Legal Opinion Pelanggaran Hak Asasi Manu

Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Pelanggaran Hak Asasi Manusia Mengenai Penolakan dan Pengerusakan Terhadap
Pembangunn Gereja Santa Clara di Bekasi
Damar Sinatria Saputro
8111416114
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal karena jumlah
penduduknya yang sangat besar. Bahkan, Indonesia saat ini tercatat sebagai
negara dengan populasi penduduk nomor empat di dunia. Hal ini tentunya sangat
wajar melihat begitu luasnya wilayah yang dimiliki oleh Indonesia. Banyaknya
jumlah penduduk ini tentu saja dibarengi dengan begitu banyak perbedaanperbedaan yang timbul di negeri ini. Oleh karena itulah di negeri ini mengenal
istilah Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Diantara banyaknya perbedaan yang terdapat dalam negeri ini, ada satu
perbedaan yang paling mencolok dan kerap kali menjadi perdebatan atau bahkan
perselisihan antar warga negara sendiri. Perbedaan itu adalah tentang agama.
Memeluk suatu agama merupakan salah satu hak asasi manusia yang tidak boleh
direnggut oleh siapapun dengan alasan apapun. Dalam hal ini negara menyetujui
dengan adanya pasal 28 E Undang-undang Dasar yang mengatur mengenai
kebebasan dalam memeluk agama.
Seperti yang sudah sedikit disingung diatas, adanya pasal UUD tersebut
bukan berarti dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul mengenai adanya

perbedaan agama di negeri ini. Hal ini antara lain disebabkan timpangnya jumlah
pemeluk agama di Indonesia. Dalam artian terdapat salah satu agama yang
memiliki pemeluk jauh diatas agama lainnya. Padahal, di Indonesia sendiri
terdapat lebih dari satu agama.
Konflik, kekerasan, hingga hal-hal politik sudah menjadi isu yang ‘lumrahn
terjadi apabila kita berbicara mengenai kehidupan antar agama di negeri ini.
Dalam hal ini cek cok atau adu mulut merupakan hal yang ‘ecek-ecekn, yang saya
bicarakan adalah kekerasan bahkan hingga pelanggaran hak asasi manusia yang
disebabkan karena perbedaan agama dan keyakinan.
Yang terbaru dan yang paling membuat geram akhir-akhir ini adalah aksi
sekumpulan orang yang menamakan dirinya Majelis Silahturahmi Umat Islam
yang menuntut pembangunan Gereja Santa Clara dihentikan. Demo yang
dijalankan di jalan lingkar utara Kota Bekasi tepatnya pada haru Jumat tanggal 24
Maret 2017 lalu ini bahkan berakhir dengan ricuh karena terjadi bentrok antara
pendemo dengan aparat. Bahkan, dalam bentrokan ini aparat terpaksa
menembahkan gas air mata.
Setelah dimintai keterangan, Imam Fathurrahman selaku koordinator aksi
mengklaim bahwa pembangunan Gereja Santa Clara tersebut menyalahi prosedur
dan sistem yang ada. Untuk itulah mereka ingin bertemu dengan walikota kota
Bekasi untuk membahas hal ini. Sebelumnya Walikota Bekasi telah membentuk

Majelis Umat Beragama di tiap-tiap kecamatan. Hal ini diharapkan dapat menjadi
awal terbentuknya hubungan yang baik dan rukun antar agama.
Prosedur dan sistem yang disalahi oleh pembangunan Gereja Santa Clara
seperti yang diklaim oleh Imam Fathurrahman selaku koordinator aksi hingga saat
ini masih belum jelas. Untuk itu dari sini dapat disimpulkan bahwa aksi penolakan
yang dilakukan tidak mempunyai dasar yang jelas dan semata-mata dikarenakan
permasalahan perbedaan agama.
Jika dilihat lebih jauh, hal yang dilakukan kelompok yang menamakan
dirinya Majelis Silahturahmi Umat Islam ini merupakan perbuatan yang illegal dan
bahkan dapat disebut sebagai tindakan yang melanggar hak asasi manusia.
Memiliki agama merupakan hak asasi manusia oleh karena itu melarang suatu

kaum mendirikan tempat ibadah juga merupakan sebuah perbuatan yang
melanggar hak asasi manusia.
Dilihat dari segi manapun, pelarangan pembangunan tempat ibadah
merupakan sebuah hal yang tidak sepantasnya dilakukan apalagi bagi mereka
yang pada hakikatnya membawa suatu agama tertentu. Tentu saja hal itu dapat
menimbulkan perpecahan antar umat beragama yang sangat berbahaya
khususnya bagi negara dengan jumlah penduduk besar seperti Indonesia.
Dalam hal hal ini, Pasal 28 E UUD Negara RI 1945 tertulis :

a)Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.
b)Setiap orang berhak atas atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

