Laporan Praktikum Pengukuran Dasar Dan Ke

LAPORAN PENGUKURAN DASAR
PPL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 SURAKARTA

DIKERJAKAN OLEH
DINDA AMEILIA G
K2310026
P. FISIKA 2010 A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

LATAR BELAKANG
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan
sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu
pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang
sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat
diprediksi dengan kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis
dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar
X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur,
dan setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil (nst). Setiap alat ukur memiliki skala berupa

panjang atau busur atau angka digital.Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai
pembagi, dibubuhi nilai tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir
objek yang diukur tidak tajam. Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut nst alat
ukur tersebut.

TUJUAN
1. Memahami cara menggunakan alat ukur penggaris, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup yang benar
2. Memahami cara melaporkan hasil pengukuran yang benar

DASAR TEORI
Menurut Cangelosi (1991), pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris. Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh
Wiersma dan Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numerik terhadap fakta-fakta
dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.
Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu obyek
dengan satuan-satuan ukuran tertentu.
(Muljono, Dr. Puji. 2007. Hal 3)
Dalam melakuakn pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh karena
itu, kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi penilaian wajar

dari hasil pengukuran. Dengan menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu
nilai yang kita anggap benar, kita dapat mempertanggungjawabkan hasil pengukuran.
(Supriyanto. 2006. Hal 16)
Pengukuran akurat saat ini merupakan suatu bagian terpenting dalam fisika. Tetapi
tidak ada pengukuran yang tepat secara mutlak, ada suatu ketidakpastian yang terkait dengan
setiap pengukuran, ketidakpastian timbul dari berbagai sumber yang berbeda. Di antara yang
terpenting, selain kesalahan karena kesembronoan adalah keterbatasan ketelitian setiap
instrumen di luar fraksi.
(Douglas C Giancoli. 1997.Hal 117)

Di dalam mengukur suatu besaran, tentunya Anda perlu memilih alat ukur yang sesuai
dengan besaran yang akan diukur. Misalnya, Anda diminta mengukur panjang sebuah meja.
Tentunya Anda dapat menggunakan mistar atau alat ukur panjang lainnya yang sesuai.
Kemudian timbul pertanyaan, dapatkah Anda mengukur tebal selembar kertas dengan
menggunakan mistar? Untuk mengukur tebal selembar kertas, Anda juga membutuhkan alat
ukur panjang, tetapi harus sesuai dengan tingkat ketelitian yang dibutuhkan. Dengan
demikian, pemilihan alat ukur harus sesuai dengan fungsi, keperluan, dan tingkat
ketelitiannya.
(Kamajaya. 2008. Hal 17)
Pada tahun 1960 standar atomik untuk meter juga telah ditetapkan, dengan

menggunakan panjang gelombang dari cahaya jingga-merah yang diemisikan oleh atom-atom
kripton di dalam suatu tabung lucutan cahaya. Pada November 1983 standar panjang berubah
lagi, secara lebih radikal. Laju rambat cahaya dalam ruang hampa didefinisikan dengan tepat
sebagai 299.792.458 m/s. Meter didefinisikan ulang supaya konsisten dengan bilangan ini
dan dengan definisi sekon di atas. Karena itu, definisi baru dari meter adalah jarak yang
ditempuh oleh cahaya di ruang hampa dalam 1/299.792.458 sekon. Cara ini memberikan
standar panjang yang jauh lebih teliti daripada standar yang didasarkan pada panjang
gelombang cahaya.
(Young, Hugh D. 2000. Hal 4)
Penggaris atau mistar adalah alat
ukur yang digunakan untuk mengetahui
jarak antara dua titik atau dua garis.
Proses membandingkan jarak dengan alat
ukur yang standar disebut dengan
pengukuran. Penggaris yang standar terbuat dari logam baja yang dikeraskan dan dipanaskan
sampai kondisi tertentu, agar bahan tersebut tidak terjad pemuaian yang bisa menyebabkan
skala jarak yang ada di lembaran penggaris berubah dari pengaruh temperatur. Penggaris juga
mempunya kelenturan (elastis). Coba Anda bayangkan apabila penggaris terbuat dar bahan
alumunium, ketika panas penggaris alumunium akan bertambah panjang, sedangkan pada
saat dingin akan bertambah pendek. Penggaris ini dibedakan menjadi 2, yaitu penggaris tetap,

