Hukum Dan Administrasi Negara (2)

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb
Segala puji hanyalah milik Allah tuhan semesta alam atas ilmu dan
nikmat sehat yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat kami
susun dengan tanpa hambatan, shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga
kita mampu meneladaninya Amiin...
Pendidikan

adalah

gerbang

menuju

ilmu

pengetahuan

dan


merupakan faktor terpenting untuk mencetak generasi muda yang
cerdas dan berkarakter dan setiap manusia memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi
sekaligus menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya dan
untuk para pembaca. Tidak lupa juga saya mohon maaf apabila
dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal
penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak
memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Saya
sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kebaikan kami untuk kedepannya.

Gorontalo, 9 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I : Hukum Administrasi Negara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Pengertian Administrasi Negara
2. Hakekat dan Cakupan HAN
3. Objek Studi HAN
4. Sumber-Sumber HAN
BAB II : Perbuatan Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Bentuk Perbuatan Pemerintah
2. Sifat Wewenang Pemerintah
BAB III : Instrumen Yuridis Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Ketetapan Tata Usaha Negara
3. Peraturan Kebijakan
4. Rencana-rencana ( HET PLAN )
5. Perizinan
6. Instrumen Keperdataan
BAB IV : Sanksi Dalam HAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Paksaan Pemerintah ( BESTUUSDWANG )
2. Penarikan Kembali Keputusan-Keputusan
3. Pengenaan Denda Administratif

PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

PENDAHULUAN
Ilmu Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan sejarah
kemunculan

negara

hukum (Rechtstaat) khususnya

Eropa

Kontinental yang berbeda dengan konsep Rule of Law pada Anglo
saxon. Pada umumnya Hukum Administrasi Negara merupakan
bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan
pemerintah dan mengatur hubungan antara pemerintah dengan
warga negara atau hubungan organ pemerintah.
Istilah ”pemerintah” digunakan dalam dua pengertian,
Pertama


dalam

arti

luas,

adalah

kegiatan

negara

dalam

melaksanakan kekuasaan politik dan, Kedua dalam arti sempit,
adalah meliputi kegiatan negara kecuali tugas pembuatan undangundang dan peradilan. Pemerintah dalam arti sempit (bestuur)
mempunyai

pengertian


sama

dengan

administrasi.

Istilah

”administrasi” dan ”pemerintah” sudah umum digunakan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat. Di Amerika Serikat digunakan
istilah the

administrasion untuk

pengertian

keseluruhan

pemerintahan, termasuk presiden.
Menurut


Utrecht,

dalam

Hukum

Administrasi

Negara

terkandung 2 (dua) aspek, yaitu:
1.

Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana

alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya, dan
2.

Aturan-aturan


hukum

yang

mengatur

hubungan

hukum (rechtsbetreking) antara alat perlengkapan administrasi atau
pemerintah dengan para warganegaranya.
Salah

satu

prinsip

dalam

Negara


Hukum

adalah Wetmatigheid Van Bestuur atau pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau dengan kata lain setiap
tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi
pengaturan maupun fungsi pelayanan, harus berdasarkan pada

wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan.
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1986 yang diubah dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara[3], maka selain harus memperhatikan ketentuan perundangundangan yang berlaku, pemerintah dalam melaksanakan tindakan
hukum harus pula memperhatikan Asas-asas Umum Pemerintahan
yang Baik (AAUPB).
Apabila tindakan pemerintah yang diwujudkan dalam terbitnya
suatu Keputusan Tata Usaha Negara atau sikap diamnya, oleh
masyarakat


dianggap

telah

melanggar ketentuan

perundang-

undangan diatas, maka pemerintah – oleh undang-undang tersebut
selanjutnya disebut Badan atau Pejabat tata Usaha Negara – dapat
menggugat secara tertulis ke Peradilan Tata Usaha Negara.
Tujuan dibentuknya peradilan tata usaha negara adalah
sebagai

pengendali

yuridis

terhadap


tindakan-tindakan

badan/pejabat tata usaha negara, baik secara preventif maupun
secara represif. Secara preventif dimaksudkan adalah untuk
mencegah terjadinya tindakan-tindakan badan/pejabat tata usaha
negara

