PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA SD ST. ANTONIUS MEDAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA SD ST. ANTONIUS MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Progran Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

JUNIANTO FRANSISCO SITANGGANG

NIM. 8126121023

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRACT

Junianto Fransisco Sitanggang, Registration Number: 8126121023. The Effect of Cooperative Instructional Model and Personality Type Towards Learning Result to The Natural Sciences Education of SD ST. Antonius Medan School Year 2013/2014. A Thesis. Educational Technology Study Program Post Graduate Program of State University of Medan. 2015

The objectives of the research are to find out the effect of: (1) The difference of student’s learning result on natural sciences studies that taught by using student team achievement division learning model and expositori learning model, (2) The difference of natural sciences education learning result between who have extrovert personal type and introvert personal type, (3) The interaction between learning model and personal type in influencing the learning result of

student’s natural sciences education.

The methods of the research are quasy experiment. The population consist of 90 (ninethy) students from SD ST. Antonius Medan that have three classes. Meanwhile cluster random sampling is used for sixty students from two classes as the samples. Before giving observing, first observing samples given personal type test to differ the kinds of personal type of the students. The result learning test is used first to be tested to know the validity of the test and reliability test. The result from thirty six question tested, and thirthy six questions that’s answered correctly. Statistic descriptive is used in this statistic observing showing data and statistic inferential to test observing hypothesis. Observing hypothesis is tested by using two Anova lines after analysist data test. Normality test Lilliefors test and homogeneity varians test and also Fisher test and Bartlett test.

The hypothesis testing result showed that: (1) Learning result of student’s

natural sciences education that learned by student team achievement division learning model is better than ekspositori learning model. It’s shown by Fc = 32.15 > Ftable = 4.02 at significant level α = 0.05; (2) the students who have ekstorvert personal type acquired natural sciences education learning result higher than introvert personal type. This can be indicated by Fc = 11.67 > Ftable = 4.02 at

significant level α = 0.05, (3) there is an interaction between cooperative learning model and personal type in influencing the student’s natural sciences educational

learning result. It’s shown by Fc = 4.77> Ftable = 4.02 at significant level level α = 0.05.

Therefore, the result of experiment been hoped that it can used for teachers to apply the right instructional model in accordance with the learning objective. It is suggested that teachers should be trained to apply different instructional models

and give more attention of the learning materials and student’s personal type because they both effect the learning achievement.


(6)

ABSTRAK

Junianto Fransisco Sitanggang, Nomor registrasi: 8126121023. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SD ST. Antonius Medan Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis. Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran Ekspositori, (2) perbedaan hasil belajar IPA siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert, (3) interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan tipe kepribadian dalam mempengaruhi hasil belajar ipa siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 90 orang yang berasal dari 3 kelas. Sedangkan sampel berjumlah 60 orang yang diambil dari 2 kelas dengan menggunakan Cluster Random Sampling. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian diberikan tes tipe kepribadian untuk membedakan tipe kepribadian yang dimiliki oleh siswa. Tes hasil belajar yang digunakan terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui tingkat validitas tes dan reliabilitas tes. Hasil yang diperoleh dari 36 soal yang diujikan, sebanyak 36 soal yang memenuhi persyaratan. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan Anava 2 jalur yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lilliforss dan uji homogenitas varians dengan uji F dan uji Barltlett.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar ipa siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran eksposiotori. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 32,15 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert memperoleh hasil belajar ipa lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert dalam mempengaruhi hasil belajar ipa siswa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 11,67 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) adanya interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan tipe kepribadian siswa terhadap hasil belajar ipa . Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 4,77 > Ftabel = 4,02 pada taraf signifikan α = 0,05.

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Disarankan agar guru mempergunakan model pembelajaran bervariasi dan memberikan perhatian kepada bahan belajar dan tipe kepribadian siswa sebab kedua-duanya mempengaruhi hasil belajar.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang memberi kekuatan dan rahmat-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dalam proses penulisannya, penulis banyak menghadapi kendala dan keterbatasan, namun berkat bimbingan dosen dan motivasi dari isteri saya dan rekan-rekan mahasiswa pascasarjana akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Medan beserta para pejabat di jajaran civitas akademika Universitas Negeri Medan.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta para asisten direktur dan staf, yang membantu kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.

3. Ketua program studi Teknologi Pendidikan Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd yang sekaligus sebagai narasumber, sekretaris program studi Teknologi Pendidikan Dr. R. Mursid, M.Pd sekaligus sebagai notulen, para dosen pembimbing yakni Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd sekaligus sebagai asisten direktur II dan Dr. Hamonangan Tambunan, M.Pd yang memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat berarti dalam penyelesaian tesis ini. Juga kepada narasumber yakni Prof. Dr. Effendi Napitupulu, M.Pd dan Prof. Dr. Asih Menanti, M.S, S.Psi yang dengan keluasan dan kedalaman ilmunya masing-masing telah banyak memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk penyelesaian tesis ini. 4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Medan


(8)

Pendidikan yang saling membantu dalam kondisi mudah maupun sulit demi meraih kesuksesan bersama.

