TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KOMERSIALISASI DOA DIDASARKAN DARI SYARIAT ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA.

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KOMERSIALISASI DO’A DIDASARKAN DARI
SYARIAT ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU
DI INDONESIA
ABSTRAK
Muhammad Gani Kurnia
110110100059
Jual-beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban
dalam bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban dalam bentuk penyerahan
kebendaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli kepada
penjual . Do’a yang dikomersialisasikan ini kedudukannya sebagai benda dan
menjadi objek praktik komersialisasi atau jual-beli apakah sesuai dengan syariat
Islam dan do’a ini apakah bisa dikomersialisasikan atau di perjualbelikan menurut
hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Penulisan skripsi berdasarkan metode pendekatan yuridis normatif dan
metode deskriptif analitis, yaitu memfokuskan pemecahan masalah berdasarkan
data yang diperoleh yang kemudian dianalisa berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan terkait hukum acara pidana, literatur serta bahan
lain yang berhubungan dengan penelitian dan penelitian lapangan untuk
memperoleh data primer melalui wawancara dan selanjutnya data dianalisis secara
yuridis kualitatif.

Berdasarkan penelitian yang maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut.
Praktik komersialisasi do’a menurut syariat Islam dan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia Kedudukannya jelas tidak sah dan tidak
diperkenankan baik dalam syariat Islam maupun peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
Dalam syariat islam, kita tidak diperbolehkan
bertransaksi yang menyangkut aspek ketidakjelasan. Lalu praktik komersialisasi do’a
ini menimbulkan dampak yaitu perjanjian tersebut merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh para pihak yang melakukan kegiatan jual-beli sekaligus
merupakan hak bagi para pihak untuk menuntut pemenuhannya, sedangkan dalam
do’a siapaun tidak bisa menjamin kapan do’a kita akan dikabulkan tentu saja hal ini
menjadi ketidakjelasan. Janji yang ada diantara para pihak, apabila tidak dipenuhi
akan menimbulkan kerugian bagi pihak lawan, yang mana akhirnya keadaan tidak
dipenuhi perjanjian tersebut (wanprestasi/breach of contract) itu, akan menimbulkan
hak bagi pihak lawan untuk menuntut penggantian kerugian jadi dapat disimpulkan
bahwa komersialisasi do’a ini merupakan perbuatan melawan hukum dan
kesalahan.

iii