Teknik Penulisan Karya Ilmiah (1)

BAB I
PENDAHLUAN
1.1. Latar Belakang
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan
tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Di

perguruan

tinggi,

khususnya

jenjang

S1,

mahasiswa/mahasiswi dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti

makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup
mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa
lebih

merupakan

simpulan

dan

pemikiran

ilmiah

mahasiswa

berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh
para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan
praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk

mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Menyelesaikan laporan karya ilmiah terkait dengan kegiatan
menulis. Seperti yang kita ketahui, menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang masih menjadi masalah di negeri kita. Keterampilan
menulis memang tidak bisa muncul dengan serta merta. Dibutuhkan
perpaduan dan kerjasama antara talenta manusia dengan wawasan
kebahasaan. Talenta melahirkan semangat menulis, dan wawasan
kebahasaan menjadi modal untuk terampil menulis. Talenta saja tidak
cukup, sebab sebagai sebuah kemampuan dibutuhkan latihan yang rutin
dan benar sebagai tujuan untuk pengasahan kemampuan yang sudah

1

dimiliki. Semakin sering berlatih maka kemampuan menulis akan
semakin baik. Jika hanya sekadar ingin pandai menulis, memang hanya
dibutuhkan waktu beberapa bulan saja. Namun untuk menjadi penulis
yang handal dibutuhkan waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun.
Tulisan bersifat efektif apabila didasarkan atas prinsip-prinsip
yang sama seperti yang dilakukan sebelumnya, yaitu kejelasan,
ketetapan, dan kenalaran. Seperti halnya sebuah percobaan, tulisan

harus didasarkan pada koordinasi yang baik dan rapi. Seperti salah satu
kata ahli bahasa Petrson, 1980 bahwa koordinasi yang baik merupakan
kunci utama tulisan yang baik.
Menulis laporan karya ilmiah sama halnya dengan karya ilmiah
popular lainnya. Oleh karena itu dalam makalah ini kami mengangkat
tema penulisan karya ilmiah.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa itu Karya Tulis Ilmiah?
2) Bagaimana langkah-langkah penulisan Karya Tulis Ilmiah?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian Karya Tulis Ilmiah.
2) Untuk mengetahui langkah-langkah penulisan Karya Tulis
Ilmiah.
1.4. Manfaat Penulisan

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti
kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian
karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja
yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk
mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus
berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun
dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran
ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran
yang rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran
yang rasional merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang
logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan
informasi

(pengetahuan)

yang

tepercaya.


Sedangkan

empiris

maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.
Karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut

metodologi

penulisan

yang

baik

dan

benar


Artinya,

pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan
fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan
disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan
Pembentukan Istilah (Arifin, 2003:1).

3

2.2. Karakteristik Penulisan Karya Ilmiah
Sesuai dengan uraian di atas, karya ilmiah berkarakteristik:
a. Objektif, artinya karya ilmiah harus realistis, apa adanya, sesuai
objeknya, tidak ada rekayasa, dan tidak memasukkan unsur-unsur
subjektivitas penulis,
b. Aktual, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada fakta dan dapat
dibuktikan,
c. Rasional dan logis, artinya karya ilmiah harus dapat diterima secara
akal dan berisi penalaran-penalaran ilmiah.

d. Ilmiah, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada bidang keilmuan
dan prosedur ilmiah,
e. Sistematis, artinya karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan
sistematika yang baik,
f. Bermanfaat, artinya karya ilmiah harus mempunyai manfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis dan pihak-pihak
yang memerlukan, bahkan bermanfaat secara universal, dan
bermanfaat secara praktis,
2.3. Langkah-langkah Pembuatan Karya Tulis Ilmiah
A. Tahap Persiapan
1. Pemilihan Topik/ Masalah untuk Karya Ilmiah
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat
menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam penulisannya harus
mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta tata cara
penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk
memenuhi kaidah tersebut adalah dengan melakukan pemilihan
topik yang jelas dan spesifik. Pemilihan untuk karya tulis ilmiah
dapat dilakukan dengan cara:

