Dengan Cepat Mahir Menulis Karya Ilmiah

PRAKATA

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan segala berkat dan rahmat kepada kita semua. Kami berbahagia karena dapat menyelesaikan tugas pembuatan Electronic book (EBook). EBook ini mencoba untuk menggali tentang penulisan karya ilmiah terutama esai dan artikel ilmiah, tanda baca, serta penulisan kutipan dan referensi. Dalam upaya untuk melengkapi materi mengenai topik tersebut, kami mengacu kepada beberapa sumber yang mendukung tema yang kami ambil. Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penyusunan ebook ini.Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian ebook ini.

Kami menyadari bahwa ebook ini belum dapat memenuhi harapan para pembaca yang budiman. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, kami mohon maaf serta kritik ataupun saran demi perbaikan selanjutnya. Semoga ebook ini bermanfaat bagi para pembaca dan apapun yang kita lakukan senantiasa berada dalam bimbingan-Nya. Aamiin

Semarang, 15 Desember 2015

Penyusun,

TIM PENYUSUN EBOOK

Anis Nurliawati Dewi 1102412053

Kukuh Wahyu Prasetyo 1102414001

Umi Wahidatun Musyarofah 1102414002

Devi Larasati 1102414011

Rizki Barokah 1102414023

BAB I PENDAHULUAN

Pada Hakikatnya kita sebagai mahasiswa tentunya akan dihadapkan dengan segala macam bentuk tugas perkualihan yang menuntut kita berfikir kreatif dan kritis, salah satu nya adalah karya ilmiah. Karya Ilmiah dan Mahasiswa tidak bisa dilepaskan mengingat mahasiswa merupakan manusia akademik, berbeda dengan karangan cerpen atau puisi yang dulu pernah kita buat semenjak di bangku Sekolah Dasar, di sini karya ilmiah juga merupakan karangan yang mengandung ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun secara sistematis menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah. Secara ringkas dapat diartikan bahwa pada dasarnya karya ilmiah merupakan laporan ilmiah. Laporan yang dimaksud dapat berupa laporan kegiatan ilmiah, kegiatan kajian, dan kegiatan penelitian, baik penelitian lapangan, laboratorium, maupun kepustakaan. Karya ilmiah sebagai laporan kegiatan ilmiah memiliki berbagai jenis, yaitu: makalah, artikel, laporan buku/bab, karya tulis ilmiah, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan buku (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Unnes. 2010)

Selain itu, pada Pedoman Karya Ilmiah Unnes tahun 2010 menjelaskan menganai jenis karya ilmiah berdasarkan tujuanya dapat diklasifikasikasi menjadi dua. Pertama, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: makalah, laporan buku/bab, dan karya tulis ilmiah. Sebagai bagian dari tugas perkuliahan, karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari sistem Satuan Kridit Semester (SKS) yang merupakan komponen tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh mahasiswa di luar perkuliahan.

Kedua, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: tugas akhir (TA) untuk jenjang Diploma, skripsi untuk jenjang Strata 1 (S-1), tesis untuk jenjang Strata 2 (S- 2), dan disertasi untuk jenjang Strata 3 (S-3). Tugas akhir wajib disusun oleh mahasiswa program ahli madya,. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahaisswa dalam penelitian yang berhubungan denghan masalah yang sesuai dengan bidang studinya untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelas Sarjana. Kemudian, tesis wajib disusun oleh mahasiswa program Magister (S-2) dan disertasi wajib disusun oleh mahasiswa program Doktor (S-3) dalam rangka menyelesaikan studinya.

Melihat begitu pentingnya karya ilmiah bagi para mahasiswa, maka pada ebook ini akan memaparkan bagaimana penulisan karya ilmiah, terutama esai dan artikel ilmiah, kemudi akan menjelaskan pula mengenai penulisan kutipan dan referensi dan tanda baca agar menjadi suatu pedoman bagi para mahasiswa dalam membuat suatu karya ilmiah.

