Makalah Tentang Al Quran Kel 2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sudah jamak diketahui bahwa di antara sekian kitab suci agama samawi, Al-Qur’anlah
yang paling terjaga keotentikan dan keasliannya. Keotentikan dan keasliannya ini sendiri memang
mendapat jaminan dari Allah. Dialah yang menciptakan dan menjaga apa yang Dia ciptakan.
Namun, keterjagaan itu terjadi dalam konteks sejarah. Artinya, keterjagaan itu juga melibatkan
peran serta andil manusia.
Dalam tulisan singkat ini akan dipaparkan hal-hal berikut : Apa itu makna Al-Qur’an,
Apa saja nama dan sifat-sifat Al-Qur’an, Bagaimana perbedaan Hadis Qudsiy dan Hadis Nabawi,
dan Apa saja karakteristik Al-Qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu makna Al-Qur’an ?
2. Apa saja nama dan sifat-sifat Al-Qur’an ?
3. Bagaimana perbedaan Hadis Qudsiy dan Hadis Nabawi ?
4. Apa saja karakteristik Al-Qur’an ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui makna Al-Qur’an.
2. Untuk Mengetahui nama dan sifat-sifat Al-Qur’an.

3. Dapat memahami perbedaan Hadis Qudsiy dan Hadis Nabawi.
4. Untuk mengetahui karakteristik Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA AL-QUR’AN
Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian Al-Qur’an.
Sebagian berpendapat, penulisan lafal Al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah. Pendapat lain
mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah. Asy-Syafi’i, al-farra dan al-syi’ari
termasuk di antara ulama yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an di tulis tanpa huruf hamzah.
Al-syafi’i mengatakan, lafal Al-Qur’an yang terkenal itu musytaq (pecahan dari akar kata
apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca AlQuran), menurutnya lafal tersebut bukan berasal dari akar kata qara-a (membaca), sebab kalau
akar katanya qara-a, tentu tiap suatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an.
Al-Farra, sebagaimana Al-syafi’i, berpendapat, Al-Qur’an bukan musytaq dari kata qaraa, tetapi pecahan dari kata qara’in (jamak dari karinah) yang berarti ; kaitan, karena ayat-ayat AlQur’an satu sama lain saling berkaitan. Karena itu huruf nun pada akhir lafal Al-Qur’an adalah
huruf asli bukan huruf tambahan. Dengan demikian, kata Al-Qur’an itu dibaca dengan bunyi AlQuran bukan Al-Qur’an.
Masih sejalan pendapat di atas, al-asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafal AlQur’an adalah musytaq atau pecahan dari akar-akar qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat
qarnusy-syai bisysyai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Kata qarn dalam hal ini
bernakna gabungan atau kaitan, karena surah-surah dan ayat-ayat Al-Qur’an saling bergabung dan
berkaitan. Tiga pendapat di atas pada prinsipnya berkesimpulan bahwa lafal Al-Qur’an adalah AlQuran (tanpa huruf hamzah di tengahnya).
Diantara para ulama yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an ditulis dengan tambahan

huruf hamzah ditengahnya adalah al-Zajjaj, dan al-Lihyani.
Menurut Al-Zajjaj, lafal Al-Qur’an di tulis dengan huruf hamzah ditengahnya
berdasarkan pola kata (wazn) fu’lan. Lafal tersebut bentukan (musytaq) dari akar kata qar’un yang
berarti jam’un. Selanjutnya ia mengemukakan contoh kalimat quri’al ma’u filhaudi yang artinya :
air itu dikumpulkan dalam kolam. Dalam kalimat ini kata qar’un bermakna jam’un yang dalam
bahasa

Indonesia

bermakna

kumpul.