4


a. Merumuskan tujuan
b. Menentukan Topik
c. Menelusuri Topik
2. Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah
Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan
kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara
menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh
pembacanya. Sebelum menulis, kita harus mengidentifikasi siapa
kira-kira yang akan membaca tulisan kita. Hal tersebut perlu
dipertimbangkan pada saat kita menulis karya tulis ilmiah agar
tulisan kita tepat sasaran.
3. Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah
Cakupan materi adalah jenis dan jumlah informasi yang
akan disajikan di dalam tulisan.
B. Pengumpulan Informasi Untuk Penulisan Karya Ilmiah
1. Memanfaatkan Perpustakaan Sebagai Sumber Data, Informasi,
Dan Bahan Untuk Tulisan
Perpustakaan pada umumnya menyediakan berbagai
koleksi data atau informasi yang terekam dalam berbagai bentuk

media, seperti media cetak dan media audiovisual. Hal pertama
yang harus kita lakukan pada saat memasuki perpustakaan
adalah memahami di mana letak sumber informasi yang
dibutuhkan berada. Salah satu tempat yang patut kita tuju adalah
bagian referensi. Bagian referensi ini biasannya berisi koleksi
tentang encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus.
a. Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card Catalog

5

b. Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh
c. Membuat Catatan dari Bahan-bahan Pustaka
d. Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’
e. Membuat Kutipan

2. Melakukan Wawancara Untuk Mendapatkan Informasi Untuk
Tulisan
Ada empat hal yang harus diperhatikan pada saat akan
melakukan wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya
ilmiah, yaitu;

a. Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai
b. Mempersiapkan pedoman wawancara
c. Melaksanakan wawancara
d. Mengolah hasil wawancara
C. Tahap Proses Penulisan
Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan
ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah
penulisan selesai.
1. Tahap Pra Penulisan
a. Pemilihan dan pembatasan topik
b. Merumuskan tujuan
c. Mempertimbangkan bentuk karangan
d. Mempertimbangkan pembaca
e. Mengumpulkan data pendukung
f. Merumuskan judul

6

g. Merumuskan tesis
h. Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline

2. Pemilihan Topik
a. Apa yang akan kita tulis?
b. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber.
c. Empat

syarat:

keterkuasaian,

ketersediaan

bahan,

kemenarikan, kemanfaatan.
d. Agar lebih fokus, topik perlu dibatasi.
3. Tahap Penulisan Draf
a. Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
b. Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
c. Pada

tahap

ini,

konsentrasikan

perhatian

pada

ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek mekanik.
4. Tahap Revisi
a. Memperbaiki

ide-ide

dalam

karangan,

berfokus

pada

penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai
dengan kebutuhan pembaca.
b. Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau
berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan
teman,

(c)

merevisi

dengan

memperhatikan

reaksi,

komentar/masukan.
5. Tahap Penyuntingan
a. Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.
b. Memperbaiki

karangan

pada

kesalahan mekanik yang lain.
7

aspek

kebahasaan

dan

c. Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur
kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.
6. Tahap Publikasi
a. Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang
lain.
b. Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
D. Tahap Evaluasi
Tahap terakhir yaitu verifikasi atau evaluasi, apa yang
dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali,
diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada
bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu
ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang
mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau
kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.
2.4. Sitematika Penyusunan Karya Ilmiah dan Teknik Penyusunannya
A. Bagian Awal
Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah :
1. Halaman sampul
2. Halaman judul
3. Abstrak
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
B. Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN

8

Pendahuluan ini berisi: Latar belakang masalah dan analisis
masalah, rumusan masalah biasa dalam bentuk pertanyaan
penelitian dan atau hipotesis, definisi istilah, tujuan penelitian,
kegunaan

penelitian,

asumsi

atau

anggapan

dasar,

metode

penelitian secara garis besar beserta tekhnik pengumpulan data dan
pendekatannya, lokasi dan sampel penelitian. Secara ringkas berikut
ini dibahas satu persatu.
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang bermaksud mengungkapkan mengapa
masalah yang diteliti itu timbul dan penting dilihat dari segi profesi
penulis, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan.
Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa
yang membuat peneliti merasa tertantang, penasaran dan resah
sekiranya masalah tersebut tidak diteliti. Dalam latar belakang
masalah sebaiknya diungkapkan gejala-gejala kesenjangan yang
terdapat

