KARYA ILMIAH Tugas HANI M
PROSES PENYEBARAN AGAMA ISLAM
OLEH SYEIKH JUMADIL QUBRO
LAPORAN ZIARAH MAKAM AULIA`
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Tengah
Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2013/2014
Oleh:
HANI MUSAYYADAH
NIS: 000532
MADRASAH TSANAWIYAH WALI SONGO
PUCANGANOM KEBONSARI MADIUN
2013
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Ziarah Makam Auliya yang berjudul “PROSES PENYEBARAN
AGAMA ISLAM OLEH SYEIKH JUMADIL QUBRO” telah disahkan pada hari
Sabtu tanggal Dua Belas bulan Oktober tahun Dua Ribu Tiga Belas.
Pembimbing I
Pembimbing II
(Sistematika)
(Lapangan)
MOH. SHODIQ ANSHORI, S. Pd.
MASYKUR
Mengetahui
Kepala Madrasah Tsanawiyah Wali Songo
ABDUL ROSYID, S. Ag.
.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang tela
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas dengan lancar
Dengan ini penulis berpandangan bahwa khususnya orang
muslim di Jawa perlu mengetahui dan mengenal sejarah para
wali
yang
sangat
berjasa
mengembangkan
agama
Islam.
Meskipun beliau orang asing namun semangat beliau dalam
berdakwah begitu tinggi, para wali juga memiliki keunikan selain
berdakwah
yaitu
para
wali
memiliki
ilmu
agama,
ilmu
lupa
mengucapkan
pengetahuan dan ilmu karamah.
Untuk
selanjutnya,
penulis
tidak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap Bapak/Ibu
guru pembimbing yang telah membimbing dalam menulis
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya tulis ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan penulis karya ilmiah bukunya.
Madiun,
12 Oktober 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
i
JUDUL.........................................................................................
ii
HALAMAN
iii
PENGESAHAN...........................................................................
iv
KATA
1
PENGANTAR...............................................................................
1
........
2
DAFTAR
2
ISI...............................................................................................
3
......
3
BAB I
3
PENDAHULUAN...........................................................................
6
......
6
A. Latar Belakang
6
Masalah........................................................................
B. Rumusan
7
8
Masalah............................................................................
.....
C. Tujuan
Penelitian..........................................................................
........
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................
.....
A. Tongkat yang Ditancapkan Meengeluarkan Air dan
iv
Kitab...................
B. Pohon Aren Menjadi
Emas ...................................................................
BAB III
PENUTUP......................................................................
.....................
A. Kesimpulan.......................................................................
.....................
B. Saran................................................................................
......................
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................
..................
LAMPIRAN...................................................................................
....................
BAB I
PEMABAHASAN
v
2.1. Metode Penyebaran Agama Islam oleh Syeikh Jumadil Qubro
Berjualan dan berdagang bukanlah metode tetapi sarana untuk
melaksakan metode yang paling tepat dengan berjualan yakni mengakrabi
masyarakat.
Masyarakat harus didekati dan diakrabi, hingga Syeikh Jumadil
Qubro mengenal mereka banyak. Mulai nama orang, keluarga, situasi social,
ekonomi, dan kondisi kehidupannya. Hobi dan wataknya serta sifat-sifatnya,
bahkan hal-hal yang pribadipun diketahuinya.
Hal itu memang penting untuk usaha menyentuh hati dan pemikiran
mereka dari pintu mana bisa dimasuki unsure dakwah Islam. Maka, Syeikh
Jumadil Qubro baru menolong atau membantu seseorang , mengajak
berdialog sampai berdebat sekalipun adalah setelah mengetahui betul-betul
kondisi seseorang.
Dalam menyampaikan ajaran agama Islam, Syeikh Jumadil Qubro
melakukannya melalui pendekatan yang disebut Dakwah Bil Hikmah, sebagai
firman Allah dalam Al-Quran surat XVI An-Nahl ayat 125, yang artinya:
“Serulah kejalan tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan
pelajaran yang baik, dan bertukar pikiran dengan mereka dengan cara yang
terbaik”.