yang

melawan

hukum

dan

merugikan

masyarakat,

sedangkan secara represif ditujukan terhadap tindakan-tindakan

badan/pejabat tata usaha negara yang melawan hukum dan
merugikan masyarakat harus dijatuhi sanksi. Selain itu tujuan
peradilan tata usaha negara adalah juga untuk memberikan
perlindungan hukum bagi badan/pejabat tata usaha negara itu
sendiri apabila telah bertindak benar sesuai dengan peraturan
hukum yang berlaku.
Akan tetapi tidak semua tindakan pemerintah dapat menjadi
kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara. Tindakan pemerintah
yang tidak masuk kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara
selanjutnya akan menjadi kompetensi Peradilan Umum. Sehubungan

dengan itu mengundang pertanyaan apakah yang menjadi ukuran
keabsahan suatu tindakan pemerintah jika dihubungkan dengan
ketentuan Peradilan Tata Usaha Negara. Hal ini menjadi penting
bagi perumusan dan isi suatu keputusan yang akan dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sehingga keputusan atau
tindakan Pejabat Tata Usaha Negara sah secara hukum.

BAB I
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A.

Pengertian Administrasi Negara

Keputusan / kesepakatan pengasuh mata kuliah Hukum Administrasi
Negara di Cibulan tanggal 26 – 28 Maret 1973 sebelumnya istilahnya
Hukum Tata Pemerintahan dengan alasan :
1. HAN dapat menjangkau Hukum Tata Pemerintahan, Hukum
Tata Usaha Negara
2. Pengertian HAN lebih luas
3. Istilah administrasi berasal dari bahasa latin administrare lebih
mencerminkan fungsi daripada negara modern sesuadah PD
II daripada istilah Tata Pemerintahan
Administrasi dalam bahasa Inggris administer adalah kombinasi
kata-kata

bahasa

Latin addan ministrare yang

berarti to

serve /

melayani. Jadi to administer adalah to manage / to direct mengelola
atau memerintah.
Berikut berbagai pendapat terkait dengan pengertian Hukum
Administrasi:
1)

E. Utrecht mengetengahkan “HAN (hukum pemerintahan)

adalah men-guji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan
memungkinkan para pejabat (Ambsdrager) administrasi negara
melakukan tugas mereka yang khusus”. Selanjutnya E, Utrecht menjelaskan bahwa “HAN adalah yang mengatur sebagian lapagan
pekerja-an administrasi negara.

2)

Cornelis Van Vollenhouven : HAN ialah kesemua kaidah-

kaidah hukum yang bukan hukum tata negara mate-riil, bukan hukum
perdata materiil dan bukan hukum pidana materiil (Teori residu).
3)

J.M

Baron

de

Gerando :

hukum

administrasi

adalah

peraturan-pera-turan yang mengatur hubungan timbal balik antara
pemerintah dan rakyat (Le droit administratif a pour object le regles
qui regissent les rapports recip-roques de I’administration avec les
administres).
4)

Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum ad-ministrasi negara adalah

keseluruhan

aturan-aturan

hukum

yang

harus

menjalankan

kekuasaannya. Jadi pa-da asasnya mengatur negara dalam keadaan
bergerak (staat in beweging).
5)

Dr.Mr.H.J Romijn :

Hukum

admini-strasi

negara

adalah

keseluruhan aturan-aturan hukum yang mengatur negara dalam
keadaan bergerak.
6)

Prajudi Atmosudirdjo : HAN adalah hukum mengenai seluk

beluk adminis-trasi negara (HAN heteronom) dan hukum yang dicipta
atau merupakan hasil buatan administrasi negara (HAN otonom).
B.

HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN

Hakekat HAN mengatur hubungan hukum antara Pemerintah dengan
war-ganya

serta

memberikan

perlindungan

hukum

kepada

masyarakat atau warga negaranya dari tindakan sewenangwewenang aparatur Pemerintah.
Cakupan HAN (Prajudi Atmo-sudirdjo) : adalah HAN mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku para Pejabat Administrasi
Negara.