BAB II ESAI DAN ARTIKEL ILMIAH BERBASIS PENELITIAN

1. Esai

1.1 Pengertian Esai

Secara sederhana, esai dapat dimaknai sebagai bentuk tulisan lepas, yang lebih luas dari paragraf, yang diarahkan untuk mengembangkan ide mengenai sebuah topik (Anker, 2010 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014). Esai merupakan salah satu bentuk tulisan yang sring kali ditugaskan kepada para mahasiswa. Esai dianggap memiliki peranan penting dalam pendidikan di banyak negara untuk mendorong pengembangan diri mahasiswa. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa dengan menulis esai, mahasiswa mengungkapkan apa yang dipikirkan beserta alasannya, dan mengikuti kerangka penyampaian pikiran yang selain memerlukan teknik, juga memerlukan kualitas personal, kemauan, serta kualitas pemikiran. Dalam hal ini esai dianggap pula sebagai cara untuk

menguji atau melihat kualitas ide yang dituliskan oleh penulisnya (Harvey, 2003 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014).

Esai memang sering dianggap sebagai bentuk tulisan yang mendorong penulisnya untuk menguji ide yang mereka miliki mengenai suatu topik. Dalam menulis esai, mahasiswa diharuskan membaca secara cermat, melakukan analisis, melakukan perbandingan, menulis secara padat dan jelas, dan memaparkan sesuatu secara seksama. Tanpa menulis esai dikatakan bahwa mahasiswa ti dak akan mampu “merajut” kembali potongan-potongan pemahaman yang mereka dapatkan selama belajar ke dalam sebuah bentuk yang utuh (Warburton. 2006 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014).

Diantara berbagai alasan mengapa penulisan esai sering kali diberikan (McClain dan Roth. 1999 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014) menyatakan bahwa esai dapat membuat mahasiswa belajar tigal hal penting yakni (1) bagaimana mengeksplorasi area kajian dan menyampaikan penilaian mengenai sebuah isu, (2) bagaimana merangkai argumen untuk mendukung penilaian tersebut berdasarkan pada nalar dan bukti, dan (3) bagaimana menghasilkan esai yang menarik dan memiliki struktur koheren.

1.2 Struktur umum esai

Jumlah kata yang lazim dalam penulisan esai sebagai tugas kuliah antara 300-600 kata untuk esai pendek dan lebih dari 600 kata, tergantung penugasan dan kajian keilmuan, untuk esai yang lebih panjang (Anker. 2009 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014 ). Secara umum struktur esai baik esai pendek maupun esai panjang, memiliki tiga bagian utama. Selain judul, sebuah esai memiliki bagian secara berurutan berupa (1) pendauluan, (2) bagian inti, dan (3) kesimpulan (Savage & Mayer, 2005; Anker, 2009;

McWhorter, 2012 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014). Dalam penulisannya, label pendahuluan, bagian inti, dan kesimpulan tidak dimunculkan karena esai adalah tulisan yang tidak disusun dalam bab dan subbab.

Bagian pendahuluan sebuah esai berisikan identifikasi topik yang akan diangkat, dengan memberikan latar belakang berupa penggambaran situasi atau kondisi terkini terkait topik tersebut. Penggambaran latar belakang ini beranjak dari penjelasan secara umum ke arah yang lebih sempit. Pada titik ini juga dilakukan upaya menarik perhatian pembaca dengan menekankan mengapa topik terkait topik tersebut dalam kalimat yang disebut thesis statement. Lazimnya ini muncul dibagian akhir pendahuluan dari sebuah esai.

Bagian kedua yakni bagian inti, berisikan bagian pengembangan ide yang dimuat dalam thesis statement. Pada 7 bagian inilah isi utama tuisan dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis. Perlu diingat, pada bagian ini pengembangan ide dilakukan dengan cara menyampaikan pikiran utama yang keudian dikemas dan diperkuat melalui satu atau lebih kalimat pendukung. Pikira utama yang dimunculkan tentunya sangat bergantung pada topik yang menjadi fokus penuisan. Pikiran utama yang dimunculkan tentunya sangat bergantung pada topik yang menjadi fokus penulisan. Ikiran utama tersebut harus merupakan pemetaan logis dari topik yang hendak dibahas sesuai tujuan jenis esainya.

Bagian ketiga dari sebuah esai adalah penarikan kesimpulan. Bagian ini merupakan bagian tempat penulis melakukan penguatan terhadap topik yang telah dinyatakan pada thesis statement dan telah dibahas pada bagian inti esai. Ringkasan pembahasan pada umumnya menjadi penutup pada bagian ini.