di

lapangan

sebagai

dasar

pemikiran

untuk

memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan
kerugian-kerugian apa yang bakal diderita apabila masalah
tersebut dibiarkan tidak diteliti untuk pemecahannya. Sebaliknya,
keuntungan-keuntungan apa yang bakal diperoleh apabila
masalah tersebut dipecahkan melalui penelitian. .Di samping itu,
perlu diuraikan pula secara jelas masalah yang hendak diteliti di
wilayah kerjanya.
Untuk mampu merumuskan latar belakang secara runtut,
jelas dan tujum, maka penilik dituntut untuk mampu membaca
dan

memaknai

gejala-gejala

yang

muncul

dalam

dunia

pendidikan luar sekolah. Untuk itu, pengetahuan yang luas dan
terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang dimiliki penilik perlu sejak awal dilakukan.
9

2. Rumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan pekerjaan kecermatan.
Hal

yang

dapat

menolong

penulis

keluar

dari

kesulitan

merumuskan judul dan masalah adalah pengetahuan yang luas
dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian para
pak dalam bidang-bidang yang terkait dengan masalah yang
akan diteliti. Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus
diidentifikasi variabel-variabel dalam penelitian beserta definisi
operasionalnya (penjelasan istilahnya). Untuk mempermudah,
maka rumusan masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat
bertanya (pertanyaan penelitian) dan atau kalimat pernyataan
yang berbentuk hipotesis setelah didahului uraian tentang
masalah.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini menyajikan hasil yang ingin dicapai
setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan
tujuan itu harus konsisten dengan rumusan masalah dan
mencerminkan pula proses penelitiannya. Rumusan tujuan
penelitian tidak boleh sama dengan rumusan maksud penulisan
karya ilmiah yang ditulis pada halaman sampul luar dan halaman
sampul dalam.
Tujuan penelitian bisa terdiri atas tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum menggambarkan secara singkat dalam
satu kalimat tentang apa yang ingin dicapai melalui penelitian.
Tujuan khusus dirumuskan dalam bentuk butir-butir (misalnya 1,
2, 3, dan seterusnya) yang secara spesifik mengacu kepada
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
4. Pertanyaan penelitian dan Hipotesis

10

Pertanyaan penelitian dan atau hipotetis dijabarkan dari
rumusan masalah. Pertanyaan penelitian dikemukakan dalam
kalimat-kalimat tanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan
masalah atau sub masalah yang akan dicari jawabannya dalam
karya tulis ilmiah.

Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap masalah atau sub masalah yang diajukan oleh penilik
sebagai peneliti.

Pertanyaan penelitian dan atau hipotesis

dijabarkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka yang akan
dicari jawabannya atau masih harus diuji kebenarannya. Melalui
karya tulis ilmiah, hipotesis akan dinyatakan dapat diterima
diterima atau ditolak.
Hipotesis harus dibuat dalam setiap penelitian yang
bersifat analitis. Untuk penelitian yang bersifat deskriptif, yang
bermaksud mendetesiskan masalah yang diteliti, hipotesis tidak
perlu dibuat, oleh karena memang tidak pada tempatnya.
Hipotesis penelitian harus dirumuskan dalam kalimat afirmatif.
Hipotesis tidak boleh dirumuskan dalam kalimat bertanya, kalimat
menyuruh, kalimat menyarankan, atau kalimat mengharapkan.
5. Definisi Operasional
Penjelasan istilah atau definisi operasional digunakan
untuk menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam pertanyaan
penelitian atau variabel-variabel dalam hipotetis.