dan penggaris yang dapat lipat. Skala yang digunakan pada penggaris bisa menggunakan
sistem british (inchi) atau menggunakan sistem metriks (mm). Biasanya kita lebih terbiasa
menggunakan sistem metriks.
(http://edisleman.blogspot.com/2012/02/alat-alat-ukur.html)
Pengukuran besaran panjang yang kurang dari 1 mm dapat
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong
sanggup mengukur panjang hingga ketelitian 0,1 mm. Jangka
sorong terbaru bahkan mampu mengukur dengan ketelitian
kurang dari 0,1 mm.

Secara umum, jangka sorong memiliki dua jenis skala. Skala ini disebut skala tetap.
Skala kedua tertera pada rahang yang bergerak. Skala pada rahang yang bergerak disebut
skala nonius atau skala vernier.
Jangka sorong mempunyai dua fungsi pengukuran, yaitu:
 Mengukur panjang sisi luar suatu benda; seperti diameter kawat atau tebal pelat
logam.
 Mengukur panjang sisi dalam suatu benda; seperti diameter rongga pipa atau
diameter suatu lubang.
Pengukuran panjang sisi luar suatu benda dapat dilakukan
dengan menjepit benda yang ingin diukur dengan menggunakan rahang

jangka sorong yang besar. Sebaliknya, pengukuran panjang sisi dalam
suatu benda dapat dilakukan dengan menarik benda yang ingin diukur
dengan menggunakan rahang jangka sorong yang kecil.
Hasil pengukuran dapat diketahui dengan menggabungkan
pembacaan skala tetap dan skala nonius. Caranya adalah sebagai
berikut:
 Tentukan pembacaan skala tetap yang sejajar dengan angka nol pada skala
nonius. Jika tidak tepat sejajar, gunakan pembacaan skala terdekat yang lebih
kecil. Misalkan, pembacaan skala tetap yang sejajar dengan angka nol pada
skala nonius berada di antara 2,4 dan 2,5. Besarnya pengukuran yang
digunakan adalah 2,4 cm.
 Cari garis pada skala nonius yang tepat berimpit dengan salah satu garis pada
skala tetap. Pada gambar di samping, garis lima pada skala nonius tepat
berhimpit dengan salah satu garis pada skala tetap. Besarnya pengukuran yang
diperoleh adalah lima kali skala nonius.
(5 x 0,1 mm = 0,5 mm).
 Jumlahkan kedua hasil pengukuran. Kita peroleh panjang benda yang
dimaksud adalah
2,4 cm + 0,5 mm = 2,45 cm
(Mikrajuddin. 2006. Hal 44-45)

Untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001
cm digunakan mikrometer sekrup. Bagian utama mikrometer sekrup adalah sebuah poros
berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar
ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakkan satu
putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) 0,5 mm. Karena silinder pemutar
mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros
akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm.

Pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar sehingga
benda dapat diletakkan di antara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda,
pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda.
Jika poros sampai menekan benda, pengukuran menjadi tidak teliti.
(Ruwanto, Bambang. 2006. Hal 13)

ALAT DAN BAHAN
No
1

Nama Alat dan
Bahan

Kubus kayu

2

Kubus tembaga

Gambar

Jumlah
1 buah

1 buah

3

Penggaris

1 buah

4


Jangka Sorong

1 buah

5

Mikrometer sekrup

1 buah

CARA KERJA
A. Menggunakan Penggaris

1. Meletakkan penggaris di atas kubus tembaga pada skala nol pada salah satu
ujung kubus tembaga.
2. Membaca skala yang ditunjukkan penggaris di ujung kubus yang lain.
3. Mencatat hasil pengukuran.
4. Mengulangi langkah kerja 1-3 sebanyak 5 kali.
5. Mengulangi langkah kerja 1-4 untuk mengukur sisi kubus kayu.

