BUKTI FORENSIK YANG MENGAITKAN SEKTOR MAINAN DENGAN PENGRUSAKAN HUTAN HUJAN DI INDONESIA

SEKTOR MAINAN

  Sektor mainan menggunakan banyak kemasan mewah. Uji forensik menunjukkan bahwa kemasan yang digunakan banyak merk terkemuka mengandung serat dari hutan hujan Indonesia. Investigasi Greenpeace Internasional juga memperoleh kaitan antara merk mainan terkemuka ini dengan APP, perusahaan pulp dan kertas terbesar dan sangat terkenal yang beroperasi di Indonesia.

  Uji forensik menunjukkan penggunaan reguler serat kayu hutan alam tropis (MTH)

  • dalam kemasan merk mainan terkemuka yang diproduksi di Cina atau Indonesia. Bukti lacak balak (chain-of-custody) di Cina dan Indonesia menunjukkan bahwa APP
  • adalah pemasok penting bagi bahan pengemasan merk-merk mainan ternama. Hutan hutan Indonesia sedang dibabat habis untuk memproduksi pulp APP, yang
  • dipasok ke sektor pengemasan di Indonesia dan Cina.

ULASAN SEKTOR MAINAN

  1 Anak perusahaan grup konglomerat Sinar Mas, Asia Pulp & Paper (APP) secara umum

  adalah perusahaan kertas tak bernama (anonymous), walaupun mereka mengaku sebagai salah satu dari tiga produser pulp dan kertas teratas dunia. Produksi pulp utama APP berada 2 di Indonesia. Seperlima dari kayu hutan alam tropis campuran (mixed tropical hardwood, MTH) dari hasil penebangan habis hutan dan hutan gambut Indonesia dilebur dalam kilang- 3 kilang APP.

  Hilangnya hutan ini mendorong banyak spesies yang terancam punah lebih cepat menuju kepunahan serta penyebab perubahan iklim. 4 Dalam tahun 2008, Staples – perusahaan produk alat kantor terbesar dunia – menyatakan 5 bila mereka tetap menjadi pelanggan APP akan ‘sangat membahayakan merk kami’.

  Menurut data terakhir, Cina telah melampaui AS sebagai produsen kertas dan papan dunia 6 7 menurut volume. Produksi kemasan merupakan 60% dari jumlah ini. Sementara sektor ini juga menggunakan sejumlah besar pulp daur ulang, mereka tetap membuat sangat banyak 8 serat kayu baru.

  Basis produksi utama APP untuk kertas dan pengemasan adalah Cina, dimana mereka 9 mencirikan diri sebagai ‘Pemasok Produk Kertas Berkualitas Tinggi’. Cina adalah pasar 10 kedua terbesar setelah Amerika Serikat untuk kemasan mewah. APP menggunakan serat kayu baru untuk materi kemasan berkualitas tinggi.

  Sektor-sektor kunci untuk kemasan antara lain adalah makanan, minuman, farmasi, produk 11 rumahtangga, dan barang pribadi serta peralatan listrik. APP merupakan risiko bagi merk- merk dalam sektor ini, dengan mengaitkan mereka melalui rantai pasokan kertas dan kemasan dengan penghancuran hutan hujan Indonesia.

  Sektor mainan adalah contoh yang paling nyata dari merk-merk konsumen yang menggunakan banyak kemasan mewah. Angka-angka APP yang tersedia di ranah publik tidak memungkinkan untuk menghitung seberapa penting sektor mainan untuk kelompok bisnis ini. Walau demikian, lebih dari separuh materi kemasan APP diproduksi di Cina, terutama oleh dua kilang APP di Propinsi Ningbo, Zhejiang. Propinsi ini juga merupakan lokasi banyak percetakan yang menyediakan jasa untuk kemasan sektor mainan.

  Tidak seperti perusahaan-perusahaan progresif seperti halnya Unilever atau Nestlé, pemain utama dalam sektor mainan tampaknya awam akan risiko kaitan merk mereka dengan deforestasi.

  BUKTI FORENSIK YANG MENGAITKAN SEKTOR MAINAN DENGAN PENGRUSAKAN HUTAN HUJAN DI INDONESIA

  Indonesia adalah satu-satunya produsen skala besar pulp MTH (kayu hutan alam tropis 12 campuran) dan akasia. Di Indonesia sendiri terdapat hanya dua produsen skala besar pulp 13 14 MTH, yaitu APP dan APRIL. APRIL tidak memproduksi materi kemasan di Indonesia, yang artinya APP adalah produsen utama materi kemasan dengan kandungan MTH.

  Di Cina, hanya terdapat tiga jalur nyata bagaimana MTH bisa muncul dalam produk kemasan: pertama, melalui impor papan kemasan dari Indonesia, dimana APP merupakan produsen utama; kedua, melalui impor pulp MTH dari APP atau APRIL yang kemudian diproduksi menjadi materi kemasan di Cina; dan ketiga, melalui impor kayu serpih dari pembukaan hutan hujan di Indonesia yang kemudian dilebur dan dijadikan materi kemasan di Cina. 15 APP adalah produsen terbesar kertas dan kemasan di Cina. 16 Dua pertiga produksi pulp APP di Cina pada tahun 2009 bergantung pada kayu impor, termasuk dari Indonesia. Selanjutnya, APP Cina mengimpor hampir sepertiga kebutuhan 17 pulp mereka, termasuk dari Indonesia. Bila diketahui bahwa materi APP Cina mengandung 18 MTH, secara logis dapat dikatakan bahwa ini diimpor dari APP Indonesia. Tidak seperti perusahaan-perusahaan pulp lainnya, APP tidak mengiklankan produksi pulp mereka untuk 19 dijual ke pasar bebas atau di website mereka.

  APP mengadakan kayu hutan alam tropis campuran (MTH) untuk memproduksi pulp baru (bukan daur ulang) berkualitas tinggi untuk dibuat kertas fotokopi, kertas tisu, kemasan dan 20 materi cetakan mewah (glossy). Faktanya, diperkirakan 20% dari serat yang masuk ke 21 kilang-kilang pulp perusahaan ini berasal dari pembukaan hutan alam. Sisanya berasal dari perkebunan – sebagian besar akasia.

  Investigasi Greenpeace bertujuan untuk mengidentifikasi konsumen korporat dalam sektor mainan yang menggunakan produk kemasan buatan Cina atau Indonesia dan kaitannya dengan pengrusakan hutan hutan serta kaitannya dengan APP. Langkah-langkah kunci dalam investigasi Greenpeace adalah sebagai berikut:

  1) Greenpeace mengidentifikasi serangkaian merk mainan utama di sejumlah negara di dunia. 2) Greenpeace mengirim contoh materi kemasan ke IPS, otoritas global untuk 22 pengujian produk kertas, yang secara luas digunakan oleh sektor kertas. 3) Seorang ahli IPS menyiapkan dan menguji contoh-contoh kemasan dengan mikroskop forensik untuk mengidentifikasi spesies kayu yang digunakan.