Alasannya,

Al-Qur’an

“mengumpulkan”

atau


“menghimpun” intisari kitab-kitab suci terdahulu.
Sebagaimana al-Zajjaj dan al-Lihyani berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an ditulis dengan
huruf hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata ghufrani dan merupakan pecahan (musytaq) dari
akar kata qara-a yang bermakna tala (membaca). Lafal Al-Qur’an digunakan untuk menamai
sesuatu yang dibaca, yakni objek dalam bentuk masdar.
Pendapat terakhir ini adalah pendapat lazim dipegang oleh masyarakat pada umumnya.
Sejalan dengan pendapat tersebut Hasbi Ash-Shieddieqy mengatakan, Al-Qur’an menurut bahasa,

ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul,
yaitu maqru’, yang dibaca. Menurut Husbi Ash-Shalih, pendapat ini lebih kuat dan lebih tepat,
karena dalam bahasa arab lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar yang maknanya sinonim dengan
qira’ah, yakni bacaan.
Lafal qara-a yang bermakna tala (membaca) diambil orang-orang arab dari bahasa
Armania dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata qara-a tersebut dapat pula berarti
menghimpun dan mengumpulkan. Qira’ah berarti mengumpulkan huruf-huruf dan kalimatkalimat dalam bacaan.
Dengan mengikuti beberapa pendapat di atas dapat di peroleh kesimpulan bahwa secara
lugnawy (bahasa) Al-Qur’an berarti saling berkaitan, berhubungan antara satu ayat dengan ayat
lain, dan berarti pula bacaan.
Dari segi istilah para ahli memberikan definisi Al-Qur’an sebagai berikut :

a. Menurut manna’ al-Qaththan, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.
b. Menurut al-Zarqani, Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, dari permulaan surah Al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas.
c. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan
kepada Rasulullah SAW, Muhammad bin Abdullah melalui al-Ruhul Amin (Jibril as) dengan
lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi Hujjah bagi
Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi
petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. (Nata, 1996 : 51-56).
B. NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALQUR’AN
Allah sendiri yang menamakan apa-apa yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya itu, AlQur’an, Kitab , Furqan, Zikr, dan Qaul. Seluruh nama-nama ini tersimpul dalam suatu lafaz yaitu
Al-Qur’an. Dan lafaz Al-Qur’an ini terdapat pada tujuh puluh ayat. Keseluruhannya itu terang dan
jelas, nama ini berdasarkan dalil-dalil khusus. Oleh sebab itu lafaz Al-Qur’an itu banyak ditulis
orang. Untuk kitabullah ini, makna nama Al-Qur’an inilah yang biasa disebut orang, biasa
diucapkan oleh nabi dan nama ini dipelihara oleh kaum muslimin. Menurut Imam Syafi’i nama
Al-Qur’an itu khusus terambil dari perkataan Allah. Bukan mahmuz dan bukan pula terambil dari
lafadz qara-a (qiraah). Tapi adalah nama untuk katib Allah, seperti halnya, Taurat dan Injil.
Kata Az-Zujaj, jika dalam lafaz Al-Qur’an itu ditinggalkan hamzah dalam bab Takhfif
dan dinukil harakat hamzah itu kepada sukun sebelumnya “boleh”. Adalah sah menurut

pengertian bahasa. Pendapat orang tentang hamzah ini berbeda-beda. Bentuk perbedaan ini
terletak pada dua pandangan.

