KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA (Studi Tentang Penggunaan Arbitrase dan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Dan Penyelesaian Sengketa (Studi Tentang Penggunaan Mediasi dan Abitrase dalam Penyelesaian Sengketa Leasing di Badan Penyelesaian Sen

KONSUMEN DAN PENYELESAIAN SENGKETA
(Studi Tentang Penggunaan Arbitrase dan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa
Leasing di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI
Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh
MARISA HARVIYANA
C 100090031

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1

2

ABSTRAKSI


Marisa Harviyana. NIM. C100.090.031. Konsumen dan Penyelesaian Sengketa (Studi
Tentang Penggunaan Mediasi dan Abitrase dalam Penyelesaian Sengketa Leasing di Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta). Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2013.
Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan Konsumen N0 8 Tahun
1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah
Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Badan ini merupakan
peradilan kecil (small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan
keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan.
Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan sebagaimana dikehendaki undangundang, merupakan pilihan yang tepat untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang
dapat memuaskan kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah “Badan penyelesaian sngketa konsumen
wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah
gugatan diterima”.
Tujuannnya ialah untuk mengetahui pengakomodasian asas cepat, sederhana dan biaya
ringan dalam upaya perdamaian pada tahap pra persidangan dan pada tahap persidangan
dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Kota Surakarta.
Kesimpulannya ialah bahwa di dalam 6 sengketa leasing tersebut yang diantaranya
melalui mediasi dan arbitrase sudah memenuhi asas cepat, sederhana dan biaya ringan.

Kata Kunci : Asas Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan

iii
3

ABSTRACT

Marisa Harviyana, NIM. C100.090.031. Consumer and dispute settlement (Study on the use of
Mediation and Arbitrage in resolving dispute of leasing in Body of Consumer Dispute
Settlement of Surakarta). Law School of Muhammadiyah University of Surakarta. 2013.
Based on article 49 of subsection (1) of Consumer Protection Law No. 8 of 1999,
stating “Government establishes a body of consumer dispute settlement in Level II of
Autonomous Administrative Region in order to settle consumer dispute of non-court”. The
body is a small claim court performing trial in order to produce verdict quickly, simply and
inexpensively according to tribunal principles. Efforts of non-court settlement for consumer
dispute as required by law is an appropriate choice in stressing on reconciliation satisfying the
two disputing parties. It is quick because article 55 of law No. 8 of 1999 about consumer
protection said that “The Body of Consumer Dispute Settlement is required to release a
verdict at least 21 (twenty one) work hours after a suit had been received”.
Purpose of the research is to know the accommodation of quick, simple and low cost

principles in attempts of achieving reconciliation at pretrial stage and at trial stage in
resolving dispute by utilizing mediation and arbitrage of Body of Consumer Settlement
Dispute of Surakarta.
The conclusion is that among 6 disputes of leasing, some of them had settled through
mediation and arbitrage, meet quick, simple and low cost principles.
Key words: quick, simple and low cost principles

iv
4

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk
barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan ruang gerak transaksi perdagangan barang
dan/atau jasa hingga melintasi batas-batas suatu wilayah Negara. Hal yang menarik dari
berbagai transaksi tersebut adalah banyaknya persoalan yang muncul terkait penggunaan
produk hingga kemudian menimbulkan sengketa yang harus diselesaikan oleh masing-masing
pihak.
Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan Konsumen N0 8 Tahun

1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah
Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Badan ini merupakan
peradilan kecil (small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan
keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan.
Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan sebagaimana dikehendaki undangundang, merupakan pilihan yang tepat untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang
dapat memuaskan kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah “Badan penyelesaian sngketa konsumen
wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah
gugatan diterima”.
BPSK sebagai lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa konsumen di
luar pengadilan BPSK.1 BPSK merupakan sebuah lembaga yang pembentukannya
diamanatkan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
namun baru dapat dibentuk secara de jure dengan keputusan Presiden RI No. 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang
ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
301/MPP/Kep/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota dan Sekretariat Badan
penyelesaian Sengketa Konsumen dan secara de facto BPSK baru terbentuk pada tahun 2002
bersamaan dengan dilantiknya anggota BPSK berdasarkan Kepmenperindag RI. No.
605/MPP/Kep/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintah Kota Medan,
Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,