B. Menggunakan Jangka Sorong
1. Mengendurkan pengunci pada jangka sorong, kemudian merenggangkan
kedua rahangnya dengan cara menggeser-geserkannya.
2. Mengukur kubus tembaga yang akan dicari panjang sisinya dengan cara
memegang kubus tembaga dan meletakkannya pada rahang bawah.
3. Menggeser penggeser pada jangka sorong sampai rahangnya menjepit kubus
tembaga kemudian memutar sekrup pengunci.
4. Melihat skala utama dan skala nonius yang berhimpit dengan skala utamanya
untuk menentukan panjang sisi kubus tersebut.
5. Mencatat hasil pengukuran.
6. Mengulangi langkah kerja 1-5 sebanyak 5 kali.
7. Mengulangi langkah kerja 1-6 untuk mengukur sisi kubus kayu.
C. Menggunakan Mikrometer Sekrup
1. Mengendurkan pengunci pada mikrometer sekrup, kemudian merenggangkan
batang penjepitnya dengan cara memutar pemutar pada mikrometer sekrup.
2. Mengukur kubus tembaga yang akan dicari panjang sisinya dengan cara
memegang kubus tembaga dan meletakkannya pada batang penjepit.
3. Menggeser batang penjepit sampai kedua batangnya menjepit kubus tembaga
kemudian memutar sekrup pengunci.
4. Melihat skala utama dan skala nonius yang berimpit pada garis lurus skala

noniusnya untuk menentukan panjang sisi kubus tersebut.
5. Mencatat hasil pengukuran.
6. Mengulangi cara kerja 1-5 sebanyak 5 kali.
7. Mengulangi cara kerja 1-6 untuk mengukur sisi kubus kayu.

DATA PENGAMATAN
1. Kubus Tembaga
No
1
2
3
4
5
2. Kubus Kayu
No

Penggaris
20
19
19

20
19

Sisi (mm)
Jangka Sorong
20,00
20,10
19,95
20,10
20,00

Sisi (mm)

Mikrometer Sekrup
19,78
19,98
19,65
19,95
19,67

1
2
3
4
5

Penggaris
19
19
20
19
20

Jangka Sorong
20,00
20,20
20,00
20,15
20,00

Mikrometer Sekrup
19,52
19,86
19,54
19,54
19,83

ANALISIS DATA
A. Analisis Kuantitatif
1. Menghitung Volume Kubus Tembaga
a. Menggunakan Penggaris
Hasil pelaporan = ( V¯ ±ΔV )cm
b. Menggunakan Jangka Sorong

3

= ( 7,3154±0,2795 ) cm 3

3

Hasil pelaporan = ( V¯ ±ΔV )cm = ( 8, 03627±0,03612 ) cm
c. Menggunakan Mikrometer Sekrup
Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3= ( 7,77057±0 ,08099 ) cm 3

2. Menghitung Volume Kubus Kayu
a. Menggunakan Penggaris
Hasil pelaporan = ( V¯ ±ΔV )cm
b. Menggunakan Jangka Sorong

3

3

= ( 7,3154±0,2795 ) cm 3

Hasil pelaporan = ( V¯ ±ΔV )cm = ( 8,08475±0,05279 ) cm
c. Menggunakan Mikrometer Sekrup
Hasil pelaporan =