5. Para guru dan staf SD ST. Antonius Bangun Mulia Medan, begitu juga siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden sehingga penelitian yang dilaksanakan penulis dapat selesai sesuai dengan yang direncanakan. 6. Yang paling khusus dan istimewa kusampaikan rasa terima kasih kepada

isteri saya Eskawati Sipangkar, ayahanda almarhum Drs. Sumilla Sitanggang, ibunda Theresia Purba, ayah mertua Edison Sipangkar, ibu mertua Rusni Simbolon serta adik-adikku (Desta, Ibeth, Pimpin dan Alex) yang selalu memberikan semangat dan menjadi penguat bagi penulis dalam melaksanakan studi dan menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang turut serta membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terimakasih. Semoga atas kebaikan semua pihak kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalasnya dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.

Medan, Juni 2015 Penulis

Junianto .F. Sitanggang NIM.8126121023


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A. Kajian Teoretis ... 14

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar IPA ... 14

2. Hakikat Model Pembelajaran ... 23

2.1Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Division)... 30

2.2Model Pembelajaran Ekspositori ... 36

3. Hakikat Tipe Kepribadian ... 43

3.1Tipe Kepribadian Ekstrovert ... 44

3.2Tipe Kepribadian Introvert ... 46

B. Penelitian Relevan ... 49

C. Kerangka Berpikir ... 50

1. Perbedaan Hasil Belajar IPA Antara Siswa yang diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Dengan Model Pembelajaran ekspositori ... 50


(10)

2. Perbedaan Hasil Belajar IPA Antara Siswa Yang Memiliki Kepribadian Ekstrovert dengan Kepribadian

Introvert. ... 52

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian terhadap Hasil Belajar IPA ... 54

D. Hipotesis Penelitian ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

C. Metode dan Desain Penelitian... 59

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 60

E. Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ... 61

F. Pengontrolan Perlakuan ... 63

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 65

H. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... A. Deskripsi Data Penelitian ... 75

1. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 75

2. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 77

3. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Memiliki Tipe Kepribadian Ekstrovert ... 78

4. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Memiliki Tipe Kepribadian Introvert ... 79

5. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Memiliki Kepribadian Ekstrovert ... 81

6. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Memiliki Tipe Kepribadian Intovert ... 82

7. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Tipe Kepribadian Ekstrovert ... 83

8. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori dan Memiliki Tipe Kepribadian Introvert ... 85


(11)

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 86

1. Uji Normalitas Data ... 86

2. Uji Homogenitas Data ... 97

C. Pengujian Hipotesis ... 89

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

E. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 108

A. Simpulan ... 108

B. Implikasi ... 109

C. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(12)

DAFTAR TABEL 1.1

1. Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran IPA Kelas IV

SD ST. Antonius Medan Tahun Pelajaran 2007 s/d 2013……….....

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 29

3. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 40

4. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Model Ekspositori ... 42

5. Perbedaan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ... 53

6. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 63

7. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa Materi IPA ... 70

8. Kisi-kisi Instrumen Kepribadian Siswa ... 73

9. Perbandingan Data Hasil Belajar IPA Siswa berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Siswa... 75

10. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkankan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 76

11. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 77

12. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang memiliki Kepribadian Ekstrovert ... 78

13. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang memiliki Kepribadian Introvert ... 80

14. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan memiliki Tipe Kepribadian Ekstrovert ... 81

15. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan memiliki Tipe Kepribadian Introvert ... 82

16. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori dan memiliki Tipe Kepribadian Ekstrovert ... 84

17. Daftar Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori dan memiliki Tipe Kepribadian Introvert ... 85

18. Hasil Uji Normalitas Data berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Siswa ... 87

19. Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok Sampel A1 dan A2 dengan Uji F ... 87

20. Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok Sampel B1 dan B2 dengan Uji F ... 88

21. Hasil Uji Homogenitas Varians Data antara Kelompok berdasarkan Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Siswa Menggunakan Uji Barlett ... 88

22. Rangkuman Hasil Pengujian Analisis Varians Dua Jalur ... 89

23. Rangkuman Hasil Uji Schefee ... 91 Halaman Tabel


(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (A1)... 76 2. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model

Pembelajaran Ekspositori (A2) ... 78 3. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang memiliki Tipe

Kepribadian Ekstrovert (B1) ... 79 4. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang memiliki Tipe

Kepribadian Introvert (B2) ... 80 5. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan memiliki Tipe

Kepribadian Ekstrovert (A1B1) ... 82 6. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan memiliki Tipe