Kota Yogyakarta, Kota Surabaya Kota Malang, Dan Kota Makasar.2
Menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
350/MPP/KEP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi) meliputi
arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Di dalam penyelesaian konsumen di badan penyelesaian

1

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang : UIN-MALIKI PRESS
(Anggota IKAPI), 2011, Hal 65
2
Kelik Wardiono, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Landasan Normatif Doktrin dan Prakteknya,
Surakarta : Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2007, Hal 346

1

sengketa konsumen meliputi arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Tetapi pada prakteknya
mayoritas menggunakan arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa konsumen.
Arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang

dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa
kepada BPSK. 3 Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan
dengan perantaraan BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan kepada para
pihak. 4
Jumlah kasus sengketa antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan atau leasing
makin banyak ditangani Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Surakarta
belakangan ini. Jika kasus tersebut terus berlarut larut, dikhawatirkan bisa memicu konflik
yang berkepanjangan. Sejak badan tersebut kembali beroperasi pada Agustus menerima
banyak aduan dari konsumen. Dari 12 kasus yang masuk, lima di antaranya merupakan kasus
sengketa dengan leasing. Konsumen mengeluhkan leasing yang secara sepihak menarik
sepeda motor atau mobil lantaran kredit macet. Tidak hanya itu, usai menarik barang,
konsumen wajib membayarkan sisa hutang saat itu walaupun belum jatuh tempo. Misalnya,
konsumen mengalami kredit macet pada angsuran ketiga belas dari 36 bulan. Maka, dua bulan
setelahnya angsuran akan dianggap kredit macet, motor akan ditarik. Leasing akan
mengembalikan motor asal konsumen bisa langsung melunasi angsuran sampai bulan ke-36
plus membayar denda. Namun, penarikan motor secara sembarangan kini tidak bisa
dilakukan oleh leasing. Pasalnya, telah terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No
130/PMK.010/2012. Dalam aturan itu disebutkan, perusahaan pembiayaan tidak bisa
menjadikan kendaraan sebagai jaminan sebelum terlebih dahulu didaftarkan ke Biro Hukum.
Pendaftaran paling lambat dilakukan 30 hari setelah akad kredit. Tanpa proses ini, leasing

tidak bisa menarik barang jaminan jika sewaktu-waktu konsumen mengalami kredit macet.
Aturan ini telah diundangkan sejak 7 Agustus 2011, dan kami harap perusahaan leasing bisa
menerapkan aturan ini dengan baik. Terlebih, perusahaan sudah diberi tenggat waktu sampai
dua bulan setelahnya untuk penyesuaian diri. Dengan demikian, aturan ini berlaku efektif 7
Oktober 2011.5
Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap
pra sidang dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota
Surakarta.
2. Untuk mengetahui tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada
tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota
Surakarta.

3

Ibid. Hal 78
Ibid. Hal 76
5
Astuti Paramita, Kasus yg masuk di BPSK Surakarta, Suara merdeka, 2011.
4


2

Metode Penelitian
Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan
doktrinal. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai hukum Negara. Hukum
dipandang sebagai norma-norma positif dalam sistem Perundang-undangan Nasional.6
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum in-concreto, karena penelitian ini
mendasarkan pada bahan pustaka atau data sekunder kalaupun menggunakan data primer
hanya sebagai data pendukung dari data sekunder, yang dalam hal ini dicari adalah berkasberkas pra persidangan yang menyelesaikan sengketa Leasing. Bahan-bahan tersebut disusun
secara sistematis, dikaji, serta kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan
masalah yang diteliti untuk menemukan hukum in-concreto berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.7
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah studi
kepustakaan dan wawancara. Adapun teknik analisis datanya secara deduktif. Yaitu tentang
bagaimana proses pra persidangan dan proses persidangan yang dilakukan dalam
penyelesaian sengketa konsumen melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen kota Surakarta. Selanjutnya dihubungkan dengan norma-norma hukum,
doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada kemudian membandingkan dengan
hukum in-abstractonya.Sehingga pada tahap akhirnya kita dapat mengetahui, bagaimanakah