  Dalam sebagian besar kasus, kandungan serat kayu baru dari lapisan mewah dari papan kemasan yang diuji untuk menentukan besar kandungan MTH – kayu hutan 23 alam tropis campuran – atau serat akasia dalam kemasan.

  Adanya MTH atau akasia secara kuat mengindikasikan bahwa serat pulp tersebut 24 berasal dari Indonesia.

  IPS telah mengkonfirmasi ditemukannya MTH dan akasia dalam rangkaian contoh yang 25 diuji. Bukti forensik ini mengaitkan pemain-pemain utama dalam sektor mainan dengan pengrusakan hutan hujan Indonesia.

  Setelah ditemukannya kaitan antara kemasan yang digunakan oleh beberapa merk mainan terkemuka dengan pengrusakan hutan hujan Indonesia, investigasi Greenpeace berusaha untuk mengkonfirmasi kaitan dagang dengan APP.

  

INVESTIGASI GREENPEACE MENGAITKAN SEKTOR MAINAN

DENGAN APP

  Banyak merk terkemuka dalam sektor mainan diproduksi di Cina dan Indonesia dan dijual

  Tidak ada di antara produsen mainan besar seperti Mattel, Disney, Hasbro dan LEGO memiliki kebijakan perusahaan yang memastikan mereka dan pemasok pihak ketiga atau 26 pemegang lisensi tidak berkontribusi pada pengrusakan hutan hutan dunia yang tersisa.

  Greenpeace melakukan investigasi untuk menentukan adanya kaitan dagang di Indonesia dan Cina antara APP dan pemain utama dalam sektor mainan. Langkah-langkah kunci dalam investigasi adalah:

  1) Greenpeace menentukan beberapa produk mainan dari merk-merk ternama dan teremuka dari sejumlah negara di dunia. 2) Greenpeace mengidentifikasi dan menginvestigasi percetakan dan pabrik kemasan dari kemasan terkait, bila memungkinkan. 3) Greenpeace mengidentifikasi industri penggunan produk APP melalui data perdagangan, materi publikasi dan sumber-sumber rahasia.

  Hasil investigasi menunjukkan bahwa kemasan untuk produk bermerk Mattel, Disney, LEGO dan Hasbro menggunakan kertas APP. Investigasi ini hanya puncak gunung es dalam hal menguak skala potensi kaitan perdagangan di Indonesia dan Cina antara sektor mainan dan APP, serta dampaknya terhadap hutan hujan Indonesia. Sebagian besar produk konsumen dijual dengan kemasan. Tanpa adanya kebijakan pengadaan korporat yang kuat, perusahaan atau merk apa saja yang mengadakan produk kertasnya dari Cina dan Indonesia berisiko dikaitkan dengan APP dan turut mendorong pengrusakan hutan hujan Indonesia.

  MATTEL

  Hasil uji forensik menunjukkan bahwa sebagian besar kemasan untuk boneka busana Mattel Barbie seringkali mengandung kayu hutan hujan Indonesia. Mattel menggunakan kemasan yang dibuat dengan kertas yang diproduksi APP, kelompok bisnis yang menurut investigasi Greenpeace terus menerus terbukti menghancurkan hutan hujan habitat dari satwa yang sangat terancam punah dan juga terlibat dengan pengrusakan lahan gambut berskala besar.

  ‘Mattel adalah perancang, produsen dan penjual produk mainan terbesar di seluruh

  • dunia.’ Merk Mattel Girls & Boys merupakan hampir 60% dari total penjualan Mattel tahun
  • 2010. Bukti yang diperoleh Greenpeace menunjukkan bahwa Mattel menggunakan kayu
  • hutan hujan Indonesia dalam kemasan Barbie. Investigasi Greenpeace menunjukkan bahwa APP memasok Mattel.
  • MATTEL ADALAH NOMER SATU DALAM MAINAN
  • 27 Mattel adalah produsen terbesar di sektor mainan dunia. Perusahaan ini terdaftar di Bursa

      Efek New York (New York Stock Exchange) dan berkantor pusat di El Segundo, California, AS. Pada tahun 2010, realisasi penjualan bersih perusahaan ini mencapai US$ 5,9 milyar 28 (€ 4,4 milyar). 29 Walaupun produk Mattel dijual di lebih dari 150 negara di dunia, hampir 80% penjualannya 30 di AS dan Eropa. 31 Merk Mattel Girls & Boys merupakan hampir 60% dari total penjualan di tahun 2010. Merk ini termasuk boneka busana dan aksesoris Barbie, Disney Classics, permainan dan teka-teki 32 (puzzle), dan produk-produk Monster High, Hot Wheels, Matchbox, Toy Story dan Batman.

      Barbie adalah lambang budaya, dan telah mendominasi pasar boneka busana selama

      Kebijakan kertas

      Produksi sendiri ‘Sampai saat ini merk-merk Mattel telah melaksanakan proyek pilot yang menyertakan atribut keberlanjutan (sustainability). […] Misalnya, jajaran boneka Barbie Thumbelina kami menggunakan 100 persen karton daur ulang [ditambahkan penekanan] pada kemasan dan 33 memberikan petunjuk bagaimana mendaur ulang.’ Laporan tahunan perusahaan, laporan filantropi dan kewarga-duniaan telah dicetak pada kertas bersertifikasi FSC, dan ‘untuk materi cetakan lain, kami biasanya bekerja dengan pemasok kertas dan percetakan yang 34 dapat merekomendasikan stok kertas bersertifikasi FSC terbaru.’

      Perusahaan ini bekerja dengan pihak ketiga seperti Amazon.com untuk menghindari 35 tambahan kemasan yang tak perlu untuk pengiriman produknya ke konsumen.

      Inisiatif-inisiatif lemah dan terbatas dari produsen boneka terbesar dunia ini tidak memastikan bahwa Mattel tidak berdagang dengan perusahaan yang terlibat deforestasi. Produk yang diproduksi oleh pihak ketiga atau pemegang lisensi ‘[Prinsip-Prinsip Manufaktur Global] Mattel berlaku untuk semua pihak yang memproduksi, merakit, berlisensi atau mendistribusikan produk atau kemasan yang padanya terdapat merk Mattel. […] Perlindungan Lingkungan: Fasilitas pabrik harus memberlakukan program 36 lingkungan untuk meminimisasi dampaknya terhadap lingkungan.’

