BAB 4 ISU STRATEGIS 16 NOV REVISI PERMEN 86 FOR PENETAPAN DEWAN

BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU

  • – ISU STRATEGIS DAERAH

4.1 Permasalahan Pembangunan

  IV - 1

  Permasalahan pembangunan daerah merupakan Kesenjangan Harapan (gap expectation) antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.

  Permasalahan umum yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan akan diuraikan berdasarkan masalah yang dihadapi pada masing-masing aspek.

4.1.1 Aspek Kesejateraan Masyarakat

4.1.1.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1.

  Masih tingginya ketergantungan pendapatan masyarakat dari komditas 1ember primer, seperti pala, perikanan dan sejenisnya dengan produk olahan yang sangat terbatas. Ini mengakibatkan pendapatan masyarakat sangat rentan terhadap perubahan harga komoditas.

  2. Harga bahan pokok yang relatif lebih tinggi dibanding kabupaten/kota sekitar. Penyebabnya antara lain sebagian besar bahan pokok dan produk lainnya berasal dari luar Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang menghadapi biaya angkut yang sangat tinggi. Khususnya bahan bakar minyak (BBM), masyarakat harus menanggung harga eceran 1ember dua kali lipat harga resmi Pertamina. Oleh sebab itu, masyarakat harus menanggung biaya hidup yang tinggi.

  3. Masih rendahnya animo masyarakat untuk bekerja demi meningkatkan pendapatan atau derajat kesejahteraan keluarga. Ini ditunjukan oleh angka partisipasi kerja yang rendah.

  4. Pengaruh keadaan alam dengan adanya fenomena el nino yang cukup panjang pada periode tahun 2014 hingga akhir 2015 sedikit berpengaruh dari berkurangnya produksi pertanian yang merupakan sumber mata pencarian utama masyarakat kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Ini mengakibatkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi selang tahun 2014 ke tahun 2015 dari 7,56% menajadi 7,01%. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mulai naik menjadi 7,12% pada tahun 2016. Hal tersebut cukup pula memberi dampak pada terjadi kenaikan daya beli masyarakat yang mencapai 96,33% pada tahun 2016 atau sekitar Rp. 656.000 dari target Rp. 681.000 dengan pendapatan per kapita (PDRB per Kapita) mencapai 5. Tingkat kemiskinan kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat diuraikan sebagai berikut :

  • tersebut menurun 0,35 poin dari tahun sebelumnya dimana persentase angka kemiskinan 10,93% atau berjumlah 7.150 orang.

  Pada tahun 2016 sebanyak 10,58% atau sekitar 6.960 jiwa. Hal

  • yang artinya bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin didaerah ini semakin mendekat ke arah garis kemiskinan.

  Indeks Kedalaman Kemiskinan (poverty gap indeks-P1) sebesar 1,44

  • 0,31 yang artinya tingkat keparahan kemiskinan dalam hal kesenjangan pengeluaran diantara penduduk miskin di daerah ini semakin kecil.

  Indeks Keparahan Kemisikinan (poverty saverity Indeks-P2) sebesar

  • sebesar 7,84% dari tahun 2015 dengan nilai garis kemiskinan sebesar Rp. 245.388 per kapita/bulan.

  Garis kemiskinan sebesar Rp. 264.632 per kapita/bulan. Meningkat

4.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

  Aspek ini menggambarkan beberapa urusan wajib daerah yang berkaitan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan dan seni budaya secara umum.

4.1.2.1 Pendidikan

  Pada aspek ini memiliki fokus terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Permasalahan yang dihadapi pada aspek pendidikan antara lain sebagai berikut :

  1. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar hanya mengenyam pendidikan sampai jenjang SMP/MTS

  IV - 2 saja. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata lama sekolah sampai pada tahun 2016 hanya mencapai 8,46 tahun saja.

  2. Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Hal ini terlihat dari angka partisipasi murni pada jenjang SMA/SMK yakni pada tahun 2016 baru mencapai angka 68,54%.

  Secara umum penyebaran sarana pelayanan kesehatan Puskesmas dan rumah sakit serta sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang upaya kesehatan relatif merata. Namun terlepas dari hal tersebut pada aspek kesehatan pula masih dihadapkan kepada permasalahan yang harus diatasi yaitu kasus balita gizi buruk. Dari data yang ada pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 tidak terdapat kasus balita gizi buruk di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro namun pada tahun 2016 ada 1 kasus balita gizi buruk yang terjadi di Kecamatan Tagulandang. Walaupun secara persentase angka tersebut masih masuk pada kategori rendah menurut standar WHO namun merupakan tanda awas bagi pemerintah Kabupaten untuk tahun-tahun ke depan

4.1.2.3 Ketenagakerjaan

  Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sementara itu permasalahan yang dihadapi pada urusan ketenagakerjaan adalah semakin bertambahnya jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang tidak dibarengi dengan perluasan lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan masyarakat. Ini mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Data yang ada menunjukan pada tahun 2014 jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebesar 26.805 jiwa, meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 28.572 jiwa terjadi kenaikan sebesar 1.767 jiwa.