Van Wijk-Konjnenbelt dan P. de Haan Cs. Mengatakan HAN
meliputi :
a)

Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan

mengendali-kan masyarakat;
b)

Mengatur cara – cara partisipasi warga negara dalam proses

pen-gaturan dan pengendalian tersebut;
c)

Perlindungan hukum (rechtsbe-sherming);

d)

Menetapkan norma-norma fundamental bagi penguasa untuk

pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk
bestuur).
C. TUJUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:
1. Memberikan

batasan

dan

ke-wenangan

terhadap

Pejabat Administrasi Negara;
2. Memberikan perlindungan terhadap rakyat atau badan
hukum

perdata

dari

tindakan

sewenang-wenang

Pejabat Administrasi Negara.
D.

OBJEK STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Objek Material
Yang dimaksud adalah manusia yaitu aparat pemerintah atau aparat
administrasi Negara sebagai pihak yang memerintah dan warga
masyarakat atau badan hokum privat sebagai pihak yang diperintah.
Antara kedua belah pihak ada hubungan hukum publik.
Objek Formal

Adalah perilaku atau kegiatan atau keputusan hokum badan
pemerintah, baik yang bersifat peraturan maupun yang bersifat
ketetapan.
E.

SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pengertian

Sumber

hukum

adalah

segala

sesuatu

yang

menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga
apabila aturan-aturan tersebut dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Sumber hukum sendiri menurut Prof. Dr. Sudikno, SH sering
dipergunakan dalam beberapa arti seperti berikut ini:
1. Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang merupakan
permulaan hukum, misalnya kehendak Tuhan, akal manusia,
jiwa bangsa.
2. Menunjukan sumber hukum ter-dahulu yang memberikan
bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku. Sebagai
sumber berlakunya yang memberikan kekuatan penguasa,
masyarakat.
3. Sebagai sumber dari mana hukum dapat diketahui misalnya
dokumen dokumen, undang-undang, batu bertulis.
4. Sebagai sumber terbentuknya hukum atau sumber yang
menimbulkan hukum.
Sumber hukum pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
Sumber hukum materiil dan Sumber hukum formal.
Termasuk dalam sumber hukum formal adalah :


Undang-undang



Kebiasaan



Yurisprodensi



Traktat (perjanjian antar negara)



Perjanjian



Doktrin

Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat masyarakat.
Undang-undang dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Undang-undang dalam arti materiil Adalah setiap peraturan
perundang-undangan yang isinya mengikat langsung kepada
masyarakat umum.
2. Undang-undang dalam arti formal Adalah setiap peraturan
perundang yang dibentuk oleh alat perlengkap-an negara
yang berwenang melalui tata cara dan prosedur yang berlaku. Undang-undang dalam arti formal pada hakikatnya
adalah keputusan alat perlengkapan negara yang karena cara
pem-bentukannya disebut undang-undang.
Asas berlakunya undang-undang:
Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
1. Undang-undang
undang-undang

yang

berlaku

terdahulu

kemudian

sejauh

membatalkan

undang-undang

itu

mengatur hal yang sama (lex posterior derogat legi priori).
2. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mem-punyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada
dua macam undang-undang yang tidak se-derajat mengatur
obyek yang sama dan saling bertentangan maka hakim harus

menerapkan undang-undang yang lebih tinggi dan menyatakan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat
(lex superior derogat legi inferiori).
3. Undang-undang yang khusus menge-sampingkan undangundang yang bersifat umum (lex specialis derogat legi
generali)
4. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
KEBIASAAN
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan berulangulang. Ke-biasaan tersebut diterima oleh masya-rakat sehingga
masyarakat ber-anggapan memang harus berlaku demikian kalau
tidak berbuat demikian merasa berlawanan dengan kebiasa-an dan
merasa melakukan pelang-garaan terhadap hukum. Beberapa syarat
tertentu, yaitu :
1. Adanyan perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulangulang dalam masyarakat tertentu.
2. Adanya

keyakinan

hukum

dari

masyarakat

yang

bersangkutan.
Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah
dengan penggarapnya.
YURISPRUDENSI
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-undang Nomor
14 tahun 1970 bahwa seorang hakim tidak boleh menolak jika
diminta memutuskan suatu perkara dengan alasan karena belum
ada aturan hukumnya.
Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti dalam praktek
peradilan bahwa hakim adalah pembentuk undang-undang.

