Contoh evaluasi proyek studi kasus

ah
lumayan repot
Loading...

Rabu
evaluasi proyek

TUGAS AKHIR SEMESTER

EVALUASI PROYEK
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
DI DESA KOTO DAMAI KEC KAMPAR KIRI TENGAH
KABUPATEN KAMPAR
OLEH
MIFTAHUL ULUM
085110224

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU 2010/2011
PROYEK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DI DESA KOTO DAMAI KEC. KAMPAR KIRI TENGAH KAB.KAMPAR PROVINSI
RIAU

TUGAS AKHIR SEMESTER
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah evaluasi proyek
Guna untuk melengkapi tugas akhir semester Program Ekonomi pembangunan
pada fakulats ekonomi universitas islam riau 2011

oleh
nama mahasiswa
: miftahul ulum
nomor mahasiswa : 085110224
pogram studi
: ilmu ekonomi studi pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULTAS EKONOMI
PEKANBARU 2011
Daftar isi
Daftar isi i

Daftar tabel ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang masalah 1
1.2 Maksud dan tujuan 2
1.3 kegunaan 2
BAB II
TINJAUAN ASPEK TERKAIT DENGAN PROFIL PROYEK 3
2.1 ASPEK THEKNIS 3
2.1.1
potensi perkebunan kelapa sawit 3
2.1.2
lokasi 4
2.1.3
sarana dan prasarana 4
2.1.4
analisa produksi 4
2.2
ASPEK PEMASARAN 6
2.3

ASPEK FINANSIAL 8
2.3.1
analisa finansial 8
2.4
ASPEK HUKUM 15
2.5
ASPEK EKONOMI 15
BAB III
3.1
KESIMPULAN 16
LAMPIRAN 17

Daftar tabel

1.
2.
3.
4.

Tabel luas areal perkebunan kelapa sawit provinsi riau 3

Tabel perincian angsuran hutang & bunga 9
Tabel analisa cash flow 10
Tabel perhitungan financial proyek perkebunan kelapa sawit 11

Ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang masalah

Pada era globalisasi seperti ini tak dapat dipungkiri kebutuhan serta gaya hidup
masyarakat terus berkembang mengikuti perkembangan zaman . Kebutuhan akan materi juga tak
luput menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap indivindu. Serta kebutuhan
industri akan bahan baku juga meningkat pula. Termasuk kebutuhan pabrik kelapa sawit yang
merupakan salah satu penyumbang PAD terbesar diprovinsi riau. Untuk itu meningkatnya
permintaan akan kelapa sawit maka akan dibarengi dengan meningkatnya perkebunan
perkebunan kelapa sawit yang ada di daerah tersebut. Baik berskala kecil,sedang maupun skala
nasional. Proyek perkebunan kelap sawit ini rencananya akan di adakan di desa koto damai
kecamatan kamapar kiri tengah kabupaten Kampar provinsi riau. Dengan luas ± 2 Ha lahan
masyarakat yang dapat dibebaskan ( dibeli ) dengan harga 20.000.000 @Ha. Dan dari tinjaun

lokasi yang telah dilakukan bahwa lokasi sangat memadai karena memenuhi syarat tempat
perkebunan, mulai dari ketrsedian bahan baku, transportasi, komunikasi serta keberadaan sarana
dan prasarana yang dpat mendukung kelancaran proyek serta keadaan geografis yang cocok
untuk dibudidayakan kelapa sawit. perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam
pengembangan pertanian baik pada tingkat nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan
perkebunan di Provinsi Riau menujukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat
dari semakin luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan
komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, kakao dan tanaman lainnya. Peluang
pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan
semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya berbagai
industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan dan semakin luasnya pangsa
pasar produk perkebunan.
Krisis ekonomi yang melanda daerah ini pada tahun 2000 telah memporak-porandakan
sendi-sendi ekonomi rakyat, namun yang tetap bertahan malahn mendapatkan keuntungan dari
dampak krisis ekonomi tersebut justru sektor perkebunan. Hal ini membuktikan bahwa sektor
perkebunan merupakan sektor yang masih bisa tetap bertahan meskipun kondisi perekonomian di
negeri ini di landa krisis. Sebagai contoh, petani kelapa sawit pada waktu krisis justru
mendatangkan keuntungan yang berlipat akibat harga sawit waktu itu justru meningkat. Dan
berbekal informasi serta trend terhadap permintaan CPO inilah petani mengembangkan usaha
perkebunan kelapa sawitnya.