1.3 Jenis-jenis esai

Pada dasarnya jenis esai yang mungkin ditulis oleh mahasiswa dapat sangat beragam, sesuai dengan sudut pandang dan tujuan penulisannnya. Namun demikian pada pedoman ini hanya akan dijelaskan 3 jenis esai yang sering kali mejadi tugas bagi mahasiswa di antara Pada dasarnya jenis esai yang mungkin ditulis oleh mahasiswa dapat sangat beragam, sesuai dengan sudut pandang dan tujuan penulisannnya. Namun demikian pada pedoman ini hanya akan dijelaskan 3 jenis esai yang sering kali mejadi tugas bagi mahasiswa di antara

Jenis esai tersebut lebih lanjut diuraikan pada bagian di bawah ini. Jenis esai pertama, yakni esai eksposisi, bertujuan untuk mengemukakan pendapat penulis secara eksplisit tentang sebuah isu. Dalam hal ini, pembaca diarahkan untuk meyakini pendapat yang disampaikan tekait sebuah isu atau topik. Argumen penulis didukung oleh data, fakta, dan referensi para ahli, atau pegalaman pribadi penulis.

Ada dua jenis esai eksposisi (Martin, 1985; Derewianka, 1990; Gerot, 1998 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014) yakni eksposisi analitis dan eksposisi hortatori. Pada esai eksposisi analitis penulis berusaha meyakinkan pembaca bahwa sebuah isu itu benar atau tidak, penting atau tidak. Sementara itu pada esai eksposisi hortatori penulisberusaha meyakinkan pembaca untuk melakukan sesuatu seperti yang disarankan olehnya.

Struktur esai eksposisi meliputi tiga bagian sebagai berikut :

1) kalimat pendahuluan yang berisi pernyataan atau pendapat atau pandangan penulis

mengenai suatu isu atau topik yang diulis

2) argumen yang memaparkan argumen penulis untuk mendukung pernyataan atau

pendapat atau keyakinan yang diungkapkan dalam kalimat pendahuluan

3) pernyataan penutup atau simpulan yang merupakan penekanan kembali pendapat yang

dinyatakan di pendahuluan. Jenis esai kedua yaitu esai diskusi ditulis untuk mengemukakan pendapat atau

argumen mengenai sebuah isu atau topik dari berbagai perspektif, setidaknya dari dua perspektif terutama perspektif yang mendukung dan yang menentang, dengan diakhiri oleh rekomendasi penulis. Struktur esai diskusi terdiri atas empat bagian sebagai berikut :

1) Bagian pendahuluan yang memuat penjelasan singkat mengenai isu yang dibahas

2) Argumen yang mendukung yang dapat memuat fakta, data, hasil penelitian, atau referensi dari para ahli atau berbasis pengalaman pribadi

3) Argumen yang menentang yang secara serupa dapat didukung oleh fakta, data, hasil penelitian, atau referensi dari para ahli atau pengalaman pribadi.

4) Simpulan dan rekomendasi, yang terutama berisi pengungkapan kembali inti argumen dan rekomendasi terhadap isu yang dibahas beserta usulan kerangka dalam menyikapi atau mengatasi isu tersebut.

Jenis esai ketiga, yakni esai eksplanasi ditulis untuk menjelaskan seragkaian tahapan dari sebuah fenomena, atau bagaiama sesuatu beroperasi atau mengungkapkan alasan dan dampak terjadinya suatu fenomena tau gabungan dari kedua jenis penjelasan itu. Esai eksplanasi terdiri atas dua bagia utama sebagai berikut :

1) Identifikasi fenomena yang berisi identifikasi apa yang akan diterangkan atau

dijelaskan

2) Urutan kejadian yang merupakan uraian yang menggambarkan tahapan kejadian yang

relevan dengan fenomena yang digambarkan atau alasan atau dampak dari suatu fenomena

1.4 Contoh Esai

Contoh Esai Diskusi

DUA SISI UJIAN NASIONAL

Pelaksanaan ujian nasional (UN) masih menjadi perdebatan panjang di Indonesia. Ujian yang diberlakukan sebagai tolak ukur penilaian pendidikan skala nasional ini sering menjadi mimpi buruk pagi para pelajar. Selain itu, pemberlakuan UN sebagai syarat kelulusan sekolah dasar dan menengah kerap membuat peserta didik tertekan secara mental.

