LAPORAN Dan PRAKTIKUM Dan ekoper

LAPORAN PRAKTIKUM
EKONOMI PERUSAHAAN
Acara I
(Kunjungan Industri)

Disusun oleh:
Nama

: Kinanthi Mustika Ary Purwanto

NIM

: 16/400672/SV/11176

Kelompok

:C

Hari/Tanggal : Rabu/28 September 2016
Waktu (Jam) : 08:30-10.00 WIB
Tempat


: Kripik Belut “DEWI” Godean
Alamat Rumah : Klaci II Margoluwih
Seyegan Sleman Yogyakarta

Co.Ass

: 1. Inas Nurhayati
2. Ayu Nurlaila

PRODI DIPLOMA III AGROINDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.


Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti saat ini, dibutuhkan inovasi-inovasi
baru yang dapat menumbuhkan wirausaha baru sehingga dapat tercipta
lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran yang dapat
menyebabkan tindakan kriminalitas. Di indonesia munculnya
wirausaha baru dan perusahaan sudah mulai berkembang dan
kebanyakan mereka menggeluti di bidang pangan yang tidak akan
berhenti untuk dibutuhkan masyarakat. Mulai dari maknan tradisional,
sampai makanan mancanegara, yang diproduksi dari home industry
bahkan sampai pabrik besar. Ada juga di industri atau bahan papan
yang merupakan inovasi baru sehingga unik dan banayk diminati
konsumen.
Membiasakan untuk berfikir kreativ, aktif dan berani akan
menumbukan inovasi baru. Memberanikan diri untuk memulai bisnis
dan siap untuk segala resiko yang ada akan menumbuhkan jiwa
kewirausahaan yang baik dan tangguh. Di masa seperti ini menjadi
wirausaha adalah salah satu pilihan terbaik untuk menjadikan diri lebih
berkembang dan terus termotivasi untuk melakukan perubahan yang
menunjang kebutuhan masyarakat dan diri sendiri.
Diharapkan dengan melakukan kunjungan industri, dapat

menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan sikap proaktif mahasiswa
untuk lebih kreatif dan berinovasi dalam segala hal baik di bidang
pangan atau pun papan.

II.

Tujuan Praktikum
1.) Praktikan mengetahui dan mendapatkan penjelasan mengenai
kondisi bisnis dari pihak perusahaan.
2.) Praktikan menegtahui aktivitas bisnis yang dijalankan perusahaan.

BAB II
LANDASAN TEORI
Pada tahun 1983, pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 3
Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Melalui Undang-Undang No. 3
Tahun 1982 diperoleh definisi atau pengertian yuridis dari perusahaan yang
tercantum dalam Pasal 1 huruf (b), yaitu: “perusahaan adalah setiap bentuk usaha
yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus
dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Pengertian perusahaan

secara yuridis lainnya dapat ditemukan dalam Undang-undang No. 8 tahun1997
tentang Dokumen Perusahaan. Pada pasal 1 angka (1) Undang-undang No.8 tahun
1997, ditentukan bahwa “perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau
laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia”. (Sudaryat Permana,
2009)
Produksi sering diartikan sebagai tindakan menghasilkan barang-barang.
Pembuatan berbagai jenis barang seperti ini, hanyalah sebagian dari kegiata
produksi. Dalam ilmu ekonomi, pengertian produksi bukan hanya sekedar
menghasilkan barang-barang, tetapi jauh lebih luas dari konteks tersebut. Produksi
adalah kegiatan menambah faedah (atau kegunaan) suatu benda atau menciptakan
benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. (Drs. Alam
S., MM, 2006)
Faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk
menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut
mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana
mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien. Dalam proses produksi akan

terdapat faktor produksi yang bersifat variabel maupun tetap apabila periode

produksinya merupakan jangka pendek. Sedangkan untuk proses produksi jangka
panjang semua faktor produksi bersifat variabel. (Wiwit, 2006)
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang dianggap konstan, dan
banyaknya faktor produksi ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya hasil produksi.
Sedangkan faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang dapat berubah
kuantitasnya selama proses produksi atau banyaknya faktor produksi yang
dipergunakan tergantung pada hasil produksi. (Wiwit, 2006)
Pertanyaan yang lebih penting lainnya mengenai produk dan pelayanan
dari perusahaan, termasuk prospek waktu pengiriman untuk memenuhi
kebutuhan? Prospek dengan kebutuhan mendesak yang dapat dipenuhi perusahaan
akan menjadi kesempatan terbaik untuk menjadi pelanggan. Namun dalam
sebagian besar kasus prospek tidak melihat kebutuhan produk perusahaan dalam
waktu dekat atau bahkan masa depan. Prospek dengan banyak persyaratan atau
persyaratan yang tidak sesuai bukanlah prospek yang baik sebagai standarsebuah
perusahaan. (U.C. Mathur, 2010)

BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM

1.) ALAT DAN BAHAN
Alat Tulis
2.) CARA KERJA
1. Kunjungan dilakukan di home industry yang relevan yang sudah
ditentukan.
2. Menjelaskan dan mendiskusikan / mewawancarai dengan pihak
perusahaan mengenai aktivitas industri (profil perusahaan, proses
produksi, fixed cost, variabel cost, jumlah tenaga kerja, profil produk,
dan pemasaran).
3. Mencari informasi bagaimana perusahaan/badan usaha yang diteliti
menerapkan metode yang digunakan dalam menentukan harga.
4. Melakukan pengambilan data untuk perhitungan Harga Pokok
Penjualan.
5. Menyusun laporan kelompok yang memuat secara terinci mengenai
profil perusahaan, proses produksi, jumlah tenaga kerja, profil produk
dan pemasaran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.) HASIL

A. Profil Industri
1. Sejarah
a. Pendiri: Bapak Budi Utomo.
b. Tanggal berdiri: didirikan tahun 1985, dan diresmikan tahun 1991.
c. Alasan didirikan: melestarikan makanan tradisional setempat.
2. Pemilik Industri: Bapak Budi Utomo.
3. Alamat Industri: Jl Godean Km. 10 Desa Klaci 2 Kel. Magoluwih Kec.
Sayegan.
4. Luas bangunan: 6 m x 9 m.
5. Bentuk kepemilikan: Perorangan.
6. Produk yang dihasilkan: Keripik Belut.
B. Produk
1. Nama produk: Keripik Belut Dewi.
2. Harga jual produk:
 Belut sedang: Rp100.000 – Rp120.000/ kg.
 Belut super: Rp120.000 – Rp150.000/ kg.
 Menggunakan tepung: Rp250.000/ kg.
3. Kemasan :
 Model: persegi panjang dengan berat ¼ kg dan ½ kg.
 Bahan kemasan: plastik.

4. Variasi produk:
 Keripik Belut Biasa;
 Keripik Belut Super.
C. Proses Produksi
1.

Belut ditaburi oleh abu gosok selama ± 20 menit, tutjuannya agar
belutnya mati, tidak licin, dan mengurangi bau amis;

2.

Belut dibersihkan organ dalamnya, kemudian dicuci;

3.

Rendam belut dalam air biasa selama ± 10 menit, kemudian dicuci
minimal 3 kali pencucian;

4.


Siapkan adonan, yang terdiri dari:
Bahan :
1) Tepung Beras;
2) Tepung Tapioka;
3) Telur;
Bumbu :
1) Bawang Putih;
2) Garam;
3) Kencur;
4) Daun jeruk;
5) Merica;
6) Air;
7) Jahe.

5.

Tumbuk bawang putih, garam, kencur, daun jeruk dan merica.
Kemudian campurkan tumbukan tersebut dengan tepung beras, tepung
tapioka, telur, dan air. Aduk sampai rata, usahakan teksturnya jangan
terlalu kental ataupun encer;


6.

Masukkan belut kedalam adonan;

7.

Goreng belut dengan minyak yang banyak;

8.

Ulangi penggorengan agar teksturnya lebih renyah;

9.

Ganti minyak saat 3 kali proses produksi;

10. Tiriskan beberapa kali agar kandungan minyak berkurang;
11. Kemas belut goreng dalam kemasan yang kedap udara.
D. Fixed Cost

a. Listrik: Rp400.000 – Rp 450.000/ bulan.
b. Bangunan: milik rumahan.
c. Gaji pegawai: Rp75.000/ hari.