Dengan menggunakan modal ± Rp 63.000.000,- pada tahun ke 4 petani sudah dapat
menikmati hasilnya. Jika dihitung berdasarkan cash flow yang dibuat, maka dalam kurun waktu
± 20 tahun petani dapat menikmati hasil kebunnya senilai Rp 1.014.039.000,- dan jika dikurangi
dengan modal awal,biaya operasional dan pemeliharaan serta hutang terhadap perbankan maka
petani dapat memperoleh hasil sebesarRp858.959.000,nett.
1.2
maksud dan tujuan
a. Menyediakan informasi tentang peluang investasi di bidang perkebunan kelapa sawit
b. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha perkebunan kelapa
sawit
1.3

kegunaan
Adapun kegunaan studi kelyakan perkebunan kelapa sawit ini adalah;
1. Investor, memberikan informasi untuk berinvestasi, khususnya investasi di bidang perkebunan
kelapa sawit
2. Pemerintah, mengurangi tingginya angka pengangguran

3. Pemerintah daerah, meningkatkan pendapatan asli daerah, dengan masuknya investor untuk
membuka perkebunan kelapa sawit .

4. Masyarakat , dapat menampung tenaga kerja .

BAB II
TINJAUAN ASPEK TERKAIT DENGAN PROFIL PROYEK
2.1 ASPEK THEKNIS
2.1.1
potensi perkebunan kelapa sawit
Perkebunan kelapa sawit mempunyai potensi yang sangat tinggi, terutama
di provinsi riau dimana provinsi ini dikenal dengan sentra perkebunan kelapa sawit yang cukup
luas di indonesia. mengingat permintaan pasar akan minyak terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, hal ini pula lah yang mendasari masyarakat desa koto damai untuk terus
memperluas area perkebunan kelapa sawit mereka. Dimana desa koto damai ini mempunyai
keuntungan diantaranya, lokasi yang dekat dengan pabrik kelapa sawit (PKS), dekat dengan
ibukota kecamatan dan dekat dengan ibukota provinsi, sehingga memudahkan untuk melakukan
pencarian bahan baku maupun penjualan hasil produksi. Serta mempunyai kondisi tanah yang
juga cocok untuk melakukan penanaman kelapa sawit.
Luas Areal (Ha)
Kelapa Sawit Kelapa Karet Kopi
1 Kuantan Singingi
128.169 6.324 130.635 511

2 Indragiri Hulu
146.791 1.766 76.223 874
3 Indragiri Hilir
77.787 501.576 3.092 4.104
4 Pelalawan
197.356 25.212 25.187 276
5 Siak
131.168
988 11.832 554
6 Kampar
215.033 2.793 84.567 360
7 Rokan Hulu
338.661 1.819 68.426 1.277
8 Bengkalis
90.808 47.653 58.932 1.858
9 Rokan Hilir
136.606 5.944 38.861 1.054
10 Pekanbaru
0
0

0
0
11 Dumai
19.020
0 1.410
55
TOTAL
1.481.399 594.075 499.165 10.923

No. Kabupaten/Kota

Sumber; dinas perkebunan provinsi riau – 2003

Dibandingkan dengan rokan hulu Kampar yang masih memiliki lahan yang cukup luas maka
di kabupaten Kampar masih memiliki peluang untuk mengembangkan perkebunan khususnya
kelapa sawit.
2.1.2
lokasi
Usaha perkebunan kelapa sawit , menurut hasil penelitian terletak di desa koto damai
kecamatan Kampar kiri tengah kabupaten Kampar, dimana lokasi ini dipilih karena memenuhi

persyaratan untuk melakukan investasi perkebunan kalapa sawit, diantaranya dekat dengan PKS,
kondisi tanah yang sesuai dengan syarat hidup kelapa sawit, sarana dan prasarana lain yang
mendukung proyek perkebuanan kelapa sawit, dan lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk

perluasan kebun serta orbitasi yang dekat dengan ibukota kecamatan,kabupaten dan
provinsi.
2.1.3

