Asuhan Keperawatan Kebutuhan Nutrisi Iwa



Asuhan Keperawatan Kebutuhan Nutrisi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat
berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti
adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi,
faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.
1.2 Tujuan
Umum

: mahasiswa mampu memahami konsep nutrisi terhadap klien serta prinsip keperawatan

dalam mengatasinya.


Khusus

:

-

Menjelaskan pengertian konsep nutrisi

-

Mengidentifikasi tentang masalah nutrisi terhadap klien

-

Menguraikan cara mengatasi permasalahan nutrisi

1.3 Rumusan Masalah

Manfaat dari permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
-

Memenuhi kebutuhan nutrisi terhadap klien

-

Sebagai tolok ukur keseimbangan nutrisi

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN NUTRISI
2.1 Konsep Dasar Nutrisi

2.1.1 Saluran Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk
diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-bagian berikut:
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang
sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga
mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan

membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amylase yang akan
memecah amilium yang terkandung dalam makanan menjadi maltose.
Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi, dan otot-otot
mengunyah. Di dalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk
proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amylase, melicinkan bolus
sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta mengecerkan bolus.
Kelenjar tersebut terdiri atas: kelenjar parotis, merupakan kelenjar penghasil saliva terbesar
yang terletak di sebelah kiri dan kanan bagian depan agak ke bawah; kelenjar
submandibularis, merupakan penghasil saliva nomer dua setelah kelenjar parotis, terletak
dibawah sisi tulang rahang; dan kelenjar sublingualis, penghasil saliva terkecil, letaknya di
bawah lidah.
Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa factor, di antaranya factor mekanis
(seperti adanya benda bolus dalam mulut), factor psikis (seperti bila mencium atau mengingat
makanan yang enak), dan factor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau asin).
2. Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut, dan
laring. Faring terbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra
servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang
memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di
depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang

berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung.
Esophagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung. Esophagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2
cm dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian
atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini
bertujuan untuk mencegah gerakan balik sisi ke porgan bagian atas, yaitu esophagus. Proses

penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltic, yaitu lingkaran serabut otot di
depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.
3. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang etrdiri atas bagian atas (disebut
fundus), bagian utama dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung
berhubungan dengan esophagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui
orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas, sedangkan
limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi
motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dengan sedikit
demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel
kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah
mensekresi pepsin dan HCI yang akan memecah protein menjadi pepton, amylase memecah

amilium menjadi maltose. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mucus yang bersifat protektif. Makanan
berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan
asam bening tak berwarna) yang mengandung 0.4 % HCl untuk mengasamkan semua
makanan serta bekerja sebagai antiseptic dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat
beberapa enzim diantaranya pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi mengubah
makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut. Berfungsi membekukan susu atau
membentuk kasein kasinogen yang dapat larut.
4. Usus halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam
keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6m pada orang
yang telah meninggal, akibatnya adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus
halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari
lambung hingga katup ileo kolika.
Usus halus terdiri atas 3 bagian, duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum
dengan panjang kurang lebih 2m dan illeum dengan panjang kurang lebih 1m atau 3/5 akhir
dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kira sebanyak
4,5 juta, yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap villi terdapat
tonjolan yang menyerupai jari-jari, yang disebut mikrovili. Villi bersama-sama dengan
mikrovilli dan valvula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta

menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.

Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limpe yang
disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum,
nodula ini membentuk tumpukan kelenjar yang terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi di dalam usus halus,
yaitu pada duodenum, dan di sini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin B,
vitamin A,D,E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
5. Usus besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon, merupakan sambungan dari usus halus yang
dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus
besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 m. kolon terbagi atas asenden, transversum,
desende, sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar.
Dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden
membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang
tempat kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut
fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin,
dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air kurang lebih 5000cc/hari. Flora yang terdapat
dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan

pembusukan sisa-sisa makanan.
2.1.2 Pengertian
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab GIZAWI yang berarti nutrisi. Oleh para ahli
diubah menjadi gizi. Gizi adalah subtansi organik dan non organik yang ditemkan dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.
Manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang di
kenal istilah nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses
dalam tubuh, sebagai sumber energi, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.
Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangka, dan jaringan, serta mengatur berbagai proses kimia di dalam
tubuh.
Dalam konsep dasar nutrisi di kenal istilah nutrien. Nutrien adalah substansi organik
dan anorganik khusus yang terdapat dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat
menjalankan fungsinya. Nutrien mempunyai 3 fungsi utama:
1. Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.

2. Menyediakan ‘struktur material” utuk jaringan tubuh seperti tulang dan otak.
3. Mengatur proses tubuh.
(sumber: Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. “Kebutuhan
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek” Gresik)



Status Nutrisi Optimal
Sering disebut energi balance yaitu jumlah energi yang di konsumsi di kurangi energi
yang dikeuarkan.

Positif

energy balance (input>Output,Negative

energy balance,

Inputnormal)
5. Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal
d. Dietery history

Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore Courney,
Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang,

status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi
nutrisi/diet klien:
Pola diet/makan
Pengetahuan

Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll
Penentuan tingkat pengetahuan klien

tentang nutrisi
Kebiasaan

mengenai kebutuhan nutrisi
MI melihat bersama-sama, makan sambil

Makanan

mendengarkan

Makanan


melihat televisi
Suka makan lalap, suka sambel, suka

kesukaan
Pemasukan cairan

coklat, suka roti
Jumlah cairan tiap hari yang diminum,

Problem diet
Tingkat aktivitas

jenis minuman, jarang minum
Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Jenis
pekerjaan,
waktu
bekerja

musik,


makan

sambil

siang/malam, perlu makanan tambahan
Riwayat

atau tidak
Adanya riwayat penyakit diabetus melitus,

kesehatan/

adanya alergi

pengkomsumsian
obat

2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari keadaan metabolism tubuh

a.