      Mattel mensyaratkan sertifikasi independennya tersendiri untuk semua materi, termasuk produk kertas untuk kemasan, untuk membuktikan bahwa mereka memenuhi standar dalam hal tidak menggunakan atau pembatasan serangkaian bahan kimia berbahaya. Hal ini berlaku tidak hanya untuk produksi sendiri, tapi juga untuk pihak ketiga dan pemegang lisensi. Walau demikian, Mattel tidak mensyaratkan para pihak ketiga atau pemegang lisensi untuk menghindari berdagang dengan perusahaan yang terlibat dengan deforestasi.

      BUKTI FORENSIK MENGAITKAN MATTEL DENGAN PENGRUSAKAN HUTAN HUJAN INDONESIA

      Pabrik Mattel di Indonesia dikhususkan untuk pembuatan boneka, sebagian besarnya 37 memproduksi berbagai jenis boneka Barbie dan karakter khas boneka lainnya. Selanjutnya, Mattel mendapat lisensi dari Disney untuk memproduksi serangkaian boneka dari film-film 38 Disney. 39 Cina adalah pusat manufaktur terbesar untuk produk bermerk Mattel. Ini termasuk produk

      Barbie, serta serangkaian luas produk mainan lainnya dari permainan kartu sampai sepeda 40 otoped.

      Hasil uji forensik ahli menunjukkan bahwa MTH secara reguler ditemukan dalam serangkaian 41 luas produk kemasan dan kertas Mattel. Hal ini membuktikan bahwa Mattel berperan dalam pengrusakan hutan hujan Indonesia.

      Pengumpulan bukti oleh Greenpeace akan produk kemasan dan kertas Mattel yang 42 diproduksi di Indonesia terbukti mengandung MTH:

      Pilihan bukti Greenpeace akan produk kemasan atau kertas yang diproduksi di Cina terbukti 43 mengandung MTH:

      INVESTIGASI GREENPEACE MENUNJUKKAN KAITAN MATTEL DENGAN APP

      Investigasi Greenpeace menguak hubungan dagang antara APP dan Mattel di Indonesia dan Cina.

      Sertifikasi mengindikasikan bahwa APP adalah pemasok Mattel

      Greenpeace telah mendapatkan sertifikasi yang mengindikasikan bahwa APP memasok materi kemasan untuk produk-produk Mattel. Mattel mensyaratkan uji dan sertifikasi materi, termasuk produk kertas untuk kemasan, untuk menunjukkan bahwa mereka memenuhi standar dalam hal tidak menggunakan atau pembatasan serangkaian bahan kimia berbahaya. Kilang utama APP untuk papan kemasan di Indonesia – PT Indah Kiat Pulp & Paper Serang (IKPP), berlokasi di Pulau Jawa – telah menerima sertifikasi ini untuk beberapa merk papan 44 kertas (paperboard) yang mereka produksi dan perdagangkan dalam negri Indonesia dan 45 diekspor ke Cina. Kilang ini dipasok oleh kilang pulp APP di Sumatra; yang menggunakan 46 MTH dari hutan hujan Indonesia. Dalam negri Cina, kilang APP di Ningbo telah menerima sertifikasi Mattel untuk produksi 47 kertas untuk permainan kartu.

      APP memproduksi kemasan Barbie yang berasal dari hutan hujan

      Investigasi Greenpeace mengungkapkan kaitan dagang antara APP dan pabrik Barbie Mattel di Indonesia. Bukti-bukti selanjutnya menunjukkan kaitan dagang melalui pabrik-pabrik lain. 48 Barbie ‘Made in Indonesia’ Pabrik Mattel di Indonesia memproduksi serangkaian boneka busana. Termasuk boneka- boneka dengan merk Mattel sendiri, yaitu Barbie, serta merk populer Monster High dan boneka-boneka edisi khusus – biasanya berkaitan dengan karakter film atau TV. Pabrik di

      Indonesia juga membuat boneka-boneka bermerk Disney di bawah lisensi; termasuk rangkaian boneka Princess dan rangkaian High School Musical. Greenpeace mengidentifikasi dua percetakan Indonesia yang memproduksi kemasan untuk boneka-boneka Mattel buatan Indonesia (‘Made in Indonesia’) yang dijual di Jerman, Australia, Britania Raya, Amerika Serikat dan tempat lain, yaitu: Sansico dan PT Bukit Muria 49 Jaya (PT BMJ). Investigasi lebih lanjut mengungkapkan kaitan dagang antara perusahaan-perusahaan ini 50 dengan APP. 51 Sansico memiliki pabrik di Indonesia, dan mengklaim dapat memproduksi lebih dari 1 juta unit kemasan per minggunya. Mattel adalah salah satu pelanggan utamanya, dan dilaporkan 52 telah memasok kemasan tercetak kepada kepada perusahaan ini selama dua dekade. Sebagian besar produksinya lewat percetakan Sansico, PT Printec II, yang bersebelahan dengan pabrik utama Mattel Indonesia. Menurut informasi rahasia, pabrik Sansico ini adalah pelanggan APP Indonesia. Percetakan ini memproduksi berbagai produk kemasan untuk Mattel, termasuk yang dilisensi oleh Disney. Pabrik Sansico, PT Grafitec, juga memasok 53 kemasan untuk Mattel Indonesia. PT BMJ adalah bagian dari Grup Djarum dan merupakan produsen kemasan lintas sektor 54 terkemuka di Indonesia. Menurut informasi rahasia, BMJ adalah pelanggan APP Indonesia. Uji forensik kemasan Mattel yang berasal dari percetakan ini terbukti secara reguler menggunakan MTH. 55 Barbie ‘Made in Indonesia’ hanya puncak gunung es

      Investigasi Greenpeace mengenai kemasan boneka busana hanya merupakan puncak gunung es dalam pengungkapan potensi dampak Mattel terhadap hutan hujan Indonesia. Menurut ‘Laporan GRI 2007’ Mattel: ‘Mayoritas produk kami, termasuk produksi yang di- 56

      outsource diproduksi di Cina.’

      Di Cina sendiri, Mattel membuat produk dari mulai boneka busana, permainan, teka-teki dan 57 permainan kartu sampai aksesoris Barbie dan merk mainan lainnya. Sebagian besar produk dijual dengan kemasan atau mengandung semacam materi kertas lainnya.

      Hasil uji forensik kemasan boneka busana Barbie ‘Made in China’ mengungkapkan sejumlah 58 produk yang mengandung MTH. 59 Menurut website perusahaan, perusahaan APP Ningbo Asia Converting mengklaim untuk membuat produk kemasan sepeda otoped bermerk Barbie. Perusahaan satu kelompoknya (sister company) Ningbo Asia Pulp & Paper, memperoleh sertifikat Mattel untuk papan kertas 60 61 permainan kartu dan mengimpor pulp dari Indonesia. Permainan kartu UNO dan kemasan 62 bergambar karakter Disney Winnie the Pooh telah positif terbukti mengandung MTH.