Ada dua macam yurisprodensi yaitu :
1. Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena
rangkai-an keputusan serupa dan dijadikan dasar atau
patokan untuk memutuskan suatu perkara (standar arresten);
2. Yurisprudensi tidak tetap ialah ke-putusan hakim terdahulu
yang bukan standar arresten.
TRAKTAT
Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh DPR kemudian
baru diratifikasi oelh Presiden dan setelah itu baru mengikat
terhadap negara peserta dan warga negaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang
mengandung materi sebagai berikut :
1. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi
haluan politik luar negeri misalnya perubahan wilayah.
2. Perjanjian kerjasama ekonomi,pinjaman.
3. Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundangundangan kita harus diatur dengan bentuk undang-undang
misalnya soal kewarganegaraan,kehakiman.
PERJANJIAN
Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang
atau lebih saling berjanji untuk mela-kukan atau tidak melakukan
perbuatan tertentu.
Perjanjian

adalah

sah

apabila

meme-nuhi

syarat-syarat

sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :

1. Orang yang mengadakan perjanjian garus cakap dalam arti
mampu membuat perjanjian (orang dewasa, tidak sakit
ingatan);
2. Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak antara para
pihak yang bersangkutan;
3. Mengenai obyek tertentu;
4. Dasar yang halal atau kausa.

Disamping unsur-unsur yang harus dipenuhi ada juga asas-asas
dalam perjanjian, yaitu :
1. Asas konsensualisme adalah perjanji-an itu telah terjadi
apabila telah ada konsensus antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.
2. Asas kebebasan berkontrak artinya seseorang bebas untuk
mengadakan

perjanjian

bebas

mengenai

apa

yang

diperjanjikan bebas pula menentukan bentuk perjanjiannya.
3. Asas pacta sunt servanda maksudnya adalah bila perjanjian
telah

disepakati

berlaku

mengikat

para

pihak

yang

bersangkutan sebagai undang-undang.
DOKTRIN
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah
sumber hukum, tempat hakim dapat menemuk-an hukumnya. Ilmu
hukum adalah sum-ber hukum tetapi ilmu hukum bukan hukum
karena tidak mempunyai kekuat-an mengikat sebagai hukum seperti
undang-undang.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 perihal sistem Pemerintahan Negara ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang

berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
1. Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Maksudnya adalah sebagai pandangan hidup, kesadaran dan citacita hukum serta cita-cita kemerdekaan individu, kemerdekaan
bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan
mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara,
cita-cita

moral

mengenai

kehidupan

kemasyarakatan

dan

keagamaan sebagai pengejewantahan dari budi nurani manusia.
Pancasila mewujudkan dirinya dalam:
1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agst 1945
2. Dekrit 5 Juli 1959
3. UUD
4. Supersemar
Sumber hukum dalam arti formal:
Bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positip oleh instansi
pemerintah yang berwenang. Antara lain:
UUD, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, PP, Kepres,
Instruksi Menteri, Surat Menteri.

BAB II
PERBUATAN PEMERINTAH
A.

BENTUK PERBUATAN PEMERINTAH

Jenis-jenis perbuatan pemerintah
1)

Perbuatan non yuridis

2)

Perbuatan yuridis (rechtshan-deling)

Perbuatan pemerintah yang ber-sifat hukum publik ada perbuatan
hukum publik yang bersegi dua, dan perbuatan hukum publik yang
bersegi satu. Perbuatan Pemerintah yang ber-sifat hukum privat.
Perbuatan Pemerintah (Perbuatan Yang Dilaksanakan Pejabat
Administrasi:
1. Perbuatan Pemerintah yang dilaksanakan berdasarkan:
1. Peraturan Perundang-undangan yang ada;
2. Belum

ada

Peraturan

Perun-dangannya

Ermessen / Discretion).
3. Freies Ermessen / Discretion/Kebijakan:

