masalah gastrointestinal pada ibu hamil

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT
GASTROINTESTINAL.
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Kelompok IV :
1. Maris Sianturi

8. Nestilima Zega

2. Marton Sianturi

9. Noni Naibaho

3. Meyulia Nababan


10. Nora Damanik

4. Monaria Sinaga

11. Novi Siregar

5. Monika Sihotang
6. Nancy Silaban
7. Neno Tambunan

12. Rosarina Zebua
13. Sarmaminta
14. Tio Maida
15. Tri Selamat

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKDEMIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES SANTA ELISABETH
MEDAN
2016


16. KATA PENGANTAR
17.
18.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Reproduksi. Adapun judul dari makalah ini adalah Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Penyakit Gastrointestinal.

19.

Didalam

makalah

ini

akan


dibahas

mengenai

penyakit

gastrointestinal pada ibu hamil, bagaimana perjalanan dari penyakit ini
serta bagaimana penatalaksanaannya menurut medis dan keperawatan.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing yang mengarahkan dalam penyelesaian malakah ini serta
kepada pengarang yang bukunya menjadi sumber referensi.
20.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca
untuk menyempurnakan malakah ini. Atas perhatiaanya penulis
ucapkan terimakasih.

21.
22.

23.
24. Medan, April 2016
25. Penulis,
26.
27. Kelompok 4
28.
29.

30.
31. BAB 1
32. PENDAHULUAN
33.
1.1 Latar Belakang
34.

Gangguan Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada

jalan makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu
kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus
(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)

dan pankreas (Sujono Hadi, 2002). Pencernaan makanan ialah suatu proses
biokimia yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat
yang mudah dapat diserap oleh selaput-selaput lendir usus, bilamana zat-zat
tersebut diperlukan oleh badan(Sujono Hadi, 2002) .
35.

Kehamilan merupakan kejadian yang fisiologis dan harus disadari

semua wanita hamil. Selama masih masa kehamilan, tubuh seorang wanita
akan mengalami banyak perubahan. Baik perubahan fisik, mood, maupun
hormonal. Tentu saja semua itu dapat menyebabkan timbulnya bermacam
macam keluhan dan masalah salah satunya adalah konstipasi ( Pramono,
2012).
36.

Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan

janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena
hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh
kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa

waktu setelah melahirkan.
37.

Probosuseno (2009) menjelaskan bahwa semua orang dapat

terkena wasir. Namun yang paling sering adalah multipara (pernah melahirkan
anak lebih dari sekali). Insidensinya sekitar 5-35 % dari masyarakat umum
dan terutama yang berusia lebih dari 25 tahun, dan jarang terjadi di bawah usia
20 tahun kecuali wanita hamil. Studi pendahuluan tentang kejadian di RSUD
Tugurejo Semarang pada tahun 2007 sejumlah 61 orang atau 10,40 %, tahun
2008 sebanyak 103 orang dengan prevalensi 17,54 %, tahun 2009 sebanyak

142 orang dengan prevalensi 24,20 %, tahun 2010 sebanyak 138 orang dengan
prevalensi 23,50 %, dan tahun 2011 sebanyak 143 orang dengan prevalensi
24,36 %. Data diatas menunjukkan jumlah penderita hemoroid dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2007 sampai tahun
2009 angka kejadian hemoroid mengalami kenaikan 6,66-7,10 %, kemudian
pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 0,70 %. Dan mengalami
kenaikan lagi pada tahun 2011 sebanyak 0,86 %. Keluhan yang biasanya
dirasakan oleh pasien hemoroid adalah nyeri, terdapatnya benjolan pada anus

dan perdarahan. Adapun keluhan dapat diatasi dengan berbagai tindakan. Ada
beberapa

alternatif

lain

untuk

menangani

hemoroid

yaitu

dengan

hemoroidektomi. komplikasi yang mungkin terjadi setelah tindakan operasi
yaitu perdarahan, trombosis, dan strangulasi hematoma (hemoragi) dan infeksi
pada luka setelah operasi. Sedangkan komplikasi sebelum pembedahan adalah

berkurangnya sel darah (anemia), dan hipotensi jika tidak segera ditangani
dapat mengakibatkan perdarahan hebat (Smeltzer dan Bare, 2002). Timbulnya
berbagai