  Selanjutnya jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun 2014 adalah sebesar 25.676 jiwa kemudian pada tahun 2015 menjadi sebesar 26.798 jiwa atau meningkat sebesar 1.122 jiwa. Data ini menunjukan bahwa penambahan jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan penambahan

  IV - 3 pada jumlah angkatan kerja yang terserap oleh lapangan kerja. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun 2015 yakni sebesar 1.774 jiwa dengan tingkat pengangguran 6,21%. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 1.129 jiwa dengan tingkat pengangguran sebesar 4,21%

  Kebudayaan di daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro perlu mendapat perhatian dengan intervensi lewat program dan kegiatan untuk mengembangkan seni dan budaya lokal dan sebagai identitas daerah.

  Kegiatan pementasan seni budaya serta lomba-lomba bertemakan seni budaya dan acara adat daerah perlu terus dilaksanakan dan diberi perhatian dan ruang khusus baik agar jati diri dan ciri khas daerah dapat terus terjaga. Hal lain yang menjadi masalah pengembangan kebudayaan daerah adalah minimnya sanggar seni di daerah ini yang menjadi salah satu media untuk menyalurkan bakat dan memberi pengajaran terhadap nilai-nilai budaya daerah. Sampai dengan tahun 2016 di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum memiliki organisasi seni budaya, yang ada baru grup kesenian yang berjumlah 130 Kelompok. Secara terperinci beberapa permasalahan yang terkait dengan bidang kebudayaan dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Belum optimalnya pelestarian adat dan budaya daerah, termasuk situs-situs budaya daerah.

  2. Masih kurangnya upaya pengembangan kesenian daerah.

  3. Narasumber kebudayaan daerah semakin berkurang sementara upaya regenerasi belum optimal, termasuk tenaga kurator.

  4. Belum adanya penetapan pengaturan kriteria tentang budayawan, penatua adat, seniman yang bisa dijadikan standar acuan dan disepakati para pemangku kepentingan terkait.

  5. Sebagian besar sanggar-sanggar seni yang ada belum memenuhi persyaratan keorganisasian yang memadai, seperti AD/ART, garis- garis besar program kerja, tanda daftar legalisasi sanggar, atau manajemen/kepengurusan yang jelas dan solid hal ini dapat diperhatikan pada data yang ada dimana hingga saat ini Kabupaten

  IV - 4 Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum memiliki organisasi seni budaya.

  6. Belum terbentuknya organisasi seni budaya yang memiliki peran strategis dalam menunjang pengembangan seni budaya daerah seperti dewan seniman dan UPTD /Pengelola Museum Daerah.

  7. Belum adanya perencanaan yang sistemik mengenai penentuan lokasi kawasan seni dan budaya serta belum tersedianya tempat kesenian, taman budaya dan panggung teater terbuka.

4.1.3 Aspek Pelayanan Umum

  

4.1.3.1 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Wajib yang

Berkaitan dengan Pelayanan Dasar

  Pada aspek ini akan dijelaskan permasalahan yang memfokuskan kepada pelayanan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Lain halnya dengan aspek kesejahteraan yang hanya menggambarkan indikator secara makro, untuk pelayanan urusan wajib ini akan secara spesifik menjelaskan permasalahan yang terjadi pada masing- masing urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar.

4.1.3.1.1 Pendidikan

  Dalam bidang pendidikan, hal yang paling mendesak adalah berkaitan dengan hal-hal berikut ini.

  1. Pada tahun 2016 masih terdapat anak usia sekolah belum bersekolah atau putus sekolah khususnya pada usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Hal ini terlihat dari data Angka Partisipasi Sekolah SMP sebesar 94,58% artinya masih ada sebesar 5,42% anak usia sekolah SMP/MTs yang belum memanfaatkan fasilitas sekolah atau putus sekolah. Angka Partisipasi Sekolah SMA/MA sebesar 72,62% yang artinya masih terdapat sebesar 27,38% penduduk usia sekolah yang belum memanfaatkan fasilitas sekolah atau putus sekolah.

2. Belum meratanya distribusi tenaga guru TK, SD,SMP maupun

  SMU/SMK. Hal tersebut dapat dilihat pada data rasio murid-guru baik TK, SD, SMP maupun SMU/SMK dimana Secara keseluruhan angka rasio murid-guru di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

  IV - 5 Biaro masih berada pada rasio ideal namun pada beberapa kecamatan angka rasio ini sudah melampaui rasio ideal.

  3. Beberapa wilayah belum memiliki sekolah menengah serta jarak tempuh yang cukup jauh.

  4. Belum memadainya sarana penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) pada beberapa sekolah.

  5. Masih terbatasnya lembaga pendidikan keterampilan/kursus.

4.1.3.1.2 Kesehatan

  Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan hak dasar bagi setiap masyarakat. Hal tersebut juga akan bermuara kepada kualitas sumber daya manusia. Dengan meningkatnya kualitas kesehatan maka diharapkan secara langsung akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Terlepas dari hal tersebut, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih dihadapkan pada permasalahan, antara lain sebagai berikut.

