Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Postpartum Blues pada Wanita Dewasa Awal Pasca-Melahirkan T1 802009029 BAB II

Postpartum
Pasca melahirkan yang juga disebut dengan postpartum period adalah jangka antara
kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke normal atau masa sebelum melahirkan.
Masa ini merupakan masa yang dapat dikatakan sebagai puerperium atau masa trimester
keempat setelah kehamilan. Seringkali masa puerperium berlangsung 6 minggu setelah
melahirkan, namun jangka waktu ini bervariasi pada setiap wanita (Wong & Perry, 2006).
Perubahan psikologi yang terjadi selama pemulihan masa kehamilan– mekipun berbeda –
normal(fisiologis postpartum memungkinkan wanita untuk mentolerir kehilangan darah yang
cukup besar saat lahir) banyak faktor yang mmpengaruhi, termasuk tingkat energi ibu,
kenyaman pada saat melahirkan, perawatan dan dorongan yang diberikan oleh ahli kesehatan,
kontribusi pasangannya saat terjadi persalinan.
Postpartum Blues
Menurut Wong dan Perry (2006),postpartum blues adalah suatu keadaan psikologis
yang bersifat sementara dan dialami oleh kebanyakan ibu (75-80%) setelah melahirkan,
muncul pada hari ketiga atau keempat dan biasanya berakhir dalam dua minggu pasca
persalinan. Kondisi ini merupakan suasana hati setelah melahirkan yang terkait dengan
gangguan mood dan masa yang menunjukkan gejala-gejala depresi postpartum. Setelah
melahirkan dan dalam kondisi ini, ibu akan mengalami perasaan sedih dan depresi awal,
seperti: cemas, takut, menyalahkan diri sendiri dan insomnia. Hal ini memungkinkan
terjadinya gangguan lebih berat yang disebabkan karena perubahan tingkat hormon, tanggung
jawab baru akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi.

Gejala dan Tanda Postpartum Blues
Gejal-gejala dalam postpartum blues: reaksi depresi/sedih/disforia, mudah menangis
(tearless)/weepiness atau menangis tanpa alasan yang jelas, mudah tersinggung (irritable),

cemas, nyeri kepala, cenderung menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu, gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan (appetite), ketidaksabaran, iritabilitas, kecemasan,
kelelahan, gelisah, insomnia (ketika bayi sedang tidur), perubahan mood, kurang konsentrasi
atau daya konsentrasi menurun. Gejala-gejala ini biasanya muncul setelah persalinan dan
akan menghilang dalam beberapa jam sampai dengan 10 hari atau lebih. Namun dalam
beberapa minggu atau bulan akan kembali berkembang menjadi keadaan yang lebih berat
(Wong, Lowdermilk, & Perry, 2006).
Selama blues ini, wanita memiliki emosional yang labil dan sering menangis atau
sedih tanpa alasan yang jelas, memuncak pada hari kelima sampai dengan hari kesepuluh.
Gejala lain yang terlihat pada postpartum blues termasuk depresi, perasaan yang menurun,
kelelahan, sakit kepala, sedih dan marah.
Penyebab Postpartum Blues
Penyebab pasti postpartum blues belum dapat dipastikan, namun diduga ada pengaruh
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi fluktuasi hormonal, faktor
psikologis dan kepribadian, ada riwayat depresi sebelumnya, riwayat kehamilan dan
persalinan dengan komplikasi, persalinan section caesarea, kehamilan yang tidak

direncanakan, berat bayi lahir yang rendah dan pada ibu yang kesulitan dalam menyusui
bayinya atau ASI (Air Susu Ibu) tidak keluar serta pada ibu yang tidak mempunyai
pengalaman merawat bayi. Ada pun faktor internal lain yang mendukung terjadi postpartum
blues adalah kondisi kesehatan ibu selama masa periode perinatal, penyakit yang menyertai
ibu sebelum dan sesudah kehamilan yang dapat membuat ibu takut, cemas dan penuh dengan
ketegangan serta kekhawatiran. Kondisi lain yang mendukung terjadinya postpartum blues
adalah respon dari ketergantungan karena kelemahan fisik, harga diri rendah karena
kelelahan, jauh dari keluarga, ketidaknyamanan fisik dan ketegangan dengan peran baru

terutama pada perempuan yang tidak mendapat dukungan dari pasangan atau orangtuanya
(Lowdermilk, Jansen, & Bobak, 2005).
Individu yang berisiko mengalami postpartum blues antara lain:
Mempunyai riwayat premenstrual syndrome atau depresi sebelum hamil, stressor
psikososial selama kehamilan, keadaan atau kualitas kesehatan bayi, kurangnya dukungan
sosial (suami atau keluarga), umur, status sosial ekonomi.
Pengertian Dewasa Awal
Hurlock (1980) mendefinisikan orang dewasa sebagai individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya. Hurlock membagi masa dewasa ke dalam periode-periode
sesuai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikologis, diantaranya adalah: masa dewasa

dini/ awal, dewasa madya/lanjut.
Karakteristik Dewasa Awal
Dewasa awal ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan
baru dan harapan-harapan sosial baru. Dan berikut adalah karakteristik dari masa dewasa
awal : Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan, Masa Dewasa Awal sebagai Usia
Reproduktif, Masa Dewasa Awal sebagai Masa Bermasalah; Ada banyak alasan mengapa
penyesuaian diri terhadap masalah dewasa muda sangat sulit, dikarenakan oleh: Sedikit orang
muda yang mempunyai persiapan menghadapi jenis – jenis masalah yang perlu diatasi
sebagai orang dewasa, Mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan secara serempak
yang biasanya menyebabkan keduanya tidak berhasil, Orang muda tidak memperoleh
bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah mereka, tidak seperti sewaktu
dianggap belum dewasa. Masa Dewasa Awal sebagai Masa Ketegangan Emosional. Masa
Dewasa Awal sebagai Masa Keterasingan Sosial, Masa Dewasa Awal sebagai Masa

Komitmen, Masa Dewasa Awal sering Merupakan Masa Ketergantungan, Masa Dewasa
Awal sebagai Masa Perubahan Nilai; Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan
nilai pada dewasa dini, diantaranya adalah: Penerimaan aturan dan nilai-nilai baru memasuki
masa dewasa awal., Segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada
nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku seperti juga halnya
dalam hal penampilan, Orang-orang muda yang menjadi bapak – ibu tidak hanya cenderung

mengubah nilai-nilai mereka lebih cepat daripada mereka yang belum menikah dan belum
memiliki anak, bergeser pada nilai-nilai yang lebih konservatif dan lebih tradisional. Masa
Dewasa Awal sebagai Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru dan Masa Dewasa
Awal sebagai Masa Kreatif (Hurlock, 1980).