sarana dan prasarana
Lokasi usaha perkebunan kelapa sawit ini dapat dijangkau menggunakan roda dua
maupun roda empat , sehingga sangat memudahkan transportasi dari ke desa koto damai menuju
daerah lain di sekitarnya, dan mempunyai jarak tempuh yang cukup dekat dengan ibukota
kecamatan, Kampar kiri tengah(simalinyang) yaitu 15 KM dan ke ibukota kabupaten
(bangkinang) 55 KM serta ke ibukota provinsi ( pekanbaru ) yaitu 60 km. selain itu sarana
telekomunikasi juga sudah tersedia seperti; telpon seluler (indosat.telkomsel,XL, maupun flexi),
internet serta media media elektronik maupun non elektronik yang lain. Juga akses informasi
yang juga sudah sangat cepat di daerah tersebut, sehingga memudahkan untuk terus maju dan
berkembang. Selain itu juga masih banyak sarana sarana yang dibutuhkan, seperti sekolah (TK,
SD, SMP maupun SMA) yang terletak di desa tetangga, masjid, jalan yang sudah cukup
memadai, serta sport center yang juga telah tersedia.

2.1.4
1.
2.
3.
4.
5.

analisis produksi
Beberapa issue theknis yang perlu diperhatikan dalam usaha perkebunan kelapa sawit,
diantaranya ;
Lahan
Bibit
Pupuk
SDM ( tenaga kerja)
Pemasaran
Lahan yang digunakan dalam proyek perkebunan kelapa sawit ini merupakan lahan
pribadi milik masyarakat tempatan, sehingga memudahkan pengurusan sertifikat di kemudian
hari, dan lahan yang digunakan ± 2 Ha dan masing masing Ha dibebaskan (dibeli ) dengan harga
Rp 20.000.000,- dalam keadaan semak belukar.
Sedangkan bibit yang digunakan adalah bibit yang telah mendapatkan sertifikat dari
dinas perkebunan provinsi riau, hal ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas bibit yang unggul,
sehingga bisa menekan biaya produksi di kemudian hari. dan bibit diambil dari daerah kubang
raya, dengan harga Rp 40.000,- per batang dan untuk lahan seluas ± 2 Ha tersebut membutuhkan
225 batang bibit kelapa sawit.
Adapun pupuk yang dipakai untuk perkebunan ini menggunakan pupuk yang ada
dipasran, tapi yang menggunakan label NON SUBSIDI, untuk menjamin keaslian pupuk
tersebut, dan pupuk yang digunakan juga menyesuaikan dengan keadaan tanaman serta umur
tanaman. agar tidak membuang biaya percuma seperti UREA,KCL, DOLOMITE, TSP, serta
pupuk kandang. Untuk intenstas pemupukan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Dan dilakukan
setelah turun hujan agar pupuk dapat berefek secara maksimal. Dan harga rata rata pupuk diatas
adalah Rp 300.000 per sak kecuali pupuk dolomite. Dan jumlah pupuk yang digunakan juga
bervariasi, tergantung pada kondisi tanaman maupun umur tanaman.
Untuk sumber daya manusia (tenaga kerja), proyek ini menggunakan masyarakt local,
untuk pembukaan lahan ( pembersihan lahan) proyek ini menggunakn tenaga penggerak manusia
(babat), dan untuk biaya tenaga kerja diupah Rp 60.000 nett @ hari. Sedangkan untuk borongan
maka diupah per Ha sebesar Rp 750.000, sedangkan jika tanaman sudah menghasilkan maka
tenaga kerja diupah sebesar Rp 100.000 per ton. Dan terus menyesuaikan dengan keadaan

ekonomi. Selain itu keberhasilan proyek ini juga tak lepas dari peranan dinas dinas perkebunan
yang memberikan penyuluhan terhadap pemilik maupun pekerja perkebunan tersebut. Dalam hal
ini juga diperlukan pengawasan terhadap tenaga kerja tersebut.
Sedangkan untuk pemasaran kelapa sawit pemilik tak perlu bingung lagi karena sudah
ada lembaga yang telah terbentuk di desa tersebut (KUD setia kawan) yang khusus menangani
masalah kelapa sawit di desa tersebut. Sehingga memudahkan pemilik untuk menjual hasil
kebunnya.