Tujuannya

adalah supaya terdapat kesamaan persepsi antara peniik dan
pembaca tentang istilah-istilah atau variabel-variabel yang
diajukan oleh penilik sebagai peneliti.
Penjelasan istilah atau definisi operasional harusnya
sampai melahirkan indikator-indikator yang akan diteliti yang
kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian. Apabila
dipandang perlu maka istilah yang terdapat dalam judul dan sub
11

judul tesis dapat pula dijelaskan. Namun yang paling diutamakan
yaitu istilah-istilah dalam pertanyaan penelitian atau variabelvariabel dalam hipotesis.
6. Metode Penelitian
Metode
Pendahulaun

Penelitian
bersifat

garis

yang
besar,

disajikan

dalam

sedangkan

Bab

rinciannya

dikemukakan pada Bab III. Ke dalam metode penelitian ini
dimasukkan instrumen atau alat pengumpulan data. Metode,
dapat disebut metode penelitian historis, deskriptif, inferensial,
eksperimental, atau kaji tindak. Alat (instrumen) pengumpulan
data dapat terdiri atas teknik angket, wawancara, observasi
partisipatif, observasi non-partisipatif, atau tes. Pendekatan
penelitian dapat berupa pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif. Dipaparkan pula teknik pengolahan dan analisis data.
Apabila dianggap perlu dapat pula dimasukkan pendekatan
sosiologis, pendekatan edukatif, dan sebagainya. Kedalam bab
ini juga dimasukkan proses uji coba dan pengembangan
instrumen penelitian yang secara khusus digunakan untuk
mengumpulkan data.
7. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Di samping menyebut lokasi, populasi dan sampel
penelitian pada bagian ini juga harus disebutkan alasan mengapa
penelitian itu dilakukan di tempat suatu tempat tertentu dan
dengan subyek (populasi/sampel) penelitian tertentu pula. Alasan
ini akan menjadi kuat apabila dikaitkan dengan rumusan
masalah, latar belakang masalah, dan tujuan penelitian, serta
teknik analisis data.

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka sangat penting dalam suatu karya ilmiah,
karena

melalui kajian pustaka

ditunjukkan kedudukan suatu

penelitian di tengah perkembangan ilmu dalam bidang yang diteliti.
Kajian pustaka harus memuat hal-hal berikut ini :
1. apakah teori-teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang
yang dikaji,
2. apa yang telah dilakukan oleh orang lain atau peneliti lain dalam
bidang yang diteliti dan bagaimana mereka melakukannya
(prosedur, subyek),
3. setelah peneliti melakukan kajian secara komprehenshif, maka
dapatlah diketahui masalah apa yang masih perlu diteliti sehingga
jelas kedudukan penelitian ini di tengah penelitian-penelitian
sejenis sebelumnya.
Dalam melaporkan hasil kajiannya, peneliti membandingkan,
mengontraskan, dan meletakkan tempat kedudukan masing-masing
dalam masalah yang sedang diteliti, dan pada akhirnya menyatakan
posisi/pendirian peneliti disertai alasan-alasannya. Dengan demikian
menjadi sangat jelas mengapa peneliti hanya menggunakan teoriteori dan hasil penelitian tertentu saja dan tidak yang lainnya. Telaah
ini diperlukan karena tidak ada penelitian empirik tanpa didahului
telaah kepustakaan.
Telaah teoretis dimaksudkan untuk menampilkan “mengapa
dan bagaimana” teori dan hasil penelitian para pakar terdahulu itu
dipergunakan

oleh

penilik

dalam

penelitiannya,

termasuk

di

dalamnya merumuskan asumsi-asumsi penelitiannya.
Dalam prakteknya, judul Bab II disesuaikan dengan
masalahnya, tetapi dapat juga diberi judul KAJIAN PUSTAKA,
LANDASAN TEORITIK, atau KAJIAN TEORITIK karena isinya telah
13

tergambar dalam judul penelitian. Bila dikehendaki, kajian pustaka
dapat

dituangkan

mengemukakan

dalam

tentang

2

(dua)

sub

bab,

masing-masing

teori-teori

dan

hasil-hasil

penelitian

terdahulu yang relevan, dan sub bab lainnya menjelaskan secara
rinci teori yang digunakan dalam penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode
penelitian yang secara garis besar telah disinggung pada Bab I.
Pembatasan istilah yang ada pada judul dan variabel yang diteliti
dalam penelitian juga dijelaskan dalam bab ini. Semua prosedur dan
tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir
dijelaskan dalam bab ini. Di samping itu, dilaporkan juga tentang
alat-alat (instrumen) pengumpulan data yang digunakan beserta
proses pengembangan dan uji validitas dan reliabilitasnya. Sangat
penting

untuk

dijelaskan

mengapa

sesuatu

tekhnik

atau

prosedur/metode dipilih oleh peneliti.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dilaporkan hasil-hasil penelitian. Penyajian
mengikuti butir-butir tujuan, pertanyaan, atau hipotesis penelitian.
Penyajian

hasil

penelitian

diikuti

oleh

pembahasan.