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 58 ayat 1, dicantumkan bahwa terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan evaluasi oleh pendidik dengan tujuan utama untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Acuan lain mengenai UN pun dipaparkan pada pasal

35 ayat 1 dan 3, juga pasal 58 ayat 2 yang menjelaskan evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, dan program pendidikan untuk memantau dan/atau menilai pencapaian standar nasional pendidikan (isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan evaluasi pendidikan).

Di lain pihak, pelaksanaan UN acap kali diwarnai pemberitaan yang negatif dari media, seperti kebocoran soal, kecurangan, dan tingkat stres siswa yang meningkat saat UN. Penggambaran UN yang begitu mencekam membuat para peserta didik ketakutan menghadapi ujian kelulusan sekolah itu. Kebanyakan siswa mengikuti pelajaran tambahan demi dapat Di lain pihak, pelaksanaan UN acap kali diwarnai pemberitaan yang negatif dari media, seperti kebocoran soal, kecurangan, dan tingkat stres siswa yang meningkat saat UN. Penggambaran UN yang begitu mencekam membuat para peserta didik ketakutan menghadapi ujian kelulusan sekolah itu. Kebanyakan siswa mengikuti pelajaran tambahan demi dapat

Menurut Kusmana. 2012 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014), format dan sistem UN memang sebuah konsep yang bagus dan ideal, namun dalam kenyataannya, hasil UN siswa sangat ditentukan juga oleh bagaimana sang guru mampu secara tuntas menumpahkan materi pembelajaran sehingga benar-benar dikuasai dan dipahami anak didik. Dapat disimpulkan, UN tidak bisa dijadikan tolak ukur kelulusan siswa karena selain ujian masih banyak aspek lain yang perlu dinilai, seperti aspek afektif dan psikomotor. Di samping itu, perlu diperhatikan bahwa meskipun UN memang penting untuk mengukur mutu pendidikan, tapi lebih penting lagi menjalankan UN dengan jujur.

Referensi:

Kusmana, U. (2012). Apa pentingnya ujian nasional?. Diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/454276/2/apa-pentingnya-ujian-nasional.html

2. Artikel Ilmiah Berbasis Penelitian

Dewasa ini dalam dunia pendidikan di dalam dan di luar negeri, para akademisi dituntut untuk memiliki kemampuan menerapkan langkah-langkah ilmiah dalam menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang keilmuan yang mereka kaji. Penerapan langkah ilmiah dalam mengupas sebuah masalah, penyusunan laporan, serta diseminasi terhadap apa yang telah dihasilkan, terutama dalam bentuk artikel ilmiah belakangan ini menjadi tuntutan yang mengemuka sebagai salah satu syarat penyelesaian studi. Bagian ini akan memaparkan konsep-konsep penting terkait artikel ilmiah berbasis penelitian beserta struktur yang umumnya digunakan dalam penulisannya.

2.1 Pengertian artikel ilmiah

Artikel ilmiah berbasis penelitian adalah bentuk tulisan yang memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa artikel jenis ini merupakan bentuk ringkasan laporan penelitian yang dikemas dalam struktur yang lebih ramping. Pada dasarnya artikel jenis ini dapat dibagi ke dalam dua kategori, yakni (1) artikel yang memuat kajian hasil penelusuran pustaka, dan (2) artikel yang berisikan ringkasan hasil penelitian yang memang dilakukan oleh penulis secara langsung.

2.2 Struktur umum artikel ilmiah

Pada dasarnya sistematika penyusunan artikel ilmiah cenderung mengikuti pola yang serupa. Kecuali untuk artikel yang berbasis kajian pustaka, kebanyakan artikel dan jurnal ilmiah yang melaporkan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris cenderung mengikuti pola AIMRaD (Abstract, Introduction, Method, Results, and Discussion) beserta variasinya (Har tley, 2008; Cargill & O’Connor, 2009; Blackwell & Martin, 2011 1998 dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014). Apabila diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih pola ini menjadi APeMTeP (Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Temuan, dan Pembahasan). Bagian yang umumnya muncul setelah pembahasan adalah simpulan, rekomendasi, atau implikasi hasil penelitian.

Untuk artikel yang menyajikan hasil penelurusan pustaka, sitematika yang umumnya diikuti adalah setelah penulisan abstrak dan pendahuluan, bagian metode penelitian, temuan dan pembahasan diganti dengan poin-poin teori atau konsep yang dihasilkan dari penelusuran pustaka yang telah dilakukan. Bagian ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian antara dua atau lebih sub bagian, menyesuaikan dengan kerumitan topik yang dibahas dalam artikel yang ditulis. Untuk meringkas secara lebih skematis struktur umum kedua jenis artikel tersebut, perhatikan secara seksama tabel di bawah ini.