d. Transportasi: Mobil, sepeda, bis untuk distribusi (untuk diluar jawa,
harga dan ongkos kirim dijadikan satu tergantung jarak dan
dibebankan kepada konsumen).
E. Variable Cost
a. Bahan baku : Belut (1 kwintal): Rp4.000.000/ bulan.
b. Bahan tambahan:
 Bumbu (½ kwintal): Rp200.000/ bulan.
 Kemasan (1 bal): Rp500.000/ bulan.
 Tepung tapioka (30 kg): Rp300.000/ bulan.
 Minyak (2 drigen): Rp400.000/ bulan.
c. Kemasan: Rp400.000 – Rp500.000/ bal.
d. Pegawai lepas: 8 orang, terdiri dari:
 Pemasar (sales): 2 orang;
 Produksi: 3 orang;
 Kurir: 1 orang;
 Membersihkan belut: 2 orang.
F. Tenaga Kerja
a. Tugas:
 Membersihkan dan menggoreng belut: 3 orang;
 Pemasaran dan penjualan: 3 orang.
b. Jumlah: 6 orang.
G. Pemasaran
a. Cara:
 Awalnya menggunakan metode “Gethok Tular” (dari mulut ke
mulut);
 Kemudian berkembang dan membuka kios di pasar Godean
dan pasar Kuliner Belut;
 Penjualan dilakukan dengan sistem pemesanan yang sudah
mencapai ke Lampung, NTT, dan beberapa daerah lainnya.

b. Tempat: Pasar Godean, Pasar Kuliner Belut, Lampung, NTT, dan lainlain.
2.) PEMBAHASAN
Keripik Belut “DEWI” terletak di Jl. Godean Km. 10 desa Klaci 2,
Kel. Margoluwih, Kec. Seyegan. Keripik Belut “DEWI” mulai didirikan
pada tahun 1985 dan diresmikan pada tahun 1991 oelh Bapak Budi Utomo
yang merupakan pemilik dari bisnis home industry tersebut. Alasan
mendirikan bisnis tersebut adalah untuk melestarikan makanan tradisional
setempat. Home industry dengan luas bangunan 6 m x 9 m ini merupakan
milik perorangan.
Bisnis tersebut memproduksi beraneka bentuk olahan Keripik
Belut, diantaranya Keripik Belut Sedang yang dijual dengan harga
Rp100.000 – Rp120.000/ kg, Keripik Belut Super yang dijual dengan
harga Rp120.000 – Rp150.000/ kg, dan Keripik Belut menggunakan
tepung yang dijual dengan harga Rp2500.000/ kg. Produk-produk tersebut
dikemas dalam plastik berbentuk persegi panjang dengan berat ¼ kg dan
½ kg.
Dibantu oleh 8 pegawai lepas, dan 6 pegawai tetap, home industry
tersebut mampu menghabiskan ± 1 kwintal belut/ bulan. Didukung oleh
strategi pemasaran dimulai dari “Gethok Tular” (dari mulut ke mulut),
membuka kios di pasar Godean dan pasar Kuliner Belut, bahkan saat ini
sudah melayani pengiriman atau pemesanan sampai di luar jawa seperti,
Lampung dan NTT.
Biaya home industry ini dibagi menjadi fixed cost yg digunakan
untuk listrik seharga Rp400.000 – Rp450.000/ bulan, gaji pegawai seharga
Rp75.000/ hari dan untuk biaya transportasi pengiriman produk ke luar
kota yang dibebankan kepada konsumen. Variable cost digunakan untuk
bahan baku dan bahan tambahan seperti belut, bumbu, kemasan, tepung
tapioka, minyak, dan gaji pegawai lepas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bisnis Keripik Belut “DEWI” merupakan suatu home industry
yang sudah terbentuk sejak tahun1985. Bermula dari keinginan untuk
melestarikan makanan tradisional setempat, bapak Budi Utomo mulai
merintis bisnisnya diawali dari pemasaran dengan metode “Gethok Tular”
sampai saat ini dengan sistem pemesanan bahkan sampai keluat kota.
Dibantu oleh 8 pegawai lepas dan 6 pegawai tetap, mulai dari
membersihkan belut sampai proses pengemasan dan pemasaran mereka
dapat menghabiskan ± 1 kwintal belut per bulan yang diolah menjadi
keripik belut biasa, dan keripik belut super.
B. Saran
Sebagai perusahaan yang sudah tidak berumur muda lagi, pemilik
harus terus meningkatkan inovasi baru agar pelanggan tidak merasa jenuh
dan bosan dengan produk. Melakukan pemasaran dengan metode baru
sesuai dengan perkembangan teknologi seperti melalui sosial media,
online shop, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
 Permana, Sudaryat. 2009. Bikin Perusahaan itu Gampang. MedPress:
Yogyakarta
 S, Alam. 2006. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X. Esis
 Setiawati, Wiwit. 2006. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Terhadap
Produksi Industri Pengasapan Ikan: Semarang
 U. C. Mathur. 2007. Product and Brand Management. Excel Books: New
Delhi

LAMPIRAN
A. Foto-Foto

B. Referensi