Dalam

pembahasan ini diperlukan sikap ilmiah peneliti, yakni sikap bersedia
dan

terbuka

untuk

dikritik,

sikap

bersedia

dan

terbuka

mengemukakan sebab-sebab keanehan hasil penelitiannya jika hal
itu memang terjadi. Sebaliknya juga peneliti bersikap tidak segansegan mengemukakan hasil-hasil penelitiannya itu secara apa
adanya tanpa meninggalkan tata krama ilmiah dan tata krama
pergaulan.
14

Dalam bab ini dapat pula disajikan rangkuman secara
ringkas dan terpadu sejak dari persiapan hingga penelitian berakhir.
Dikatakan ringkas dan terpadu oleh karena penulisan rangkuman ini
tidak harus secara berurutan dari awal hingga akhir, akan tetapi
semua komponennya telah dipadukan menjadi satu kesatuan yang
utuh dan dituangkan ke dalam satu uraian yang padat. Oleh sebab
itu, rumusan-rumusannya tidak perlu sama, bahkan sebaiknya tidak
sama, dengan rumusan-rumusannya tidak perlu sama.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Dalam bab ini disajikan penafsiran/pemaknaan peneliti
secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang
diperolehnya.

Karena

sudah

ada

unsur

telah

penafsiran,maka

isi

kesimpulan akan berbeda dengan rangkuman. Dalam menuliskan
kesimpulan dapat ditempuh salah satu cara dari dua cara berikut :
(a) dengan cara butir demi butir, atau (b) dengan cara esei padat.
Untuk karya tulis maka penulisan kesimpulan dengan cara esei yang
padat akan lebih baik dari pada dengan cara butir demi butir.
Implikasi atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan
dapat ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para
pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan kepada peneliti
berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
C. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku,
artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari
internet) atau tercetak (misalnya Compact Disk, Video, film, atau
kaset) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya
15

tulis ilmiah. Semua sumber tertulis atau tercetak yang tercantum
dalam uraian harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Di pihak
lain, sumber-sumber yang tidak pernah dipergunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah tersebut atau tidak dikutip, tidak perlu
dicantumkan dalam daftar pustaka, walaupun pernah dibaca oleh
peneliti.
Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis
tanpa nomor urut. Sumber tertulis/tercerak yang memakan
tempat lebih dari satu baris, ditulis dengan jarak antar-baris satu
spasi; sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling
berurutan adalah dua spasi.
2. Lampiran
Lampiran-lampiran

berisi

semua

dokumen

yang

digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi
satu karya tulis ilmiah. Setiap lampiran diberi nomor urut
Lampiran sesuai dengan urutan penggunaannya. Di samping
diberi nomor urut Lampiran ini juga diberi Judul Lampiran. Nomor
Urut

Lampiran

akan

mempermudah

pembaca

untuk

mengaitkannya dengan bab terkait. Apabila nomor urut lampiran
tersebut terdiri atas dua angka Arab dengan diselang satu tanda
penghubung di mana angka depan menyatakan nomor urut
lampiran. Misalnya, lampiran 1.2 artinya lampiran 2 dari Bab 1.
3. Riwayat Hidup
Riwayat

hidup

dibuat

secara

padat

dan

hanya

menyampaikan hal-hal yang relevan dengan kegiatan ilmiah,
tidak semua informasi tentang yang bersangkutan. Cakupannya
adalah: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan dan jabatan (bila telah bekerja),
prestasi-prestasi yang pernah dicapai, dan apabila ada, karya
16