hukum secara faktual, mengatur masalah yang tengah diteliti (hukum in-concreto).8
PEMBAHASAN
1. Pada prinsipnya dalam tahap pra persidangan harus memuat asas cepat dalam dalam upaya
perdamaian.
a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi
1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri
Sulastri) PT NSC FINANCE
Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/
BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini
telah memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
perundang-undangan dan tidak menunda waktu persidangan yang telah ditentukan
serta pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.
2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto
melawan PT Federal International Finance
Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/
BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini
memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
perundang-undangan walaupun masih menunda waktu persidangan yang telah

6

Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta : Buku pegangan kuliah Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004, Hal 10
7
Kelik Wardiono. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS. 2005. Hal 10
8
Ibid. Hal 30

3

ditentukan dan pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap
selesai.
3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari
melawan PT Sinarmas Multifinance
Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/
BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini
telah memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
perundang-undangan dan tidak menunda waktu persidangan yang telah ditentukan

serta pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.
4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan Bess Multifinance
Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/
BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini
telah memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
perundang-undangan dan tidak menunda waktu persidangan yang telah ditentukan
serta pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap selesai.
b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo
melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia.
Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/
BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini
memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
perundang-undangan walaupun masih menunda waktu persidangan yang telah
ditentukan dan pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap
selesai.
2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari
melawan Sinarmas Multifinance
Apabila merujuk pada Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta Nomor 034/PER/II/IX/2011/
BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen, di dalam perkara ini
memenuhi asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
perundang-undangan walaupun masih menunda waktu persidangan yang telah
ditentukan dan pada saat para pihak sudah sepakat maka sidang sudah dianggap
selesai.
2. Pada prinsipnya dalam tahap pra persidangan harus memuat asas sederhana dalam dalam
upaya perdamaian.
a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi
1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri
Sulastri) PT NSC FINANCE
4

Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum
dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan
dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat
dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini tidak memenuhi asas sederhana
karena tidak memenuhi unsur efektif dalam persidangan walaupun sudah
memenuhi unsur efisien dalam persidangan dan karena .
2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto
melawan PT Federal International Finance.
Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum
dalam Pasal 2 ayat (4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
biaya ringan. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan
dengan cara efisien dan efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat
dijangkau oleh masyarakat. Dalam perkara ini sudah memenuhi asas sederhana
karena sudah memenuhi unsur efektif dalam persidangan dan sudah memenuhi
unsur efisien dalam persidangan.
3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari
melawan PT Sinarmas Multifinance.
Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat
(4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana
adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan
efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam
perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif
dalam persidangan dan sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan.
4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan Bess Multifinance
Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat
(4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana
adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan
efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam
perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif
dalam persidangan dan sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan.
b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo
melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia
Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat
(4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana
5

adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan
efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam
perkara ini tidak memenuhi asas sederhana karena sudah memenuhi unsur efektif
dalam persidangan tetapi tidak memenuhi unsur efisien dalam persidangan.
2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari
melawan Sinarmas Multifinance.
Apabila merujuk pada Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman asas tersebut dikemukakan dapat perubahan, tercantum dalam Pasal 2 ayat
(4) yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana
adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan
efektif serta biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam
perkara ini belum memenuhi asas sederhana karena tidak memenuhi unsur efektif
dalam persidangan walaupun sudah memenuhi unsur efisien dalam persidangan.
3. Pada prinsipnya dalam tahap pra persidangan harus memuat asas biaya ringan dalam dalam
upaya perdamaian.
a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi
1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri
Sulastri) PT NSC FINANCE
2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto
melawan PT Federal International Finance
3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari
melawan PT Sinarmas Multifinance
4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan Bess Multifinance
b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo
melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia
2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari
melawan Sinarmas Multifinance
Merujuk pada sudikno Mertokusummo, yang dimaksud Asas Biaya Ringan
adalah tertuju pada biaya yang dibebankan agar terpikul oleh yang berperkara.
1. Beban biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dari
kalangan bawah sampai kalangan atas yang berperkara.
2. Beban biaya cuma-cuma adalah tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada
para pihak yang berperkara.
Biaya berperkara tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi
Penyelesaian Sengketa Konsumen.
1) Biaya terdiri dari :
a. Biaya Proses Penyelesaian sengketa konsumen
b. Hak-hak kepaniteraan
2) Biaya proses penyelesaian sengketa konsumen terdiri dari pengeluaran yang
diperlukan untuk penyelenggaraan penyelesaian sengketa konsumen yang
6

meliputi biaya-biaya pemanggilan, pemberitahuan, pemeriksaan setempat,
sumpah dan eksekusi.
3) Hak-hak kepaniteraan yang terdiri dari biaya materai, redaksi dan leges.
4) Biaya-biaya sengketa dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan
kegiatan.
5) Biaya-biaya tersebut pada (1) dan (2) ditanggung oleh BPSK.
Jadi di dalam penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Kota Surakarta tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada para pihak yang
berperkara. Karena biaya berperkara yang tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi
Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah ditanggung oleh BPSK. Jadi penyelesaian sengketa
konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sesuai dengan Beban biaya cumaCuma.
Dalam Proses Persidangan
1. Pada prinsipnya dalam proses persidangan harus memuat asas cepat dalam penyelesaian
sengketa baik melalui Mediasi ataupun Arbitrase.
a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi
1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan
(Tri Sulastri) PT NSC FINANCE
Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian
sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi
asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundangundangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang
tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.
2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto
melawan PT Federal International Finance
Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian
sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi
asas cepat karena tiak sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundangundangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang
dan masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.
3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari
melawan PT Sinarmas Multifinance.
Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
7

Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian
sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi
asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundangundangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang
tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.
4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan Bess Multifinance.
Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian
sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi
asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundangundangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang
tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.
Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy
Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia.
Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian
sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. Di dalam perkara ini tidak memenuhi
asas cepat walaupun sudah memenuhi jangka waktu yang ditentukan oleh perundangundangan taoi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.
2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari
melawan Sinarmas Multifinance
Merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu Badan penyelesaian
sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima. di dalam perkara ini tidak memenuhi
asas cepat karena sudah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan perundangundangan yakni penyelesaian paling lambat diselesaikan dalam waktu 21 hari sidang
tetapi masih ada penundaan waktu persidangan yang telah ditentukan.
2. Pada prinsipnya dalam proses persidangan harus memuat asas sederhana dalam
penyelesaian sengketa baik melalui Mediasi ataupun Arbitrase.
a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi

8

1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan
(Tri Sulastri) PT NSC FINANCE
Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam
persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan
Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen
dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas
sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang
penyelesaiannya melalui Mediasi.
2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto
melawan PT Federal International Finance
Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam
persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan
Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen
dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas
sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang
penyelesaiannya melalui Mediasi.
3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari
melawan PT Sinarmas Multifinance.
Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam
persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan
Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen
dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas
sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang
penyelesaiannya melalui Mediasi.
4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan Bess Multifinance.
Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam
persidangan dapat merujuk pada Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi berdasarkan
Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
9

