PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL KEPADA ANAK TUNAGRAHITA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN MODEL OPEN DESIGN DI SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL KEPADA ANAK
TUNAGRAHITA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
DENGAN TEKNIK PELATIHAN MODEL OPEN DESIGN
DI SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

FRANCISCUS SEHANA
NIM: 8136132062

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRACT
Sehana, Franciscus. Teacher’s Competence Improvement In Implementing

Vocational Skill To Mentally Retarded Child through Academic Supervision By
Using Technique of Training Open Design Model At SLB Negeri Serdang
Bedagai. Thesis. Medan: Controlling Supervision of Educational Administration
of Post Graduate Program of State University of Medan. 2015.
This study deals with school action research which is aimed at helping
teachers of Cultural Arts and Skill in improving their competence in implementing
vocational skill to mentally retarded child at SLB Negeri Serdang Bedagai. The
research hypothesis are: academic supervision by using technique of training
open design model can improve teachers’ competence in implementing vocational
skill to mentally retarded child.This research was conducted at SLB Negeri
Serdang Bedagai within three months started from April to June 2015. There were
5 teachers of Cultural Arts and Skill of SMALB used as subjects for this research
while the objects of research were: teachers’ competence in implementing
vocational skill to mentally retarded child. The analyzed data result about
teachers’ competence in implementing vocational skill to mentally retarded child
showed: at pre cycle 58,66% (under achieved), at cycle I: 68,66% (fairly
achieved), at cycle II: 74,66% (fairly achieved) and at cycle III: 91,33% (very
good achieved). This showed that there is improvement of teachers’ competence
after they were treated in achieving vocational skill and teachers’ competence in
implementing vocational skill to mentally retarded child.The findings of this

research are: teachers’ competence in implementing vocational skill to mentally
retarded child can be improved through academic supervision by using technique
of training open design model.

ABSTRAK
Sehana, Franciscus. Peningkatan Kemampuan Guru Membelajarkan
Keterampilan Vokasional Kepada Anak Tunagrahita Melalui Supervisi
Akademik Dengan Teknik Pelatihan Model Open Design di SLB Negeri
Serdang Bedagai. Tesis. Medan: Administrasi Pendidikan Konsentrasi
Kepengawasan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah yang bertujuan untuk
membantu guru Seni Budaya dan Keterampilan meningkatkan kemampuan
membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita di SLB
Negeri Serdang Bedagai. Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah melalui
supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design dapat
meningkatkan kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional
kepada anak tunagrahita. Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Serdang
Bedagai selama tiga bulan yaitu bulan April 2015 s.d awal Juni 2015. Subjek
penelitian ini adalah guru Seni Budaya dan Keterampilan tingkat SMALB
sebanyak 5 (lima) orang. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah:

Kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun
cair pencuci piring kepada anak tunagrahita. Hasil analisis data membelajarkan
keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita pada pra siklus (pre-test)
sebesar 58,66% (kurang) setelah dilakukan perlakuan pada siklus I sebesar
68,66% (cukup), dilanjutkan siklus II sebesar 74,66% (cukup) dan pada siklus
III sebesar 91,33 (sangat baik). Ini menunjukan adanya peningkatan
kemampuan guru dalam membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak
tunagrahita. Implikasi penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan guru
dalam membelajarkan keterampilan vokasional dapat ditingkatkan melalui
supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan
Tesis yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Membelajarkan
Keterampilan Vokasional Kepada Anak Tunagrahita Melalui Supervisi Akademik
dengan Teknik Pelatihan Model Open Design di SLB Negeri Serdang Bedagai”.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr.
Sahat Siagian, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan Tesis ini. Penulisan Tesis ini juga
dapat terwujud atas bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah,

Direktorat

Jenderal

Pendidikan

Menengah,

Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan Beasiswa S2
Kepengawasan

bagi Penulis sehingga dapat menempuh perkuliahan di


Universitas Negeri Medan
2. Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
3. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
4. Dr. Ir. Darwin, M.Pd. selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Prof.
Dr. Paningkat Siburian, M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Administrasi
Pendidikan.
5. Dr. Sukarman Purba, M.Pd , Dr. Ir. Darwin, M.Pd , Dr. Saut Purba, M.Pd
selaku narasumber dan penguji yang sangat banyak memberi masukan dan
saran dalam penulisan Tesis ini.
6. Bapak/Ibu Dosen di Program Pascasarjana UNIMED yang membekali Penulis
dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
7. Suhendri, S.Pd.I, M.A selaku Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri Serdang
Bedagai yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

8. Rosma Br. Sembiring, S.Pd, Koko Prayogo,S.Pd, Erna Hanim, S.Pd, Igen
Malem Katarina Barus, S.Pd, Neldewita, S.Pd, para guru dan anak- anak
kelompok keterampilan yang menjadi peserta pelatihan keterampilan
vokasional.