ilmiah/publikasi yang telah dihasilkan atau diterbitkan. Riwayat
hidup dapat dibuat dengan gaya butir perbutir dan dapat pula
dibuat dengan gaya esei padat. Dalam tesis atau tesis gaya yang
kedua lebih tepat dari pada gaya yang pertama.
2.5. Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketantuan yang harus diperhatikan dalam penulisan
karya ilmiah meliputi penggunaan kertas, teknik pengetikan, penomoran,
penulisan sumber rujukan atau referensi, dan penulisan daftar pustaka.
A. Penggunaan Kertas
Kertas yang dipakai adalah kertas HVS, berwarna putih, berat
80 gram, dan berukuran kuato (21.5 x 28 cm). Naskah ditulis pada
satu sisi.
B. Teknik Pengetikan
1. Penggunaan Huruf
Naskah karya ilmiah diketik dengan huruf standar (Times New
Roman 12) dan dengan pita atau tinta berwarna hitam.
2. Jarak Spasi
Jarak antarbaris adalah satu setengah spasi, kecuali abstrak,
terusan nama bab, terusan nama judul tabel, terusan nama judul
grafik/gambar, dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris
harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris pada
setiap sumber pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan
penulisan antarsumber dalam daftar pustaka deketik dengan jarak
dua spasi.
3. Batas Tepi Pengetikan
Batas tepi pengetikan adalah sebagai berikut.
 Tepi atas

: 4 cm

17

 Tepi bawah : 3 cm
 Tepi kiri

: 4 cm

 Tepi kanan : 3 cm

4. Penulisan Judul, Bab, dan Subbab
Penulisan judul, bab, subbab, dan anak subbab mengikuti
ketentuan berikut ini.
 Judul dan bab ditulis dengan huruf kapital semua, tidak diakhiri
tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi tengah. Nomor bab
ditulis dengan angka romawi.
 Penulisan subjudul, subbab, dan anak subbab menggunakaan
huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan
dimulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah
serta tidak diakhiri tanda baca apa pun.
5. Penulisan Paragraf Baru
Penulisan paragraf baru dimulai setelah ketukan kelima dari tepi
kiri atau dengan sistem lurus, tetapi harus diberi jarak spasi dua
kali lipat.
6. Penulisan Nama
Penulisan nama pengarang, baik yang diacu dalam tubuh
karangan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka
mengikuti ketentuan berikut ini.
 Nama pengarang yang diacu dalam tubuh tulisan hanya ditulis
nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis
hanya “Sudargo”.
 Pada daftar pustaka, nama yang terdiri atas dua penggal nama
atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda

18

koma dan diikuti nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”
penulisannya menjadi “Sudargo, Ahmad”.
 Pengarang buku yang terdiri atas dua orang ditulis secara
lengkap.
 Pengarang buku yang lebih dari tiga orang ditulis nama
pengarang pertama dan diikuti singkatan “dkk.”
 Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis tidak dicantumkan.
7. Penulisan Tabel dan Grafik
Penulisan tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
 Penulisan tabel diupayakan jangan ganti halaman.
 Nomor dan judul tabel ditempatkan simetris di atas tabel.
 Nomor dan judul grafik ditempatkan simetris di bawah grafik.
 Penulisan judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa
pun.
 Penulisan nomor urut tabel menggunakan angka Arab,
sedangkan penulisan nomor urut grafik menggunakan angka
Romawi.
C. Sistematika Penomoran
Sistematika penomoran mengikuti ketentuan berikut.
1. Penomoran bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan
dengan dua cara.
 Cara Pertama
Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar
(untuk bab), huruf kapital (untuk subbab), angka arab (untuk
anak subbab), huruf kecil (untuk anak-anak subbab), angka
arab diikuti satu kurung, dan seterusnya. Contoh:
BAB III
A.
19

B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
C. dan seterusnya
 Cara kedua
Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar
(untuk bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan
seterusnya. Contoh:
BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.1
3.2.2.2
3.2.2.3
3.3 dan seterusnya.
2. Penomoran halaman pada naskah utama menggunakan angka
arab.