  1. Masih rendahnya jumlah dokter yang ada saat ini. Tercatat tahun 2015 jumlah dokter yang ada pada Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebanyak 51 dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis dengan rasio per satuan penduduk sebesar 0,73% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 45 dokter dengan rasio ketersediaan dokter terhadap penduduk hanya 0,62%. Di samping masalah kurangnya jumlah dokter, sampai dengan saat ini masih belum tersedianya tenaga teknis medis dan kefarmasian.

  2. Prasarana dan peralatan pada satuan pelayanan kesehatan, baik RSUD maupun puskesmas, puskesmas pembantu, dan poskesdes serta posyandu belum memadai, terutama puskesmas yang baru ditingkatkan menjadi puskesmas perawatan (rawat inap).

  3. Belum terbangunnya rumah dinas bagi beberapa paramedis terutama pada puskesmas di pulau-pulau.

  4. Belum tertanamnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada sebagian besar anggota masyarakat sehingga masih terdapat penyebaran penyakit pada masyarakat. Tercatat 10 penyakit yang menonjol terjadi pada kalangan masyarakat antara lain infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) sebanyak 5.200 kasus, Hipertensi sebanyak 3.411 kasus penyakit kulit dan jaringan Sub

  IV - 6 Kutan sebanyak 521 kasus, Gastritis sebanyak 1.857 kasus dan penyakit kulit infeksi sebanyak 297 kasus.

  5. Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular antara lain TB paru sebanyak 77 kasus, DBD sebanyak 37 kasus Diare sebanyak 319 kasus, malaria sebanyak 61 kasus dan penyakit kusta sebanyak 26 kasus pada tahun 2016

  6. Masalah kematian bayi (AKB) pada saat ibu melahirkan di kabupaten tahun terakhir, yakni: pada tahun 2014 terjadi kasus 3 bayi meninggal dan tahun 2015 dalam kasus yang sama terdapat 5 bayi meninggal selanjutnya di tahun 2016 tercatat kematian bayi meningkat menjadi 9 bayi. Selain itu, masalah kematian ibu melahirkan (AKI) masih muncul di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Pada tahun 2015 terdapat 4 ibu meninggal saat proses dan pasca melahirkan dan di tahun 2016 terdapat kematian 2 ibu pada kasus serupa. Walaupun jumlah kematian ibu melahirkan pada dua tahun terakhir masih rendah namun hal tersebut masih dibawah target yaitu 0 (tidak ada) kematian ibu melahirkan. Demikian pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada tahun 2016 masih terdapat 2 kasus AKABA.

  7. Rendahnya partisipasi laki-laki sebagai akseptor KB.

  8. Masih adanya pasangan usia subur (PUS)gakin yang belum mengikuti program KB.

  9. Belum tuntasnya penanganan dan pemberdayaan keluarga menuju keluarga sejahtera.

4.1.3.1.3 Pekerjaan Umum

  Urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan untuk menyediakan dan memenuhi pelayanan yang mendasar dan mutlak yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan seperti sumberdaya air, air minum, dan sanitasi lingkungan (air limbah, drainase, dan persampahan) yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Namun kondisi dilapangan dihadapkan kepada permasalahan antara lain:

  IV - 7

  1. Masih terdapatnya jalan dalam kondisi rusak berat dan kondisi belum tembus. Data yang ada kondisi jalan rusak berat pada tahun 2016 mencapai 29,11 Km sedangkan kondisi belum tembus mencapai 10,30 Km dari total 276,88 km panjang jalan Kabupaten.

  2. Belum tuntasnya peningkatan jalan Ulu-Ondong (lingkar utara) serta ruas jalan Buang-Karungo dan jalan lingkar pulau Makalehi.

  3. Masih terdapatnya rumah tinggal yang belum bersanitasi layak pada akses terhadap fasilitas sanitasi layak (Jamban Sehat).

  4. Masih terdapat wilayah yang belum terjangkau air bersih secara memadai.

  4.1.3.1.4 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Kesbangpol)

  Keamanan dan ketertiban masyarakat di Kabupaten Kepulauan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tercipta dengan baik. Ini disebabkan oleh masyarakat yang selalu memelihara kerukunan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Hai ini juga tidak lepas dari peranan aparat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Di samping itu, dalam urusan Kesbangpol ini juga masih terdapat permasalahan antara lain semakin menurunya rasio jumlah Polisi Pamong Praja terhadap 10.000 penduduk. Hal ini ditunjukan dengan rasio jumlah pamong praja pada tahun 2015 mencapai angka 16,92% kemudian menurun menjadi hanya sebesar 13,41% pada tahun 2016. Selain itu, optimalisasi Polisi Pamong Praja masih rendah.