(Freies

1. Sjachran Basah : Freies Ermessen adalah
keleluasan
kebijakan
negara

dalam

menen-tukan

melalui sikap
yang

harus

kebijakan-

tindak administrasi

dapat

dipertanggung-

jawabkan.
2. AV. DICEY (Bagir Manan) discreationary power
adalah berisi kebebasan Mahkota atau aparatnya untuk melaksanakan suatu tin-dakan tanpa
terlebih

dahulu

harus

meminta

persetujuan/pengatur oleh parlemen.
3. S.F

Marbun Freies

Ermessen

adalah

kebebasan untuk bertindak atas inisiatif sendiri
menyelesaikan persoalan-persoalan penting dan
mendesak yang muncul secara tiba-tiba, dimana
hukum tidak mengaturnya.
4. Tolak ukur penggunaan Freies Ermessen /
Direction / kebijakan:
1. Adanya kebebasan yang dimung-kinkan
oleh hukum kepada admini-strasi negara
untuk bertindak atas inisiatif sendiri;
2. Terdapat persoalan yang penting dan
segera

mendesak

untuk

se-gera

diselesaikan;
3. Harus

dapat

dipertanggungjawab-kan

secara moral dan hukum.
a)

Secara moral : berdasarkan Pancasila dan Sumpah/Janji;

b) Secara Hukum:
Batas atas: wajib taat asas ter-hadap tata urutan peraturan perundang-undangan Indonesia, baik secara vertikal maupun secara
horizontal dan tidak melanggar hukum;

Batas bawah: tidak boleh me-langgar hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
B.

SIFAT WEWENANG PEMERINTAH

Wewenang Sumbernya adalah Peraturan Perundang-undangan,
► Cara memperoleh :
1. Atribusi
2. Delegasi
3. Mandat
Sumber dan cara memperoleh wewenang berkaitan dengan
pertanggungjawaban
1. Terikat, apbl perat dasaryg menentukan isi dari keputusan yg hrs
diambil secara terinci
1. Fakultatif,

badan/pejabat

TUN

tdk

wajib

menerapkan

wewenangnya atau masih ada pilihan yg ditentukan dlm
peraturan dasarnya
2. Bebas,

perat

dasarnya

memberi

kebebasan

kpd

badan/pejabat utk menentukan sendiri mengenai isi dari
keputusan yg akan dikeluarkannya
Unsur Tindakan Hukum Pemerintah antara lain perbuatan itu
dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai
penguasa

maupun

sebagai

alat

perlengkapan

pemerintahan

(bestuurs-organen) dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;
Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan; Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana
untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi;
Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat, Perbuatan tersebut hrs didasarkan
pada peraturan perundang-undanganan yang berlaku.


Setiap tindakan pemerintah hrs berdasarkan perat per-uu-an

atau berdasarkan pada kewenangan


Asas legalitas berkaitan dgn gagasan demokrasi dan gagasan

negara hukum

► Dalam konsepsi welfare state, tindakan pemerintah tidak selalu
harus berdasarkan asas legalitas. Dalam hal-hal tertentu pemerintah
dapat melakukan tindakan secara bebas yang didasarkan pada
freies Ermessen

BAB III
INSTRUMEN YURIDIS PEMERINTAH
A.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pengertian Perat Peraturan Perundang-Undangan yang tercantum
dalam Pasal 1 angka 2 UU No 5 Th 1986 :
”peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan yang
bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan
Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah serta semua keputusan badan atau
pejabat tata usaha negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah, yang juga mengikat umum. “
Pasal 1 angka 2 UU No 10 Th 2004:
”peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum.”
Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 :
jenis dan hierarki perat perundang-undangan :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah

Ciri-ciri :
1. Bersifat umum dan komprehensif
2. Bersifat universal, utk peristiwa2 yad yg belum jelas bentuk
konkretnya
3. Memiliki kekuatan utk mengoreksi dan memperbaiki dirinya
sendiri. Pencantuman klausul yg memuat kemungkinan
dilakukannya peninjauan kembali
B.