9. Orang tua tercinta Wardi Utomo (+) dan Ibunda Siyam, Isteriku tersayang Sri
Budiana, anakku Bede Griffith dan Dwi Astaningsih, yang selalu memberikan
semangat dan doa, sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi
Kepengawasan angkatan kedua yang telah memberikan bantuan moral dan
spiritual selama perkuliahan dan penyelesaian Tesis ini.
11. Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan perkuliahan
dan penulisan Tesis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan Tesis ini
namun masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, materi dan penggunaan
bahasa yang tepat. Oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan masukan dari
pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Penulis berharap mudah-mudahan tulisan
ini dapat menambah wawasan dan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan
dunia pendidikan di Indonesia.
Medan, Juni 2015
Penulis

Franciscus Sehana

DAFTAR ISI


ABSTRACT .......................................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................ ................ 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. ........9
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 11
BAB II : KAJIAN TEORETIS, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN.
A. Kajian Teoretis ............................................................................................ 12
1. Kemampuan Guru ................................................................................. 12
2. Keterampilan Vokasional Membuat Sabun Cair

Pencuci Piring ....................................................................................... 15
a. Keterampilan vokasional ................................................................ 15
b. Sabun cair pencuci piring................................................................ 17
3. Anak Tunagrahita.................................................................................. 21
a. Pengertian anak tunagrahita ............................................................ 21
b. Klasifikasi anak tunagrahita............................................................ 22
c. Karakteristik anak tunagrahita ...................................................... 23
d. Kemampuan vokasional anak tunagrahita...................................24
4. Supervisi Akademik .............................................................................. 26
5. Pelatihan Model Open Design .............................................................. 31
B. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………….…......................39
C. Kerangka Berfikir ……………………………………….......................... 40
D. Hipotesis Tindakan ………………………………………......................... 42

BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................................43
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
B. Subjek Penelitian ........................................................................................ 43
C. Devinisi Operasional Variabel ................................................................... 44
D. Desain Penelitian Tindakan..........................................................................46
E. Prosedur Tindakan Penelitian .....................................................................47

F. Tehnik dan Alat Pengumpul Data..... ............................................................. 52
1. Tehnik Pengumpul Data ....................................................................52
2. Alat Pengumpul Data .......................................................................53
G. Tehnik Analisa Data ...............................................................................57
H. Indikator keberhasilan tindakan .................................................................. 58
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 59
B. Pembahasan................................................................................................ 98
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 103
B. Implikasi ................................................................................................... 103
C. Saran .......................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ukuran Bahan Sabun ................................................................................... 19
1.2 Kegiatan Supervisi Akademik. .................................................................... 29
3.1 Subjek Penelitian ........................................................................................ 43

3.2 Tahapan Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah ........................................ 47
3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ................................................................... 53
3.4 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Pos-test ............................................................ 55
3.5 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Membuat Sabun Cair .............. 56
3.6 Kisi-kisi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ............................................ 56
3.7 Rentang Skor dan Kategori ........................................................................ 58
4.1 Deskripsi Nilai Pre-test .............................................................................. 60
4.2 Deskripsi Kemampuan G1 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I 62
4.3 Deskripsi Kemampuan G2 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 65
4.4 Deskripsi Kemampuan G3 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 66
4.5 Deskripsi Kemampuan G4 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 67
4.6 Deskripsi Kemampuan G5 Membuat Sabun Cair Pencuci Piring Siklus I . 69
4.7 Deskripsi Hasil Pos-test Siklus I ................................................................. 70
4.8 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G1) Siklus II ........................................... 73
4.9 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G2) Siklus II ........................................... 75
4.10 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G3) Siklus II .......................................... 77
4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G4) Siklus II ......................................... 78
4.12 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G5) Siklus II .......................................... 80
4.13 Deskripsi Hasil Pos-test Siklus II. .............................................................. 82


4.14 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G1) Siklus III ........................................ 85
4.15 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G2) Siklus III ........................................ 86