Pertama, berpendapat bahwa lafazh Al-Qur’an itu adalah masdas (kata asal) Umpama :
Arrijhan, Al-Ghufran. Dinamakan juga kitab suci. Dari Bab Tasmiyah, maf’ul dengan masdar.
Pendapat kedua mengatakan bahwa lafazh Al-Qur’an itu merupakan kata sifat terhadap perbuatan.
Terambil dari qara-a berarti jama’ (himpunan).
Dinamakan juga dengan mashaf, ini adalah nama yang diberikan kemudian, setelah AlQur’an itu dikumpulkan dan ditulis. Hanya orang yang memberi nama ini. Menurut cerita, ketika
Usman menulis mas-haf, tangannya menyentuh suatu nama, lalu tangannya itu berhenti pada
nama itu. Cerita ini hampir ditolak, karena jauh sebelumnya orang sudah tahu, sebenarnya mashaf itu sudah ada sebelum Al-Qur’an itu di kumpulkan orang di zaman Usman. Yaitu mas-haf Ali,
mas-haf Ubaiya, mas-haf Ibnu Mas’ud dan mas-haf Ibnu Abbas r.a. Mas-haf yaitu himpunan
halaman-halaman kertas yang ditulis diantara dua pinggir (catatan-catatan terlepas). (Al-Abyadi,
1996 : 55-56).
NAMA-NAMA LAIN AL-QUR’AN
 Al-Kitab (buku)

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS.
Al-Baqarah [2]:2)
 Al-Furqan (pembeda benar salah)
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar

dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)
 Adz-Dzikr (pemberi peringatan)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)
 Al-Mau’idhah (pelajaran/nasehat)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
 Asy-Syifa’ (obat/penyembuh)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
 Al-Hukm (peraturan/hukum)

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar)
dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu

terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra’d [13]:37)
 Al-Hikmah (kebijaksanaan)

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu
mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke
dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa’
[17]:39)
 Al-Huda (petunjuk)

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman kepadanya.
Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan
tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)
 At-Tanzil (yang diturunkan)

Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy
Syu’araa’ [26]:192)
 Ar-Rahmat (karunia)

Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)

 Ar-Ruh (ruh)

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami
tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan

sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura
[42]:52)
 Al-Bayan (penerang)

(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)
 Al-Kalam (ucapan/firman)

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat
yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At
Taubah [9]:6)
 Al-Busyra (kabar gembira)


Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. An Nahl [16]:102)
 An-Nur (cahaya)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang. (Al-Qur’an). (QS. An Nisaa’ [4]:174)
 Al-Basha’ir (pedoman)

Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
(QS. Al Jaatsiyah [45]:20)
 Al-Balagh (penyampaian/kabar)

(Al-Qur’an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi
peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang
Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)

 Al-Qaul (perkataan/ucapan)


Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur’an) kepada
mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)
 Al-Haq (Kebenaran)

Al-Quran dinamakan dengan Al-Haq kerana dari awal hingga akhirnya, kandungan Al-Quran
adalah semuanya benar. Kebenaran ini adalah datang daripada Allah yang mencipta manusia
dan mangatur system hidup manusia dan Dia Maha Mengetahui segala-galanya. Oleh itu,
ukuran dan pandangan dari Al-Quran adalah sesuatu yang sebenarnya mesti diikuti dan
dijadikan priority yang paling utama dalam mempertimbangkan sesuatu.
Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk
orang-orang yang ragu. (al-Baqarah: 147)
 Al-Mau’izhah (Pengajaran)

Al-Quran yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan dan keperluan manusia, kerana
manusia sentiasa memerlukan peringatan dan pelajaran yang akan membawa mereka kembali
kepada tujuan penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan-bahan pengajaran dan peringatan
itu, manusia akan terlalai dan alpha dari tugasnya kerana manusia sering didorong oleh nafsu
dan dihasut oleh syaitan dari mengingati dan mentaati suruhan Allah
Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang

mahu mengambil pelajaran? (daripada Al-Quran ini).(al-Qamar: 22)
 Tibyân

Al-Qur’an juga dinamakan dengan Tibyân dan penamaan ini terdapat dalam 30 tempat di
dalam al-Qur’an.
Penamaan ini diantaranya dapat dilihat pada Qs. ash-Shaff:6; al-Baqarah: 159 ; an-Nûr
 Shirâth Mustaqîm

