Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Postpartum Blues pada Wanita Dewasa Awal Pasca-Melahirkan T1 802009029 BAB I

PENDAHULUAN
Menjadi orangtua menciptakan periode ketidakstabilan yang menuntut perilaku untuk
meningkatkan transisi menjadi orangtua. Bertambahnya anggota baru dalam keluarga
mengharuskan keluarga menghadapinya dengan berbagai tanggung jawab yang juga baru.
Seperti; finansial yang lebih besar, perubahan kebiasaan tidur dan berkurangnya waktu suami
dan istri bersama (terutama anak pertama), dan atau untuk bersama dengan anak lain. Jika
keadaan ini diterima secara aversif (tidak bersemangat), akan dapat mengganggu ikatan
pasangan tersebut. Beberapa penelitian menemukan bahwa kelahiran anak pertama
mengakibatkan berkurangnya keintiman dan kasih sayang pasangan, sedangkan peneliti lain
melaporkan bahwa penyesuaian menjadi orangtua hanya menimbulkan stress dalam tingkat
ringan (Wong& Perry, 2006).Steele dan Pollack menyatakan bahwa menjadi orangtua
merupakan satu proses yang terdiri dari dua komponen (Lowdermilk, Jensen, &Bobak,
2005). Komponen yang pertama, bersifat praktis atau mekanis, melibatkan keterampilan
kognitif dan motorik; komponen yang kedua, bersifat emosional, melibatkan keterampilan
afektif dan kognitif.
Jika peran dan berbagai komponen tersebut tidak didapat dengan baik dan dipicu oleh
perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi atau tidak timbulnya kesadaran akan
meningkatnya tanggung jawab sebagai seorang ibu maka ada kecenderungan postpartum
blues.
Peran dan tanggung jawab yang mulai berkembang ini akan semakin bertambah
ketika seseorang memasuki masa dewasa awal dan ada perubahan atau naik turunnya emosi

yang terlihat pada masa tersebut, karena pada masa ini merupakan masa dimana dikatakan
sebagai masa peralihan, dimana dewasa awal mulai memasuki tahap perkembangan
psikososial. Orang dewasa pada tahap ini mulai mendambakan hubungan-hubungan yang

intim dan akrab, serta menyatukan identitasnya dengan orang lain. Penyesuaian terhadap
tuntutan dan perubahan tersebut diperlukan karena memasuki masa ini ia tidak lagi
bergantung secara ekonomis, sosiologis dan psikologis pada orangtuanya. Dalam menghadapi
situasi yang penuh dengan tekanan tersebut, dukungan sosial dari keluarga baik orangtua dan
suami akan sangat membantu ibu mengurangi beban dan perasaan negatif, terutama ibu yang
merupakan satu-satunya pihak yang membentuk lingkungan tempat janin berkembang dan
bertumbuh.
Pasca melahirkan yang juga disebut dengan postpartum period adalah jangka antara
kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke normal atau masa sebelum hamil. Masa
ini merupakan masa yang dapat dikatakan sebagai puerperium atau masa trimester keempat
setelah kehamilan. Seringkali masa puerperium berlangsung 6 minggu setelah melahirkan,
namun jangka waktu ini bervariasi pada setiap wanita (Wong & Perry, 2006). Ibu yang
mengalami postpartum bluesakan mengalami gangguan kemampuan dalam merawat
anaknya, menjadi kurang bertenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar terus menerus dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian. Yang mengakibatkan ibu
merasa bersalah dan kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai seorang ibu

dan perasaan-perasaan ini dapat memperberat kondisi blues pada ibu.
Penyebab postpartum blues tidak diketahui secara jelas tapi dipengaruhi oleh faktor
biologis , psikososial dan faktor lingkungan, termasuk didalamnya adalah riwayat kehamilan
dan persalinan, karena dua hal ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya postpartum blues yaitu persalinan lama dan persalinan dengan section caesarea
(Wong & Perry, 2006).
Fenomena mengenai postpartum blues merupakan fenomena yang kurang mendapat
perhatian, karena pengetahuan akan hal tersebut dan anggapan bahwa ini merupakan

gangguan mental ringan yang dapat hilang seiring dengan berjalannya waktu, padahal jika
postpartum blues tidak mendapatkan penanganan yang baik akan berkembang menjadi
depression postpartum bahkan dapat menyebabkan gangguan yang lebih berat yaitu psikosis
postpartum.
Kecenderungan postpartum blues pada ibu akan meningkat ketika ibu mengalami
kendala dengan peran barunya sebagai orangtua dan ketika tidak ada dukungan dari pasangan
atau orangtuanya (Lowdermilk, Jansen & Bobak, 2005).
Berdasarkan latar balakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian “Adakahkecenderunganpostpartum blues pada wanita dewasa awal
pasca-melahirkan yang terkait dengan perasaan ibu setelah melahirkan?
Secara teoritis penelitian ini sebagai bahan untuk pengembangan ilmu psikologi,

terutama dalam bidang psikologi keluarga dan psikologi kesehatan tentang adanya
gejalapostpartum blues pada wanita dewasa awal yang memasuki pasca-melahirkan. Selain
itu manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi institusi
kesehatan dalam memberikan pelayanan dan pengetahuan akan kesehatan saat kehamilan
sampai pada setelah melahirkan, orang tua dan pasangan mengenai gejala postpartum blues
pada ibu atau istri setelah melahirkan dan penanganan yang dapat dilakukan jika gejala
tersebut nampak pada ibu atau istri.