      APP adalah produsen produk kertas terbesar di Cina, dan sekitar sepertiga dari produksi 63 kertas dan papan kertasnya adalah untuk kemasan. Tanpa adanya kebijakan kuat dan pengamanan spesifik, produk kertas dari Cina atau Indonesia berisiko tinggi untuk dikaitkan dengan APP, dan merupakan pendorong pengrusakan hutan hujan Indonesia.

      DISNEY

      Hasil uji forensik menunjukkan bahwa serangkaian luas produk kertas dan kemasan yang bermerk Disney secara reguler mengandung bahan kayu dari hutan hujan Indonesia. Di Indonesia, Mattel memproduksi serangkaian luas boneka busana bermerk Disney. Mattel dipasok oleh APP, sebuah kelompok dimana dari investigasi Greenpeace terbukti terus menerus terbukti menghancurkan hutan hujan habitat dari satwa yang sangat terancam punah dan juga terlibat dengan pengrusakan lahan gambut berskala besar.

      Kesepakatan lisensi Disney berlaku untuk semua perusahaan yang memproduksi

    • produk yang menggunakan merk Disney. Walau demikian, kesepakatan ini tidak mensyaratkan tidak digunakannya kayu yang berasal dari hutan hujan. Mattel memproduksi serangkaian luas boneka busana Princess bermerk Disney,
    • termasuk Snow White, Cinderella, Rapunzel dan boneka Sleeping Beauty, pada pabrik yang sama yang membuat Barbie. Bukti-bukti Greenpeace menunjukkan bahwa Mattel Indonesia menggunakan kayu
    • yang berasal dari hutan hujan Indonesia untuk kemasan produk bermerk Disney. Investigasi Greenpeace menunjukkan bahwa APP memasok papan kemasan untuk
    • produk Disney yang diproduksi oleh Mattel.

    DISNEY ADALAH MERK TERLISENSI NOMER SATU

      Disney adalah ‘pemberi lisensi [produk] terbesar dunia dengan hasil penjualan eceran global 64 sebesar $27 milyar pada tahun 2009’.

      Disney adalah perusahaan publik, terdaftar pada Bursa Efek New York, dengan kantor 65 pusatnya di Burbank, California, USA. Perusahaan yang dibentuk tahun 1923 sebagai 66 studio kartun, saat ini telah berkembang menjadi bisnis hiburan multinasional. 67 Total penjualan Disney tahun 2010 mencapai US$ 38,1 milyar (€ 28,2 milyar). Sementara 68 divisi produk konsumennya hanya merupakan 7% dari penjualan, perusahaan saat ini bekerja sama dengan para pengecer utamanya untuk bergeser dari ‘model bisnis lisensi’ 69 menjadi ‘perusahaan produk konsumen’: yang bercita-cita untuk mengembangkan pemasaran produknya.

      ‘Produk bermerk Disney terinspirasi film-film animasi Disney yang sangat dicintai, termasuk film pertama – Snow White and the Seven Dwarfs – sampai film-film terbaru seperti The 70 Princess and the Frog serta Toy Story dan Cars dari Disney·Pixar’ ‘Disney Princess telah menjadi merk gaya hidup yang kuat dan menyumbang $4 milyar dari penjualan eceran global, menyentuh tiap aspek kehidupan anak-anak perempuan di seluruh 71 dunia.’

      Kebijakan kertas 72

      ‘Konservasi alam adalah prioritas utama Disney.’ 73 Disney telah menyurati Greenpeace mengakui perannya dalam mengurangi deforestasi, dan telah memberlakukan kebijakan pembelian yang berlaku pada sebagian dari pembuatan produksi langsungnya.

      Produksi sendiri ‘Disney bertujuan untuk mendapatkan 100% dari kertas yang dipasok untuk produk dan kemasan oleh bisnis non-lisensinya dari sumber berkelanjutan. Kertas yang dipasok akan memuat kandungan daur ulang, dipasok dari hutan bersertifikat, atau yang sumber asalnya 74 diketahui.’

      Kebijakan lemah ini tidak memastikan bahwa Disney tidak berdagang dengan dengan perusahaan-perusahaan yang terlibat deforestasi. Dengan ‘mengetahui sumber asalnya’ artinya bahwa ‘pembeli telah diberitahu di mana kayu tumbuh dan telah dipastikan bahwa 75 asalnya bukan dari tempat yang tidak diinginkan (misalnya ditebang secara ilegal)’.

      Produk yang diproduksi oleh pihak ketiga atau pemegang lisensi ‘Sebagian besar produk bermerk Disney diproduksi dan dijual di bawah lisensi yang 76 diberikan oleh Disney kepada pihak ketiga.’

      Secara teori, kode perilaku (code of conduct) Disney berlaku untuk semua produsen produk- produk Disney, termasuk barang-barang yang diproduksi pihak ketiga dan pemegang 77 lisensi. ‘Perusahaan-perusahaan yang membuat produk bermerk Disney harus

      78

      mempekerjakan buruh di bawah umur’, misalnya. Namun di bawah judul ‘Perlindungan Lingkungan’, kode ini hanya mensyaratkan produsen untuk ‘mematuhi semua peraturan dan 79 80 perundang-undangan lingkungan yang berlaku’. Selanjutnya, kebijakan kertas Disney hanya berlaku untuk sejumlah produk terbatas yang diproduksi sendiri. Persyaratan ini tidak 81 diberlakukan pada lebih dari 3.700 pemegang lisensinya untuk menghindarkan mereka dari berdagang dengan perusahaan-perusahaan yang terlibat deforestasi.

      BUKTI FORENSIK MENGAITKAN DISNEY DENGAN PENGHANCURAN HUTAN HUJAN INDONESIA

      Hasil uji forensik ahli menunjukkan bahwa MTH secara reguler ditemukan dalam serangkaian 82 luas produk kemasan dan kertas bermerk Disney. Hal ini membuktikan bahwa Disney berperan dalam pengrusakan hutan hujan Indonesia.

      Pengumpulan bukti oleh Greenpeace akan produk kemasan dan kertas bermerk Disney 83 terbukti mengandung MTH:

      INVESTIGASI GREENPEACE MENUNJUKKAN KAITAN DISNEY DENGAN APP 84 Merk Disney Princess ‘Made in Indonesia’

      Greenpeace telah mengidentifikasi bahwa Mattel memproduksi boneka-boneka busana bermerk Disney Princess dan High School Musical di Indonesia. Boneka-boneka khas ini, termasuk Snow White, Cinderella, Rapunzel dan Sleeping Beauty, diproduksi pada pabrik Mattel Indonesia yang sama yang memproduksi Barbie. Uji forensik pada serangkaian luas materi kemasan untuk boneka-boneka ini menunjukkan bahwa secara reguler ditemukan 85 sejumlah besar MTH.