Penamaan dengan ini terdapat dalam 33 tempat di dalam al-Qur’an. Kata ash-Shirâth artinya
jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang diinginkan, sedangkan kata al-Mustaqîm
artinya yang tidak ada kepincangan sedikitpun. Ibnu Jarir berkata, “Umat dari kalangan Ahli
Tafsir sepakat bahwa makna ash-Shirât al-Mustaqîm adalah jalan yang jelas yang tidak ada

kepincangan sedikitpun. Dan makna ini digunakan dalam percakapan Bangsa Arab.
”Penamaan ini dapat dilihat pada Qs. al-Fâtihah: 6 ; al-An’âm:153 ; al-An’âm:126
 Bayyinât

Al-Qur’an juga dinamakan dengan Bayyinât dan penamaan ini terdapat dalam 30 tempat di
dalam al-Qur’an. Al-Qur’an adalah petunjuk dan obat, yang di dalamnya terdapat Bayân
(penjelasan) yang amat jelas sekali ; jelas maknanya dan kokoh tata-bahasanya, tidak ada
kesamaran atau pun ketidakjelasan padanya. Di dalam al-Qur’an terdapat penjelasan bagi
setiap hajat seluruh manusia di dalam kehidupan sosial mereka dengan ungkapan yang amat
menawan dan gaya bahasa yang indah. Penamaan ini diantaranya dapat dilihat pada QS.alAhqâf:7 ; al-Hijr:1 ; Ghâfir: 66
 Wahyu

Penamaan dengan nama ini terdapat dalam 45 ayat di dalam al-Qur’an. Tentunya, tidak
diragukan lagi bahwa al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dari sisi Allah Ta’ala. Ia
adalah wahyu dimana Allah berbicara dengan sebenarnya, ia bukan sihir, olah pertenungan,
bukan ucapan yang didustakan dan bukan pula dongeng-dongeng orang-orang terdahulu
sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir Quraisy, ia bukan pula makhluq seperti
yang dikatakan oleh golongan Jahmiyyah dan Mu’tazilah. Ia bukan hikayat dari Kalam Allah
sebagaimana yang diklaim oleh golongan al-Kullâbiyyah. Penamaan ini dapat dilihat pada
Q.,s.an-Najm: 4, 10 ; Yûnus:2 ; az-Zukhruf:43 .
SIFAT-SIFAT AL-QUR’AN
1. Nuur
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
2. Mubin
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)

3. Huda
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Yunus : 57
4. Syiifa
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
5. Rahmah
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
6. Mau’idzah
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
7. Basyir
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab)
tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al Baqarah : 19)
8. Nazir
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab)
tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al Baqarah : 19)

C. PERBEDAAN HADIS QUDSIY DAN HADIS NABAWI

Rasul SAW kadang menyampaikan kepada para sahabat nasehat-nasehat dalam bentuk
wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat Al-Qur’an. Itulah yang yang biasa
disebut dengan Hadis Qudsiy atau sering disebut juga dengan Hadis Ilahy atau Hadis Rabbany.
Yang dimaksud dengan Hadis Qudsiy yaitu : “setiap Hadis yang Rasul menyandarkan
perkataannya kepada Allah ‘Azza wa jalla”
Pengertian lain yang semakna dengan pengertian