KETETAPAN TATA USAHA NEGARA

Keputusan administrative merupakan suatu pengertian yang sangat
umum dan abstrak.
Berikut berbagai pengertiannya:
1. E.Utrecht : Beshikking/Ketetapan ialah suatu perbuatan
hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat-alat
pemerintah berdasarkan suatu kekuasaan istimewa.
2. W.F Prins : Beshikking/Ketetapan ialah suatu tindakan hukum
sepihak dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh
alat pemerintahan berdasarkan wewenang yang ada pada alat
satu organ itu.
3. Van der Pot : Beshikking/Ketetapan ialah suatu perbuatan
yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan dan per-nyataan-

pernyataan alat-alat pemerin-tahan dalam menyelenggarakan
hal istimewa dengan maksud mengada-kan perubahan dalam
perhubungan-perhubungan hukum.
4. Sjachran Basah : Beshikking/Ketetapan ialah keputusan
tertulis dari administrasi negara yang mempunyai akibat
hukum untuk me-nyelenggarakan pemerintahan (dalam arti
kata sempit).
5. UU No.5 Tahun 1986 :Keputusan ialah suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN, yang berisi
tindakan hukum TUN, yang berdasarkan PUU yang berlaku,
yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang/Badan Hukum Per-data.
6. Yang dapat disebut sebagai Badan / Pejabat Administrasi
Negara adalah :
1. Instansi

resmi

pemerintah

dibawah

Presiden

(Eksekutif); Instansi resmi diluar pemerintahan (Badan
Negara)
2. Badan Hukum Perdata yang dirikan oleh Pemerintah;
3. Instansi

Swasta

yang

bekerja

sama

dengan

Pemerintah;
4. Lembaga

Swasta

yang

melaksana-kan

tugas

pemerintahan
Jenis-jenis keputusan antara lain:
1. Keputusan yang bersifat Positif :
1. Keputusan yang umumnya menim-bulkan /melahirkan
keadaan hukum baru.
2. Keputusan mendirikan / membubar-kan suatu badan
hukum.
3. Keputusan

yang

menimbulkan

hak

baru

menguntungkan.
4. Keputusan yang membebankan ke-wajiban baru.

yang

5. Keputusan yang bersifat Negatif: Ke-putusan untuk
tidak

melakukan

hubungan

suatu

perbuatan

hukum/penolakan

dalam

terhadap

suatu
suatu

permohonan untuk melakukan / mengubah suatu
keadaan hukum tertentu yang telah ada.
Bentuk Keputusan negatip :
1. Suatu pernyataan tidak berwenang;
2. Suatu pernyataan tidak diterima;
3. Suatu penolakan;
4. Keputusan

yang

menimbulkan

bersifat

hak

baru

Konstitutif:
bagi

seorang

Keputusan
yang

yang

namanya

tercantum dalam keputusan itu.
5. Keputusan

yang

bersifat

Deklaratoir:

Keputusan

untuk

mengakui suatu hak yang telah ada dan diberikan karena
telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
6. Keputusan menurut isinya :
1. Keputusan kilat
2. Keputusan tetap
Syarat 2 pembuatan KTUN:
1. Syarat-syarat materiil
2. Syarat-syarat formal


Apbl syarat materiil dan syarat formal telah terpenuhi maka

ketetapan itu sah menurut hk


Apbl satu/beberapa persyaratan tdk terpenuhi, ketetapan itu

mengandung kekurangan dan menjadi tdk sah
Syarat-syarat material:
1. Organ pem yg membuat ketetapan harus berwenang

2. Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan yuridis,
seperti penipuan, paksaan atau suap, kesesatan
3. Ketetapan hrs berdasarkan suatu keadaan/situasi tertentu
4. Ketetapan hrs dpt dilaksanakan dan tanpa melanggar perat
lain, serta isi dan tujuan ketetapan hrs sesuai dgn isi dan
tujuan peraturan dasarnya