2.2 ASPEK PEMASARAN
Sampai saat ini, sekitar 70 negara di dunia telah menggunakan minyak sawit
sebagai bahan baku industri pangan maupun non pangan. Pemakai dengan jumlah antara 100 –
200 ribu ton sebanyak 21 negara, sedangkan yang memakai lebih dari 200 ribu ton ada 12
negara. Di
antara
negara-negara
pemakai
minyak
tersebut,
India
merupakan negara pemakai terbesar, yakni 1.045 ribu ton pada tahun 1988, disusul oleh
Indonesia, Nigeria, Malaysia, RRC dan Pakistan. RRC yang biasanya mengkonsumsi minyak
kedelai, pada tahun 1988 mengkonsumsi minyak sawit sebesar 435 ribu ton. Iklim yang tidak
mendukung bagi produksi kedelai serta penduduk RRC yang sangat padat, cukup potensial bagi
pasar minyak sawit Indonesia (Soetrisno dan Winahyu, 1991). Minyak sawit bukanlah produk
akhir, melainkan merupakan input antara (intermediate input) untuk berbagai macam produk
industri. Oleh karena itu, permintaannya sangat dipengaruhi oleh harga maupun pasokan dari
minyak lain yang menjadi substitusinya. Pasokan minyak kelapa yang tidak stabil dan harga
minyak sawit yang cenderung lebih rendah telah menyebabkan minyak sawit sebagai pemasok
utama kebutuhan minyak nabati dalam negeri beberapa tahun belakangan ini. Minyak sawit ini
terutama digunakan dalam industri minyak goreng, sabun dan margarine, serta industri kimia lain
yang jumlahnya masih relatif kecil. Kapasitas terpasang dari 35 pabrik pengolahan minyak
goreng yang menggunakan minyak sawit mencapai 2,88 juta ton crude palm oil (CPO) per
tahun atau 173 % di atas kapasitas yang diizinkan oleh pemerintah. Sedangkan, kemampuan
produksi total CPO masih di bawah 1,5 juta ton. Terbatasnya pasokan CPO juga menyebabkan
proses diversifikasi vertikal industri minyak sawit Indonesia sangat lamban. Padahal, prospek
pasar bagi produk non minyak goreng dari bahan baku minyak dan inti sawit sangat baik. Pasar
dunia untuk gliserine dan PVC stabilizer umpamanya sangat terbuka, karena permintaan yang
cukup besar di pasar dunia terhadap kedua produk tersebut. Rusia membutuhkan gliserine
minimal 500 ton setiap bulan atau 6.000 ton per tahun. Sedangkan, Jepang membutuhkan PVC
stabilizer 3.500 ton per bulan (Budiman dalam Soetrisno dan Winahyu, 1991).
Prospek industri minyak sawit Indonesia dapat menjadi lebih cerah bila para
industriawan Indonesia mau dan mampu memanfatkan keragaman produk yang terkandung
dalam minyak sawit, dengan terlebih dahulu dilakukan pembenahan masalah pasokan CPO oleh
pemerintah. Negara produsen utama minyak sawit dunia adalah Indonesia dan Malaysia. Di
Malaysia, kelapa sawit merupakan sumber devisa negara, karena sebagian besar produksinya
diekspor, sementara bagi Indonesia dan Nigeria, kelapa sawit terutama digunakan untuk
keperluan dalam negeri, sehingga ekspornya merupakan sisa dari konsumsi dalam
negeri. Singapura yang bukan negara produsen minyak sawit ternyata punya andil cukup besar
dalam ekspor dunia. Hal ini berarti pabrik-pabrik pengolahan yang ada di Singapura
mengekspor minyak sawit yang diimpor dari Malaysia maupun Indonesia. Dari segi komoditas,

kompetitor utama minyak sawit adalah minyak kedelai, sedangkan dari negara yang
memproduksi minyak sawit, kompetitor minyak sawit Indonesia
Dilihat dari referensi referensi diatas maka peluang pasar untuk produk kelapa sawit
masih terbuka luas, serta permintaan pasar akan CPO dari tahun ketahun masih mengalami
peningkatan. Sehingga market share untuk kelapa sawit terbuka baik skala nasional maupun
internasional.