3

3

( V¯ ±ΔV )cm3 = ( 7,59796±0,08906 ) cm 3

B. Analisis Kualitatif
Percobaan ini dilakukan untuk memahami cara menggunakan alat ukur
penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan benar dan mengetahui
ketelitian penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran
dilakukan pada kubus tembaga dan kubus kayu sebanyak 5 kali. Selain itu
praktikum ini dilakukan untuk memahami cara melaporkan hasil pengukuran yang
benar.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang
dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang
sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejalagejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur
memiliki nilai skala terkecil (nst). Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang
atau busur atau angka digital. Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil
sebagai pembagi, dibubuhi nilai tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila

ujung atau pinggir objek yang diukur tidak tajam. Nilai skala sesuai dengan jarak
terkecil itu disebut nst alat ukur tersebut.
Beberapa alat ukur panjang yang sering digunakan dalam praktikum
adalah penggaris, jangka sorong, dan mikrometer skrup. Masing masing alat ukur
panjang memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca
hasil yang terukur.
Dari percobaan yang telah dilakukan ,diketahui bahwa masing masing alat
ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda. Seperti jangka sorong yang
memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat ketelitian
pada mistar besi. Namun jangka sorong tidak lebih teliti dari mikrometer sekrup.
Penggaris atau mistar adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
jarak antara dua titik atau dua garis. Cara membaca skala pada penggaris adalah
dengan menghitung selisih antara skala terbesar yang berada di salah satu ujung
benda dengan skala terkecil yang berada di ujung benda yang lain. Penggaris
memiliki ketelitian 0,1 cm atau 1 mm.
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang,
diameter maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong yang digunakan kali ini
memiliki ketelitian 0,05 mm. Cara membaca jangka sorong serta cara
penggunaannya adalah:
1. Memeriksa kedudukan nol dengan menutup rapat rahang jangka
sorong dan melihat posisi angka nol pada skala utama dan skala
nonius.
2. Merapatkan rahang luar jangka sorong. Skala dapat dikunci dengan
memutar pengunci sampai kencang.
3. Membaca angka yang tertera pada skala utama dan nonius yang
berimpit dengan skala utamanya.
Untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01
mm atau 0,001 cm digunakan mikrometer sekrup. Bagian utama mikrometer
sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang
disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang
membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakkan satu putaran penuh, maka
poros akan maju (atau mundur) 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50
skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan
bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm.
Cara membaca mikrometer sekrup:
1. Membaca skala utama yang berhimpit dengan tepi selubung luar.
2. Membaca garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama
kemudian dikalikan dengan batas ketelitian yaitu 0,01 mm
Cara menggunakan mikrometer sekrup:
1. Meletakkan benda pada rahang mikrometer sekrup
2. Menggeser rahang dengan cara memutar bidal hingga berbunyi klik.
3. Membaca skala pada skala utama dan noniusnya.

Cara melaporkan hasil pengukuran yang benar dapat dilaporkan sebagai

x0

adalah nilai benar dan Δx adalah ketidakpastiannya.
Dalam pengukuran selalu ada kesalahan, baik yang disebabkan oleh
pengamat maupun alat ukur. Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang
diukur dari nilai benar, ada 4 macam:
1. Keteledoran yang disebabkan pengamat.
2. Kesalahan acak disebabkan adanya fluktuasi harus pada kondisi
pengukuran.
3. Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil.
4. Selain itu, kesalahan dapat terjadi karena kondisi alat dan kesalahan
titik nol.