  

4.1.3.2 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak

Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

  4.1.3.2.1 Ketahanan Pangan

  Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Hal ini dipandang strategis karena tidak ada negara yang mampu membangun perekonomian tanpa menyelesaikan terlebih dahulu masalah pangannya. Permasalahan ketahanan pangan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yakni menurunya produksi tanaman pangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produktivitas ubi kayu pada tahun 2017 yaitu 7 ton per hektar jika dibandingkan dengan tahun-tahun

  IV - 8

  IV - 9

  sebelumnya, nilai produktivitas ini mengalami penurunan yang sangat curam dimana produktivitas tahun sebelumnya mencapai 30 ton per hektar

  4.1.3.2.2 Lingkungan Hidup

  Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

  Ketersediaan sarana dan prasarana persampahan belum memadai; 2. Manajemen persampahan belum dilaksanakan secara baik terutama pada tempat pembuangan sementara (TPS).

  Belum optimalnya pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk menunjang kesejahteraan masyarakat secara lestari

  4.1.3.2.3 Kependudukan dan Pencatatan Sipil

  Permasalahan yang dihadapi pada urusan Kependudukan dan pencatatan sipil di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

1. Masih ada sebagian penduduk yang wajib KTP belum memiliki KTP.

  Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2016, dari 55.000 penduduk yang wajib KTP, baru 50.266 penduduk yang memiliki KTP atau masih 4.734 penduduk yang belum memiliki atau terlayani KTP.

  2. Pengumpulan, pengelolaan dan pengendalian database yang ada saat ini masih terkendala masalah jaringan internet yang kurang optimal.

4.1.3.2.4 Perhubungan

  Permasalahan yang dihadapi urusan perhubungan yakni: Masih belum tersedianya terminal dalam kota ondong sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

  1. Masih rendahnya sarana dan prasarana untuk menunjang aktivitas pada terminal kota Ulu Siau sebagai pusat perekonomian.

  2. Balai uji kendaraan bermotor belum sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementrian Perhubungan.

  3. Belum difungsikannya terminal Balehumara di Pulau Tagulandang

  IV - 10 4.

  Belum dibangunnya pelabuhan Mahangiang sebagai pelabuhan alternatif di Pulau Tagulandang.

  5. Masih terdapat beberapa desa khususnya di wilayah pulau Siau yang belum bisa dilalui oleh kendaraan angkutan perdesaan khususnya desa-desa di wilayah Kecamatan Siau Timur bagian Utara (Nameng Bukide dan Batu Bulan Apelawo). Sedangkan untuk wilayah Pulau Biaro belum ada Angkutan Perdesaan yang melayani

  6. Pembangunan bandara di Pihise merupakan altenatif transportasi oleh masyarakat dan harus pula disadari bahwa hal tersebut pada akhirnya akan menjadi kebutuhan dari masyarakat. Pemahaman yang minim menyebabkan masyarakat kurang memberi dukungan terhadap pembangunan bandara satu-satunya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

4.1.3.2.5 Komunikasi dan Informatika

  Permasalahan yang dihadapi pada bidang urusan Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

  1. Sebagian wilayah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum terlayani jaringan selular (blank spot) data dari Dinas Komunikasi informatika dan statistik dari total 83 desa masih ada 37 desa yang belum terlayani jaringan selular.

  2. Jumlah pemanfaatan sub domain sitarokab.go.id sampai dengan tahun 2016 baru dimanfaatkan oleh 6 SKPD dari total 42 SKPD sedangkan untuk sub domain desa.go.id belum dimanfaatkan sama sekali.

  3. Belum seluruh SKPD yang terlayani dengan jaringan internet.

  4. Topografi Pulau Siau yang berbukit-bukit mengkibatkan investasi tower berbiaya tinggi.

4.1.3.2.6 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

  Permasalahan pada urusan Koperasi dan usaha kecil menengah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat diuraikan sebagai berikut.

  IV - 11 1.

  Dari 55 Koperasi yang Aktif Sebagian besar peserta koperasi berupa Nasabah bukannya Anggota, kurangnya tanggung jawab anggota untuk mengembangkan koperasi. Kepedulian pungurus koperasi masih kurang serta belum ada yang melaksanakan Rencana Anggaran Tahunan.

  2. Perilaku koperasi simpan pinjam yang cenderung berorientasi mencari keuntungan terlalu besar dan melalaikan prinsip dasar tinggi kepada peminjam.

  3. Minimnya penguasaan teknologi oleh koperasi dan UMKM sehingga produk yg dihasilkan kualitas dan kuantitasnya masih terbatas, termasuk kemasan produk-produk UMKM yang tidak memilki daya saing di pasaran.

4. Minat wiraswasta muda lokal untuk berinvestasi dibidang UMKM masih kurang.

4.1.3.2.7 Penanaman Modal

  Permasalahan pada urusan Penanaman Modal di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

1. Semakin menurunnya nilai investasi 2.

  Masih kurangnya investor untuk menanamkan investasi di daerah; 3. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal; 4. Promosi investasi belum dilakukan secara optimal; 5. Kekurangan sarana dan prasarana dasar terutama listrik dan BBM.