Sebagai cerita menyatakan bahwa pada tahun 1409, Kaisar Cheng
Tu dari dinasti ming memerintahkan laksanakan Haji Sampo Bo untuk
memimpin armada angkatan lautnya dan mengerahkan 63 buah kapal dengan
prajurit yang berjumlah hampir 25.000 orang untuk menjadi persahabatan
dengan kesultanan yang beragama Islam.
Dalam armada angkatan laut Tiongkok itu rupanya diikuti sertakan
Syekh Hasanudin dari Campa untuk mengajar agama Islam di Kersultanan
Malaka, sebab Syekh Hasanudin adalah putra seorang ulama besar perguruan
Islam di Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis
vi
keturunan dengan Syekh Jamaludin serta Syekh Jalaludin, ulama besar
Makkah.
Bahkan menurut sumber lain, garis keturunannya sampai kepada
Sayyidina Husein bin Ali karomallah wajha, menantu Rasullah SAW.
Adapun pasukan angkatan laut Tiongkok pimpiman laksamana
Sampo Bo lainnya ditugaskan mengadakan huibungan persahabatan dengan
Ki Cirebon dan sebagai wujud kerjasama itu maka kemudian dibangunlah
sebuah menara di pantai pelabuahan Muara Jati.
Dikisahkan pula bahwa setelah Syekh Hasanuddin menunaikan
tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau mengadakan kunjungan ke daerah
Marta Singa, Pesambungan, dan Jayapura melalui pelabuhan Muara Jati.
Kedatangan ulama besar tersebut disambut baik oleh Ki Gedeg Tapa atau Ki
Gedeg Jumajan Jati putra bungsu Prabu Wastu Kancana, Syah Bandar di
Cerbon larangan (yang menggantikan, Ki Gedeg Sidogkasih yang telah
wafat), ketika kunjungan berlangsung, masyarakat disetiap daerah yang
kunjungi merasa tertarik dengan ajaran Islam yang dibawa Syeikh Jumadil
Qubro, sehingga akhirnya banyak warga yang memeluk Islam.
Kegiatan penyebaran agama Islam oleh Syekh Hasanuddin rupanya
sangat mencemaskan penguasaan Pajajaran waktu itu, yaitu Prabu Wastu
Kencana atau Prabu Angga Larangan yang menganut ajaran Hindu, sehingga
beliau diminta agar penyebaran agama tersebut dihentikan.
Sebagai sahabat , Ki Gedeg Tapa sendiri sangat prihatin atas
peristiwa yang menimpa ulama besar itu, sebab ia masih ingin menambah
pengetahuannya tentang agama Islam. Oleh karena itu, sewaktu Syekh
Hasanuddin kembali ke Malaka, putrinya bernama Nyai Subang Karancang
atau Nyai Subang Larang dititipkan ikut bersama ulama besar ini untuk
belajar agama Islam di Malaka.
vii
Setelah menyusuri kali Citarum ini akhirnya rombongan perahu
singgah di pura dalam atau pelabuhan Karawangan. Kedatangan rombongan
ulama besar ini disambut baik oleh petugas pelabuhan Karawangan dan
diizinkan untuk mendirikan musolla yang digunakan untuk belajar mengaji
dan tempat tinggal.
Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musolla yang
dibangun dengan penuh keramahan. Urainya tentang agama Islam mudah
dipahami dan mudah pula untuk diamalkan. Pengajian Al-Quran memberikan
daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Quri yang
merdu suaranya. Oleh karena itu, setiap hari banyak penduduk setempat yang
secara suka rela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syekh hasanuddin dipelbuhan Karawang
rupanya elah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larangan, yang dahulu
pernah
melarang
Syekh
Quro
melakukan
kegiatan
yang
sama
tatkalamengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera
mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama
Raden Pamanah Rasa untuk menutup pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ii tiba di tempat tujuan, rupanya
hatinya tentram oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Quran yang
dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang, putra mahkota itupun
mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren Quro dan tanpa ragu-ragu
menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyai Subang Larang yang cantik
itu dan halus hatinya.