Syarat-syarat formal:
1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan
dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan cara dibuatnya
ketetapan harus dipenuhi
2. Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam
peraturan

perundang-undangan

yang

menjadi

dasar

dikeluarkannya ketetapan itu
3. Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan
harus dipenuhi
Berikut macam-macam keputusan yang sah dan tidak sah:
Keputusan yang sah:
1. Keputusan harus dibuat oleh Badan / Organ yang berwenang;
2. Keputusan harus diberi bentuk dan harus memenuhi prosedur
pembuatannya;
3. Keputusan tidak boleh memuat keku-rangan yuridis;
4. Isi dan tujuan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan
dasarnya.
Keputusan yang tidak sah terdiri dari:

1. Keputusan yang batal karena hukum;
2. Keputusan yang batal mutlak;
3. Keputusan yang batal nisbi;
4. Keputusan yang dapat dibatalkan;
5. Keputusan yang dapat dibatalkan mutlak dapat dibatalkan
nisbi.
Akibat ketetapan yang tidak sah (A.M. Donner) maka Tap harus
dianggap batal sama sekali Berlakunya tap dapat digugat:
a. dalam banding
b. dalam pembatalan oleh jabatan
c. dalam penarikan kembali
Apabila memerlukan persetujuan/peneguhan, badan yang lebih
tinggi dapat tidak memberikan persetujuan/peneguhan Tap diberi
tujuan lain daripada tujuan semula.
Berlakunya ketetapan:
1. Jika berdasarkan perat dasarnya thd tap itu tdk memberi
kemungkinan banding bagi yg dikenai tap, ketetapan mulai
berlaku sejak saat diterbitkan
2. Jika berdasarkan perat dasarnya tdp kemungkinan banding
thd tap, keberlakuan ketetapan tergantung dari proses
banding atau sejak saat berakhirnya batas waktu banding
3. Jika tap memerlukan pengesahan organ yg lebih tinggi,
ketetapan mulai berlaku setelah mendapat pengesahan
C.

PERATURAN KEBIJAKAN

Di Indonesia berbagai serangkaian peraturan kebijaksanaan dapat
dilihat pada berbagai keputusan, surat edaran, surat edaran bersama

dan lain-lain. Kewenangan diskresioner administrasi negara yang
diwujudkan dalam instrumen yuridis tertulis melahirkan peraturan
kebijaksanaan. Peraturan kebijaksanaan hanya berfungsi sebagai
bagian dari operasional penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan
sehingga tidak dapat mengubah ataupun menyimpangi peraturan
perundang-undangan. Disebut psudeo-wetgeving (Per-uu-an semu)
atau spigelsrecht (hukum bayangan).
Kekuatan Mengikat Peraturan Kebijaksanaan dimana Peraturan
kebijaksanaan pada dasarnya ditujukan kepada administrasi negara
sendiri artinya peraturan kebijaksanaan hanya mengikat administrasi
Negara. Peraturan kebijaksanaan bagi masyarakat menimbulkan
keterikatan

secara

tidak

langsung.

Pembuatan

Peraturan

Kebijaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak

boleh

bertentangan

dng

peraturan

dasar

yang

mengandung wewenang diskresioner yg dijabarkan itu.
2. Tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan nalar yg sehat
3. Dipersiapkan dengan cermat
4. Isi dari kebijaksanaan harus memberikan kejelasan yang
cukup mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dr warga
yang terkena peraturan tsb
5. Tujuan dan dasar pertimbangan mengenai kebijaksanaan
yang akan ditempuh harus jelas
6. Harus memenuhi syarat kepastian hukum material
Sedangkan Penggunaan Perat Kebijaksanaan harus memperhatikan
hal-hal berikut. Harus sesuai dan serasi dengan tujuan undangundang yang memberikan ruang kebebasan bertindak serasi dengan
asas-asas hukum umum yang berlaku asas perlakuan yang sama
menurut

hukum,

asas

kepatutan

dan

kewajaran

,asas

keseimbangan, asas pemenuhan kebutuhan dan harapan, asas

kelayakan mempertimbangkan kepentingan public dan warga
masyarakat dan serasi dan tepat guna dgn tujuan yg hendakdicapai.
D.