manifestasi

dan

komplikasi

pada

pasien

hemoroid

dapat

mempengaruhi aspek bio-psiko-sosio-kultural spiritual. Pasien pre operasi
hemoroidektomi dapat mengalami nyeri, gatal, perdarahan dan cemas,

sedangkan pasien post operasi hemoroidektomi dapat mengalami resiko
perdarahan, nyeri akibat pembedahan, cemas akibat nyeri pasca pembedahan,
kerusakan integritas kulit, resiko infeksi, dan resiko konstipasi. Oleh karena
itu pasien dengan hemoroid perlu dilakukan asuhan keperawatan dengan tepat.
Peran perawat sangat penting dalam merawat pasien hemoroid antara lain
sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidik, pemberi asuhan keperawatan,
pembaharu, pengorganisasi pelayanan kesehatan yang khususnya adalah
sebagai pemberi asuhan keperawatan.
38. Pemeriksaan Klinik Perubahan fisiologis selama kehamilan akan
mempercepat munculnya penyakit. Saluran dubur terdiri dari tiga bantalan
fibrovascular (jaringan ikat dan pembuluh darah) yang ditunjang oleh jaringan
konektif yang terdiri otot longitudinal dan sphincter internal (jaringan otot
melingkar untuk mengatur keluarnya kotoran/buang air besar). Pada

kehamilan karena pengaruh kenaikan hormon seks dan bertambahnya volume
darah, menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah vena di daerah dubur.
Begitu pula akibat penekanan janin dalam rahim pada pembuluh darah vena di
daerah panggul akan mengakibatkan pembendungan. Ditambah lagi dengan
pengejanan waktu buang air besar yang sering terjadi pada wanita hamil
karena konstipasi (sulit buang air besar), akan meyebabkan terjadinya prolaps

(keluar dari dubur) hemorrhoid.
39.

40. BAB 2
41. TINJAUAN TEORITIS
42.
43.
44. 2.1 Konsep Medis
45. 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Pencernaan
46.

Anatomi

saluran

pencernaan

terdiri

dari


mulut,

tenggorokan(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :

47.
1. Mulut
48.

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya

makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap dan jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis,asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan
oleh saraf olfaktorius hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan

tersebut

dengan

enzim-enzim

pencernaan

dan

mulai

mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
49.
Merupakan penghubung antara rongga mulut

dan

kerongkongan. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makan letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian
yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang
sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke
depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
50.
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang

belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus).
4. Lambung
51.
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri
dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor
pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel
lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
5. Usus halus (usus kecil)
52.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus
kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
53.Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke ususkosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagianterpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale danberakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organretroperitoneal, yang
tidakterbungkus seluruhnya oleh selaputperitoneum. pH usus dua

belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b. Usus Kosong (Jejenum)
54.Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 12 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
55.Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atausedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
56.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dariusus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.

Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendirdan
air,dan terjadilah diare.
7. Rektum dan Anus
57.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolonsigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum
ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
58.
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting
untuk menunda BAB.
59.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama
anus (Pearce,1999).
60.
61.

62. 2.1.2 Penyakit Gastointestinal Pada Kehamilan
1. Mulut
a. Gingivitis
63.

Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa

inflamasi. Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi
gingiva berupa perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan
tekstur permukaan, perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran,
perubahan kontur/bentuk pendarahan. Radang gusi atau gingivitis
adalah akibat dari infeksi bakteri. Gingivitis adalah gusi lunak,
membengkak, dan hiperemis. Karena gusi itu mudah berdarah,
terutama sewaktu menggosok gigi. Bila kebersihan mulut tidak di jaga,
dapat terjadi peradangan mulut ( Mochtar 2015 ).
64. Tanda dan gejala gingivitis mencakup pendarahan, perubahan
warna,

perubahan

konsistensi,

perubahan

tekstur

permukaan,

pembentukan konftu/bentuk, perubahan saku gusi, resesi gingiva,
halitosis dan rasa sakit.
65.
Kondisi gigi dan mulut ibu hamil seringkali ditandai
dengan adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena jaringan
gusi merespons secara berlebihan terhadap iritasi lokal. Bentuk iritasi
lokal ini berupa karang gigi, gigi berlubang, susunan gigi tidak rata
atau adanya sisa akar gigi yang tidak dicabut. Hal ini sangat berbeda
dengan keadaan ibu pada saat tidak hamil.
66.
Pembesaran gusi ibu hamil biasa dimulai pada trisemester
pertama sampai ketiga masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan
aktivitas hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron. Hormon
progesteron pengaruhnya lebih besar terhadap proses inflamasi.
Pembesaran gusi akan mengalami penurunan pada kehamilan bulan
ke-9 dan beberapa hari setelah melahirkan. Keadaannya akan kembali
normal seperti sebelum hamil.
67.
68.
b. Karies Gigi

69.

Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memburuk karena

nafsu makan berkurang, mul, muntah, sehingga kalsium menjadi
berkurang. Hal ini segera di konsultasikan ke dokter gigi,
(Sofian,2011).
70. Karies atau gigi berlubang merupakan proses demineralisasi yang
disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti:
mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan
email. Kehamilan tidak langsung menyebabkan gigi berlubang. Tetapi
lebih meningkatkan

cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada

pada masa kehamilan lebih disebabkan karena perubahan lingkungan
di sekitar gigi dan kebersihan mulut yang kurang. pH saliva yang lebih
asam pada ibu hamil akan mengganggu fungsi gigi sehingga proses
demineralisasi pada karies berlangsung lebih cepat.
71.
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan karies umumnya
berasal dari jenis kokus gram positif. Bakteri ini dapat menempel pada
gigi dan membentuk lapisan lunak dan lengket yang disebut plak. Plak
dapat mengubah karbohidrat dari sisa makanan atau minuman menjadi
asam sehingga terjadi proses demineralisasi gigi.18 Sisa makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat akan menurunkan pH plak
dengan cepat hingga level yang mampu menyebabkan demineralisasi
gigi. Untuk kembali ke pH normal, dibutuhkan waktu 30-60 menit,
sehingga konsumsi karbohidrat yang berulang-ulang dapat menahan
pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi gigi. Peran
mikroorganisme dan karbohidrat dalam pembentukan plak sesuai
dengan teori asidogenik Miller yang menyatakan bahwa kerusakan gigi
merupakan proses kemoparasiter yang disebabkan oleh terbentuknya
asam melalui proses fermentasi karbohidrat oleh bakteri sehingga
terjadi dekalsifikasi email dan dentin. Asam akan melarutkan residu
dari email dan dentin yang mengalami dekalsifikasi sehingga terbentuk
lubang pada gigi
72.
2. Esofagus dan Lambung
a. Pirosis (heartburn)

73.

Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri

dada. Hal ini disebabkan regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian
bawah esofagus. Keluhan ini akan hilang secara berangsur-angsur
dengan kehamilan yang bertambah tua. Penanganan yang dilakukan
yakni dengan tidak makan sekaligus banyak, namun dalam porsi kecil
dan sering, serta tidur dengan posisi setengah duduk, (Sofian,2011).
b. Esofangitis Erosif
74.
Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi
pada lambung. Gejalanya pedih dan nyeri sewaktu menelan (disfagia),
pirosis, dan kadang dengan hematemesis. Terapi yang dilakukan sama
dengan pirosis. Bila ada hematemesis, penanganan dengan diet bubur
dan minum es (Sofian,2011).
c. Varises Esofagus
75.
Varises esofagus dijumpai pada sirosis hepatis dan pada
kehamilan menjadi lebih berat, bahkan bisa pecah dan terjadi
perdarahan karena hipovolemia dan hipertensi portal. Varises esofagus
terjadi jika adanya obstruksi aliran darah menuju hati. Seringkali aliran
darah diperlambat oleh jaringan parut pada hati yangdisebabkan oleh
penyakit hati. Karena resistensi pembuluh darah di sinusoid
hatirendah, peningkatan tekanan vena portal