( x 0± Δx) dengan

KESIMPULAN
Jangka sorong dan mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang
sisi kubus. Dari kegiatan praktikum pengukuran panjang, dapat disimpulkan:
1. Penggunaan jangka sorong yang benar yaitu meletakkan benda diantara rahang.
Kemudian menggeser rahang geser sampai benda benar-benar terjepit kemudian
kunci rahang geser tersebut, selanjutnya membaca skala utama dan skala nonius
yang berhimpit dengan skala utama.
2. Penggunaan mikrometer sekrup yang benar yaitu meletakkan benda diantara
rahang. Kemudian memutar poros geser hingga terdengar bunyi klik kemudian
membaca skala utama yang terlihat dan skala nonius yang berhimpit dengan garis
skala utama dengan benar.
3. Hasil pengukuran harus dilaporkan dengan benar. Cara penulisan pelaporan
adalah:

x=( x 0 ±Δx )
x : Besaran yang dicari

x0

: Nilai yang dihasilkan dari pengukuran (nilai benar)
Δx : Ketidakpastian
4. Data hasil penghitungan volume
No Benda
Penggaris
Jangka Sorong
1
Kubus Tembaga ( 7 ,3154±0,2795 ) cm3 ( 8,03627±0,03612 ) cm3
2

Kubus Kayu

( 7 ,3154±0,2795 ) cm

3

( 8,08475±0,05279 ) cm

3

Mikrometer Sekrup
3
( 7 ,77057±0,08099 ) cm
( 7 ,59796±0,08906 ) cm

3

DAFTAR REFERENSI
Douglas C Giancoli. 2000. Fisika, edisi keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kamajaya. 2008. Fisika untuk Kelas X Semester 1 Sekolah Menengah Atas. - :
Grafindo Media Pratama
Mikrajuddin. 2006. IPA TERPADU SMP dan MTs untuk Kelas VII Semester 1.
Jakarta: Esis.
Muljono, Dr. Puji. 2007. Pengukuran dalam bidang Pendidikan. Ruwanto, Bambang. 2006. Asas-Asas Fisika. Jakarta: Yudhistira.
Supriyanto. 2006. Fisika 1 untuk SMA kelas X. Jakarta: Phibeta.
Young, Hugh D. 2000. Fisika Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga
http://edisleman.blogspot.com/2012/02/alat-alat-ukur.html diakses tanggal 28 Oktober
2013 - Pukul 15.34 WIB

LAMPIRAN
4 Lembar lampiran penghitungan

Mengetahui,
Guru Pamong

Koesmanto, S. Pd., M. Pd.

LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Menghitung Volume Kubus Tembaga
a. Menggunakan Penggaris
N S
o
(mm)
V (mm3) V2 (mm6)
1
20
8000 64000000
2
19
6859 47045881
3
19
6859 47045881
4
20
8000 64000000
5
19
6859 47045881
26913764
Σ
36577
3

∑V
V¯ =n
36577
V¯ =5
=7315 , 4 mm3 =7, 3154 cm 3
2

2
1 n ∑ V −( ∑ V )
ΔV =
n n−1
2
1 5⋅269137643- ( 36577 )
ΔV =
5 5−1
1 1345688215-1337876929
ΔV =5 4
7811286
ΔV =0,2 4
ΔV =0,2 √1952822
ΔV =0,2⋅1397,4339
ΔV =279,5mm3 =0,2795cm3








Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3 = ( 7,3154±0,2795 ) cm 3

b. Menggunakan Jangka Sorong
N
o
S (mm) V (mm3)
V2 (mm6)
1
20,00
8000
64000000
2
20,10
8120,601 65944160,6
7940,14987 63045980,0
3
19,95
5
4
4
20,10
8120,601 65944160,6
5
20,00
8000
64000000
40181,3518 322934301,
Σ
8
2

∑V
V¯ =n
40181,35188
V¯ =5
=8036,27 mm3 =8 , 03627 cm 3
2

n ∑ V 2 −( ∑ V )
n−1
5⋅322934301,2- ( 40181,35188 ) 2
5−1
1614671506-1614541039
4
130467,1
ΔV =0,2 4
ΔV =0,2 √32616,774
ΔV =0,2⋅180 ,601
ΔV =36,1202 mm3 =0,03612 cm3
1
ΔV =
n
1
ΔV =
5
1
ΔV =5









Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3 = ( 8, 03627±0,03612 ) cm 3

c. Menggunakan Mikrometer Sekrup
N
o
S (mm) V (mm3)
V2 (mm6)
7738,89335 59890470,3
1
19,78
2
1
7976,02399 63616958,7
2
19,98
2
2
7587,30712 57567229,4
3
19,65
5
1
7940,14987 63045980,0
4
19,95
5
4
7610,49806 57919680,7
5
19,67
3
7
38852,8724 302040319,
Σ
1
2

∑V
V¯ =n
38852,87241
V¯ =5
=7770,57 mm 3 =7 , 77057 cm3

2

2
1 n ∑ V −( ∑ V )
ΔV =
n n−1
2
1 5⋅302040319,2- ( 38852,87241 )
ΔV =
5 5−1
1 1510201596-1509545695
ΔV =5 4
655901,49
ΔV =0,2 4
ΔV =0,2 √163975,37
ΔV =0,2⋅404,939
ΔV =80,9877mm3 =0 ,08099 cm 3








Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3= ( 7,77057±0 ,08099 ) cm 3

2. Menghitung Volume Kubus Kayu
a. Menggunakan Penggaris
N
o
S (mm) V (mm3)
V2 (mm6)
1
19
6859 47045881
2
19
6859 47045881
3
20
8000 64000000
4
19
6859 47045881
5
20
8000 64000000
26913764
Σ
36577
3

∑V
V¯ =n
36577
V¯ =5
=7315 , 4 mm3 =7, 3154 cm 3
2

n ∑ V 2 −( ∑ V )
n−1
5⋅269137643- ( 36577 ) 2
5−1
1345688215-1337876929
4
7811286
ΔV =0,2 4
ΔV =0,2 √1952821,57
ΔV =0,2⋅1397,43
ΔV =279,487mm3=0,2795cm3
1
ΔV =
n
1
ΔV =
5
1
ΔV =5








Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3 = ( 7,3154±0,2795 ) cm 3

b. Menggunakan Jangka Sorong
N
o
S (mm) V (mm3)
V2 (mm6)
1
20,00
8000
64000000
67937289,
2
20,20 8242,408
6
3
20,00
8000
64000000
8181,353
4
20,15
4
66934543
5
20,00
8000
64000000
40423,76
Σ
1 326871833

∑V
V¯ =n
40423,761
V¯ =5
=8084 ,7522 mm 3=8 ,08475 cm3
2

n ∑ V 2 −( ∑ V )
n−1
5⋅326871833- ( 40423,761 ) 2
5−1
1634359165-1634080453
4
278711,61
ΔV =0,2 4
ΔV =0,2 √ 69677,904
ΔV =0,2⋅263,966
ΔV =52,7931mm3 =0, 05279cm3
1
ΔV =
n
1
ΔV =
5
1
ΔV =5








Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3 = ( 8,08475±0,05279 ) cm 3

c. Menggunakan Mikrometer Sekrup
N
o
S (mm) V (mm3)
V2 (mm6)
7437,7134 55319580,7
1
19,52
1
4
7833,1732 61358603,2
2
19,86
6
6
7460,5986 55660532,4
3
19,54
6
3
7460,5986 55660532,4
4
19,54
6
3
5
19,83 7797,7290 60804578,9

9
37989,813
1

Σ

1
288803827,
8

∑V
V¯ =n
37989,8131
V¯ =
=7597,9626 mm3 =7 , 59796 cm 3
5
2

2
1 n ∑ V −( ∑ V )
ΔV =
n n−1
2
1 5⋅288803827,8- ( 37989,8131 )
ΔV =
5 5−1
1 1444019139-1443225899
ΔV =5 4
793239,63
ΔV =0,2 4
ΔV =0,2 √198309,91
ΔV =0,2⋅445,32
ΔV =89,064mm3 =0,08906 cm 3








Hasil pelaporan =

( V¯ ±ΔV )cm3 = ( 7,59796±0,08906 ) cm 3