B . Analisis Aturan Hukum
Kebebasan suatu individu untuk mendirikan tempat agama sesuai dengan
agamanya sudah diatur dalam :

UUD 1945 pasal 28E :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Makna dari yang kata yang saya tebalkan berarti Setiap orang berhak untuk
memilih agamanya sendiri dalam arti dia memiliki rasa “percaya” terhadap
agamanya tersebut dan tidak setia dengan agama dan pengajaran agama
tersebut
(2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Makna dari kata yang ditebalkan berarti
pemerintah memberikan
kebebasan atas kepercayaan yang diyakini oleh warga Negara tesebut dan
berhak atas pemikiran dan sikap yang mereka ambil dikehidupan sehari
hari sesuai dengan hati nurani yang mereka anggap benar selama semua
itu tidak merugikan orang lain.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Makna: Serta setiap Negara menjamin atas kebebasan berorganisasi
berserikat dan berkumpul dengan tidak merugikan pihak lain atau Negara
itu sendiri dan mengeluarkan pendapat dengan bebas dan mendengar
pendapat tersebut dengan baik , baik pendapatnya diterima atau pun tidak
diterima
 Dan dalam BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 dalam Peraturan Bersama
Menteri Agama dan Mendagri Nomor 9 dan Nomor 8 Thn 2006 tentang PBM
No. 9 dan 8 tahun 2006 (Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah
Ibadah). Yang berisi

1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan
kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara RepublikTahun 1945.
2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat
beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan
pemberdayaan umat beragama.
3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang
khusus dipergunakan untukberibadat bagi para pemeluk masing-masing
agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.
4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas
Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang
dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik
Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar
dipemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap partai politik.
5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang
memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas
keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat

sebagai panutan.
6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB,
adalah forum yang dibentukoleh masyarakat dan difasilitasi oleh
Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan
umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.
7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh
umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.
8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB
rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk
pembangunan rumah ibadat.
 Dalam KHUP
Pasal 175
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi
pertemuankeagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara
keagamaan yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
Pasal 406.
(1). Barangsiapa dengan sengaja dan secara melawan hukum
menghancurkan, merusak, membuat tak dapat dipakai atau menghilangkan
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam

dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Diancam dengan pidana yang sama orang yang dengan sengaja dan
secara melawan hukum membunuh, merusakkan, membuat tak dapat
digunakan atau menghilangkan hewan, yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain.

 Dalam UU no 39 tahun 1999 tetang Hak Asasi manusia juga dijelaskan
mengenai kebebasan beragama dan bertempat ibadah

Pasal 4
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh
siapapun.
Pasal 22
(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadah menurutagamanya dan kepercayaannya itu.

(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya dan
kepercayaannya itu.
Pasal 36:
(1) Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersamasama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa,
dan masyarakat, dengan cara yang tidak melanggar hukum.
(2) Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang
dengan secara melawan hukum.
C. Uji syarat
1. UUD 1945 pasal 28E
 Unsur-unsur ayat 1 : Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya
1.
Majelis Silahturahmi Umat Islam
Bersatu telah melanggar hak
masyarakat atau hak anggota dari pengikut gereja santa clara dalam hal
memilih agama. Majelis Silahturahmi Umat islam menolak dengan alas an
yang belum terbukti benar.
2. Majelis Silahturahmi Umat telah membatasi hak beribadah bagi kaum
nasrani untuk membangum gereja santa clara
 Unsur- unsur ayat 2 : Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan

1.unsur ini tidak terlaksana karena majelis silahturahmi islam bersatu hanya
melanggar hak dalam membangun tempat ibadah
 Unsur- unsure ayat 3: kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat
1. majelis silahturahmi islam bersatu telah melanggar hak untuk berserikat,
dalam konteks ini berarti majelis silahturahmi islam bersatu membatasi hak
berserikat untuk anggota gereja santa clara
2. majelis silahturahmi islam bersatu telah melanggar hak untuk berkumpul
dalam organisasi yang diatas namakan gereja santa clara