(>10mmHg) akan

mendistensi vena proksimal ke tempat blok dan meningkatkan tekanan
kapiler pada organ yang dialiri oleh pembuluh darah vena yang
terobstruksi, salah satunya adalah esofagus. Tidak imbangnya antara
tekanan

aliran

darah

dengan

kemampuan

pembuluh

darah

mengakibatkan pembesaran pembuluh darah (varises). Dalam keadaan
yang demikian, terkadang vena bisa pecah dan berdarah. Pada masa
kehamilan varises esophagus ini akan semakin berat bahkan bisa pecah
dan menyebabkan perdarahan pada si ibu.
76.
d. Hernia Hiatus
77.
Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intraabdominal bertambah sehingga bagian atas lambung dapat masuk ke

dalam hiatus esofagus disebut hernia hiatus. Gejalanya pirosis, mual,
muntah, dan bisa hematemesis.
e. Ulkus Peptikum
78.
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan. Bila ada
muntah-muntah akan mempersulit penderita dalam kehamilan.
79. Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang
meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa
hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung
berhubungan dengan cairan lambung asam/pepsin

Ulkus peptikum

merupakan erosi lapisan mukosa biasanya di lambung atau duodenum.
Dengan makin tuanya kehamilan dan makin membesarnya uterus, usus-usus
halus dapat terputar pada pangkalnya, sehingga terjadi penjiratan
(strangulas:) seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan menyebabkan
kematian apabila tidak segera dikenal dan dioperasi. Keadaan lain yang dapat
pula menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia
diafragmatika, perlekatan usus, dan terdapatnya pita kongenital di dalam
rongga perut. Dapat juga terjadi karena kelainaan bawaan kolon yang tidak
terletak retroperitoneal, dan terdapatnya mesenterium panjang dan sekum
yang mobile yang tidak terfiksasi.
80.

3. Penyakit Usus Halus
a. Ileus
81. Adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana terjadi
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menggangu jalannya isi
usus/usus tidak mampu lagi mendorong isi sepanjang usus
(Sabara,2007). Obstruksi usus ini biasanya mengenai kolon. Ibu hamil
biasanya mengalami ileus obstruktif atau penyumbatan pada usus. Di
akibatkan hormon pada masa kehamilan akan meningkat sehingga
pergerakan otot pada usus besar melambat. Selain itu, janin yang
makin besar akan menekan usus besar sehingga menggangu aktivitas
normalnya. Limen usus yang tersumbat profesif akan teregang oleh
cairan dan gas didalm lumen usus sebelah proksimal dari letak
obstruktif mengakibatkan distensi dan kehilangan H02 dan elektrolit

dan akan menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri
sehingga terjadi iskemik dinding usus.
b. Vulvulus Usus
82.
Volvulus usus adalah suatu kondisi dimana usus berputar
pada dirinya sendiri sehingga menyebabkan obstruksi aliran material
melalui

usus.

Dengan

makin

tuanya

kehamilan

dan

makin

membesarnya uterus, usus-usus halus dapat terputar pada pangkalnya,
sehingga terjadi penjiratan (strangulas:) seluruh ileum. Akibatnya
sangat gawat dan menyebabkan kematian apabila tidak segera dikenal
dan dioperasi. Keadaan lain yang dapat pula menyebabkan volvulus
ialah perpanjangan mesokolon, hernia diafragmatika, perlekatan usus,
dan terdapatnya pita kongenital di dalam rongga perut. Dapat juga
terjadi

karena

kelainaan

bawaan

kolon

yang

tidak

terletak

retroperitoneal, dan terdapatnya mesenterium panjang dan sekum yang
mobile yang tidak terfiksasi. Gejala yang bisa ditemukan yakni:
obstruksi usus dimanifestasikan sebagai distensi abdomen dan muntah
empedu, iskemia (penurunan aliran darah) ke bagian yang terkena
usus,serangan nyeri perut yang bersifat kolik makin hebat disertai mual
dan muntah, kurangnya tinja atau flatus, karena titik yang menghambat
dekat katup ileum dan usus kecil, (Hoffman, Gary H,2007).
c. Hernia
83.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga yang

bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (karnadihardja, 2005)
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan
melalui lobang abnormal. (Dorland,1998). Hernia merupakan protusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik
dinding perut. terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. (Jong, 2004).

84.