Tabel 2. 2. Perbandingan Struktur Umum Artikel Ilmiah Artikel berbasis Penelitian

Artikel berbasis Kajian Pustaka

3 Metode Penelitian

3 Konsep A

4 Temuan Penelitian

4 Konsep B

5 Pembahasan

5 Konsep C...dst.

6 Kesimpulan,

6 Kesimpulan,

Rekomendasi, Implikasi Rekomendasi, Implikasi

Isi uraian dari setiap bagian yang terdapat dalam artikel yang digambarkan di atas pada dasarnya serupa dengan uraian yang lazimnya muncul dalam tulisan laporan penelitian namun dalam jumlah kata yang lebih terbatas.

2.3 Contoh artikel ilmiah

Contoh-contoh artikel ilmiah dapat banyak ditemukan di berbagai jurnal ilmiah cetak maupun online, baik itu di dalam maupun di luar kampus. Karena alasan hak cipta, pada pedoman ini tidak melampirkan secara khusus contoh artikel ilmiah. Silakan membaca contoh-contoh artikel ilmiah berbasis penelitian pada jurnal-jurnal yang relevan dengan bidang keilmuan masing-masing.

2.4 Kerangka artikel ilmiah

Artikel hasil penelitian ialah artikel ilmiah yang disajikan sebagai hasil penelitian lapangan yang yang dilandasi dengan kajian teoretis terhadap hasil penelitian terdahulu. Arikel jenis ini dapat berdasarkan hasil penelitian kualitatif ataupun penelitian kuantitatif. Artikel hasil penelitian terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan lembaga asal, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) metodologi, (6) hasil, (7) bahasan, (8) simpulan, (9) catatan akhir, dan (10) daftar rujukan.

2.4.1 Judul Judul (title) artikel hasil penelitian hendaknya informatif, lengkap, tidak terlalu panjang, yaitu antara 5 sampai dengan 15 kata. Judul artikel hasil penelitian memuat variabel yang diteliti atau kata kunci yang menggambarkan masalah yang diteliti.

Judul artikel yang berbahasa Indonesia diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris, yang ditulis tepat di baris setelah judul yang berbahasa Indonesia.

B. KENDALA SOSIAL BUDAYA

DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN

(Socio-Cultural Constraints in Developing Rural Comunities)

2.4.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai catatan kaki di halaman pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang atau lebih, semua ditulis secara berurutan 2.4.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai catatan kaki di halaman pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang atau lebih, semua ditulis secara berurutan

2.4.3 Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang gagasan terpenting di dalam artikel. Gagasan itu antara lain mencakupi masalah, tujuan, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian sebagai tekanannya.

Abstrak yang mendahului artikel berbahasa Indonesia hendaknya ditulis dalam bahasa inggris, sedangkan untuk artikel yang berbahasa Inggris dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia.

Panjang abstrak antara 50 sampai dengan 75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. Dengan ketikan berspasi tunggal menggunakan format yang lebih sempit daripada teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm). Abstrak diikuti dengan Kata Kunci (Key Words) yang merupakan kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah yang menggambarkan gagasa pokok artikel. Kata kunci dapat berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci dalam artikel ilmiah antara 3 sampai dengan 5 buah. Kata ini diperlukan untuk penelusuran lebih lanjut ke dalam sistem informasi dan telekomunikasi menggunakan teknologi internet.

2.4.4 Pendahuluan

Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah kata kunci. Bagian ini menyajikan gagasan pokok yang paling sedikit terdiri atas empat bagian: (1) latar belakang penulisan artikel, (2) masalah , (3) tujuan penelitian, dan (4) sistematika artikel. Keempat gagasan tersebut ditulis dalam bentuk paragraf yang memperlihatkan adanya koherensi antara gagasan satu dengan gagasan yang lain.

Karena pendahuluan memuat gagasan teoretis mengenai suatu perkara, kajian pustaka dibutuhkan untuk mendukung penyampaian gagasan tadi. Sebab itu, bagian ini harus disertai dengan rujukan kepada berbagai sumber yang terpercaya. Jumlah rujukan harus proporsional (tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Gagasan teoretis harus disajikan secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat mencakupi aspek histories, landasan teori atau aspek lain. Gagasan teoretis mengarahkan pembaca ke rumusan masalah yang dilengkapi dengan rencana pemecahannya dan rumusan tujuan.