Penyelesaian Sengketa Konsumen yakni Tata cara penyelesaian sengketa konsumen
dengan cara Mediasi. Dapat disimpulkan dalam perkara ini sudah memenuhi asas
sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam persidangannya yang
penyelesaiannya melalui Mediasi.
b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy
Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia.
Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam
persidangan dapat merujuk pada Pasal 32 sampai dengan Pasal 36 Penyelesaian
Sengketa melalui Arbitrase berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dapat disimpulkan dalam
perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam
persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.
2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari
melawan Sinarmas Multifinance.
Efektif dalam pesidangan dapat merujuk pada Pasal 26 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dan Efisien dalam
persidangan dapat merujuk pada Pasal 32 sampai dengan Pasal 36 Penyelesaian
Sengketa melalui Arbitrase berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Dapat disimpulkan dalam
perkara ini sudah memenuhi asas sederhana karena sudah efektif dan efisien di dalam
persidangannya yang penyelesaiannya melalui Mediasi.
3. Pada prinsipnya dalam proses persidangan harus memuat asas biaya ringan dalam
penyelesaian sengketa baik melalui Mediasi ataupun Arbitrase.
a. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Mediasi
1) Dalam Nomor Perkara 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan
(Tri Sulastri) PT NSC FINANCE
2) Dalam Nomor Perkara 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto
melawan PT Federal International Finance
3) Dalam Nomor Perkara 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari
melawan PT Sinarmas Multifinance
4) Dalam Nomor Perkara 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan Bess Multifinance
b. Dalam Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
1) Dalam Nomor Perkara 001/JF/VII/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy
Oetomo melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia
2) Dalam Nomor Perkara 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari
melawan Sinarmas Multifinance

10

Merujuk pada sudikno Mertokusummo, yang dimaksud Asas Biaya Ringan
adalah tertuju pada biaya yang dibebankan agar terpikul oleh yang berperkara.
1. Beban biaya ringan adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dari
kalangan bawah sampai kalangan atas yang berperkara.
2. Beban biaya cuma-cuma adalah tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada
para pihak yang berperkara.
Biaya berperkara tercantum pada Pedoman Teknis Administrasi
Penyelesaian Sengketa Konsumen.
1) Biaya terdiri dari :
a. Biaya Proses Penyelesaian sengketa konsumen
b. Hak-hak kepaniteraan
2) Biaya proses penyelesaian sengketa konsumen terdiri dari pengeluaran
yang diperlukan untuk penyelenggaraan penyelesaian sengketa konsumen
yang meliputi biaya-biaya pemanggilan, pemberitahuan, pemeriksaan
setempat, sumpah dan eksekusi.
3) Hak-hak kepaniteraan yang terdiri dari biaya materai, redaksi dan leges.
4) Biaya-biaya sengketa dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan
kegiatan.
5) Biaya-biaya tersebut pada (1) dan (2) ditanggung oleh BPSK.
Jadi di dalam penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Kota Surakarta tidak ada beban biaya yang dibebankan kepada
para pihak yang berperkara. Karena biaya berperkara yang tercantum pada Pedoman
Teknis Administrasi Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah ditanggung oleh BPSK.
Jadi penyelesaian sengketa konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
sesuai dengan Beban biaya cuma-Cuma.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra persidangan dalam
penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta.
a. Terdapat 5 perkara yang memenuhi asas cepat, sederhana dan biaya ringan yaitu :
Perkara Nomor 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri
Sulastri) PT NSC FINANCE, Perkara Nomor 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara
Arwadi Murbawanto melawan PT Federal International Finance, Perkara Nomor 001
01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Henny Koestandari melawan PT Sinarmas
Multifinance, Perkara Nomor 002-02/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan
melawan
Bess
Multifinance,
Perkara
Nomor
Perkara
Nomor
0206/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan Sinarmas Multifinance.
Hal ini sesuai dengan Pasal 26 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pasal 6 ayat (1) dan pasal 7 ayat (2) Peraturan
Badan
Penyelesaian
Sengketa
Konsumen
Kota
Surakarta
Nomor