Pada usia kehamilan 2 bulan tidak ada penekanan terhadap

diagfragma yang sedang berkembang baik dari rongga dada maupun
dari rongga abdomen. Di dalam rongga dada, paru belum berkembang,
sedangkan di dalam rongga abdomen usus mengambil tempat di luar
abdomen yaitu di umbilikus. Tekanan mekanik pertama yang diterima
oleh diafragma adalah saat usus kembali dari umbilikus ke intra
abdomen pada minggu ke–10. Saat itu bagian-bagian diafragma telah
menempati tempat yang normal untuk menerima penekanan sebagai
konsekuensi dari perkembangan organ–organ. Hernia dapat timbul dari
gagalnya pertumbuhan diafragma yang normal atau timbul dari daerah
yang memang rawan terhadap penekanan yaitu foramen Bochdalek,
foramen Morgagni, dan hiatus esofagus.Gangguan pembentukan
diafragma ini dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian
diafragma, gangguan fusi antar unsur-unsur pleuroperitonei atau
gangguan pembentukan otot, yang dapat menyebabkan diafragma
menjadi tipis dan mengakibatkan terjadi eventrasi,5 sedangkan
pelebaran tentang hiatus esofagus dan lemahnya ligamentum
phrenoesophageal tidak diketahui secara jelas.
d. Koitis Ulserosa
85.
Kolitis ulserosa merupakan radang kronik non spesifik pada
mukosa kolon yang dapat meluas ke bagian proksimal dan bersifat
difus, ulseratif dan sering kambuh setelah dalam priode tertentu secara
klinis tenang. Gejalanya berupa mencret sering pada waktu pagi,
bercampur darah, dan menjadi kurus. Pengaruh penyait secara
langsung terhadap kehamilan tidak ada, begitu pula pada persalinan.
e. Konstipasi
86.
Konstipasi adalah masalah yang umum ditemui selama
kehamilan. Progesteron, salah satu hormon plasenta yang berperan
aktif dalam kehamilan menyebabkan otot polos
f. Hemoroid (wasir)
1. Pengertian
87.
Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama wasir
atau ambeien, Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam

medis, berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah
balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus.
Hemoroid

(Wasir)

adalah

pembengkakan

jaringan

yang

mengandung pembuluh balik (vena ) dan terletak di dinding
rektum dan anus .

Anus merupakan lubang di ujung saluran

pencernaan dimana limbah (tinja, kotoran) keluar dari dalam tubuh.
Rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan diatas anus,
dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui
anus.
88.

Hemoroid

bisa

mengalami

peradangan,

menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus ), perdarahan
atau akan membesar dan menonjol keluar.

Hemoroid adalah

kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis
di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan
beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di
sekitar anorektal (kanalis anus).
2. Jenis Hemoroid
89.
Hemoroid dibedakan menjadi 2 , yaitu hemoroid
interna dan hemoroid eksterna Menurut Person (2007) : Hemoroid
interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna dibedakan
menjadi 4 drajat yaitu :
- Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.
- Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak
pada saat pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara
-

spontan.
Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya

-

dapat masuk kembali secara manual atau spontan .
Derajat IV, prolaps hemoroid atau permanen yaitu

selalu

keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski dimasukkan
90.

secara manual.
Hemoroid eksterna adalah yang merupakan pelebaran dan

penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal

garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus .
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
3. Etiologi Hemoroid
91.
Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi
hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa
faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah: terlalu banyak
duduk, diare menahun/kronis, kehamilan: disebabkan oleh karena
perubahan hormone, Keturunan penderita wasir, Factor pekerjaan ,
Sembelit/ konstipasi/ ostipasi menahun, Penekanan kembali aliran
darah vena,melahirkan,, obesitas,usia lanjut, mengangkat beban
berat, tumor di abdomen/usus proksimal.
4. Diagnosis Hemoroid
92.
Diagnosis hemorrhoid tidak sulit, dapat dilakukan
pemeriksaan colok dubur termasuk anorektoskopi (alat untuk
melihat kelainan di daerah anus dan rektum). Pada pemeriksaan
anorektoskopi dapat ditentukan derajat hemoroid. Lokasi hemoroid
pada posisi tengkurap umumnya adalah pada jam 12, jam 3, jam 6
dan jam 9. Permukaannya berwarna sama dengan mukosa
sekitarnya, bila bekas berdarah akan tampak bercak-bercak
kemerahan. Perdarahan rectum merupakan manifestasi utama
hemorrhoid interna. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat
dari trombosis hemorrhoid eksterna. Diagnosis hemorrhoid dapat
terlihat dari gejala klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps,
perasaan tidak nyaman pada anus (mungkin pruritus anus),
pengeluaran lendir, anemia sekunder (mungkin), tampak kelainan
khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi atau rektoskopi
(Sjamsuhidajat, 1998).
5. Terapi Hemorrhoid
93.
Hemorrhoid merupakan sesuatu yang fisiologis,
maka terapi yang dilakukan hanya untuk menghilangkan keluhan,
bukan untuk menghilangkan pleksus hemorrhoidalis. Pada
hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa terapi
lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan

untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak
mengandung air. Hal ini untuk memperlancar buang air besar
sehingga tidak perlu mengejan secara berlebihan. Pemberian obat
melalui anus (suppositoria) dan salep anus diketahui tidak
mempunyai efek yang berarti kecuali sebagai efek anestetik dan
astringen. Selain itu dilakukan juga skleroterapi, yaitu penyuntikan
larutan kimia yang marengsang dengan menimbulkan peradangan
steril yang pada akhirnya menimbulkan jaringan parut. Untuk
pasien derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah
yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan untuk
pasien yang sering mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat
sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami
keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun. Dalam hal ini dilakukan
pemotongan pada jaringan yang benar-benar berlebihan agar tidak
mengganggu fungsi normal anus (Murbawani, 2006). Ada berbagai
macam tindakan operasi. Ada yang mengikat pangkal hemoroid
dengan gelang karet agar hemoroidnya nekrosis dan terlepas
sendiri. Ada yang menyuntikkan sklerosing agen agar timbul
jaringan parut. Bisa juga dengan fotokoagulasi inframerah,
elektrokoagulasi dengan arus listrik, atau pengangkatan langsung
hemoroid dengan memotongnya dengan pisau bedah (Faisal,
2006). Hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna di diagnosa
dengan membuat inspeksi, pemeriksaan digital, melihat langsung
melalui anoskop atau proktoskop. Karena lesi demikian sangat
umum, harus tidak dianggap sebagai penyebab perdarahan rectal
atau anemia hipokromik kronik sampai pemeriksaan seksama telah
dibuat terhadap saluran makanan yang lebih proksimal. Kehilangan
darah akut dapat terjadi pada hemorrhoid interna.
94.

95.
BAB 3
96.
PENUTUP
97.
3.1 Kesimpulan
98.

Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah

dimana makanan dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan
dicampur dengan enzim- enzim pencernaan. Makan, atau bahkan melihat,
mencium, atau mencicip makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva
adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam
mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari.
Saliva juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat
dikunyah, sehingga memudahkan menelan. Dua pusat dalam inti retikularis
medulla oblongata adalah zona pencetus kemoreseptif yaitu uremia, emesis
yang diinduksi oleh obat, emesis karena radiasi dan pusat yang terintegrasi.
Jaras eferen muncul dari hampir semua tempat tubuh. Jaras vagal adalah
sangat penting, tetapi vagotomi tidak menghilangkan muntah . jaras eferen
empatik yang memperantarai muntah berkaitan dengan distensi abdomen.
99.
Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral
menyebabkan penutupan glotis, kontraksi diagfragma mempunyai pilorus dan
relaksi lambung diikuti oleh kontraksi peristaltik yang berjalan dari lambung
tengah keujung insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan
interkosta, muntah berkaitan dengan tanda dan gejala cetusan otonom.
Seamua ada kaitan dengan gangguan traktus gastrointestinalis, terutama
obstruksi, dengan obstruksi tinngi akut menyebabkan muntah dini.
Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan psikogenik, dan penelanan bahanbahan yang berbahaya merupakan menyebab lain yang sering.
100.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan
penghantar oksigen ke medula (renjatan, oklusi vaskular, peningkatan tekanan
intrakranial). Dapat menginduksi emesis. Obat-obat emetik menghasilkan
efeknya melalui stimulasi

sentral langsung atau dengan iritasi mukosa

lambung. Pola muntah mendadak, sering kali proyektil tanpa didahului mual,
sangat kuat menunjukkan penyebab sentral. Konsekuensi muntah metabolik,

dengan muntah hebat terjadi hipovolemia, hipokalemia, dan alkalosis
metabolik serta deplesi natrium total.( Linda Chandranata, 2000)
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22