4.16 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G3) Siklus III ........................................ 88
4.17 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G4) Siklus III ........................................ 90
4.18 Deskripsi Hasil Observasi Guru( G1) Siklus III ........................................ 91
4.19 Deskripsi Hasil Pos-test Siklus III.............................................................. 93
4.20 Nilai Pre-test, pos-test siklus I, II, dan Siklus III ....................................... 95
4.21 Perbandingan peningkatan kemampuan guru dalam membelajarkan
keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada
anak tunagrahita hasilobservasi ................................................................. 96

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Pelatihan Model Open Design oleh Edy Susatya ................. 35
2.2 Alur Pelatihan Model Open Design yang dipakai ....................... 36
3.1 Siklus Penelitian Tindakan .......................................................... 46
4.1 Hasil Pre-test ............................................................................... 61
4.2 Hasil observasi G1 Siklus I .......................................................... 65
4.3 Hasil observasi G2 Siklus I .......................................................... 66
4.4 Hasil observasi G3 Siklus I .......................................................... 67
4.5 Hasil observasi G4 Siklus I .......................................................... 68
4.6 Hasil observasi G5 Siklus I ......................................................... 69
4.7 Hasil Pos-test Siklus I .................................................................. 71
4.8 Hasil observasi G1 Siklus II .......................................................... 74
4.9 Hasil observasi G2 Siklus II .......................................................... 76
4.10 Hasil observasi G3 Siklus II ......................................................... 78
4.11 Hasil observasi G4 Siklus II ......................................................... 79
4.12 Hasil observasi G5 Siklus II ......................................................... 81
4.13 Hasil Pos-test Siklus II ................................................................. 83
4.14 Hasil observasi G1 Siklus III ....................................................... 86
4.15 Hasil observasi G2 Siklus III ....................................................... 87
4.16 Hasil observasi G3 Siklus III ....................................................... 89
4.17 Hasil observasi G4 Siklus III ....................................................... 91
4.18 Hasil observasi G5 Siklus III ....................................................... 92
4.19 Hasil Pos-test Siklus III................................................................ 94
4.20 Hasil Pre-test, Pos-test Siklus I, II dan Siklus III ......................... 96
4.21 Hasil Observasi Kemampuan Guru Membelajarkan Keterampilan
Vokasional .................................................................................... 97

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia
sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.
Potensi itu tidak hanya dimiliki oleh manusia normal, tetapi juga oleh manusia yang secara
fisik maupun psikis mengalami hambatan, atau yang saat ini dikenal dengan istilah “anak
berkebutuhan khusus”.
Perundang-undangan Indonesia juga mengakui kesamaan hak dan kewajiban setiap
warga negara. Menurut pasal 15 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidik Nasional, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan
Khusus. Pasal 32 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan
Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan
Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan
luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum
tersedia.
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa
Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: (1) tunanetra, (2) tunarungu, (3)
tunawicara, (4) tunagrahita (5) tunadaksa, (6) tunalaras, (7) berkesulitan belajar (8) lamban

belajar (9) autis, (10) memiliki gangguan motorik, (11) menjadi korban penyalahgunaan
narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain dan (12) memiliki kelainan lain.
Menurut pasal 130 ayat (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta
didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. ayat (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat
dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan
kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4) menetapkan bahwa
Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi
antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.
Integrasi antarjenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu
lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan
seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antarjenis kelainan, maka dalam satu jenjang
pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan.
Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan
pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah. SLB Negeri
Serdang Bedagai menggunakan sistem integrasi antarjenjang dalam bentuk SLB satu atap dan
integrasi antarjenis kelainan. Penelitian ini dikhususkan pada guru yang mengajar anak
tunagrahita di SLB Negeri Serdang Bedagai pada jenjang SMALB.
Anak tunagrahita perkembangan intelektualnya mengalami hambatan sehingga
menimbulkan berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak tunagrahita
tidak seharusnya selalu tergantung secara penuh terhadap orang lain, pada dasarnya mereka
juga masih punya potensi yang dapat dikembangkan. Sesuai dengan hasil penelitian Atsushi
Nishio (2005:109) di Jepang bahwa orang-orang dengan Intellectual disability mampu untuk
kualifikasi pekerjaan sebagai home helper. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan bahwa
penyadang tunagrahita mampu bekerja, jika sebelumnya mendapatkan pelatihan secara