      Investigasi Greenpeace menunjukkan bahwa Mattel Indonesia menggunakan materi kemasan buatan APP. Mattel Indonesia memproduksi boneka busana bermerk Disney. Sebagian dari kemasan untuk produk ini memakai label sebagai produksi Sansico, yang menerima pasokan bahan baku dari APP. Lihat ‘Investigasi Greenpeace Mengaitkan Mattel dengan APP’. 86 Puncak gunung es

      Disney duduk sebagai ‘pemberi lisensi terbesar dunia dengan penjualan eceran global 87 mencapai $27 milyar pada tahun 2009’. Lebih dari 3.700 perusahaan lisensi memproduksi 88 barang-barang bermerk Disney dengan lisensi di seluruh dunia. Sebagian besar produk Disney dijual dengan kemasan atau merupakan produk kertas (alat tulis, teka-teki, buku gambar, dsb).

      Kemasan untuk produk bermerk Disney yang diproduksi oleh Mattel Indonesia jelas hanya pengrusakan hutan hujan Indonesia. Ningbo Asia Pulp & Paper memperoleh sertifikat Mattel 89 untuk papan kertas permainan kartu. Hasil uji forensik kartu dan kemasan untuk edisi 90 Disney dari permainan kartu UNO dari Mattel buatan Cina telah terbukti mengandung MTH.

      Di Indonesia, investigasi awal Greenpeace mengidentifikasi serangkaian barang bermerk Disney yang dipasarkan secara luas oleh sejumlah pemegang lisensi untuk penjualan eceran internasional seperti Carrefour. Hasil uji forensik dari serangkaian kemasan untuk produk- 91 produk ini menunjukkan pemakaian MTH.

      Tanpa adanya pengaman khusus, produk-produk kertas terutama dari Cina dan Indonesia berisiko tinggi dikaitkan dengan APP dan menjadi pendorong hancurnya hutan hujan Indonesia.

    HASBRO DAN LEGO

      Selain mengidentifikasi produk-produk bermerk Mattel dan Disney dan kaitannya dengan pengrusakan hutan hujan Indonesia, investigasi Greenpeace juga mengidentifikasi sejumlah produsen mainan besar, termasuk Hasbro dan LEGO, yang memproduksi produknya di Cina yang telah terbukti menggunakan MTH dalam produk-produk kertasnya.

      Greenpeace telah berhasil mengaitkan APP dengan Hasbro dan LEGO.

      Hasbro adalah produsen mainan global kedua terbesar di dunia.

    • Banyak produk-produk mainan ‘Made in China’ tidak mencantumkan pembuat
    • kemasannya. Salah satu edisi special buku kegiatan Star Wars dari LEGO dicetak oleh Hung Hing,
    • salah satu dari tiga pengimpor terbesar kertas APP Indonesia di Cina. Sampulnya terbukti mengandung MTH.

      HASBRO DAN LEGO ADALAH PEMAIN BESAR HASBRO ADALAH KEDUA DI BIDANG MAINAN

      Hasbro adalah produsen kedua terbesar dunia di sektor mainan. Saham perusahaan ini diperdagangkan di NASDAQ Global Select Market. Hasbro berkantor pusat di Pawtucket, Rhode Island, AS. Pada tahun 2010, Hasbro merealisasi penjualan bersih sebesar US$ 4,0 92 milyar (€ 3,0 milyar). 93 94 Sekitar 50% dari penjualan 2010 adalah di AS. Dua pertiga penjualan adalah untuk mainan anak laki-laki – termasuk karakter dan merk seperti GI Joe, Incredible Hulk, Indiana

      Jones, Spider-Man, SpongeBob, Sesame Street, the Simpsons, Star Wars dan yang diproduksi di bawah lisensi Disney (Mickey Mouse, High School Musical, Little Einsteins, Toy 95 Story 3) – serta permainan dan teka-teki seperti Monopoly, Scrabble dan Trivial Pursuit.

      Kebijakan kertas

      Produksi sendiri Hasbro telah menentukan ‘tujuan bahwa pada 2011 setidaknya 75% dari kemasan kertasnya akan berasal dari materi daur ulang atau sumber-sumber yang mempraktekkan pengelolaan 96 hutan berkelanjutan’. Pada tahun 2015 mereka bertujuan untuk meningkatkannya menjadi 97 90% untuk semua kemasan papan kertas dan isi dari semua permainan dalam kotak.

      Produk-produk di bawah lisensi Hasbro mengakui tanggung jawabnya untuk produk-produk yang dibuat di bawah lisensi, dan mereka ‘bekerja dengan para pemegang lisensi mainan dan permainan inti untuk 98 membantu mereka memberlakukan standar yang serupa’.

    LEGO ADA DI POSISI KEEMPAT DI BIDANG MAINAN

      99 LEGO adalah produsen mainan terbesar keempat di dunia. LEGO adalah perusahaan 100 pribadi milik keluarga, berkantor pusat di Billund, Denmark. 101 Produk-produk perusahaan ini dijual di lebih dari 130 negara.

      Pada tahun 2010, pendapatan perusahaan ini dari penjualan produknya adalah DKK 16,0 102 milyar (€ 2,1 milyar). Selain produk utama LEGO, mereka juga memproduksi produk di bawah lisensi yang termasuk produk-produk bermerk dari film atau film kartun seperti Star Wars, Harry Potter, 103 Toy Story, SpongeBob dan Indiana Jones.

      Kebijakan kertas

      Pada bulan Mei 2011, LEGO memberitahu Greenpeace bahwa mereka berniat menginvestigasi keprihatinan Greenpeace mengenai APP dengan para pemasok mereka secepatnya. Perusahaan ini akan ‘berusaha untuk memastikan semua kemasan dan materi cetak untuk semua produk bermerk LEGO dipasok dari sumber-sumber berkelanjutan dan 104 sebisa mungkin menggunakan kandungan daur ulang’.