4.1.3.2.8 Investasi

  Permasalahan yang berhubungan dengan penanaman modal daerah yakni:

  1. Menurunnya nilai investasi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dimana berdasarkan data yang ada, nilai investasi pada tahun 2011 sebesar 1,73 milyar rupiah kini semakin berkurang dan hanya tersisa tidak lebih dari Rp. 1,64 miliar.

  2. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda) Penanaman Modal Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

4.1.3.2.9 Kepemudaan dan Olahraga

  Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang bekerjasama dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan peraturan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Permasalahan yang sedang dihadapi bidang ini di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

  1. Masih kurangnya organisasi olahraga yang ada di Kabupaten Dinas Pendidikan sampai dengan tahun 2016 baru 2 organisasi olahraga resmi yang dibentuk yakni PSSI dan PERCASI dari 50 organisasi olahraga resmi yang ada di Indonesia.

  2. Ketersediaan gedung olahraga di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih terbatas. Berdasarkan data yang ada rasio gedung olahraga per 10.000 penduduk yakni sebesar 0,14%.

  Hal ini dapat menurunkan minat berolahraga dari masyarakat.

  3. Masih sangat rendahnya kegiatan kepemudaan dan kegiatan olahraga yang dilaksanakan. Sampai dengan tahun 2016, baru 5 kegiatan olahraga yang dilaksanakan dan 2 kegiatan kepemudaan.

  4.1.3.2.10 Perpustakaan

  Permasalahan yang dihadapi pada bidang urusan perpustakaan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah masih ada sebagian desa belum memiliki perpustakaan desa. Berdasarkan data dari Dinas Perpustakaan dan arsip sampai dengan tahun 2016, baru 45 desa yang memiliki perpustakaan dari total 83 desa.

  4.1.3.2.11 Kearsipan

  Permasalahan yang dihadapi pada bidang kearsipan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah belum tersedianya depo arsip.

4.1.3.3 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Pilihan

4.1.3.3.1 Pertanian

  Permasalahan yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, dan perkebunan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

  IV - 12

  1. Menurunnya produksi tanaman perkebunan rakyat jenis tanaman pala dan cengkeh pada 2 tahun terakhir. Berdasarkan data yang ada dapat dilihat, jumlah produksi pala, dan cengkeh terus mengalami penurunan dari tahun 2014-2016. Pada tahun 2014, jumlah produksi tanaman pala sebesar 5.445,81 ton, menurun pada tahun 2015 menjadi 5.398,00 ton, dan pada tahun 2016 kembali mengalami penurunan menjadi 5.392 ton. Produksi tanaman penurunan pada tahun 2016 menjadi 356,58 ton dan terus mengalami penurunan produksi tahun 2016 menjadi sebesar 349,06 ton.

  2. Kurangnya pengetahuan teknis sebagian petani terhadap pola pemilihan bibit, pengolahan lahan dan hasilnya, serta pemeliharaan tanaman. Serta kurangnya kuantitas dan kualitas penyuluhan dan tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL).

4.1.3.3.2 Kelautan dan Perikanan

  Permasalahan yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

  1. Belum terbentuknya suatu lembaga ekonomi formal yang berfungsi memberikan pinjaman lunak kepada nelayan, serta mengurus kebutuhan nelayan baik dalam hal penyediaan bahan bakar, bahan pengawet ikan (es) hingga pada pemasaran hasil tangkapan.

  2. Sebagian besar nelayan penerima bantuan belum mampu mengelola usaha kelompoknya yang berakibat usaha bersama tidak berlanjut sehingga bantuan dana dan sarana yang diberikan menjadi mubazir.

  3. Tingginya biaya operasional (harga BBM) nelayan.

  4. Sarana dan prasarana perikanan dan kelautan belum memadai 5.

  Belum tuntasnya pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) 6. Belum seluruh nelayan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

  Biaro yang memiliki kartu nelayan dan asuransi nelayan dimana dari total 4.500 jumlah nelayan baru 1004 dan 495 yang memiliki kartu nelayan dan asuransi nelayan

  IV - 13

  7. Belum tersedianya balai benih ikan laut dan sarana pembibitan ikan.

  8. Tenaga penyuluh perikanan masih terbatas.

  9. Belum terdapat stasiun pengisian bahan bakar khusus nelayan.

4.1.3.3.3 Pariwisata

  Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi terkait dengan sebagai berikut:

  1. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara serta lokal masih rendah, dimana berdasarkan data yang ada, sampai dengan tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) sebanyak 600 orang sedangkan wisatawan nusantara sebanyak 900 orang.

  2. Prasarana dan sarana penunjang pada objek wisata dan atau kawasan destinasi wisata masih belum memadai.

  3. Promosi objek wisata masih belum optimal.

  4. Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata daerah.