khusus. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya anak tunagrahita memiliki harapan untuk
mengembangkan potensi yang mereka miliki. Pengembanganya dapat dilakukan melalui
pendidikan di sekolah.
Siswa SLB Negeri Serdang Bedagai seluruhnya berjumlah 97 siswa yang terdiri
dari anak tunagrahita 60 siswa, tunarunggu 26 siswa, tunadaksa 5 siswa, autis 6 siswa. Guru
ada 20 orang, yang mengajar pada jenjang SMALB ada 11 orang, dengan latar belakang
pendidikan guru bidang studi ada 8 orang, PGSD ada 1 guru, PGMI ada 1 guru dan 1 orang
guru jurusan PLB. Keterampilan vokasional yang diajarkan di SMALB yaitu tata boga dan
tata busana.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas SMALB pada saat guru membelajarkan
keterampilan memasak, peserta didik terlihat kurang aktif. Dari hasil wawancara dengan
guru keterampilan di kelas SMALB diperoleh informasi bahwa tidak semua anak suka
keterampilan memasak. Bahan ajar ditentukan oleh guru, alokasi waktu

bidang studi

keterampilan 16 jam pelajaran per minggu, bahan-bahan keterampilan biasanya dibawa oleh
siswa, penilaian kemampuan anak diperlukan untuk pengisian raport, guru masih kurang
memahami prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita. Dan dari hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa anak yang telah
menyelesaikan jenjang pendidikan dari sekolah ini belum sepenuhnya dapat mandiri karena
terbatasnya keterampilan yang mereka miliki. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sekolah
dalam membekali berbagai jenis keterampilan vokasional yang sesuai dengan kebutuhan anak
tunagrahita. Selain itu kurang mampuanya guru mengajarkan berbagai jenis keterampilan
yang dibutuhkan oleh anak tunagrahita, karena terbatasnya keterampilan yang dimiliki oleh
guru.
Senada dengan hasil observasi dan wawancara yang terungkap dalam makalah
Ishartiwi (2010), memberikan gambaran bervareasinya pelaksanaan pendidikan keterampilan

dan juga permasalahan yang dihadapi oleh guru. Pelaksanaan pendidikan keterampilan di
Sekolah Luar Biasa (SLB) pada umumnya: (1) penetapan bahan ajar dan isi materi belum
sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan siswa. (2) tujuan pembelajaran keterampilan
sebagian besar masih sebagai mata pelajaran yang wajib dilaksanakan. Tujuan pembelajaran
belum dirumuskan untuk mencapai hasil belajar keterampilan fungsional dan atau
keterampilan pra-vokasional dan vokasional untuk bekal hidup pasca sekolah. (3) strategi
pembelajaran keterampilan masih sebatas pembelajaran kelas keterampilan. Sebagian besar
sekolah belum menerapkan strategi pembelajaran kontrak berkolaborasi dengan orang tua
siswa dan belum melakukan system magang kerja di lembaga atau tempat usaha yang
sesuai.(4) sumber belajar belum menggunakan replica atau lingkungan nyata. Media
pembelajaran masih terkesan seadanya. (5) belum semua sekolah membelajarkan
keterampilan memasarkan hasil kerjanya. (6) penilaian hasil belajar belum menerapkan
kriteria pencapaian performasi berdasar tingkat keterampilan (tingkat dasar, tingkat terampil,
tingkat mahir). (7) SDM guru belum seluruhnya memiliki kompetensi penguasaan isi materi
dan cara membelajarkan keterampilan bagi anak tunagrahita. Pelaksanaan pendidikan
keterampilan di SLB Negeri Serdang Bedagai juga mengalami permasalahan yang sama
dengan permasalahan yang dialami oleh guru pada umumnya. Sebagian besar guru
merupakan guru kelas, dan belum seluruhnya mengikuti pelatihan untuk membelajarkan
keterampilan kepada anak tunagrahita. Oleh sebab itu pembelajar keterampilan bagi anak
tunagrahita yang seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan anak agar pasca sekolah ia
mampu hidup mandiri ditengah masyarakat masih sulit terwujud.
Penyandang tunagrahita membutuhkan suatu pekerjaan yang bersifat vokasional atau
khusus yang memproduksi barang atau jasa yang dapat digunakan oleh masyarakat. Produk
tersebut diindikasikan laku atau tepat guna, bila masyarakat mau menggunakan atau mau
membelinya. Pembelian oleh masyarakat itu ditukar dengan nilai uang, dan nilai itu kembali