20

3. Penomoran halaman pelengkap, seperti halaman judul, halaman
pengantar, dan halaman daftar isi menggunakan angka romawi
kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi, dan seterusnya) dan diletakkan pada bagian
bawah tengah.
4. Penulisan daftar pustaka tidak diperbolehkan menggunakan
nomor.
5. Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi dituliskan
di tepi sebelah kanan sesuai dengan penulisan bab atausubbab
yang bersangkutan.
D. Penulisan Sumber/Referensi
Penulisan sumber atau referensi bacaan yang dikutip dalam
naskah karya ilmiah mengikuti ketentuan berikut.
1. Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada akhir
kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan
nomor halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok
dan tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua di antara tahun
penerbitan dan nomor halaman.
Contoh:

Surat

adalah

satu

sarana

untuk

menyampaikan

pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak
yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja,
1995:5).
2. Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber
yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan
nomor halaman yang diacu.
Contoh: Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat adalah satu sarana
untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara
tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

21

E. Penulisan Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
daftar pustaka:
1. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
2. Daftar pustka disusun secara alfabetis (menurut abjad),
3. Gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar pustaka dapat berupa penulisan buku, penulisan artikel,
dan penulisan publikasi lain.
1. Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan:
(1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan,

(3) judul buku, (4)

tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu
dipergunakan tanda “titik”, kecuali di antara tempat penerbitan dan
nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul buku dicetak
miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali
kata depan.
Contoh penulisan buku dengan seorang pengarang
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran
Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Contoh penulisan buku dengan dua atau tiga pengarang
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992.
Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
2. Artikel
Penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1)
nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama
majalah, (5) volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat
penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara
22

tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di antara satuan
digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama
majalah, di antara nama majalah dan volume atau halaman
digunakan tanda “koma”; di antara tempat penerbitan dan nama
penerbit digunakan tanda “titik dua”.
Contoh penulisan artikel dalam majalah
Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”.
dalam

Diksi,

No.4,

Tahun

II,

halaman

67-82.

Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
3. Penerbitan

Pemerintah,

Lembaga-Lembaga

Ilmiah,

dan

Organisasi Lainnya
Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembagalembaga ilmiah, dan organisasi lainnya menggunakan urutan: (1)
lembaga yang bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2)
tahun penerbitan, (3) judul tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5)
nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
2.6. Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah bahasa Indonesia yang
digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomonikasikan ilmu
pengetahuan.
Ragam bahasa ilmiah tersebut memiliki sifat-sifat berikut.
1. Ragam bahasa ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu,
penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku,
23

yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD),
menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau
sudah dibakukan.
2. Dalam ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Katakata tersebut digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti
konotatif.
3. Dalam ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu
kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau
penulis, dan dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam
pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh
pembicara atau penulis.
4. Ragam bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada
dengan perasaan; bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
5. Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat
maupun dalam paragraf, dan hubungan antara paragraf satu dan
paragraf yang lain bersifat padu. Untuk menyatakan hubungan
digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, katakata penghubung, pengulangan kata atau frasa, penggantian, dan
lain-lain.
6. Hubungan

semantis

antara

unsur-unsurnya

bersifat

logis.

Penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus
dihindari.
7. Penggunaan kalimat pasif lebih diutamakan karena dalam kalimat
pasif peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
8. Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah,
singkatan, tanda-tanda, dan kata ganti diri.

24

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas yang di paparkan pada BAB II,
dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah merupakan karya tulis yang di
buat seseorang berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang telah di lakukan
dan disajikan secara fakta berdasarkan metodologi penulisan yang baik
dan benar melalui langkah – langkah karya tulis ilmiah yang dilakukan
secara sistematis.
3.2. Saran
Diharapkan para mahasiswa agar membuat suatu Karya
Tulis Ilmiah dengan melalui tahapan-tahapan yang sesuai agar
Karya Ilmiah yang ditulis dapat menjadi suatu Karya Tulis yang
akurat dan terpercaya sehingga dapat bermanfaat bagi banyak
orang.

25

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti., Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Effendi, S. 1987. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Parera, J.D. 1982. Menulis Tertib dan Sistematis. Jakarta: Erlangga.
Ramlan,M. dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi
Offset.
Soeparno, Haryadi, dan Suhardi. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta:
Ekonisia.

26