2.4.5 Metodologi

Metodologi diartikan sebagai kumpulan metode yang digunakan untuk membuat desain penelitian, menentukan jenis dan jumlah sample, menarik data, dan mengolah atau menganalisis data. Dalam rangka penulisan artikel, pada dasarnya, bagian ini menyajikan cara pelaksanaan penelitian. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa sub-bagian, atau pemilahan ke dalam sub-bagian. Bagian ini hanya memuat hal yang pokok saja; uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu disajikan di dalam artikel ilmiah.

Materi pokok bagian metodologi adalah cara pengumpulan data, sumber data, cara analisis data. Dengan perkataan lain, bagian ini antara lain berisi keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen pengumpul data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan raancangan yang cukup kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis data.

Penelitian yang mendasari penulisan artikel menggunakan alat dan bahan perlu dilengkapi dengan sajian tentang spesifikasi alat dan bahan. Spesifikasi alat menggambarkan tingkat kecanggihan alat, sedangkan spesifikasi bahan juga perlu diberikan karena penelitian ulang dapat berbeda dengan penelitian terdahulu apabila spesifikasi bahan yang digunakan berbeda.

Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitian, keterangan tentang informan, cara menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian. Perlu pula disajikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.

2.4.6 Hasil

Hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Karena itu, bagian ini biasanya merupakan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil analisis data yang dilaporkan secara bersih. Untuk artikel hasil penelitian kuantitatif, proses analisis data (seperti perhitungan statistik, tabel yang panjang, sampel yang berlebihan, dan sebagainya) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun tidak perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien yang ditemukan dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Dengan perkataan lain, yang dimuat di dalam artikel hanya hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis.

Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik asalkan dalam bentuk yang ringkas, jelas dan tidak mengganggu alur piker di dalam teks. Jika ke dalam sajiak disertakan tabel dan/atau grafik untuk memperjelas sajian verbal, keduanya harus diberi Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik asalkan dalam bentuk yang ringkas, jelas dan tidak mengganggu alur piker di dalam teks. Jika ke dalam sajiak disertakan tabel dan/atau grafik untuk memperjelas sajian verbal, keduanya harus diberi

Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa dilakukan dengan memilah bagian ini menjadi subbagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian. Sebaliknya, apabila bagian ini pendek, semua sajian bisa berupa gabungan pembahasan.

Untuk artikel hasil penelitian kualitatif, bagian hasil memuat deskripsi, eksplanasi, analisis, sintesis, diskusi, perbandingan dan sebagainya yang tersaji rinci dalam bentuk subtopik yang masing-masing berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

2.4.7 Bahasan

Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan bahasan: (1) memecahkan masalah penelitian atau menunjukkan pencapaian tujuan penelitian, (2) menafsirkan temuan dan menarik inferensi berdasarkan temuan itu, (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang saudah ada.

Untuk menunjukkan terjadinya pemecahan masalah atau pencapaian tujuan penelitian, harus hasil penelitian disimpulkan secara eksplisit. Misalnya, jika dinyatakan bahwa penelitian bertujuan mengetahui perbedaan penggunaan antara satu strategi dan stgrategi lain dalam pembelajaran bahasa asing, dalam bagian pembahasan perbedaan itu haruslah diuraikan secara rinci dengan bukti yang memadai.

Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori yang ada. Misalnya ditemukan adanya hubungan antara strategi pembelajaran dan prestasi siswa, dapat ditafsirkan bahwa strategi dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

Temuan diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian sebelumnya, dengan teori yang sudah ada, atau dengan kenyataan di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan yang sesuai. Jika penelitian yang menjadi dasar penulisan artikel berupa telaah teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi atau ditolak, sebagian atau seluruhnya. Penolakan teori harus disertai dengan modifikasi atau rumusan teori baru. Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat gagasan peneliti, kaitan antarkategori dan antardimensi, dan posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.

2.4.8 Simpulan

Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada kedua bagian itu, dikembangkan pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut. Simpulan disajikan dalam bentuk deskripsi verbal, dan bukan dalam bentuk angka.