  5. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pariwisata baik di internal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tenaga sektor pariwisata, pelaku usaha pariwisata, maupun masyarakat kawasan wisata masih belum memadai.

  6. Belum teridentifikasinya secara spesifik, mendetail dan akurat potensi sumber daya kepariwisataan dan kebudayaan di daerah, sehingga menyebabkan keterbatasan data dan informasi kepariwisataan baik untuk kepentingan perencanaan, kajian penelitian, penyusunan kebijakan, maupun publikasi dan pemasaran-promosi pariwisata.

  7. Belum optimalnya pengawasan serta pengendalian terhadap aktivitas pariwisata, baik pelaku usaha pariwisata, pelaku masyarakat kawasan destinasi wisata, maupun kegiatan wisatawan 8. Masih lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam pemanfaatan ruang termasuk lahan/tanah untuk pengembangan infrastruktur dan prasarana penunjang pariwisata.

  IV - 14

9. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda) Rencana Induk

  Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

  10. Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang penetapan kawasan objek dan daya tarik wisata (ODTW) atau penunjukan kawasan-kawasan khusus untuk pengembangan dan pengolahan destinasi wisata. Belum optimalnya pengelolaan potensi wisata Pulau Makalehi yang merupakan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis

  Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Adapaun permasalahan yang harus diatasi pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro guna pengembangan potensi wisata pulau Makalehi kedepannya yakni: a.

  Belum tersedianya penginapan yang representatif b. Belum tersedianya restoran/rumah makan c. Merupakan wilayah blank spot d.

  Belum tuntasnya pembangunan jalan lingkar pulau Makalehi (8km) e. Belum tuntasnya jalan lingkar danau pulau Makalehi f. Belum dibangunnya akses jalan untuk spot ke danau cinta g.

  Harga Bahan Bakar Minyak masih tinggi h.

  Perlu dibangunnya pondok wisata i. Jadwal transportasi laut belum jelas khususnya Manado-

  Makalehi 12. Belum memadainya fasilitas pendukung pariwisata pada Pulau

  Mahoro yang merupakan salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara

4.1.3.3.4 Perdagangan

  Permasalahan yang berkaitan dengan perdagangan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut: 1.

  Kurang efektifnya penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya di bidang perdagangan (belum konsisten antara peraturan yang ditetapkan dengan pelaksanaan di lapangan).

  IV - 15

3. Kurang efektifnya pelayanan pengurusan izin perdagangan 4.

4.1.3.3.5 Perindustrian

  IV - 16 2.

  7. Agroindustri yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas-komoditas unggulan belum berkembang sebagaimana yang diharapkan.

  Permasalahan yang berkaitan dengan energi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut.

  10. Investor belum ada yang serius untuk membuka kawasan industri pengolahan.

  9. Industri pengolahan yang ada belum variatif dan inovatif.

  8. Produk turunan komoditas unggulan terutama pala masih terbatas.

  6. Permodalan dan akses pasar bagi IKM belum memadai sehingga mutu dan kapasitas produksi belum terjangkau.

  Lingkup kegiatan perlindungan konsumen sangat luas besarnya lingkup kegiatan perlindungan konsumen terkait dengan jumlah konsumen yang harus dilindungi serta banyaknya jenis produk yang harus diawasi.

  5. Rendahnya daya saing produk.

  4. Rendahnya pola pikir serta pengelolaan manajemen usaha pelaku IKM.

  3. Belum kuatnya peran Industri Kecil Menengah (IKM).

  2. Belum efektifnya upaya pembinaan dan pengembangan industri kecil menengah.

  Rendahnya penguasaan teknologi, kemampuan manajerial, akses terhadap modal serta terbatasnya jaringan pemasaran hasil, mengakibatkan belum terjadinya peningkatan yang signifikan pada kualitas dan kuantitas produk alternatif kecil/rumah tangga.

  Permasalahan yang berkaitan dengan perindustrian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro antara lain sebagai berikut: 1.

  Lemahnya pengelolaan dan pemberdayaan pasar tradisional

4.1.3.3.6 Energi

1. Ketergantungan penyedia listrik terhadap penggunaan diesel yang memiliki biaya operasional yang relatif tinggi masih besar.

  2. Keengganan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk membiayai investasi pembangkit listrik di Kabupaten disebabkan perhitungan untung rugi.

  3. Pasokan daya listrik masih kurang.

  4. Terbatasnya sumber tenaga penyedia listrik alternatif.

4.1.3.4 Aspek Pelayanan Umum Urusan Pemerintahan Penunjang

  Permasalahan yang berkaitan dengan urusan Perencanaan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Belum diterapkannya aplikasi e-planning dalam penyusunan dokumen perencanaan.

  2. Beberapa dokumen perencanaan yang belum disusun dan nantinya akan disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Daerah.

  a.