di atas adalah : “sesuatu yang

dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian
Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri”.
Jumlah Hadis Qudsiy ini menurut Syihab Al-Din ibnu Hajar Al-Haytami dalam “Kitab
Syarah Arba’in Al-Nawawiyah” tidak cukup banyak yaitu berjumlah lebih dari seratus hadis.
Hadis Qudsiy ini biasanya bercirikan sebagai berikut :
a. Ada redaksi hadis qala/yaqulu Allahu
b. Ada redaksi fi ma rawa/yarhiwi ‘anillahi tabaraka wa ta‘ala
c. Dengan redaksi lain yang semakna dengan redaksi di atas, setelah selesai
menyebutkan rawi yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat.
Bila tidak ada tanda-tanda demikian, biasanya termasuk Hadis Nabawi.
(Suparta, 2011 : 16-17).
Perbedaan antara Hadis Qudsiy dan Hadis Nabawi lainya adalah bahwa yang terakhir
dinisbatkan kepada Rasul SAW dan diriwatkan dari beliau. Sedang hadis Qudsiy dinisbatkan
kepada Allah SWT. (Al-Khatib, 1998).
D. KARAKTERISTIK AL-QUR’AN
Istilah kunci dalam Al-Qur’an yang tidak boleh diabaikan adalah konsep tentang surah
dan ayat. Kedua istilah ini merupakan istilah teknis yang merujuk pada bagian-bagian tertentu
dalam Al-Qur’an yang dengan sendirinya melekat dan menjadi hal yang tak terpisahkan dengan
Al-Qur’an.
a. Surah
Istilah surah merupakan nama yang dipakai untuk merujuk “bab” dalam Al-Qur’an.
Mengacu pada perhitungan Mushaf Usmani, keseluruhan surah Al-Qur’an berjumlah 144.
Dalam penelusuran al-Baqi (1981), kata surah dalam bentuk tunggal muncul sembilan
kali dalam Al-Qur’an, sedangkan dalam bentuk jamak, suwar, muncul satu kali. Berbeda
dengan yang dipahami dewasa ini, penggunaan kata surah dalam Al-Qur’an merujuk pada
suatu unit wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad.

Penggunaan kata surah dalam konteks demikian tentu mengandung kesamaan dalam
istilah lain seperti kitab. Karena itulah, segera terlihat bahwa makna umum kata surah dalam
Al-Qur’an lebih pada suatu unit wahyu terpisah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dari waktu ke waktu. Al-Qur’an memang tidak memberi indikasi yang nyata mengenai
panjang pendeknya unit wahyu tersebut.
Jika kita memperhatikan kronologi turunnya wahyu, tentu wajar bila muncul bila
muncul prasangka bahwa semestinya Al-Qur’an tersusun berdasarkan kronologi pewahtuan
tersebut. Namun jika kita mencermati susunan surah Al-Qur’an, ternyata jauh sekali susunan
surah sebagaimana kronologi pewahyuan itu.

b. Ayat
Ketika mendengar kata “ayat” disebut, seketika pemahaman kita terfokus pada surah.
Memang, “ayat” oleh sebagian ahli tafsir diartikan dengan “beberapa jumlah atau susunan
perkataan yang mempunyai awal dan akhir yang dihitung sebagai suatu bagian dari surah”. Di
dalam Al-Qur’an, kata “ayat” muncul sekitar 400 kali, baik dalam bentuk tunggal maupun
jamak. Urutan ayat-ayat Al-Qur’an diyakini oleh seluruh umat Islam dilakukan berdasar atas
tauqifi. Artinya, dilakukan atas petunjuk Nabi Muhammad yang diterima dari Allah melalui
perantara malaikat jibril. (Faizah, 2008 : 112-129)
Dr. Yusuf Qaradhawi memaparkan beberapa karakteristik Al-Quran dalam kitabnya ” Kaifa
Nata’amal ma’al al-Quran“,( Bagaimana berinteraksi dengan Al-Quran), secara singkatnya sebagai
berikut :
1. Al-Quran adalah Kitab Ilahi
Al-Quran berasal dari Allah SWT, baik secara lafal maupun makna. Diwahyukan
oleh Allah SWT kepada Rasul dan Nabi-Nya; Muhammad saw melalui ‘wahyu al-jaliy’
wahyu yang jelas. Yaitu dengan turunnya malaikat utusan Allah, Jibril a.s untuk
menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW yang manusia, bukan melalui jalan wahyu
yang lain ; seperti ilham, pemberian inspirasi dalam jiwa, mimpi yang benar atau cara lainnya.
ْ َ ‫صل‬
ْ ‫الر ِكتَابٌ أُحْ ِك َم‬
‫ير‬
ّ ُ‫ت آَيَاتُهُ ثُ ّم ف‬
ٍ ِ‫ت ِم ْن لَد ُْن َح ِك ٍيم َخب‬