Simpulan dapat diikuti dengan saran yang disusun berdasarkan simpulan. Saran bisa merujuk kepada tindakan praktis, pengembangan teoritis, dan penelitian lanjutan. Simpulan dan saran dapat pula disebut bagian penutup.

2.4.9 Catatan Akhir

Pada dasarnya, catatan akhir dalam artikel ilmiah berupa keterangan tambahan yang diberikan kepada istilah khusus, nama tokoh, nama lembaga, tahun tertentu, simbol, dan sebagainya yang termuat di dalam artikel. Pencantuman catatan akhir ini dilakukan dengan alasan bahwa walaupun dibutuhkan dan dianggap penting, cacatan tambahan dapat dianggap mengganggu tampilan nas pokok jika disisipkan ke dalamnya.

2.4.10 Daftar Rujukan

Daftar rujukan (references) harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam nas artikel ilmiah. Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam nas. Demikian pula semua rujukan yang disebutkan dalam nas harus disajikan dalam daftar rujukan.

BAB III TEKNIK PENULISAN

Dalam membuat suatu karya ilmiah tentulah kita harus mengetahui teknik penulisan dan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Pada bab mengenai teknik penulisan ini akan membahas mengenai materi dalam ejaan yang baik dan disempurnakan sesuai dan merujuk pada Permendiknas No. 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

3.1 Penulisan Huruf

Penulisan huruf yang dibahas dalam pedoman ini yang mana merujuk pada Permendiknas No. 46 Tahun 2009 terutama berkaitan dengan penggunaan (1) huruf kapital, (2) huruf miring, dan (3) huruf tebal.

3.1.1 Huruf kapital

Huruf kapital digunakan dalam beberapa kondisi penulisan sebagai berikut:

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

D ia membaca buku.

A pa

maksudnya? K ita harus bekerja keras.

P ekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah,

Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

I slam

Q uran

Kristen

A lkitab

H indu

W eda

A llah Y ang Mahakuasa Y ang Maha Pengasih T uhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya: M ahaputra Yamin S ultan Hasanuddin

H aji Agus Salim

I mam Syafii N abi Ibrahim

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Pada tahun ini dia pergi naik haji. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.

Misalnya: W akil Presiden Adam Malik P erdana Menteri Nehru P rofesor Supomo L aksamana Muda Udara Husein Sastranegara S ekretaris Jenderal Departemen Pertanian

G ubernur Jawa Tengah

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.

Sidang itu dipimpin Presiden. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.

Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?

Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal. Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

A mir Hamzah

D ewi Sartika W age Rudolf Supratman

H alim P erdanakusumah

A mpere

Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).

Misalnya: J.J de Hollander J.P. van Bruggen

H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama

(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf

pertama kata bin atau binti.

Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini

Ibrahim bin Adham Siti Fatimah binti Salim

Zaitun binti Zainal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya: pascal second

Pas J/K atau JK -1 joule per Kelvin

Newton

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya: mesin

10 v olt

d iesel

5 ampere

7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:

bangsa E skimo

suku

S unda

bahasa Indonesia

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya: pengindonesiaan kata asing Misalnya: pengindonesiaan kata asing

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya Misalnya: tahun Hijriah bulan Agustus hari Jumat hari Lebaran

tarikh Masehi bulan Maulid hari Galungan hari Natal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: P erang Candu P erang Dunia I P roklamasi Kemerdekaan Indonesia

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.

Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.

Misalnya:

B anyuwangi

A sia Tenggara

C irebon

A merika Serikat

E ropa

J awa Barat

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.

Misalnya:

B ukit Barisan

D anau Toba

D ataran Tinggi Dieng

G unung Semeru

J alan Diponegoro

J azirah Arab

N garai Sianok

L embah Baliem

S elat Lombok

P egunungan Jayawijaya

S ungai Musi

T anjung Harapan

T eluk Benggala

T erusan Suez

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.

Misalnya:

ukiran Jepara

pempek Palembang

tari M elayu

sarung M andar sate

asinan Bogor

M ak Ajad M ak Ajad

nama diri geografi.

Misalnya: berlayar ke teluk

mandi di sungai

menyeberangi selat

berenang di danau

e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.

Misalnya: nangka belanda

kunci

i nggris petai cina pisang

a mbon

10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.

Misalnya: R epublik Indonesia

D epartemen Keuangan M ajelis Permusyawaratan Rakyat K eputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972

B adan Kesejahteraan Ibu dan Anak

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.