Lamaran tersebut diterima oleh Nyai Subang Larang dengan syarat
mas kawinnya harus berupa “Bintang Saketi” yaitu symbol dari “Tasbih”
yang berada di negeri Makkah.
Sumber lain menyatakan bahwa hal itu merupakan kiasan bahwa
sang Prabu harus masuk islam, dan patuh melaksanakan Syariat Islam.
viii
2.2 Bangunan yang didirikan Syekh Jumadil Qubro sebagai sarana penyebaran
agama Islam.
Setelah para pengikut Islam semakin banyak, maka Syekh Jumadil
Qubro
mendirikan
sebuah
masjid
untuk
berjamaah
dan
mengaji
memperdalam agama Islam.
Tidak ada keterangan bahwa masjid yang dibangun Syekh Jumadil
Qubro itu merupakan masjid yang pertama di tanah Jawa. Dalam semarak nya
penyebaran agama Islam oleh Wali Songo, maka masjid yang dibangun oleh
Syekh Jumadil Qubro kemudian disempurnakan oleh para ulama dan umat
Islam yang modelnya berbentuk “Joglo”. Beratap 2 limasan, hamper
menyerupai Masjid Agung Demak dan Cirebon.
Berhubungan niat orang-orang Islam untuk menuntut ilmu-ilmu
agama semakin keras dan karena juga banyak pemeluk Islam yang dating dari
luar desa Karawang dengan maksud mencari ilmu atau memperdalam agama
Islam, maka Syekh Jumadil Qubro mendirikan pesantren Islam.
Itulah pesantren pertama yang didirikan di Jawa Barat. Dari
pesantren inilah kemudian ditelorkan banyak para muballigh yamh akhirnya
mereka menyiarkan agama Islam ke nerbagai daerah.
Penganbdian Syekh Quro dengan para santri dan para ulama generasi
penerusnya adalah “menyalakan pelita Islam” , sehingga sinarnya
memancarkan terus di Karawang dan sekitarnya.
Makam Syekh Jumadil Qubro terdapat di beberapa tempat yaitu di
Semarang, Trowulan
ix
OLEH SYEIKH JUMADIL QUBRO
LAPORAN ZIARAH MAKAM AULIA`
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Tengah
Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2013/2014
Oleh:
HANI MUSAYYADAH
NIS: 000532
MADRASAH TSANAWIYAH WALI SONGO
PUCANGANOM KEBONSARI MADIUN
2013
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Ziarah Makam Auliya yang berjudul “PROSES PENYEBARAN
AGAMA ISLAM OLEH SYEIKH JUMADIL QUBRO” telah disahkan pada hari
Sabtu tanggal Dua Belas bulan Oktober tahun Dua Ribu Tiga Belas.
Pembimbing I
Pembimbing II
(Sistematika)
(Lapangan)
MOH. SHODIQ ANSHORI, S. Pd.
MASYKUR
Mengetahui
Kepala Madrasah Tsanawiyah Wali Songo
ABDUL ROSYID, S. Ag.
.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang tela
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas dengan lancar
Dengan ini penulis berpandangan bahwa khususnya orang
muslim di Jawa perlu mengetahui dan mengenal sejarah para
wali
yang
sangat
berjasa
mengembangkan
agama
Islam.
Meskipun beliau orang asing namun semangat beliau dalam
berdakwah begitu tinggi, para wali juga memiliki keunikan selain
berdakwah
yaitu
para
wali
memiliki
ilmu
agama,
ilmu
lupa
mengucapkan
pengetahuan dan ilmu karamah.
Untuk
selanjutnya,
penulis
tidak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap Bapak/Ibu
guru pembimbing yang telah membimbing dalam menulis
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya tulis ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan penulis karya ilmiah bukunya.
Madiun,
12 Oktober 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
i
JUDUL.........................................................................................
ii
HALAMAN
iii
PENGESAHAN...........................................................................
iv
KATA
1
PENGANTAR...............................................................................
1
........
2
DAFTAR
2
ISI...............................................................................................
3
......
3
BAB I
3
PENDAHULUAN...........................................................................