Artinya : Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi
Maha tahu ( Huud 1)

2. Al-Quran adalah Kitab Suci yang terpelihara
Diantara karakteristik Al-Quran yang lainnya adalah ia merupakan kitab suci yang
terpelihara keasliannya. Dan Allah SWT sendiri yang menjamin pemeliharaannya, serta tidak
membebankan hal itu pada seorang pun. Tidak seperti yang dilakukan pada kitab-kitab suci
selainnya, yang hanya dipelihara oleh umat yang menerimanya. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah SWT :
ّ ‫ب‬
ِ‫ا‬
ِ ‫بِ َما ا ْستُحْ فِظُوا ِم ْن ِكتَا‬
…. disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah … (Al-Maidah 44)
Adapun makna dipeliharanya al-Quran adalah Allah SWT memeliharanya dari
pemalsuan dan perubahaan terhadap teks-teksnya, seperti yang terjadi terhadap Taurat, Injil,
dan sebelumnya.
3. Al-Quran adalah Kitab suci yang menjadi Mukjizat
Diantara karakteristik Al-Quran adalah kemukjizatannya. Ia adalah mukjizat terbesar
yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga bangsa arab hanya menyebut-nyebut
mukjizat itu saja, tidak yang lainnya, meskipun dari beliau terjadi mukjizat yang lain yang
tidak terhitung jumlahnya.
4. Al-Quran adalah Kitab Suci yang menjadi Penjelas dan dimudahkan Pemahamannya
Al-Quran adalah kitab yang memberi penjelasan dan mudah dipahami. Tidak seperti
kitab filsafat, yang cenderung untuk menggunakan simbol-simbol dan penjelasan yang sulit,
tidak pula seperti kitab sastra yang menggunakan perlambang-perlambang, yang berlebihan
dalam menyembunyikan substansi, sehingga sulit dipahami akal.
Allah SWT menurunkan Al-Quran agar makna-maknanya dapat ditangkap, hukumhukumnya dapat dimengerti, rahasia-rahasianya dapat dipahami, serta ayat-ayatnya dapat

ditadabburi. Oleh karena itu Allah SWT menurunkan Al-Quran dengan jelas dan memberi
penjelasan, tidak samar dan sulit dipahami. Sebagaimana firman Allah SWT :
‫َولَقَ ْد يَسّرْ نَا ْالقُرْ آَنَ لِل ّذ ْك ِر فَهَلْ ِم ْن ُم ّد ِك ٍر‬
Artinya : Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah
orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qomar 17)
5. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Lengkap
Al-Quran adalah kitab agama yang menyeluruh, pokok agama dan ruh wujud islam.
Darinya disimpulkan konsep akidah Islam, tatacara ibadah, tuntutan akhlak, juga pokokpokok legislasi dan hukum. Allah SWT berfirman :
‫َي ٍء‬
َ ‫َونَ ّز ْلنَا َعلَ ْي‬
ْ ‫َاب تِ ْبيَانًا لِ ُك ّل ش‬
َ ‫ك ْال ِكت‬
Artinya : ..dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu (An-Nahl 89)
6. Al-Quran adalah Kitab Suci Seluruh Zaman
Makna Al-Quran sebagai kitab keseluruhan zaman adalah ia merupakan kitab yang
abadi, bukan kitab bagi suatu masa tertentu, yang kemudian habis masa berlakunya.
Maksudnya, hukum-hukum Al-Quran, perintah dan larangannya, tidak berlaku secara
temporer dengan suatu kurun waktu tertentu, kemudian habis masanya.
7. Al-Quran adalah Kitab suci bagi Seluruh Umat Manusia
Al-Quran bukanlah kitab yang hanya ditujukan pada suatu bangsa, sementara tidak
kepada bangsa yang lain, tidak juga untuk hanya satu warna kulit manusia, atau suatu wilayah
tertentu. Tidak juga hanya bagi kalangan yang rasional, dan tidak menyentuh mereka yang
emosional dan berdasarkan intuisi.Tidak juga hanya bagi rohaniawan, sementara tidak
menyentuh mereka yang materialis. Al-Quran adalah kitab bagi seluruh golongan manusia.
Allah SWT berfirman :
َ‫إِ ْن ه َُو إِ ّل ِذ ْك ٌر لِ ْل َعالَ ِمين‬
Artinya : Al-Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi alam semesta (At-Takwir 27)