Kemungkinan ditemukan data:
Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan akibat penyakit
infeksi, luka bakar, ataupun kanker

b. Disfagia akibat kelumpuhan serebral
c.

Penurunan absorpsi nutrisi akibat toleransi laktosa

d. Penurunan nafsu makan
e.

Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun pengeluaran lainnya

f.

Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya

g. Kesulitan mengunyah

a.

Masalah klinik yang berhubungan dengan:
Anoreksia nervosa

b. AIDS
c.

Pembedahan

d. Kehamilan
e.

Kanker

f.

Anemia

g. Marasmus
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan nutrisi
Definisi: klien dengan risiko atau actual mengkonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan
metabolism tubuh

a.

Kemungkinan data yang ditemukan:
Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi

b. Penurunan fungsi pengecap atau penciuman
c.

Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi

d. Penurunan kebutuhan metabolisme
e.

Kelebihan asupan

f.

Perubahan gaya hidup


a.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
Obesitas

b. Hipotiroidesme
c.

Klien dengan pemakaian kortikosteroid

d. Imobilisasi
2.2.3 Perencanaan
Tujuan

:

1. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang
2. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parental
Rencana tindakan :
1. Monitor perubahan factor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan nutrisi atau
kelebihannya dan status kebutuhan nutrisi
2. Kurangi factor yang mempengaruhi perubahan nutrisi
3. Ajarkan untuk merencanakan makanan
4. Kaji tanda vital dan bising usus
5. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin
6. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya.
Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:


Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan



Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering memperhatikan
jumlah kalori dan tanpa kontraindikasi



Menata ruangan senyaman mungkin



Menurunkan stress psikologis



Menjaga kebersihan mulut



Menyajikan makanan mudah dicerna



Hindari makanan yang mengandung gas
Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan cara:



Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan minuman
bikarbonat rendah kalori atau 1/2 atau 1/4 larutan hiderogen peroksida dan air sebagai
pembersih mulut



Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan kepadatan
seperti jus atau sop kental



Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein
Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan cara :



Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat tidur



Pertahankan posisi selama 10-15 menit



Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk mempertahankan
kepatenan esophagus



Mulai dari jumlah yang kecil



Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam, makanan
berserat (sayuran mentah), dan rendam makanan kering agar lunak
Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:



Hindari makanan yang mengandunf lemak



Berikan motivasi untuk menurunkaanberat badan



Lakukan program olah raga
2.2.4 Implementasi
1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melaui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu
memberikan makan.nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien dan membangkitkan selera makan pada klien.
Alat dan Bahan:

1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pengalas
8. Jenis diet
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelasksn prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien
4. Pasang pengalas
5. Anjurkan klien untuk berdoa sebelum makan
6. Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan sedikit demi sedikit dan
berikan minum sesudah makan
7. Setelah selesai, bersihkan mulut klien dan anjurkan untuk duduk sebentar

8. Cacat hasil atau respon pemenuhuan terhadap makan
9. Cuci tangan
2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa
lambung atau pipa penduga. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Alat dan Bahan:
1. Pipa penduga dalam tempatnya
2. Corong
3. Spuit 20 cc
4. Pengalas
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makana dalam bentuk cair
8. Air matang
9. Obat
10. Stetoskop
11. Klem
12. Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13. Vaselin
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien dengan posisi semiflower
4. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada
5. Letakkan bengkok di dekat klien
6. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari epigastinum sampai
hidung kemudian dibengkokkan ke telinga dan beri tanda batasnya
7. Berikan vaselin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut lalu masukkan melalui
hidung secara perlahan-lahan sambil klien dianjurkan untuk menelannya
8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan cara:



Masukkan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem dibuka),
perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika tidak ada gelembung maka
pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau dilipat kembali



Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan dengarkan
dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk,
setelah itu keluarkan udara yang ada didalam sebanyak jumlah yang dimasukkan

9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pasang corong atau
spuit pada pangkal pipa
10. Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat pinggirnya
11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada masukkan obat dan
beri minum lalu pipa penduga diklem
12. Catat hasil tau respons klien selama pemberian makanan
13. Cuci tangan
3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infuse
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi
parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi parental parsial). Pemberian nutrisi
melalui parental dilakukan pada klien yang tidak bias makan melalui oral atau pipa
nasograstik dengan tujuan untuk menunjang nutrisi sentral yang hanya memenuhi sebagian
kebutuhan harian.
1. Nutrisi Parenteral Parsial
Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian
kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairannya yang biasa
digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
2. Nutrisi Parenteral Total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi
sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak dapat
digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti
Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan
yang mengandung lemak seperti intralipid
3. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka waktu lama dan
melalui vena perifer.

(Hidayat,AAA & Uliyah, M, 2005)
2.2.5 Evaluasi
1.

Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta
adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.

2.

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau
kelebihan berat badan

3.

Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya proses
pencernaan makanan yang adekuat

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika
terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsifungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan
dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia,
maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
3.2 Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat enting untuk diupayakan. Upaya
untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makanmakanan yang seimbang 4 sehat 5 sempurna dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk
setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh
manusia bisa terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.

DAFTAR PUSTAKA
 A. Aziz alimul H,2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan jilid 2. Jakarta: Salemba Medika
 Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1 Jakarta:
EGC
 Tarwoto wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawata.
Jakarta: Salemba Medika
 Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. “Kebutuhan
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek” Gresik