  Analisis Gini Ratio Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro b. Nilai Tukar Petani (NTP) c. Masterplan Ketenagalistrikan d.

  Dokumen SDGs e. Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) f. Masterplan Infrastruktur g.

  RAD Pangan dan Gizi h.

  Masterplan Reklamasi Pantai Ondong i. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Pulau Tagulandang,

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Wilayah Tagulandang Biaro j. Revisi RPJPD 2008-2028 untuk disesuaikan dengan

  Permendagri 86 tahun 2017 k.

RPJMD 2018-2023

4.1.3.4.2 Keuangan

  Permasalahan yang berkaitan dengan urusan Keuangan khususnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yakni :

  IV - 17

  1. Kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam lima tahun terakhir masih tergolong rendah.

  2. Secara umum pertumbuhan pajak daerah masih berfluktuatif dan cenderung menurun bahkan sampai negatif terutama di tahun 2012, 2013 dan 2014. Namun untuk tahun 2015 terjadi kecenderungan trend pertumbuhan yang positif dan meningkat

  3. Demikian juga dengan retribusi daerah, trend pertumbuhannya hampir sama dengan pajak daerah masih berfluktuatif dan cenderung menurun bahkan sampai negatif terutama di tahun 2012, 2013, dan 2014. Namun untuk tahun 2015 terjadi kecenderungan tren pertumbuhan yang positif dan meningkat cukup signifikan.

  4. Potensi pajak dan Retribusi Daerah secara umum masih tergolong pada potensi yang terbelakang.

  5. Penetapan APBD yang belum tepat waktu sehingga sulitnya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro untuk mempeoleh Dana Insentif Daerah (DID).

4.1.3.4.3 Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan

  Permasalahan yang muncul pada bidang kepegawaian terdapat pada jumlah pejabat struktural yang belum mengikuti Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan dimana hingga pada tahun 2016 terdapat 9 (sembilan) pejabat eselon II yang belum mengikuti diklat kepemimpinan tingkat II dan untuk pejabat eselon III masih menyisakan 17 pejabat yang belum mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat III sedangkan pada tataran pejabat eselon IV terdapat 205 pejabat yang belum mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat IV.

4.1.3.5 Perangkat Daerah

4.1.3.5.1 Inspektorat

  Permasalahan yang berkaitan dengan Inspektorat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yakni : 1.

  Persentase SKPD yang mencapai target Indikator Kinerja Utama (IKU) sebesar 95%

  IV - 18

  2. Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI Tahunan Anggaran berjalan dan sebelumnya sebesar 90% masih terdapat 10% yang belum menyelesaikan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI.

  3. Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP Tahunan Anggaran berjalan dan sebelumnya sebesar 85% masih terdapat 15% belum menyelesaikan tindak lanjut hasil pemeriksaan

4.2 Isu Strategis

  Isu strategis merupakan satu pengayaan analisis lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya selama 5 (lima) tahun yang akan datang, diidentifikasi dengan baik, maka pemerintah daerah akan dapat mempertahankan/meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Pemerintah daerah yang tidak menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya akan menghadapi potensi kegagalan dalam melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya atau gagal dalam melaksanakan pembangunan daerah.

  Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Sebaliknya apabila isu strategis ini dimanfaatkan maka akan mendatangkan keuntungan, bila tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

4.2.1 Isu Strategis Internasional

4.2.1.1 Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

  Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibentuk atas pemikiran dan visi yang sama untuk menjadikan kawasan ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal yang dapat membuat ASEAN lebih dinamis dan lebih kompetitif serta mengurangi ketergantungan pada pasar internasional. Dengan kata lain, eksistensi MEA secara deskriptif merupakan sebuah Negara Ekonomi sendiri dimana setiap anggota menjadi bagian integral yang

  IV - 19

  IV - 20

  tidak terpisahkan dari keberadaan MEA itu sendiri. Harapan terbesar dengan adanya MEA adalah munculnya gerakan ekonomi bersama dan secara simultan bagi seluruh masyarakat anggota MEA dan menjadikan kawasan ASEAN sebagai kekuatan ekonomi baru di wilayah dunia ketiga.

  Bentuk kerjasama bagi para anggota MEA yakni sebagai berikut.

  1. Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas Pengakuan terkait kualifikasi professional 3. Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi

  4. Memiliki langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan 5.

  Meningkatkan infrastruktur 6. Melakukan pengembangan pada transaksi elekronik lewat e-ASEAN 7. Memperpadukan segala indutri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat mempromosikan sumber daerah

  8. Meningkatkan peran daeri sektor swasta untuk dapat membangun MEA Ciri-ciri utama MEA adalah sebagai berikut.

  1. Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif 2.

  Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata 3. Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global

  4. Basis dan pasar produksi tunggal Kebijakan untuk masuk sebagai anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN menuntut Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah strategis agar masyarakat Indonesia dapat mengambil peluang dan memanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup warga negara Indonesia.