2.3
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
-

ASPEK FINANSIAL
2.3.1 ANALISA FINANSIAL
Dengan menggunakan asumsi asumsi bahwa ;
Harga TBS untuk semua periode ( 1- 25 ) adalah Rp 1700,- constant
Pendapatan TBS untuk masing masing periode
Periode 1 – 3
; 0 kg
Periode 4 – 5
; 1500 kg
Periode 6 – 15
; 3000 kg dan
Periode 16 – 25 ; 4000 kg
Biaya biaya operasional dan perawatan masing masing periode adalah
Tahun I
= Rp 52.000.000,Tahun ke 2
= Rp 8.000.000,Tahun ke 3 – 5
= Rp 10.000.000,Taun ke 6 – 15
= Rp 16.000.000,Tahun ke 7 – 25 = Rp 18.000.000,Serta kualitas bibit yang sesuai dengan keterangan di label ( 4 tahun tlah menghasilkan)

Serta dengan menggunakan data data yang telah diperoleh maka dapat dibuat analisa
perincian hutang dan bunga, cash flow dan kreteria layak atau tidak layaknya proyek ini
menggunakan criteria investasi dengan discounted criteria,diantaranya
1. Nett present value (NPV)
2. Benefit cost ratio (B/C)
3. Nett benefit cost ratio ( nett B/C) dan

4. Internal rate of return ( IRR)

DATA DATA YANG DIPEROLEH
1.
2.
3.

4.

Jumlah investasi yang dbutuhkan Rp 63.000.000,- dan dari jumlah tersebut biaya sendiri adalah
sebesar Rp 25.000.000,- dan Rp 38.000.000 di pinjam dari BPR
Hasil dari tahun 0-3 = 0 dan tahun 4-6 = 30.600.000 dan tahun 7 – 15 ; Rp 51.000.000,- serta
tahun 16 – 25 ; 81.600.000 dan diperkirakan proyek berumur 25 tahun dengan nilai sisa (salvage
value) sebesar Rp 80.000.000,- (untuk tanah)
Biaya biaya, terdapat pada biaya operasional dan pemeliharaan, tahun I ; Rp 52.000.000,- tahun
ke 2; Rp 8.000.000,- tahun ke 3 – 5 ; 10.000.000,- tahun ke 6 – 15 ; Rp 16.000.000,- dan tahun
ke 7 – 25 ; sebesar RP 18.000.000,- dan diperkirakan berdasr cash flow yang di ajuka. pihak
bank dapat menyetujui kredit sebesar 40.000.000,- dengan persyaratan bunga constan sebesar
12% per tahun, pembayaran kembali selama 4 tahun belum termasuk masa tenggang (grace
period), dan diberi masa tenggang selam 2tahun, dan bunga tetap dibayar
Pajak atas keuntungan adalah sebesar 2.5% per tahun.
Maka dari data diatas dapat dianalisa sebagai berikut ;
1. Perincian angsuran hutang dan bunga (Rp 000.000,-)
tahun
1
2
3
4
5
6

Hutang pokok
40
40
28
16
4
-

Angsuran
12
12
12
12

Bunga
4.8
4.8
4.8
3.36
1.92
0.48

Analisa cash flow…. Page oj

T
h
n
0

TB

TC

NB

DF
12%

PVT
B

PVT
C

PVNB

0

38

(38)

0

38

(38)

1

0

56.
8

(56.
8)

1.00
000
0.89
286

0

50.71
445

(50.71
444)

12.
8

(12.
8)

0.79
719

0

10.20
403

(10.20
403)

22.
48

(22.
48)

0.71
178

0

16.00
081

(16.00
081)