6
......
6
A. Latar Belakang
6
Masalah........................................................................
B. Rumusan
7
8
Masalah............................................................................
.....
C. Tujuan
Penelitian..........................................................................
........
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................
.....
A. Tongkat yang Ditancapkan Meengeluarkan Air dan
iv
Kitab...................
B. Pohon Aren Menjadi
Emas ...................................................................
BAB III
PENUTUP......................................................................
.....................
A. Kesimpulan.......................................................................
.....................
B. Saran................................................................................
......................
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................
..................
LAMPIRAN...................................................................................
....................
BAB I
PEMABAHASAN
v
2.1. Metode Penyebaran Agama Islam oleh Syeikh Jumadil Qubro
Berjualan dan berdagang bukanlah metode tetapi sarana untuk
melaksakan metode yang paling tepat dengan berjualan yakni mengakrabi
masyarakat.
Masyarakat harus didekati dan diakrabi, hingga Syeikh Jumadil
Qubro mengenal mereka banyak. Mulai nama orang, keluarga, situasi social,
ekonomi, dan kondisi kehidupannya. Hobi dan wataknya serta sifat-sifatnya,
bahkan hal-hal yang pribadipun diketahuinya.
Hal itu memang penting untuk usaha menyentuh hati dan pemikiran
mereka dari pintu mana bisa dimasuki unsure dakwah Islam. Maka, Syeikh
Jumadil Qubro baru menolong atau membantu seseorang , mengajak
berdialog sampai berdebat sekalipun adalah setelah mengetahui betul-betul
kondisi seseorang.
Dalam menyampaikan ajaran agama Islam, Syeikh Jumadil Qubro
melakukannya melalui pendekatan yang disebut Dakwah Bil Hikmah, sebagai
firman Allah dalam Al-Quran surat XVI An-Nahl ayat 125, yang artinya:
“Serulah kejalan tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan
pelajaran yang baik, dan bertukar pikiran dengan mereka dengan cara yang
terbaik”.
Sebagai cerita menyatakan bahwa pada tahun 1409, Kaisar Cheng
Tu dari dinasti ming memerintahkan laksanakan Haji Sampo Bo untuk
memimpin armada angkatan lautnya dan mengerahkan 63 buah kapal dengan
prajurit yang berjumlah hampir 25.000 orang untuk menjadi persahabatan
dengan kesultanan yang beragama Islam.
Dalam armada angkatan laut Tiongkok itu rupanya diikuti sertakan
Syekh Hasanudin dari Campa untuk mengajar agama Islam di Kersultanan
Malaka, sebab Syekh Hasanudin adalah putra seorang ulama besar perguruan
Islam di Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis
vi
keturunan dengan Syekh Jamaludin serta Syekh Jalaludin, ulama besar
Makkah.
Bahkan menurut sumber lain, garis keturunannya sampai kepada
Sayyidina Husein bin Ali karomallah wajha, menantu Rasullah SAW.
Adapun pasukan angkatan laut Tiongkok pimpiman laksamana
Sampo Bo lainnya ditugaskan mengadakan huibungan persahabatan dengan
Ki Cirebon dan sebagai wujud kerjasama itu maka kemudian dibangunlah
sebuah menara di pantai pelabuahan Muara Jati.
Dikisahkan pula bahwa setelah Syekh Hasanuddin menunaikan
tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau mengadakan kunjungan ke daerah
Marta Singa, Pesambungan, dan Jayapura melalui pelabuhan Muara Jati.
Kedatangan ulama besar tersebut disambut baik oleh Ki Gedeg Tapa atau Ki
Gedeg Jumajan Jati putra bungsu Prabu Wastu Kancana, Syah Bandar di
Cerbon larangan (yang menggantikan, Ki Gedeg Sidogkasih yang telah
wafat), ketika kunjungan berlangsung, masyarakat disetiap daerah yang
kunjungi merasa tertarik dengan ajaran Islam yang dibawa Syeikh Jumadil
Qubro, sehingga akhirnya banyak warga yang memeluk Islam.