Kepribadian Introvert (A1B2) ... 83 7. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model

Pembelajaran Ekspositori dan memiliki Tipe Kepribadian

Ekstrovert (A2B1) ... 85 8. Histogram Hasil Belajar IPA Siswa Yang diajarkan dengan Model

Pembelajaran Ekspositori dan memiliki Tipe Kepribadian

Introvert (A2B2) ... 86 9. Pola Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan

Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa ... 95 Halaman Gambar


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Silabus Pembelajaran IPA Kelas V SD ... 117

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 120

3 Instrumen Tes Hasil Belajar IPA dan Kunci Jawaban ... 142

4 Instrumen Angket Tipe Kepribadian Siswa ... 148

5 Data Perhitungan Berdasarkan Absensi Siswa ... 152

Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 153

Data Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 154

Data Perhitungan Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 156

Data Perhitungan Distraktor Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 158

Data Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 160

Data Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 162

6 Perhitungan Validitas,Reliabilitas,Daya Pembeda,Indeks Kesukaran Butir Tes, Validitas Nontes dan Reliabilitas Butir NonTes ... 167

7 Data Perhitungan Angket Kepribadian Kelas V.A ... 170

Data Perhitungan Angket Kepribadian Kelas V.B ... 172

Data Pretes V.A Berdasarkan Peringkat ... 176

Data Posttes V.A Berdasarkan Peringkat ... 177

Data Pretes V.B Berdasarkan Peringkat ... 179

Data Postes V.B Berdasarkan Peringkat ... 180

8 Pengujian Homogenitas Varians Data ... 181

9 Analisis Varians Data Dua Jalur ... 192

10 Tabel Statistik ... 207 Halaman Lampiran


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta dengan melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan siswa dan kurikulum. Tujuan dari penelitian tersebut adalah membuat siswa dapat belajar secara aktif di dalam kegiatan belajar mengajar yang nantinya berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa tersebut. Tetapi bila dilihat dewasa ini hasil belajar siswa belumlah memuaskan atau seperti apa yang diharapkan karena mutu pendidikan di Indonesia secara umum masih kurang dari harapan.

Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta adalah dengan mengadakan seminar-seminar dan penataran tentang metode-metode mengajar dan perbaikan kurikulum. Adapun kurikulum yang dibuat dewasa ini adalah Kurikulum 2013 dengan tujuan kurikulum ini dapat membekali siswa dengan berbagai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan jaman dan reformasi, guna menjawab arus globalisasi yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial.

Supaya tujuan kurikulum dapat tercapai, maka dibutuhkan pendekatan belajar yang tepat, yang mana siswanya tidak pasif, dan hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi siswa harus aktif, dan guru berperan memperhatikan dan mengarahkan siswa, karena pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua


(16)

atau generasi tua mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya dengan sebaik-baiknya. Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa : “mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang didasarkan pada perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, IPA memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan ligkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang IPA.

Selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, pelajaran IPA dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Berikutnya, untuk membekali siswa dalam pengetahuan, pemahaman dan kemampuan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pelajaran IPA dilaksanakan secara inquiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai

salah satu aspek penting kecakapan hidup (life skill).

Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan pada siswa secara utuh baik dari sikap ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu


(17)

dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Pada dasarnya IPA mempelajari fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataanyya, IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menarik untuk yang lain karena pada prinsipnya dalam pelajaran IPA memerlukan lebih banyak pemahaman konsep dari pada hafalan sehingga sebahagian besar siswa kurang bergairah dalam belajar dan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah atau tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Secara umum proses pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh guru, dimana siswa dianggap sebagai kertas kosong yang akan ditulis dengan pengetahuan yang belum tentu sesuai dengan keperluannya. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan IPA dalam praktek sehari-hari menyebabkan siswa lekas bosan dan tidak tertarik untuk memahami konsep. Guru beranggapan bahwa pengetahuan yang diberikan dapat diterima seluruhnya oleh siswa dalam proses belajar mengajar (PBM). Siswa harus menerima informasi yang diberikan guru, siswa lebih banyak mendengar, menulis apa yang diinformasikan guru dan latihan mengerjakan soal. Jika diamati secara seksama, pembelajaran di sekolah-sekolah masih berpusat pada guru sebagai penyampai materi pelajaran. Guru lebih bersifat otoriter, instruktif dan hanya melakukan komunikasi searah.