      Bilamana materi kemasan LEGO mensyaratkan penggunaan serat baru dibanding kandungan daur ulang, LEGO hanya meminta pemasoknya untuk mendeklarasikan bahwa mereka dapat ‘setidaknya mendokumentasikan bahwa kemasan yang dipasok kepada LEGO Group tidak mengandung serat kayu yang dapat dilacak kembali ke deforestasi ilegal; 105 kayu dari spesies kayu terancam; atau praktek bisnis korup atau ilegal lainnya’. 106 Walau LEGO telah mengakui pentingnya membeli dari sumber-sumber bersertifikasi FSC, sistem yang berlaku sekarang tidak cukup kuat untuk memastikan bahwa serat yang digunakan untuk kemasan produk mereka berasal dari sumber-sumber bersertifikasi FSC. Produk-produk yang diproduksi pihak ketiga LEGO memiliki kode perilaku yang memberi syarat minimum ‘untuk memastikan pelanggan dan subkontraktor untuk memproduksi komponen dan memberikan jasa kepada LEGO 107

      Group dengan cara yang etis’. Misalnya: ‘Pekerja di bawah umur tidak boleh dilibatkan 108 atau dimanfaatkan. […] Pekerja paksa tidak boleh dilibatkan atau dimanfaatkan.’ Namun di bawah ‘Perlindungan Lingkungan’ kode perilaku ini hanya mensyaratkan produsen untuk mematuhi ‘hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan 109 lingkungan’.

      LEGO tidak mensyaratkan pihak ketiga untuk menghindari perdagangan dengan perusahaan-perusahaan yang terlibat dengan deforestasi.

      HASIL UJI FORENSIK MENGAITKAN HASBRO DAN LEGO DENGAN PENGHANCURAN HUTAN HUJAN INDONESIA HASBRO

      Hasil uji forensik membuktikan bahwa MTH secara reguler ditemukan dalam serangkaian 110 kemasan dan produk kertas dalam produk bermerk Hasbro. Bukti ini menguak peran Hasbro dalam penghancuran hutan hujan Indonesia 111 Produk kemasan dan produk kertas yang mengandung MTH antara lain:

      LEGO

      Hasil uji forensik dari lapisan luar dari sampul produk-produk LEGO menunjukkan 112 penggunaan serat MTH. Bukti ini menguak peran LEGO dalam penghancuran hutan hujan Indonesia. 113 Produk yang mengandung MTH:

      INVESTIGASI GREENPEACE MENGAITKAN HASBRO DAN LEGO KE APP HASBRO Hasbro memiliki kaitan rantai pasokan dengan APP.

      Sertifikasi membuktikan bahwa APP adalah pemasok Hasbro

      Seperti Mattel, Hasbro mensyaratkan sertifikasi untuk semua materi, termasuk produk kertas untuk membuktikan bahwa mereka memenuhi standar dalam hal tidak menggunakan atau 114 pembatasan serangkaian bahan kimia berbahaya.

      Kilang APP utama untuk papan kertas kemasan di Indonesia – PT Indah Kiat Pulp & Paper Serang (IKPP), berlokasi di Jawa – telah menerima sertifikasi untuk beberapa merk 115 permainan papan yang mereka produksi dan perdagangkan di Indonesia dan ke Cina. 116 Kilang ini dipasok oleh kilang pulp APP di Sumatra; yang menggunakan MTH dari hutan hujan Indonesia.

      Di Cina, kilang APP Ningbo telah menerima sertifikasi Hasbro untuk produksi papan 117 kertas. 118

      Rantai pasokan Hasbro

      Hasbro telah men-outsource banyak produksinya ke pabrik-pabrik di Cina termasuk permainan papan seperti Monopoly, Trivial Pursuit, The Game of Life, Twister dan Scrabble dan mainan termasuk Transformers dan My Little Pony. Hasil uji forensik awal dari serangkaian kemasan produk bermerk Hasbro yang dibuat di 119 Cina menunjukkan pemakaian MTH.

      Label pada permainan papan bermerk Hasbro yang dibeli di Cina mengidentifikasi QP Printing dan Top Mix Industries sebagai produsennya. QP Printing juga mengekspor 120 permainan papan bermerk Hasbro termasuk Monopoly dan Scrabble. Website The Top

      Mix Industries mempromosikan perusahaan ini sebagai ‘produsen yang ditunjuk untuk 121 membuat permainan terkenal “Monopoly” ’. Produsen lainnya telah diidentifikasi pula.

      Investigasi awal Greenpeace telah mendapatkan bukti terdokumentasi akan kaitan dagang antara produsen produk bermerk Hasbro dan APP di Cina dan Indonesia. Tanpa adanya pengaman khusus, produk-produk kertas terutama dari Cina dan Indonesia berisiko tinggi dikaitkan dengan APP dan pendorong hancurnya hutan hujan Indonesia.

      122 LEGO LEGO memiliki kaitan rantai pasokan dengan APP.

      LEGO mempunyai kesepakatan lisensi eksklusif dari Lucasfilm Ltd. yang memberikan hak

      123 berdasarkan tema dari film Star Wars trilogi yang pertama dan tiga film berikutnya.

      Beberapa edisi spesial produk Star Wars diterbitkan oleh Dorling Kindersley (bagian dari Penguin Group) dan dicetak di Cina oleh percetakan-percetakan yang berkaitan dengan APP. 124 Salah satu percetakan produk ini (Leo Paper) dua kali memenangkan ‘Sinar Mas Print Awards’ pada tahun 2009 – sebuah kompetisi yang terbuka hanya untuk para konsumen 125 APP; percetakan lain (Hung Hing Printing) dimiliki oleh grup perusahaan yang sama 126 dengan Sun Hing Paper. Menurut data perdagangan rahasia 2010, Sun Hing Paper adalah termasuk tiga importir terbesar Cina akan kertas APP Indonesia. Hasil uji forensik dari satu produk edisi spesial Star Wars diproduksi oleh Hung Hing terbukti mengandung MTH.

      Hanya puncak gunung es?

      Kiatan-kaitan dengan APP dan bukti bahwa serat hutan hujan dalam rantai pasokan LEGO dan Hasbro sangat mungkin hanya merupakan puncak gunung es bagi perusahaan ini dan produsen mainan lainnya. Makin banyak produsen di sektor mainan yang memusatkan produksi mereka di Cina. Misalnya, kemasan untuk produk-produk LEGO baru-baru ini semakin banyak yang diproduksi di Cina; dahulu, hampir semua diproduksi di Denmark atau negara Eropa lainnya.

      Tanpa adanya pengaman khusus, produk kertas dari Cina atau Indonesia berisiko tinggi dikaitkan dengan APP, dan dengan pengrusakan hutan hujan Indonesia.

      APP

      Pemerintah Indonesia mengidentifikasi sektor kelapa sawit dan pulp & kertas sebagai dua 127 pendorong utama pengrusakan hutan hujan. Pemain terbesar di kedua sektor ini di Indonesia adalah Sinar Mas Group. Kedua divisi dalam Sinar Mas Group (SMG) ini mengambil pendekatan bersebrangan mengenai emisi deforestasi. Misalnya, dalam hal lahan gambut yang kaya karbon, divisi kelapa sawit (GAR) akan melindungi semua lahan gambut apapun kedalamannya, sementara divisi pulp dan kertas (APP) secara aktif menargetkan lahan gambut untuk persediaan kayu hutan hujan saat ini dan di masa depan.