3. unsure melaksanakan pendapat tidak terpenuhi.
2. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Mendagri Nomor 9 dan Nomor 8 Thn
2006 pasal 1
 Unsure Ayat 1 : Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan
sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya.
1.dalam hal ini
menodai unsure
2.dalam hal ini

menodai unsure
3.dalam hal ini
menodai unsure
4.dalam hal ini
menodai unsure

dapat dikatakan Majelis
toleransi beragama
dapat dikatakan Majelis
saling pengertian
dapat dikatakan Majelis
saling menghormati
dapat dikatakan Majelis
mengehargai kesetaraan

umat islam bersatu berarti telah
umat islam bersatu berarti telah
umat islam bersatu berarti telah
umat islam bersatu berarti telah


 Unsure –unsur ayat 2
1. dalam hal ini berarti Majelis Umat Islam Bersatu telah terbukti menodai
unsure kerukunan umat beragama dalam bidang pelayanan, dalam
bidang pelayanan disini merujuk kepadat tempat beribadah
2. 2 .dalam hal ini berarti Majelis umat islam bersatu berarti telah menodai
unsure dalam hal pemberdayaan umat beragama di Indonesia
3. Pasal 175 KUHP
 Unsure unsur :
1.dalam hal ini Majelis Umat Islam Bersatu memenuhi unsure kesengajaan
dalam melakukan kekerasan
2. dalam hal ini Majelis Umat Islam Bersatu memenuhi unsure merintangi
dalam hal pertemuan dalam Gereja Santa Clara
4. Pasal 406 KUHP
 Unsure-unsur ayat 1:
1. Dalam hal ini Majelis Umat Islam bersatu dengan sengaja melawan dan
melanggar hukum dalam hal ini dengan melakukan penyerangan dan
mengahancurkan Gereja Santa Clara
2. Dalam hal ini Majelis Umat Islam Bersatu sengaja melawan hukum dalam
hal pengeruakan Gereja Santa Clara
 Unsure-unsur ayat 2:
1. Dalam hal ini Majelis Umat Islam Bersatu sengaja melawan hukum dalam
hal merusak gereja santa clara
2. Dalam hal ini majelis umat islam bersatu sengaja melawan hukum dalam
hal tidak dapat digunakanya gereja santa clara
5. UU no 39 tahun 1999 Pasal 4
 Unsure- unsure :
1. Majelis umat islam bersatu telah mengambil hak kebebasan pribadi
pikiran dan hati nurani
2. Majelis umat islam bersatu telah mengambil hak beragama
6. UU no 39 tahun 1999 pasal 22
 Unsure unsure ayat 1

1. majelis umat islam bersatu telah mengambil hak anggota gereja santa
clara dalam hal kebebsan memeluk agma
2. majelis umat islam bersatu telah mengambil hak anggota gereja santa
clara dalam hal beribadah menurut kepercayaanya
 Unsure-unsur ayat 2:
1. majelis umat islam bersatu telah mengambil hak anggota gereja santa
clara dalam hal menjamin kemerdekaan memeluk agama
2. majelis umat islam bersatu telah mengambil hak anggota gereja santa
clara dalam hal memiliki kepercayaan

7. UU no 39 tahun 1999 pasal 36
 Unsure-unsur ayat 1
1. Majelis umat islam bersatu melanggar hak mengembangkan diri untuk
melakukan kegitan beribadah dengan cara merusak gereja santa clara
 Unsure-unsur ayat 2:
1. Majelis umat islam bersatu telah merapas hak orang untuk memiliki atau
untuk beribadah.
D . Kesimpulan
1. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya Majelis
Silahturahmi Umat Islam Bersatu yang melakukan aksi penolakan pendirian
gereja Santa Clara di Kota Bekasi dapat dikatakan sebagai tindak
pelanggaran Hak Asasi Manusia karena hak untuk beragama termasuk
dalam mendirikan tempat beribadah merupakan suatu Hak Asasi Manusia
dan seperti yang diketahui tindakan pelanggaran HAM dapat diproses
secara hukum.
2. Selain melakukan penolakan, Majelis Silahturahmi Umat Islam Bersatu juga
telah terbukti melakukan pengerusakan terhadap bangunan Gereja Santa
Clara. Hal ini tentu saja juga merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia
karena secara tidak langsung Majelis Silahturahmi Umat Islam Bersatu ini
seakan-akan menolak umat beragama lain untuk beribadah.