SD ST. Antonius adalah salah satu sekolah swasta di kota Medan yang terletak di Jl. Sisingamangaraja Km.11 no. 68 yang berdiri pada tahun 1986. Penelitian dilaksanakan di kelas IV yang seluruhnya ada tiga kelas dengan jumlah 120 orang dan sampelnya hanya dua kelas saja. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru mata pelajaran ipa, masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran


(18)

IPA adalah kurangnya antusias siswa selama pembelajaran. Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan guru, diam dan enggan dalam mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat. Data hasil belajar siswa selama ini belum menunjukkan hasil optimal dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) IPA 70 (tujuh puluh). Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar Ujian Akhir Semester mata pelajaran ipa kelas V SD ST. Antonius Medan Tahun Pelajaran 2007 s/d 2013

Tabel 1. Hasil Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran IPA Kelas V SD ST. Antonius Medan Tahun Pelajaran 2007 s/d 2013

Tahun Pelajaran

Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Rata-rata

2007-2008 70 51 85 65

2008-2009 70 52 85 65

2009-2010 70 54 86 65

2010-2011 70 55 89 67

2011-2012 70 57 90 66

2012-2013 70 59 90 66

Dari tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa siswa kelas V memiliki nilai yang belum optimal. Rendahnya rata-rata perolehan nilai tersebut diduga disebabkan rendahnya penguasaan materi oleh siswa. Disamping itu kegiatan pembelajaran ipa di SD ST. Antonius Jl. Sisingamangaraja Km.11 no. 68 masih berjalan secara konvensional, dimana masih didominasi kegiatan ceramah dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran yang terjadi sering menjadikan siswa lebih menerima


(19)

apa adanya semua penjelasan dari guru tanpa dimengerti sama sekali, yang akibatnya siswa menjadi tidak aktif. Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan guru, diam dan enggan dalam mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru harus bisa memilih metode atau model pembelajaran yang dapat membuat pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan dapat memancing siswa untuk mempelajari matematika. Guru dituntut untuk berusaha mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran IPA sehingga IPA dapat dipahami dengan baik dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Mata Pelajaran IPA di SD merupakan pemahaman materi yang didasarkan pada pada fenomena alam. IPA memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hokum alam. Salah satu materi dalam IPA kelas IV adalah tentang perubahan wujud benda. Wujud benda terdiri dari tiga yaitu benda padat, benda cair, dan gas. Ketiga wujud benda ini dapat mengalami perubahan wujud secara alami maupun oleh perilaku manusia. Terjadinya perubahan wujud benda padat menjadi cair disebut mencair. Sebaliknya perubahan wujud benda cair menjadi padat disebut membeku. Hal ini bisa terjadi karena fenomena alam yaitu penurunan suhu, sedangkan secara buatan manusia adalah pembekuan air di lemari pendingin. Perubahan wujud benda padat menjadi gas disebut menyublim, dicontohkan kapur barus. Perubahan wujud benda cair menjadi gas disebut menguap. Hal ini bisa disebabkan oleh pemanasan langsung matahari maupun ketika seseorang memanaskan air. Sebaliknya perubahan wujud benda gas menjadi wujud cair disebut mengembun, hal ini terjadi di pagi hari.


(20)

Terkadang siswa sulit untuk memahami perubahan wujud benda hanya dari penyampaian guru saja. Sebagai makhluk sosial, seseorang harus berinteraksi sosial dengan manusia lainnya. Oleh sebab itu siswa perlu berinteraksi dengan siswa lain agar tercipta pembelajaran lebih efektif dalam menciptakan komunikasi yang multi arah, sehingga diharapkan juga menimbulkan dan meningkatkan interaksi yang proaktif dalam pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman anggota untuk mempelajarinya juga.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru agar siswa aktif, antusias, dan mampu bekerja sama dalam belajar IPA adalah melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk kegiatan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang memilki struktur kelompok-kelompok yang heterogen dengan mempertimbangkan keragaman karakteristik siswa misalnya kepribadian. Kepribadian merupakan salah satu faktor internal dan sebagai faktor utama yang menentukan sukses gagalnya siswa belajar.

Faktor-faktor organisasi materi dan metode juga sangat menentukan dalam pencapaian berhasilnya proses belajar mengajar (PBM). Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru selama ini pola penyampaiannya berpusat pada guru, sehingga siswa kurang termotivasi dan antusias untuk belajar. Hal tersebut


(21)

mengakibatkan pelajaran kurang menarik serta guru juga tidak menunjukkan contoh-contoh lebih konkrit dalam pelajaran tersebut. Pembelajaran akan semakin efektif apabila model pembelajaran yang digunakan semakin sesuai dengan karakteristik siswa yang diajar, begitu juga tipe materi pelajaran itu sendiri (Gagne,1979).

Parveen (2012) mengemukakan dalam hasil penelitiannya bahwa pengajaran membutuhkan tingkat fleksibilitas yang tinggi, kemampuan adaptasi dan kegesitan yang baik. Pembelajaran kooperatif dalam pengaturan siswa bekerja dalam kelompok kemampuan campuran dan diberikan atas dasar keberhasilan kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok kecil dan penghargaan didasarkan pada seluruh kelompok kinerja, ini adalah metode kelompok kecil atau kegiatan secara terstruktur siswa harus bertanggung jawab atas kontribusi mereka, partisipasi dan belajar, mereka juga diberikan insentif untuk bekerja sebagai tim dalam mengajar orang lain dan belajar dari yang lain. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa melakukan kegiatan yang mempromosikan kolaborasi dan kerja sama tim. Berdasarkan literatur penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok ekperimen yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif dan kelompok kontrol diajarkan melalui pengajaran tradisional.

Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Sebenarnya, pembagian kerja kelompok jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif.


(22)

Banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok, lalu memberi tugas kemunian ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut. Kekacauan dan kegaduhanlah yang terjadi.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa dan akibat-akibat lain yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas dan meningkatkan kepercayaan diri. Di samping itu, dapat menumbuhkan kesadaran siswa untuk belajar berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan, dan mengaplikasikan kemampuan serta pengetahuan siswa. Pembelajaran kooperatif dapat juga mengembangkan hubungan antar siswa dari latar belakang etnis, akademis, keluarga sosial yang berbeda-beda sehingga tercipta suatu interaksi yang saling menghargai dan dihargai.

Dalam penerapannya model pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola kegiatan kelompok-kecil. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Singkatnya, model pembelajaran kooperatif mengacu pada kegiatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar dengan kecerdasan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.


(23)

Selain model pembelajaran sebagai faktor luar yang mendukung hasil belajar siswa, juga terdapat faktor-faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian masing-masing dan berbeda antara satu dengan lainnya sehingga kepribadian yang ada pada diri seseorang sedikit banyaknya mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

Kepribadian seseorang dibentuk oleh faktor psikologis dan faktor fisik dari orang tersebut dimana kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Karakteristik kepribadian siswa akan sangat berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran yang berhubungan dengan pengelolaan dan pengaturan pembelajaran sebab tiap orang mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda yang sedikit banyaknya mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif.

Beberapa diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Team Accelerated

Instruction (TAI), Think Pair Share (TPS), Student Team Achievement Divisions

(STAD),Team Games Tournament (TGT), Two Stay Two Stray (TS-TS), dan

Numbered Head Together (NHT). Penulis mencoba melihat hasil belajar siswa melalui dua model kooperatif saja yang sesuai dengan materi perubahan wujud

benda yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team Achievement

Divisions (STAD), dengan Model Pembelajaran ekspositori.

Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama di dalam kelompoknya, memiliki tujuan yang sama. Siswa haruslah


(24)

membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya. Dan siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan Tipe Kepribadian terhadap Hasil Belajar IPA siswa pada Pokok Bahasan Perubahan Wujud Benda di kelas V SD ST. Antonius Jl. Sisingamangaraja Km.11 no.68 Medan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapatlah menerapkan teori-teori belajar kepada siswa apakah ada pengaruh pembelajaran dengan dilakukannya pengelompokan pada siswa terhadap hasil belajar siswa? Apakah ada pengaruh keaktifan siswa di dalam kelas terhadap hasil belajar IPA? Apakah tipe kepribadian berpengaruh terhadap hasil belajar siswa? Apakah model pembelajaran kooperatif cocok bagi siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert atau introvert? Jika dihubungkan dengan tipe kepribadian siswa, apakah tipe kepribadian yang berbeda akan mendapatkan hasil belajar yang berbeda pula? Kapan digunakan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau ekpositori bagi siswa yang memiliki tipe kepribadian yang berbeda? Bagaimana


(25)

interaksi antara penggunaan model pembelajaran tipe STAD dan tipe kepribadian siswa terhadap hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai ruang lingkup penelitian yang akan dilaksanakan, maka permasalahan yang akan diteliti perlu diberikan batasan-batasan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : model pembelajaran tipe STAD dan model pembelajaran ekspositori. Sedangkan tipe kepribadian siswa dibatasi pada kepribadian ekstrovert dan kepribadian introvert. Hasil belajar IPA dibatasi pada ranah kognitif saja, yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan) dan materi pembelajaran dibatasi pada kompetensi dasar (KD) menjelaskan tentang perubahan wujud benda.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah hasil belajar IPA kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah kelompok siswa yang memiliki tipe kepribadian ektrovert memperoleh hasil belajar lebih tinggi dari pada siswa dengan kepribadian introvert?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap hasil belajar IPA?


(26)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh

masukan tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran ekspositori, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui hasil belajar IPA kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran ekspositori.

2. Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan yang mampunyai tipe kepribadian introvert.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan kepribadian dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa kelas V SD ST. Antonius.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, peneltitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap landasan konsep, prinsip, dan prosedur penelitian model pembelajaran kooperatif.