Kegiatan penyebaran agama Islam oleh Syekh Hasanuddin rupanya
sangat mencemaskan penguasaan Pajajaran waktu itu, yaitu Prabu Wastu
Kencana atau Prabu Angga Larangan yang menganut ajaran Hindu, sehingga
beliau diminta agar penyebaran agama tersebut dihentikan.
Sebagai sahabat , Ki Gedeg Tapa sendiri sangat prihatin atas
peristiwa yang menimpa ulama besar itu, sebab ia masih ingin menambah
pengetahuannya tentang agama Islam. Oleh karena itu, sewaktu Syekh
Hasanuddin kembali ke Malaka, putrinya bernama Nyai Subang Karancang
atau Nyai Subang Larang dititipkan ikut bersama ulama besar ini untuk
belajar agama Islam di Malaka.
vii
Setelah menyusuri kali Citarum ini akhirnya rombongan perahu
singgah di pura dalam atau pelabuhan Karawangan. Kedatangan rombongan
ulama besar ini disambut baik oleh petugas pelabuhan Karawangan dan
diizinkan untuk mendirikan musolla yang digunakan untuk belajar mengaji
dan tempat tinggal.
Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musolla yang
dibangun dengan penuh keramahan. Urainya tentang agama Islam mudah
dipahami dan mudah pula untuk diamalkan. Pengajian Al-Quran memberikan
daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Quri yang
merdu suaranya. Oleh karena itu, setiap hari banyak penduduk setempat yang
secara suka rela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syekh hasanuddin dipelbuhan Karawang
rupanya elah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larangan, yang dahulu
pernah
melarang
Syekh
Quro
melakukan
kegiatan
yang
sama
tatkalamengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera
mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama
Raden Pamanah Rasa untuk menutup pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ii tiba di tempat tujuan, rupanya
hatinya tentram oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Quran yang
dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang, putra mahkota itupun
mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren Quro dan tanpa ragu-ragu
menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyai Subang Larang yang cantik
itu dan halus hatinya.
Lamaran tersebut diterima oleh Nyai Subang Larang dengan syarat
mas kawinnya harus berupa “Bintang Saketi” yaitu symbol dari “Tasbih”
yang berada di negeri Makkah.
Sumber lain menyatakan bahwa hal itu merupakan kiasan bahwa
sang Prabu harus masuk islam, dan patuh melaksanakan Syariat Islam.
viii
2.2 Bangunan yang didirikan Syekh Jumadil Qubro sebagai sarana penyebaran
agama Islam.
Setelah para pengikut Islam semakin banyak, maka Syekh Jumadil
Qubro
mendirikan
sebuah
masjid
untuk
berjamaah
dan
mengaji
memperdalam agama Islam.
Tidak ada keterangan bahwa masjid yang dibangun Syekh Jumadil
Qubro itu merupakan masjid yang pertama di tanah Jawa. Dalam semarak nya
penyebaran agama Islam oleh Wali Songo, maka masjid yang dibangun oleh
Syekh Jumadil Qubro kemudian disempurnakan oleh para ulama dan umat
Islam yang modelnya berbentuk “Joglo”. Beratap 2 limasan, hamper
menyerupai Masjid Agung Demak dan Cirebon.
Berhubungan niat orang-orang Islam untuk menuntut ilmu-ilmu
agama semakin keras dan karena juga banyak pemeluk Islam yang dating dari
luar desa Karawang dengan maksud mencari ilmu atau memperdalam agama
Islam, maka Syekh Jumadil Qubro mendirikan pesantren Islam.
Itulah pesantren pertama yang didirikan di Jawa Barat. Dari
pesantren inilah kemudian ditelorkan banyak para muballigh yamh akhirnya
mereka menyiarkan agama Islam ke nerbagai daerah.
Penganbdian Syekh Quro dengan para santri dan para ulama generasi
penerusnya adalah “menyalakan pelita Islam” , sehingga sinarnya
memancarkan terus di Karawang dan sekitarnya.
Makam Syekh Jumadil Qubro terdapat di beberapa tempat yaitu di
Semarang, Trowulan
ix