  Pada segi pengembangan sumber daya manusia, adanya peningkatan kapasitas, seluruh daerah di Indonesia diharapkan agar mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asing yang negara mencari kesempatan kerja di Indonesia. Juga dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni akan membuka peluang para tenaga kerja Indonesia untuk mencari pekerjaan pada negara- negara anggota MEA, mengingat dalam kesepakatan anggota MEA bahwa harus dilakukan penyesuaian regulasi untuk negara kemudahaan bagi para pencari kerja dari negara-negara anggota MEA serta pengakuan bersama terhadap sertifikasi profesi terhadap keahlian tenaga kerja oleh sebab itu setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan intervensi program dan kegiatan pelatihan ketenagakerjaan serta secara profesional mengeluarkan sertifikasi profesi pada setiap tenaga kerja yang telah lulus pelatihan keahlian dan tahapan uji kompetensi. Sertifikasi tersebut menjadi suatu bentuk legitimasi terhadap kualitas para tenaga kerja sehingga dapat negeri.

  Riset dari Organisasi Perburuhan Dunia (ILO) memperlihatkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar dengan terbukanya jutaan lapangan kerja dan diprediksi dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di wilayah Asia Tenggara. Dari data

  ILO, permintaan tenaga kerja rata-rata pada kisaran 14 juta. Berdasarkan data tersebut maka Pemerintah Indonesia khususnya para pemerintah daerah harus cermat dan mengambil peluang tersebut sebagai kesempatan dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk disiapkan sebagai tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan handal.

  MEA akan pula mewajibkan Pemerintah Indonesia untuk melakukan peningkatan kualitas infrastruktur untuk menunjang iklim investasi di daerah sebagai bentuk dukungan terhadap para Penanam Modal Asing (PMA) yang akan melakukan investasi di Indonesia. Iklim investasi yang kondusif dan didukung dengan potensi sumber daya alam yang besar, menjadikan Indonesia sebagai negara yang sangat tepat untuk dijadikan tempat usaha.

  Hal tersebut akan turut menggerakan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tiap daerah yang dipilih untuk dijadikan lokasi investasi oleh para PMA karena akan menyerap tenaga kerja serta memberikan kontribusi riil pada Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan per kapita masyarakat daerah serta objek pendapatan lainnya.

4.2.1.2 Sustainable Development Goals (SDG ’s)

  SDGs merupakan suatu program pembangunan berkelanjutan yang memuat 17 tujuan dengan 169 target yang beranggotakan 193 negara dunia. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun.

  IV - 21

  2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meingkatkan gizi dan mendorong pertanian yang berkelanjutan.

  3. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

  4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.

  5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh 6.

  Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang.

  7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan serta modern bagi semua orang.

  8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, inklusif dan berkelanjutan serta kesempatan kerja penuh, produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang.

  9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong indutrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi.

  10. Mengurangi kesenjangan didalam dan diantara Negara.

  11. Menjadikan kota dan pemukimamn manusia inklusif, aman, berkehanan dan berkelanjutan.

  12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

  13. Mengambil tindakan segera unutk memerangi perubahan iklim serta dampaknya.

  14. Melestarikan dan menggunkan samudera, lautan dan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.

  15. Melindungi, memperbarui serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dna memulihkan degradasi tanah serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

  16. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang serta membangun intitusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di seluruh tingkatan.

  IV - 22

17. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of

  implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

  Sejumlah butir tersebut dirumuskan dan dipandang sangat implementatif untuk diterapkan pada seluruh negara yang menyepakati penerapan SDGs tersebut. Di Indonesia hampir seluruh tujuan telah dikompilasikan dengan sejumlah indikator dalam pelaksanaannya sehingga

  Tujuan dari SDGs ini dapat diadopsi dan diintegerasikan serta dijabarkan melalui program dan kegiatan pada pemerintah daerah karena seluruh tujuan tersebut merupakan rumusan masalah yang dijumpai pada sejumlah daerah di negara berkembang. Beberapa tujuan dari SDGs dan menjadi peluang untuk diadopsi dan diformulasikan pada program pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, air bersih dan sanitasi layak serta ekosistem laut.

  Dalam hal pengentasan kemiskinan, Pemerintah berupaya menekan jumlah masyarakat miskin dengan mengintervensi melalui berbagai program dan kegiatan seperti pembangunan Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH) serta rehabilitas Rumah tidak Layak Huni bagi masyarakat miskin.

  Untuk peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro telah terlebih dahulu melakukan kebijakan pembebasan biaya sekolah untuk pendidikan dasar hingga ke jenjang pendidikan sekolah menengah umum. Bersamaan dengan itu, dilakukan pembenahan sarana dan prasarana penunjang pendidikan agar pada pelajar mendapat ilmu pengetahuan dengan lingkungan belajar yang representatif.

  Saat ini dalam memenuhi kebutuhan sanitasi dan air bersih, pemerintah daerah telah melakukan penyusunan dokumen RISPAM untuk memberikan panduan untuk solusi akan kebutuhan air bersih bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.