Misalnya: beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku

Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga

ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya: Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah.

Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.

Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

Misalnya:

D r. doktor S.E .

sarjana ekonomi S.H .

sarjana hukum S.S .

sarjana sastra S.Kp. sarjana keperawatan

M.A. master of arts M.H um. magister humaniora P rof.

profesor K.H. kiai haji

T n. tuan y. N

Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya,

diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.

14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

A dik bertanya, "Itu apa,

B u?" Besok Paman akan datang.

Surat Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? Surat Anda telah kami terima dengan baik.

16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada IB, IC, IE, dan II F15).

3.1.2 Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat

kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan

Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.

Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan

tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,

bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a.

Dia bukan menipu, melainkan di tipu Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.

Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.

3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.

Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.

b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya

Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.

Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.

Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring

digarisbawahi.

3.1.3 Huruf Tebal

Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran Misalnya:

: BAB I PENDAHULUAN

Bagian bab: 1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS LAMPIRAN

2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

Misalnya: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung

baris. Saya tidak mengambil bukumu Gabungan kata kerja sama ditulis

terpisah. Seharusnya ditulis dengan huruf miring:

Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ... ; 4 tidak

menyamai mengalah v mengaku kalah

3.2 Penulisan Angka dan Bilangan

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait penulisan angka dan bilangan. Bilangan dalam penulisan dapat dinyatakan dalam angka atau kata. Dalam hal ini angka berperan sebagai lambang bilangan atau nomor dengan jenis lazim yang digunakan yakni angka Arab atau angka Romawi. Lihat contoh di berikut ini:

Angka Arab

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5000)

Beberapa ketentuan terkait penulisan angka dan bilangan adalah sebagai berikut:

1) bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan (misalnya: (1) Saya menonton film tersebut sampai lima kali, (2) Dari 50 peserta lomba 12 orang anakanak, 28 orang remaja, dan 10 orang dewasa);

2) bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat (misalnya: Tiga puluh siswa kelas 9 lulus Ujian Akhir Nasional);

3) angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah

dibaca (misalnya: Perusahan intu merugi sebesar 250 milyar rupiah);

4) angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah (misalnya: 10 liter, Rp 10.000,00, tahun 1981);

5) angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar

(misalnya: Jalan Mahmud V No.15);

6) angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci (misalnya: Bab

IX, Pasal 3, halaman 150);

7) penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan angka Romawi kapital atau huruf

dan angka Arab (misal: abad XX, abad ke-20, abad kedua puluh);

8) penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an dipisahkan oleh tanda hubung

(misalnya: tahun 1980-an, pecahan 5.000-an)

9) bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi);

3.3 Penggunaan Tanda Baca

3.3.1 Penggunaan tanda titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang.

Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah

bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)

Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko,

M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit."

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau

daftar.

Misalnya:

a. III. Departemen Pendidikan Nasional

A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

1. Direaktorat Pendidikan Anak Usia Dini

b. 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

2. Patokan Khusus

Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau

ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan

waktu.

Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)

Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.

(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.

Misalnya: pukul 9.00 pagi

pukul 11.00 siang pukul 5.00 sore pukul

8.00 malam

(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan

pagi, siang, atau malam.

Misalnya: pukul 00.45

pukul 07.30 pukul 11.00 pukul 17.00 pukul 22.00

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Misalnya:

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

Catatan:

Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678.

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau

kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional

Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama

dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.

Misalnya: Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta

Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang

Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta

21 April 2008

(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.

7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)

3.3.2 Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko. Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali .

Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang

memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika

anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.

Misalnya:

Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.

Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar

Meskipun begitu , dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.

Catatan:

Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya , jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)

Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Fluktuasi Harga Saham Menggunakan Metode Classification Dengan Teknik Decision Tree

20 110 145

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

Pembangunan Sistem Informasi di PT Fijayatex Bersaudara Dengan Menggunakan Pendekatan Supply Chain Management

5 51 1

Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pengahsilan (SPT PPn) Dengan Menggunakan Elektronik Surat Pemberitahuan (E-SPT PPn 1111) Pada PT. INTI (Persero) Bandung

7 57 61

Pembangunan Aplikasi Augmented reality Sistem Eksresi Pada Manusia Dengan Menggunakan Leap Motion

28 114 73