, kandungan logam berat dalam air dan
biota yang hidup di dalamnya berada dalam batas
marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi,
46

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

kandungan logam berat dalam air dan organisme
yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan
tidak terdeteksi.
Simpulan

1. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar
Avicennia marina di setiap stasiun penelitian
secara umum telah melewati ambang batas
baku mutu yang ditetapkan oleh Kepmen LH
No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut
untuk biota laut yaitu 0,008 mg/l.
2. Mangrove A. marina mampu mengakumulasi
logam berat Timbal (Pb) sehingga dapat
dijadikan sebagai indikator pencemaran
logam berat Timbal (Pb).

Persantunan
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Pembimbing I Emiyarti, S.Pi, M.Si dan
Pembimbing II La Ode Alirman Afu, S.Pd, M.Si
serta Kepala Laboratorium Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Ruslaeni, M.Si, M.Pi atas
bantuannya dalam menyusun dan melakukan
analisis sampel penelitian.
Daftar Pustaka
Alirman, A. 2005. Pengaruh Limbah Organik
Terhadap Kualitas Perairan Teluk
Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis
Magister. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 111 hal.
Alongi, D. M. 2008. Mangrove forests:
Resilience, Protection from Tsunamis,
and Responses to Global Climate
Change. Estuarine, Coastal and Shelf
Science 76: 1-13
Amin, B. 2001. Akumulasi dan Distribusi
Logam Berat Pb Dan Cu pada
Mangrove
Avicennia
marina
di
Perairan Pantai Dumai, Riau, 85 hal.
Burzynski, M., Zurek, A., 2007. Effects of
copper and cadmium on photosynthesis
in cucumber cotyledons. Photosynthetica
45, 239–244.
Defew, L. H.., M.M. James, and M.G. Hector.
2004. An Assessment of Metal
Contamination in Mangrove Sediments
and Leaves from Punta Mala Bay, Pacific
Panama. Marine Pollution Bulletin. 50:
547-552.
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Jurusan
Manajemen
Sumberdaya
Perairan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
IPB. Bogor, 258 hal.
Emiyarti. 2004. Karakteristik Fisika Kimia
Substrat dan Hubungannya dengan

Struktur Komunitas Makrozoobentos di
Perairan Teluk Kendari. Tesis Pasca
Sarjana. IPB. Bogor.
Fitter, A.H dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Gajah Mada
Universitas Press. Yogyakarta, 286 hal.
Focil Indonesia-Lestari. 2008. Cida Jaringan
Guru PKLH Kota Kendari. Sulawesi
Tenggara. 2-4p.
Joyeux, J.C., E. A. C. Filho, and C. De Jesus.
2004. Trash Metal Contamination in
Estusrine Fishes from Vitoria Bay, ES,
Brazil. Brazilian Archieves of Biology
and Technology, 47 (5) : 765-774.
MacFarlane, G.R., M.D. Burchett. 2000. Cellular
Distribution of Copper, Lead and Zinc in
the Grey Mangrove, Avicennia marina
(Forsk.) Vierh. Aquatic Botany 68: 45–
59.
Marchand, C., M. Allenbach, E. Lallier-Vergès,
2011. Relationships between heavy
metals distribution and organic matter
cycling
in
mangrove
sediments
(Conception Bay, New Caledonia).
Geoderma, 160: 444–456.
Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut.
Pradnya Paramita. Jakarta, 322 hal.
Mulyadi, E., Laksmono. R., Aprianti. D., 2009.
Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali
Pencemar Logam Berat. Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan, 1:33-40.
Palar, H., 1994. Pencemaran dan Toksikologi
Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta, 289
hal.
Panjaitan, G. Y., 2009. Akumulasi Logam Berat
Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada
Pohon Avicennia marina Di Hutan
Mangrove.
Skripsi.
Departemen
Kehutanan
Fakultas
Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan. 58
hal.
Putra, K. G. D., 2002. Petunjuk Teknis
Pemantauan Kualitas Air. Undayana
University Press. Denpasar, 275 hal.
Rohmawati, 2007. Daya Akumulasi Tumbuhan
Avicennia
marina Terhadap Logam
Berat (Cu, Cd, Hg) Di Pantai Kenjeran
Surabaya. Skripsi Jurusan Biologi
Fakultas Sains Dan Biologi. Universitas
Islam Negeri Malang. 53 hal.
Thampanya, U., J. E. Vermaat., J. Terrados.
2002. The Effect of Increasing Sediment
Accretion on the Seedlings of Three
Common Thai Mangrove Species.
Aquatic Botany, 74: 315–325
Yan, Z. Z., L. Ke, N. F. Y. Tam. 2010. Lead
Stress in Seedlings of Avicennia marina ,
47

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

a Common Mangrove Species in South
China, with and without Cotyledons.
Aquatic Botany, 92: 112–118
Yoon, J., C. Xinde, Z. Qixing , and L.Q. Ma.
2006. Accumulation of Pb, Cu, and Zn in
Native
Plants
Growing
on
a
Contaminated Florida Site. Science of the
Total Environment: 456-464.
Zhang, F.Q., Wang, Y.S., Lou, Z.P., Dong, J.D.,
2007. Effect of heavy metal stress on
antioxidative
enzymes
and
lipid
peroxidation in leaves and roots of two
mangrove plant seedlings (Kandelia
candel and Bruguiera gymnorrhiza ).
Chemosphere 67, 44–50.

48
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22