Demikian beberapa karakteristik Al-Quran, untuk penjelasan yang lebih lengkap dan
menyeluruh, rujuk kembali kitab Qardhawi yang disebutkan di atas.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian Al-Qur’an.
Sebagian berpendapat, penulisan lafal Al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah. Pendapat lain
mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah. Asy-Syafi’i, al-farra dan al-syi’ari
termasuk di antara ulama yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an di tulis tanpa huruf hamzah.
Al-Qur’an sendiri memiliki beberapa nama lain, di antaranya adalah Al-Kitab (buku), AlFurqan

(pembeda

benar

salah),

Adz-Dzikr

(pemberi

peringatan),

Al-Mau’idhah

(pelajaran/nasehat), Asy-Syifa’ (obat/penyembuh), Al-Hukm (peraturan/hukum), Al-Hikmah
(kebijaksanaan), Al-Huda (petunjuk), At-Tanzil (yang diturunkan), Ar-Rahmat (karunia), Ar-Ruh
(ruh), Al-Bayan (penerang), Al-Kalam (ucapan/firman), Al-Busyra (kabar gembira), An-Nur
(cahaya), Al-Basha’ir (pedoman), Al-Balagh (penyampaian/kabar), Al-Qaul (perkataan/ucapan),
Al-Haq (Kebenaran), Al-Mau’izhah (Pengajaran), Tibyân, Shirâth Mustaqîm (jalan yang dapat
mengantarkan kepada tujuan yang diinginkan), Bayyinât (petunjuk dan obat), dan Wahyu.
Sedangkan sifat-sifat dari Al-Qur’an sendiri adalah Nuur dan Mubin (cahaya yang terang
benderang) , Hudaa, Syiifa, Rahmah dan Mau’idzah (penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman), serta Basyir dan
Nazir (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan).
Perbedaan antara Hadis Qudsiy dan Hadis Nabawi lainya adalah bahwa yang terakhir
dinisbatkan kepada Rasul SAW dan diriwatkan dari beliau. Sedang hadis Qudsiy dinisbatkan
kepada Allah SWT.

Al-Qur’an juga memiliki beberapa karakteristik seperti yang dipaparkan oleh Dr. Yusuf
Qaradhawi dalam kitabnya ” Kaifa Nata’amal ma’al al-Quran“, adalah sebagai berikut : AlQuran adalah Kitab Ilahi, Al-Quran adalah Kitab Suci yang terpelihara, Al-Quran adalah Kitab
suci yang menjadi Mukjizat, Al-Quran adalah Kitab Suci yang menjadi Penjelas dan dimudahkan
Pemahamannya, Al-Quran adalah Kitab Suci yang Lengkap, Al-Quran adalah Kitab Suci Seluruh
Zaman, Al-Quran adalah Kitab suci bagi Seluruh Umat Manusia

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abyadi, Ibrahim. 1996. SEJARAH AL-QUR’AN. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA.
Al-Khatib, Ajaj. 1998. Ushul Al-Hadist. Jakarta : Gaya Media Pratama.
Faizah, Nur. 2008. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta Barat : CV. Artha Rivera.
Nata, Abuddin. 1996. Al-Qur’an dan Hadist. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Suparta, Munzier. 2001. Ilmu Hadis. Jakarta : Rajawali Pers