      APP menebangi habis hutan hujan di wilayah yang merupakan habitat kritis satwa

    • yang terancam punah dan lahan gambut dalam, yang secara teori terlarang untuk dikembangkan menurut hukum Indonesia. Pernyataan-pernyataan perusahaan baru- baru ini menunjukkan niat mereka meneruskan pembukaan hutan sampai 2015. Sejumlah industri prngguna yang terus bertambah berusaha untuk melindungi merk
    • mereka dengan menghindari kaitan dagang dengan perusahaan-perusahaan yang terlibat deforestasi. Korporasi dunia tersebut termasuk Staples, Kraft dan Nestlé telah menghentikan pembeliannya dari APP.

      APP MENJUAL KERTAS SECARA GLOBAL YANG SUMBERNYA BERASAL DARI DEFORESTASI

      Sinar Mas Group (SMG) adalah sekelompok perusahaan yang beroperasi lintas sektor yang cukup luas, dan kelompok ini mencirikan diri sebagai ‘salah satu kelompok perusahaan 128 berdasar sumberdaya alam terbesar dunia’. Sektor-sektor dimana mereka secara aktif 129 berkembang termasuk pulp dan kertas, kelapa sawit dan batubara.

      Asia Pulp & Paper (APP), divisi pulp & kertas Sinar Mas, menyatakan diri sebagai salah satu 130 dari produsen tiga terbesar dunia. Basis utama produksi pulp APP adalah Indonesia, dan divisi ini menyumbang sekitar 40% 131 dari total produksi pulp Indonesia. APP Group bergantung pada penebangan habis hutan alam oleh perusahaan-perusahaan mitra di bawah SMG untuk memenuhi kebutuhan 132 produksinya. Kayu gelondongan hasil penebangan hutan hujan Indonesia, termasuk hutan lahan gambut, menyumbang sekitar 20% serat yang dijadikan bubur kertas di pabrik-pabrik 133 APP antara tahun 2007 dan 2009. 134

      Cina saat ini adalah basis produksi produk-produk kertas, kemasan dan tisu APP. Pabrik- pabrik APP di Indonesia dan Cina memproduksi produk-produk kertas kemasan dan produk-produk untuk banyak merk global lintas sektor, dari makanan sampai elektronik, 135 kosmetik, alas kaki, rokok dan mainan.

      Pada bulan Juli 2010 Greenpeace Internasional meluncurkan laporan ‘Bagaimana Sinar Mas 136 meluluhkan bumi’. Investigasi di lapangan mendokumentasikan dampak operasi SMG/APP di hutan Bukit Tigapuluh dan Kerumutan di Sumatra. Tindakan mereka termasuk pembukaan lahan gambut dalam dan habitat harimau. Investigasi laporan mengungkapkan ambisi ekspansif besar-besaran dalam hal luas wilayah untuk pembukaan di masa mendatang serta aspirasi ekspansi kapasitas pabrik pulp di Indonesia.

      Perusahaan-perusahaan konsumen yang dulunya pembeli produk APP, dari investigasi Greenpeace diketahui bahwa saat ini memberlakukan kebijakan yang akan melepaskan mereka dari kaitan dagang dengan perusahaan-perusahaan yang terkait deforestasi dalam rantai pasokan mereka. Jumlah perusahaan semacam ini terus bertambah. Perusahaan semacam ini termasuk Kraft, Nestlé, Unilever, Carrefour, Tesco, Auchan, LeClerc, Corporate 137 Express dan Adidas.

      Keluarga yang sama, logo yang sama, strategi pengembangan bisnis yang berbeda

      Dikepalai oleh Franky Widjaja, divisi kelapa sawit Sinar Mas, Golden Agri Resources (GAR), memberlakukan kebijakan konservasi hutan baru ‘untuk memastikan operasi-operasi kelapa sawit mereka tidak meninggalkan jejak deforestasi. Intinya adalah […] tidak ada 138 pengembangan pada lahan gambut dan wilayah kaya karbon’ – artinya, ini adalah model pengembangan yang menghindari deforestasi. Sebaliknya, APP – dikepalai oleh saudara Franky, Teguh Widjaja – secara pesat 139 mengembangkan kerajaan globalnya melalui akuisisi pabrik-pabrik pulp dan kertas, 140 dengan tujuan menjadi perusahaan kertas terbesar di dunia. Pernyataan-pernyataan perusahaan mengkonfirmasi bahwa Indonesia akan tetap menjadi basis kunci produksi 141 pulp, dan akan terus menggunakan kayu gelondongan dari hutan hujan untuk memenuhi 142 kebutuhan produksinya – artinya, model pengembangan yang dituju adalah bisnis yang bergantung pada deforestasi. 143 APP mempekerjakan Cohn and Wolfe, cabang dari kelompok PR terbesar di dunia, WPP, untuk membantu mencitrakan mereka sebagai perusahaan yang mengedepankan konservasi. Pernyataan-pernyataan PR baru-baru ini termasuk dukungan bagi Instruksi Presiden mengenai moratorium dua tahun untuk penerbitan izin-izin bari pada lahan gambut 144 145 dan hutan. Namun pengumuman moratorium yang diterbitkan bulan Mei 2011 itu hanya berlaku pada hutan alam primer dan lahan gambut di luar konsesi yang ada. 146 Analisis pemetaan Greenpeace menunjukkan bahwa jutaan hektar habitat satwa liar dan lahan gambut yang kaya karbon tetap terancam ekspansi sektor pulp. Wilayah hutan hujan yang ditargetkan oleh APP tetap tidak tersentuh moratorium. Pembabatan hutan dalam wilayah ini dapat mendorong perubahan iklim dan menggeser spesies seperti harimau Sumatra selangkah lebih dekat menuju kepunahan.

    APP MENGHANCURKAN HUTAN HUJAN INDONESIA

      APP telah berulang kali berjanji dalam sepuluh tahun terakhir untuk sama sekali bergantung pada serat dari perkebunan yang terbarukan – awalnya ditargetkan pada tahun 2007, 147 kemudian direvisi menjadi 2009 – dan menghentikan kebergantungan mereka pada kayu gelondongan hasil tebang habis dari hutan hujan di Indonesia. Pada tahun 2011, kepala bagian keberlanjutan APP, Aida Greenbury, mengulang kembali komitmen mereka untuk 148 memenuhi target ini pada akhir 2015 – delapan tahun lebih lambat dari waktu yang dijanjikan semula.