2

3

0

0

4

30.6

25.
36

5.24

0.63
552

19.44
691

16.10
918

3.3301
2

5

30.6

23.
92

6.68

0.56
743

17.36
336

13.21
544

3.7904
3

6

30.6

28.
48

2.12

0.50
663

15.50
288

14.42
882

1.0740
5

7

51

16

34.2
5

0.45
235

23.06
985

7.237
6

15.492
99

8

51

16

34.2
5

0.40
388

20.59
788

6.462
08

13.832
89

9

51

16

34.2
5

0.36
061

18.39
111

5.769
76

12.355
09

10

51

16

34.2
5

0.32
197

16.42
047

5.151
52

11.027
47

11

51

16

34.2
5

0.28
748

14.66
148

4.599
68

9.8461
9

12

51

16

34.2
5

0.25
667

13.09
017

4.106
72

8.7909
5

13

51

16

34.2
5

0.22
917

11.68
767

3.666
72

7.8490
7

14

51

16

34.2
5

0.20
462

10.43
562

3.273
92

7.0082
3

15

51

16

34.2
5

0.18
269

9.317
19

2.923
07

6.2571
3

16

81.6

18

62.0
1

0.16
312

13.31
059

2.936
16

10.115
07

17

81,6

18

62.0
1

0.14
564

11.86
953

2.621
52

9.0311
4

18

81.6

18

62.0
1

0.13
004

10.61
126

2.340
72

8.0637
8

19

81.6

18

62.0
1

0.11
611

9.474
58

2.089
98

7.1999
8

20

81.6

18

62.0
1

0.10
367

8.459
47

1.866
06

6.4285
8

21

81.6

18

62.0
1

0.09
256

7.552
89

1.666
08

5.7396
4

22

81.6

18

62.0
1

0.08
264

6.743
42

1.487
52

5.1245
1

23

81.6

18

62.0
1

0.07
379

6.021
26

1.328
22

4.5757
1

24

81.6

18

62.0
1

0.06
588

5.375
80

1.185
84

4.0852
2

DF
15%

PVNB
15%

1
0.86
956
0.75
614
0.65
752
0.57
175
0.49
718
0.43
233
0.37
594
0.32
69
0.28
426
0.24
718
0.21
494
0.18
69
0.16
253
0.14
133
0.12
289
0.10
686
0.09
292
0.08
08
0.07
026
0.06
11
0.05
313
0.04
62
0.04
017
0.03
493

-38
49.39
1
9.678
59
14.78
1
2.995
97
3.321
162
0.916
54
12.87
595
11.19
633
9.735
905
8.465
915
7.361
695
6.401
325
5.566
653
4.840
553
4.208
983
6.626
389
5.761
969
5.010
408
4.356
823
3.788
811
3.294
591
2.864
862
2.490
942
2.166
009

Tabel 1.3 perhitungan
financial proyek
perkebunan kelapa sawit
dalam juta rupiah
(000,000)

Dari data table diatas
maka dapat dihitung
1. Nett present
value (NPV)
dengan
menggunakan rumus
berikut ini maka dapat
diperoleh kelayakan
proyek untuk dijalankan
atu tidak.
NPV = ∑PVTB ∑PVTC
= 277.352 –
220,4447
= 56.9073
Sesuai dengan
criteria NPV bila NPV > 0
maka proyek layak untuk
dijalankan, melihat hasil
perhitungan diatas maka
NPV= 31,9073 maka
proyek perkebunan kelapa
sawit di desa koto damai
layak untuk dijalankan.
2. Benefit cost ratio
(B/C ratio)

Dimana neet B/C ini merupakan perbandingan antara PVTB dengan PVTC maka dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini;
∑ PVTB
B/C
=
∑ PVTC
= 277.352 / 245.4447
=1.258
Mengacu pada criteria B/C ratio maka jika B/C > 1 maka proyek dapat dilaksanakan.
Hasil perhitungan dia atas B/C = 1.129 maka proyek layak u ntuk dilaksanakan.
3. Nett benefit cost ratio ( Nett B/C) .
dimana nett B/C ini merupakan perbandingan antara PVNB yang positif dengan PVNB
yang negative. Dan nett B/C ini menunjukan berapa kali lipat benefit yang akan diperoleh dari
cost yang dikeluarkan. Dengan menggunakan criteria sbb;
- Nett B/C > 1 maka proyek layak untuk dijalankan
- Nett B/C < 1 maka proyek tak layak untuk dijalankan
- Nett B/C = 1 maka terserah pada investor, Dilakukan atau tidak.
Dari data tebel diatas maka dapat dihitung Nett B/C nya menggunakan rumus;
Nett B/C
∑ PVNB (-)
= 168.0772 / 139.919
= 1.201

∑ PVNB (+)

=

Dari hasil perhitungan tersebut dan berpedoman dengan kriterianya maka
nett B/C > 1 maka proyek layak untuk dijalankan.
4. Internal rate of return ( IRR)
Dimana IRR ini merupakan criteria investasi yang merupakan alat untuk
menghitung kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman .
dan IRR pada dasarnya menunjukan discount factor (DF) tingkatnya dimana
nilai NPV = 0 sehingga untuk mencapai IRR kita harus menaikan DFnya
sehingga nilai NPV mencapai 0. Maka menggunakan rumus berikut dapat di
ketahui kemampuan proyek dalam mengembalikan uang dalam hitungan
interest rate nya.
NPV (+)
IRR