RENCANA-RENCANA (HET PLAN)

Rencana merupakan semua tindakan yang saling berkaitan dari Tata
Usaha Negara yang mengupayakan terlaksananya usaha tertentu
yang tertib. Konsep perencanaan pemerintah dalam arti luas
didefinisikan sebagai persiapan dan pelaksanaan yang sistematis
dan terkoordinasi mengenai keputusan-keputusan kebijakan yang
didasarkan pada suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan dan
cara pelaksanaannya. Suatu rencana terdiri dari bagian peta
perencanaan dan peraturan berkenaan dengan penggunaan.
E.
Sjachran

PERIZINAN
Basah

mengartikan

izin

adalah

perbuatan

hukum

administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan
dalam

hal

konkret

berdasarkan

persyaratan

dan

prosedur

sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundangundangan
dalam penerapannya kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu
bersifat diskresionare power atau berupa kewenangan bebas.
Sjachran Basah mengartikan izin berfungsi selaku ujung tombak
instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Ini berarti persyaratanpersyaratan, yang terkandung dalam izin merupakan pengendali
dalam

memfungsikan

izin

itu

sendiri.

Sedangkan

Prayudi

Atmosudirdjo mengartikannya berkenaan dengan fungsi hukum
modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.
F.

INSTRUMEN HUKUM KEPERDATAAN

Penggunaan instrumen hukum publik merupakan fungsi dasar
dari

organ

pemerintahan

dalam

menjalankan

tugas-tugas

pemerintahan, sedangkan penggunaan hukum privat merupakan
konsekuensi paham negara kesejahteraan. Kedudukan Pemerintah
dalam
menggunakan Instrumen Hukum Perdata antara lain Pemerintah
menggunakan instrumen hukum keperdataan sekaligus melibatkan
diri dalam hubungan hukum keperdataan dengan kedudukan yangg
sejajar

dengan

orang/badan

hukum

perdata

Pemerintah

menggunakan instrumen hukum keperdataan tanpa menempatkan
diri dalam kedudukan yang sejajar dengan orang/badan hukum
perdata.
BAB IV
SANKSI DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A.

PAKSAAN PEMERINTAH (BESTUUSDWANG)
Paksaan tidak selalu dalam bentuk fisik melainkan

pemaksaan terlatak pada kenyataan bahwa warga yang dipandang
lalai oleh kekuasaan pemerintah yang sah menurut hukum dipaksa
memenuhi undang-undang.
Paksaan

pemerintah

berbeda

dengan

pengenaan

pidana. Bestuusdwang lebih menekankan pada pelaksaan undangundang bukan pada pelanggarnya. Dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Kepentingan umum yang dirugikan dengan keadaan illegal
misalnya pencmaran lingkungan.
2. Kepentingan pencegahan pengauh preseden.
3. Kepentingan pihak ketiga
B.

PENARIKAN KEMBALI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN

Terhadap dua hal suatu keputusan yang menguntungkan dapat
ditarik kembali dengan pertimbangan:
1. Yang

berkepentingan

pembatasan,

tidak

syarat-syarat

memenuhi
atau

pembatasan-

ketentuan

peraturan

perundang-undangan yang dikaitkan dengan subsidi atau
pembayaran.
2. Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan
untuk mendapatkan izin, subsidi atau pembayaran telah
memberikan data yang tidak benar atau tidak lengkap jika
data tersebut diberikan secara benar atau lengkap berindikasi
keputusan akan berlainan.
C.

PENGENAAN DENDA ADMINISTRATIF

Undang-undang memberikan wewenang membebankan biaya-biaya
yang

berhubungan

langsung

pelaksanaan bestuursdwang pada

pelanggar.

member

biaya

kemungkinan

(dwangbewel).

menagih

dengan
Undang-undang

dengan

surat

paksa

PENUTUP
Adanya suatu yang perlu kita perhatikan dalam kegiatan
administrasi yaitu harus sesuai dengan prosedur yang berlaku dan
tidak melanggar dari proses administrasi tersebut unutk mencapai
suatu produk suatu penetapan ataupun keputusan yang di hasilkan
agal menghasilkan keputusan yang bijaksana, dan kebijaksana
tersebut akan berdampak bagi kehidupan bermasyarakt yang
tentram
Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila
ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, dimengerti, dan lugas.Karena saya hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan Dan saya juga sangat mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.