2. Manfaat penelitian bagi sekolah, guru, dan siswa adalah :

a). Bagi sekolah, memberikan kontribusi dengan adanya model pembelajaran kooperatif.

b). Bagi guru, berguna untuk membantu memecahkan masalah belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan


(27)

hasil belajar IPA siswa dan meningkatkan pemanfaatan sumber belajar dan media pembelajaran yang ada.

c). Bagi siswa, dengan model pembelajaran yang baru berguna untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja.

d). Bagi peneliti, diharapakan dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan hasil belajar IPA.


(28)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengelolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar IPA yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan hasil belajar ipa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori pada siswa SD ST. Antonius Medan.

2. Hasil belajar IPA yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert tinggi lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan hasil belajar IPA yang memiliki tipe kepribadian introvert.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan tipe kepribadian siswa dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa kelas IV SD ST. Antonius Medan. Untuk siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa jika diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan untuk siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert, ternyata model pembelajaran ekspositori lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa dibandingkan jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(29)

B. Implikasi

1. Hasil Belajar IPA Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Lebih Baik Dibandingkan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Siswa Kelas IV SD ST. Antonius Medan

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.

Kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran dengan kedua model pembelajaran kooperati tersebut tidaklah kalah penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, karena setiap guru memiliki gaya mengajar yang berbeda. Idealnya, setiap guru memiliki kompetensi untuk membawakan pembelajaran dengan berbagai model. Namun kenyataannya, masih banyak guru memiliki kesiapan yang kurang memadai untuk membawakan setiap model pembelajaran. Guru lebih membawakan pembelajaran berdasarkan kecenderungan dirinya, sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dibutuhkan keterampilan lebih tinggi dalam mengelolanya, misalnya agar siswa dapat menampilkan kegiatan memberikan informasi dan mendapatkan informasi dengan baik, guru harus membimbing secara aktif dan tidak dapat menyerahkan seluruh persiapan kepada siswa karena bagi siswa, kegiatan memberikan informasi dan mendapatkan informasi bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan karena harus memiliki kesiapan terlebih dahulu. Pengelolaan model pembelajaran ekspositori tidak serumit pengelolaan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena


(30)

guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, diikuti dengan kegiatan memberikan contoh, mengadakan latihan dan memberikan tugas. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang pada setiap pertemuan.

2. Hasil Belajar IPA Siswa Yang Memiliki Tipe Kepribadian ekstrovert Lebih Tinggi dari Siswa Yang Memiliki Tipe Kepribadian Introvert

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Siswa dengan tipe kepribadian ekstrovert secara rata-rata mempunyai hasil belajar IPA lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kepribadian introvert. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa tipe kepribadian signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert lebih memiliki keinginan dan kemampuan dalam berkomunikasi dengan teman-temannya untuk menemukan solusi ataupun penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelajaran, sehingga pada hakekatnya, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah sehingga siswa dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung lebih tinggi tingkat pencapaian hasil belajarnya.

Konsekuensi logis dari pengaruh kepribadian ekstrovert terhadap hasil belajar IPA berimplikasi kepada guru pengampu mata pelajaran matematika untuk melakukan identifikasi dan prediksi di dalam menentukan tipe kepribadian yang dimiliki siswa. Apabila tipe kepribadian siswa dapat dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana dan model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, di samping itu juga guru dapat melakukan


(31)

tindakan-tindakan lain misalnya siswa dengan kepribadian ekstrovert diberikan tugas atau latihan dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi sedangkan untuk siswa yang memiliki kepribadian introvert diberikan materi-materi remedial yang bertujuan memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri pengetaghuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Di samping itu, siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan orang lain (guru).

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari tipe kepribadian mengisyaratkan kepada guru dalam memilih model pembelajaran haruslah mempertimbangkan tipe kepribadian siswa. Dengan adanya kepribadian yang berbeda dalam diri siswa akan berperan terhadap reaksi positif atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon ide, gagasan, atau situasi tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, model pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tergantung dari karakteristik siswa. Adanya perbedaan kepribadian ini juga berimplikasi kepada guru dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert tentulah guru cenderung tidak mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa, tetapi bagi siswa dengan kepribadian introvert maka guru perlu memberikan perhatian yang lebih dan kontinu dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa.


(32)

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan tipe kepribadian siswa. Bagi siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan juga bagi siswa yang memiliki kepribadian introvert lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru dapat menentukan tingkah laku yang bagaimana yang akan diperankan dalam merancang suatu pembelajaran sehingga dapat membentuk karakter siswa yang memberikan dampak positif bagi dirinya dalam menjalankan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa dengan kepribadian ekstrovert akan lebih efektif sebab partisipasi siswa dalam bekerja sama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam mempersiapkan media pembelajaran yang dapat memberi dukungan penuh dalam penerapan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara model pembelajaran yang akan diterapkan dengan karakteristi siswa khususnya kecerdasan interpersonal siswa. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik. Meskipun demikian, perlu disadari tidak ada satupun model


(33)

pembelajaran yang benar-benar sesuai untuk setiap karakteristik siswa maupun karakteristik materi pembelajaran. Namun hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru mata pelajaran IPA untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam mengajarkan materi pelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dan optimal dalam tujuan meningkatkan hasil belajarnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta implikasinya, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu:

1. Guru IPA diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih maupun menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi yang harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan kepribadian siswa.