      Pada tahun 2010, APP menyatakan bahwa sekitar 20% serat yang masuk ke kilang-kilang 149 pulp mereka di Indonesia pada tahun sebelumnya berasal dari pembukaan hutan alam. Saat ini sebagian besar dari pembukaan ini terjadi di dalam wilayah konsesi di Riau dan 150 Jambi. 151 Dokumen rahasia SMG/APP tahun 2007 mengidentifikasi jutaan hektar wilayah konsesi perusahaan yang ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan produksi yang ada dan memberi ruang untuk potensi ekspansi produksi kilang pulp di Indonesia. Dua juta hektar ditargetkan di Kalimantan dan Sumatra.

      Analisis Greenpeace akan dokumen-dokumen pemerintah dan perusahaan memastikan bahwa sejak Desember 2010, SMG/APP telah meningkatkan wilayah konsesi bahan bakunya setidaknya seluas 800.000 hektar. Status dari wilayah target sisanya tidak jelas. Analisis pemetaan menunjukkan bahwa sekitar 40% dari wilayah tambahan yang saat ini dikuasai oleh SMG/APP atau dimana SMG/APP telah mendapatkan izin prinsip adalah wilayah yang masih berhutan pada tahun 2006, termasuk wilayah cukup luas yang merupakan habitat 152 satwa liar dan lahan gambut .

      Di propinsi Riau dan Jambi saja, SMG/APP bertujuan menambah konsesinya seluas 900.000 hektar antara tahun 2007 dan 2009. Pada tahun 2006, lebih dari separuh wilayah ini 153 berhutan dan seperempatnya lahan gambut. Pada akhir tahun 2007, lebih dari separuh wilayah yang ditargetkan untuk ekspansi konsesi ini disetujui oleh pemerintah Indonesia atau 154 sedang dalam proses akuisisi oleh SMG/APP. Dua wilayah target ekspansi terbesar oleh SMG/APP adalah Bentang Hutan Bukit Tigapuluh, yang membentang di propinsi Riau dan Jambi, serta Hutan Gambut Kerumutan di Riau. Analisis pemetaan oleh Greenpeace yang diterbitkan bulan Juli 2010 mengidentifikasi 155 wilayah hutan, lahan gambut dan habitat satwa liar yang ditargetkan untuk ekspansi. Peta- peta ini disertai bukti fotografis dari deforestasi baru dan yang sedang berjalan dalam konsesi yang baru diakuisisi. Investigasi dan analisis Greenpeace tahun 2011 menunjukkan bahwa ekspansi SMG/APP 156 berlanjut di wilayah tersebut dan sesuai dengan rencana 2007.

      INVESTIGASI GREENPEACE MENGUAK DAMPAK APP

      Analisis independen dari dampak operasi sektor pulp dan kelapa sawit terhalang oleh kurangnya transparansi pemerintah dan industri; hal ini termasuk kesulitan mendapatkan data yang terkini dan cukup rinci. Lemahnya kualitas data semacam ini dan kesediaan bukti lainnya dari sumber-sumber resmi berarti analisis harus dipahami sebagai sebuah penilaian risiko indikatif, dan beberapa elemen harus dikonfirmasi melalui validasi lapangan. Dalam skala regional, marjin kesalahan dalam data sumber menjadi impas, walau bias yang ada dalam asumsi nilai estimasi akan teramplifikasi – misalnya estimasi konservatif simpanan karbon dalam lahan gambut.

      Walau dengan keterbatasan ini, menggunakan data resmi yang tersedia dari sumber-sumber pemerintah dan para ahli, Greenpeace menggunakan beberapa teknik untuk mengakses risiko operasi dan rencana-rencana ekspansi SMG/APP terhadap wilayah hutan, lahan gambut dan habitat satwa liar dan memantau dampak dari operasi tersebut.

      Penilaian Greenpeace mengenai nilai-nilai bentang wilayah didasarkan pada sejumlah sumber termasuk peta tutupan lahan 2006 Kementrian Kehutanan, peta habitat orangutan Kalimantan United Nations Environment Program (UNEP), bentang alam prioritas untuk konservasi harimau dari WWF/WCS/Smithsonian dan NFWF-STF, serta peta lahan gambut Wetlands International. Data konsesi dikumpulkan dari berbagai sumber pemerintah. Data hutan tanaman industri (HTI) tersedia dari Kementrian Kehutanan. Data ini tidak mengidentifikasi perusahaan yang menguasai konsesi terkait.

      Metode ini sering digunakan oleh pemerintah, kelompok-kelompok konservasi dan bahkan perusahaan pemegang konsesi, termasuk Sinar Mas, untuk menimbang risiko dan memantau perubahan. Berikut adalah beberapa lapisan analisis:

      Pemetaan risiko (analisis spasial)

      1) Memetakan operasi perusahaan: hal ini membutuhkan diketahuinya batas-batas konsesi perusahaan. Sinar Mas tidak membuat informasi ini tersedia untuk umum, dengan demikian menyulitkan pemantauan publik akan operasi mereka. Sementara Kementrian Kehutanan menyediakan peta ini dan menunjukkan konsesi kayu pulp yang berizin lengkap. Informasi ini tidak selalu terkini dan tidak merinci kepemilikan dan hanya menyebutan pemegang konsesi, yang berbeda untuk hampir semua konsesi. Informasi terbaik yang ada untuk pemegang konsesi SMG/APP harus dikumpulkan dari serangkaian sumber termasuk Kementrian Kehutanan, dokumen internal perusahaan, kantor-kantor pemerintah kabupaten, organisasi konservasi dan para penilai lingkungan.

      Nations Environment Program (UNEP), kelompok-kelompok ahli konservasi dan otoritas lainnya. Para ahli GIS menggunakan lapisan-lapisan data ini untuk menciptakan visi ekosistem. Misalnya pada tingkat bentang alam, hal ini menunjukkan kualitas tutupan hutan, luas dan kedalaman gambut, wilayah-wilayah konservasi keanekaragaman hayati kunci dan habitat orangutan dan harimau. Daftar kelompok data inti dijabarkan di bawah.

      Tutupan lahan: 158

      Habitat harimau Sumatra: 161

      Peta terbaik habitat orangutan pada tingkat bentang alam yang ada dibuat oleh United Nations Environment Programme (UNEP), pertama diterbitkan pada tahun 2004 dan kemudian diperbaharui.

      Habitat berhutan: Habitat orangutan Kalimantan: 160

      Peta lahan gambut pada tingkat bentang alam yang tersedia di Indonesia dibuat oleh Wetlands International.

      Lahan gambut: 159

      Tahun terbaru dimana data Kementrian Kehutanan untuk tutupan lahan tersedia adalah 2006.