11

034/PER/II/IX/2011/BPSK.Ska tentang Persiapan Penyelesaian Sengketa Konsumen
dan pendapat dari Sudikno mertokusumo.
b. Terdapat 1 perkara yang memenuhi asas cepat dan biaya ringan tetapi tidak memenuhi
asas sedehana yaitu :
Perkara Nomor 001/JF/VII/2011/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo
melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia. Yang telah dilakukan secara
efektif tetapi tidak efisien dan pembuktian berbelit-belit. Karena belum efisien dalam
melakukan proses persidangan karena belum menjelaskan mengenai tata cara atau
proses persidangan hal ini tidak sesuai dengan Pasal 2 ayat (4) Undang-undang No 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Di dalam perkara ini pembuktiannya
berbelit-belit yaitu selain banyak alat bukti yang ditujukan dan juga banyak saksi yang
harus dihadirkan dimuka persidangan, hal ini tidak sesuai dengan pendapat sudikno
mertokusumo.
2. Pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam
sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta.
a. Terdapat 4 perkara yang telah memenuhi asas cepat, sederhana dan biaya ringan yaitu:
Perkara Nomor 002-5/JF/IX/2011/BPSK.Ska antara Agus Wijanarko dan (Tri
Sulastri) PT NSC FINANCE, Perkara Nomor 001 01/JL/I/2012/BPSK.Ska antara
Henny Koestandari melawan PT Sinarmas Multifinance, Perkara Nomor 00202/JL/I/2012/BPSK.Ska antara Muhammad Irfan melawan Bess Multifinance,
Perkara Nomor 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska antara Etik Sri Sulanjari melawan
Sinarmas Multifinance. Hal ini sesuai dengan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Penyelesaian
Sengketa melalui Mediasi berdasarkan Menurut Pasal 31 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Penyelesaian
Sengketa melalui Arbitrase berdasarkan Menurut Pasal 32 sampai dengan pasal 36
Keputusan Menteri serta pendapat Sudikno Mertokusumo.
b. Terdapat 2 perkara yang telah memnuhi asas sederhana dan biaya ringan tetapi tidak
memenuhi asas cepat yaitu :
Perkara Nomor 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska antara Arwadi Murbawanto melawan
PT Federal International Finance, karena walaupun sudah sesuai jangka waktu yang
ditentukan tetapi masih menunda jadwal sidang serta para pihak sulit menentukan
kesepakatan sehingga belum memenuhi asas cepat. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat sudikno mertokusumo.
Perkara Nomor 001/JF/VII/2011/BPSK.Ska antara Novan Ferdiano Windy Oetomo
melawan (Diah Oktaviana) PT U Finance Indonesia, karena walaupun sudah sesuai
jangka waktu yang ditentukan tetapi masih menunda jadwal sidang serta para pihak
sulit menentukan kesepakatan sehingga belum memenuhi asas cepat. Hal ini tidak
sesuai dengan pendapat sudikno mertokusumo.
12

Saran
1. Di dalam proses pra persidangan dan proses persidangan sangat perlu memperhatikan asas
cepat karena di dalam pra persidangan masih adanya penundaan jadwal persidangan
terlebih di dalam proses persidangan yang kurang memperhatikan jangka waktu yang
telah ditentukan perundang-undangan dan selalu adanya penundaan jadwal persidangan
yang hanya mengulur-ngulur waktu.
2. Di dalam proses pra persidangan perlu memperhatikan asas sederhana karena kurang
efektif dan efisien dalam proses persidangan ini.
3. Di dalam proses pra persidangan maupun proses persidangan sudah memenuhi asas biaya
ringan karena tidak adanya biaya perkara yang dibebankan pada pihak yang berperkara
tetapi seharusnya tetap dicantumkan klausul bahwa tidak adanya beban biaya perkara pada
setiap perkara terlebih harus tertulis pada setiap putusan BPSK.
4. Di dalam berita acara pra persidangan maupun persidangan lebih diperjelas lagi mengenai
acara apa yang sedang berjalan pada waktu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti Paramita. 2011. Kasus yg masuk di BPSK Surakarta, Suara merdeka.
Burhanuddin. 2011. Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang:
UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI).
Kelik Wardiono. 2005. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS.
______. 2007 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Landasan Normatif Doktrin dan
Prakteknya, Surakarta : Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono. 2004. Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Buku
pegangan kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

13