2. Agar penerapan model pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif dan efisien sebaiknya guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap karakteristik, kebutuhan terutama tipe kepribadian siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kepribadian sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru diharapkan bukan sekedar meletakkan penyebab kegagalan pembelajaran pada model pembelajaran semata, tetapi guru perlu lebih memperhatikan tipe kepribadian siswa.

3. Hendaknya seorang guru selalu berusaha secara aktif menciptakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan mengadakan


(34)

evaluasi terhadap keefektifan model pembelajaran tersebut. Dengan dilakukannya evaluasi tersebut, maka guru lebih mudah untuk mendesain pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

4. Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang tak terlepas dari pemahaman dan menyatukan diri dengan keadaan alam, maka disarankan bagi guru IPA lebih menguasai terlebih dahulu inti dari pelajaran tersebut dengan membuat desain yang menggugah keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran IPA sehingga dapat diaplikasikan dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Penelitian ini sangat perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pada sampel yang lebih luas serta variabel penelitian yang berbeda.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Asmani, 2009. Jurus – Jurus Belajar Efektif untuk SD dan SMP.

Yogyakarta : DIVA Press.

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006) Standar Isi. Jakarta

Bloom, B. S,et. All (1982). Taxonomy of Education Objectives: The

Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: Logman Inc.

Dahar. 2006. Teori-teori Belajar&Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dick, W. and Carey Lou (1985) The Systematic Design of Instruction, Edition,

Glenview, Illinois, Foresman and Company.

Eysenk, M.W. (1981). “Learning Memory and Personality,” A Model For

Personality, ad. H.J Eysenk, New York: Spring-Verlag

Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Hamid K, Abdul. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Pascasarjana

UNIMED.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Hariwijaya.M. (2005). Tes Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelaja

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Indrawati, Surya. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SD Negeri 064978 Medan. http://digilib.unimed. ac.id. diakses 24 Januari 2014.

Johnson, David W., dkk. 2010. Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media

Kesmapuri, E.(2006). Perbedaan Motif Sosial Pada Remaja dengan Kepribadian

Ekstrovert dan Kepribadian Introvert. Skripsi. Universitas Guna Darma. http://gunadarma.ac.id diakses Februari 2014

Koeswara. E.(1991). Teori-teori Kepribadian.Bandung: Eresco


(36)

Panjaitan, Keisar. 2009. Pendidikan Masa Depan. Gorontalo: BMT Nurul Jannah Panjaitan, Keisar. 2010. Merancang Butir Soal dan Instrumen Untuk Penelitian.

Gorontalo: BMT Nurul Jannah.

Permendiknas, (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta

Rosalinda, A. (2006) Perbedaan Perilaku non asertif berdasarkan tipe

Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Universitas GunaDarma http://library.gunadarma.ac.id diakses Februari 2014

Rusman, 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta : PT. RajaGrafindo.

Sanjaya, W.(2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sari, Rita. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Kelas XI IPA 3 MAN 2 Tanjung Pura. http://digilib.unimed.ac.id. diakses 24 Januari 2014.

Siska, Firayanti. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kuala.

http://digilib.unimed.ac.id. diakses 24 Januari 2014.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana & Wari Suwariyah. 1991. Model – Model Mengajar CBSA.

Bandung : Sinar Baru Bandung.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito : Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta. Genap.

Jakarta:Indonesia Jaya.

Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga.

Supatmono, Catur. 2009. Matematika Asyik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: ROSDA


(1)

tindakan-tindakan lain misalnya siswa dengan kepribadian ekstrovert diberikan tugas atau latihan dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi sedangkan untuk siswa yang memiliki kepribadian introvert diberikan materi-materi remedial yang bertujuan memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri pengetaghuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Di samping itu, siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan orang lain (guru).

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari tipe kepribadian mengisyaratkan kepada guru dalam memilih model pembelajaran haruslah mempertimbangkan tipe kepribadian siswa. Dengan adanya kepribadian yang berbeda dalam diri siswa akan berperan terhadap reaksi positif atau negatif yang akan dilakukannya dalam merespon ide, gagasan, atau situasi tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, model pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tergantung dari karakteristik siswa. Adanya perbedaan kepribadian ini juga berimplikasi kepada guru dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert tentulah guru cenderung tidak mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa, tetapi bagi siswa dengan kepribadian introvert maka guru perlu memberikan perhatian yang lebih dan kontinu dalam memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa.