= i1

+

* (i2 – i1)
168.0772

NPV (+) – NPV (-)

= 12% +
168,0772 – ( - 139.919 )
168.0772
= 12% +

=

307.9962

*3%

12 % + 0.54571 * 3%
= 12% + 0.01637
= 12.01637

* (15 % - 12%)

NPV = dengan menggunakan analisa rumus diatas maka
kemampuan pryek untuk mengeembalikan dana kepada pihak bank hanya sampai tingkat bunga
12.01% saja. Dengan kata lain proyek mampu mengembalikan dana pada pihak perbankan ketika
suku bunga mencapai 12.01 % . hal ini terjadi karena kurun waktu proyek yang cukup lama.
Sedangkan tenor yang diberikan hanya bertempo ± 4 tahun tidak termasuk masa tenggang (grace
period). Dan besarnya modal awal juga sangat mempegaruhi kemampuan proyak untuk
mengembalikan kredit pada bank.

2.4

ASPEK HUKUM
Dilihat dari proyek yang dilaksanakan dan luasnya proyek maka, dalam studi
kelayakan proyek ini tidak membutuhkan surat izin usaha maupun surat izin dari instansi
pemerintahan, hanya saja perlu diperhatikan dampak lingkungan yang terjadi akibat perluasan
usaha perkebunan ini. Artinya usaha perkebunan kelapa sawit di desa koto damai sah dan legal
karena tak menyalahi aturan perundang undangan. Dan hukum adat setempat.
2.5

1.
2.
3.
4.
5.

ANALISA EKONOMI
Tidak dapat diabaikan adanya kenyataan bahwa disamping manfaat finansial, setiap
proyek juga diharapkan untuk dapat memberikan manfaat sosial (ekonomi) lainnya. Dari
proyek ini, maka manfaat ekonomi yang diharapkan adalah:
penambahan pendapatan nasional;
penambahan devisa, mengingat 70 % CPO merupakan produk ekspor;
memperluas kesempatan kerja, karena proyek ini memerlukan tenaga sekitar yang cukup banyak
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nasyarakat desa koto damai.
Mampu memberikan dampak multiplier effect (ekonomi) bagi pedagang pupuk, karena dengan
adanya perkebunan kelapa sawit maka permintaan akan pupuk juga akan meningkat.

6. Dengan adanya proyek perkebunan ini diharapkan mampu memberikan multiplier effect (sosial),
adanya hasil dari perkebunan ini maka dapat membantu pembangunan infrastruktur yang ada di
sekitar desa koto damai.

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan pembahasan diatas maka dapat di simpulkan bahwa dilahat dari aspek
finansialnya proyek perkebunan kelapa sawit ini layak untuk di jalankan, karena telah sesuai
dengan standart standart yang telah ditentukan, selain itu proyek ini juga memberikan manfaat
yang besar pada masyarakat sekitar, dengan adanya proyek ini maka di harapakan agar
kesejahteraan masyarakat dapat meningkat, melihat peluang pasar yang masih terbuka lebar serta
peningkatan permintaan dunia akan minyak crude palm oil (CPO) maka usaha perkebunan
kelapa sawit ini masih memberikan keuntungan, baik personal maupun nasional.
Meskipun memerlukan dana yang besar pada awal periode namun proyek perkebunan ini
memberikan keuntungan yang besar pada akhir periode, sehingga proyek ini dapat di rasakan
manfaatnya setelah proyek berjalan ± 7tahun, mengingat kelapa sawit merupakan suatu tanaman
yang mempunnyai waktu panen dalam jangka panjang. Menimbang besarnya biaya diawal
periode maka investor atau petani di harapkan mempunyai usaha sampingan untuk menutupi
biaya biaya daiawal periode tersebut. Dalam proyek ini petani memanfaatkan lahan yang masih
baru tersebut untuk di Tanami semangka, dan memutuskan proyek masih dapat dilaksanakan,
karena perkebunan merupakan suatu investasi jangka panjang yang minim akan resiko, dan
memberikan keuntungan yang berkelanjutan dalam tempo waktu tertentu.

Dokumen yang terkait

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125

Keabsahan praktik wakaf (studi kasus daerah Pebayuran KM 08 Kertasari-Pebayuran KAB.Bekasi-Jawa

1 43 117