(2)

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan tipe kepribadian siswa. Bagi siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan juga bagi siswa yang memiliki kepribadian introvert lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru dapat menentukan tingkah laku yang bagaimana yang akan diperankan dalam merancang suatu pembelajaran sehingga dapat membentuk karakter siswa yang memberikan dampak positif bagi dirinya dalam menjalankan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa dengan kepribadian ekstrovert akan lebih efektif sebab partisipasi siswa dalam bekerja sama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam mempersiapkan media pembelajaran yang dapat memberi dukungan penuh dalam penerapan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kesesuaian antara model pembelajaran yang akan diterapkan dengan karakteristi siswa khususnya kecerdasan interpersonal siswa. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik. Meskipun demikian, perlu disadari tidak ada satupun model


(3)

pembelajaran yang benar-benar sesuai untuk setiap karakteristik siswa maupun karakteristik materi pembelajaran. Namun hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru mata pelajaran IPA untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam mengajarkan materi pelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik dan optimal dalam tujuan meningkatkan hasil belajarnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta implikasinya, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu:

1. Guru IPA diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih maupun menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi yang harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan kepribadian siswa.

2. Agar penerapan model pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif dan efisien sebaiknya guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap karakteristik, kebutuhan terutama tipe kepribadian siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kepribadian sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, guru diharapkan bukan sekedar meletakkan penyebab kegagalan pembelajaran pada model pembelajaran semata, tetapi guru perlu lebih memperhatikan tipe kepribadian siswa.

3. Hendaknya seorang guru selalu berusaha secara aktif menciptakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa, dan mengadakan


(4)

evaluasi terhadap keefektifan model pembelajaran tersebut. Dengan dilakukannya evaluasi tersebut, maka guru lebih mudah untuk mendesain pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

4. Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang tak terlepas dari pemahaman dan menyatukan diri dengan keadaan alam, maka disarankan bagi guru IPA lebih menguasai terlebih dahulu inti dari pelajaran tersebut dengan membuat desain yang menggugah keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran IPA sehingga dapat diaplikasikan dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Penelitian ini sangat perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pada sampel yang lebih luas serta variabel penelitian yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Asmani, 2009. Jurus – Jurus Belajar Efektif untuk SD dan SMP.

Yogyakarta : DIVA Press.

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006) Standar Isi. Jakarta

Bloom, B. S,et. All (1982). Taxonomy of Education Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: Logman Inc.

Dahar. 2006. Teori-teori Belajar&Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dick, W. and Carey Lou (1985) The Systematic Design of Instruction, Edition, Glenview, Illinois, Foresman and Company.

Eysenk, M.W. (1981). “Learning Memory and Personality,” A Model For Personality, ad. H.J Eysenk, New York: Spring-Verlag

Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Hamid K, Abdul. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Pascasarjana

UNIMED.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara Hariwijaya.M. (2005). Tes Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelaja Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Indrawati, Surya. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SD Negeri 064978 Medan. http://digilib.unimed. ac.id. diakses 24 Januari 2014.

Johnson, David W., dkk. 2010. Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media Kesmapuri, E.(2006). Perbedaan Motif Sosial Pada Remaja dengan Kepribadian

Ekstrovert dan Kepribadian Introvert. Skripsi. Universitas Guna Darma. http://gunadarma.ac.id diakses Februari 2014

Koeswara. E.(1991). Teori-teori Kepribadian.Bandung: Eresco Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo


(6)

Panjaitan, Keisar. 2009. Pendidikan Masa Depan. Gorontalo: BMT Nurul Jannah Panjaitan, Keisar. 2010. Merancang Butir Soal dan Instrumen Untuk Penelitian.

Gorontalo: BMT Nurul Jannah.

Permendiknas, (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Rosalinda, A. (2006) Perbedaan Perilaku non asertif berdasarkan tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Universitas GunaDarma http://library.gunadarma.ac.id diakses Februari 2014

Rusman, 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. RajaGrafindo.

Sanjaya, W.(2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sari, Rita. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Kelas XI IPA 3 MAN 2 Tanjung Pura. http://digilib.unimed.ac.id. diakses 24 Januari 2014.

Siska, Firayanti. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kuala.

http://digilib.unimed.ac.id. diakses 24 Januari 2014.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjana, Nana & Wari Suwariyah. 1991. Model – Model Mengajar CBSA.

Bandung : Sinar Baru Bandung.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito : Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta. Genap. Jakarta:Indonesia Jaya.

Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga.

Supatmono, Catur. 2009. Matematika Asyik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Warsono. 2013. Pembelajaran Aktif. Bandung: ROSDA


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

5 41 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMULYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK- WRITE PADA SISWA KELAS VIII.5 TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 13

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS 5 SEMESTER II SD N TEMPURSARI TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA SD

0 0 9

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TGT BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA MTS

0 0 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA SD

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SD NEGERI MENJER KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16