untuk biaya produksi dan penghidupan bagi mereka. Atas dasar itu, lembaga pembina dan
orang tua dan terutama guru dari penyandang tunagrahita perlu mempertimbangkan di dalam
menyiapkan masa depan kehidupan penyandang tunagrahita. Di samping itu, keterbatasaan
penyandang tunagrahita perlu menjadi pertimbangan utama untuk menetukan jenis pekerjaan
yang sesuai dilakukan mereka.
Pendidikan keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita dapat dimaknai sebagai
pemberian berbagai keterampilan sebagai bagian dari proses perolehan kecakapan hidup
yang diberikan di kelas, ditempat khusus atau di sekolah-sekolah oleh guru sebagai pendidik
atau praktisi yang dihadirkan untuk membimbing atau melatih mereka

sesuai dengan

hambatan yang dialaminya. Proses membelajarkan keterampilan kepada anak tunagrahita di
sekolah yang dilakukan oleh guru sering kita sebut pelatihan/pembimbingan dalam kegiatan
belajar mengajar.
Proses kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peran guru adalah menciptakan
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu
serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa
sebagai tujuanya. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar

hendaknya tertuju pada

perkembangan kreativitas peserta didik. Guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar
mengajar hendaknya memahami hal ini, guru sebaiknya mempunyai karakteristik dalam
mengembangkan kreativitas yaitu kompetensi dan minat mengajar, kemahiran dalam
mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibel, rasa humor,
menggunakan penghargaan dan pujian, minat luas, memberi perhatian terhadap masalah
anak, penampilan dan sikap yang menarik (Utami Munandar, 2002:145)
Seorang guru dituntut untuk lebih kreatif,

inovatif dalam menciptakan suasana

pembelajaran. Siswa tidak hanya diajarkan menghafal teori-teori, konsep-konsep, fakta,

rumus-rumus saja dengan metode ceramah sehingga membuat siswa tidak mendapatkan apa
yang dia perlukan.

Memberikan pengalaman langsung dengan mengkaitkan apa yang

dipelajari dengan konteks yang nyata lebih bermakna bagi siswa. Usaha peningkatan
kemampuan guru khususnya keterampilan vokasional sangat diperlukan untuk meningkatkan
kinerja guru anak tunagrahita.
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan guru anak tunagrahita dapat dilakukan
melalui supervisi akademik. Sudjana (2011:54) mengemukakan bahwa supervisi akademik
merupakan serangkaian kegiatan untuk memberikan bantuan keahlian kepada guru, agar
guru dapat memperbaiki atau meningkatkan kemampuan profesionalnya, khususnya
kemampuan melaksanakan pembelajaran agar peserta didik memperoleh hasil yang optimal.
Kegiatan supervisi akademik oleh pengawas sekolah meliputi: pemantauan, penilaian,
pelatihan/pembimbingan tugas pokok guru yakni merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran serta menilai kemajuan belajar peserta didik. Pada penelitian ini difokuskan
pada kegiatan pelatihan/pembimbingan guru anak tunagrahita.
Pelatihan/pembimbingan adalah proses membelajarkan guru melalui tatap muka agar
guru menguasai keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
(Sudjana, 2012:111). Selaras dengan dengan pendapat tersebut,
mengemukakan bahwa

Anwar (2003:24)

pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek

yang

mempergunakan prosedur sistimatis dan terorganisir. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu
proses memberikan bantuan bagi para guru atau pekerja untuk memperbaiki kekurangan
dalam melaksanakan pekerjaan. Secara umum tujuan pelatihan guru adalah untuk menambah
pengetahuan, keterampilan, perbaikan sikap dari peserta pelatihan. Pelatihan diyakini bisa
membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru. Penelitian
yang dilakukan oleh Sukoco (2010:82) pada guru SMP RSBI di kota Semarang,
menyimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kompetensi guru. Menurut Sagala (2013:203) pelatihan yang

sesuai

dengan kebutuhan berkontribusi signifikan untuk mengatasi kesulitan guru dalam mengajar
dan dapat meningkatkan kualitas profesionalisme guru.
Pelatihan yang ideal seharusnya dilaksanakan secara sistematik dan berkelanjutan.
Ada beberapa contoh model pelatihan yang telah dikembangkan oleh pakar pendidikan,
antara lain : 1) model Otto dan Glaser (1970) yang terdiri atas kegiatan : (a) menganalisis
masalah pelatihan; (b) merumuskan tujuan pelatihan; (c) memilih bahan, metode, teknik dan
media pelatihan; (d) menyusun dan melaksanakan kurikulum; (e) menilai hasil pelatihan; 2)
Model Parker (1976) yang terdiri atas kegiatan: (a) menganalisis kebutuhan pelatihan; (b)
mengembangkan tujuan pelatihan; (c) merancang kurikulum; (d) memilih metode
pembelajaran; (e) merancang pendekatan dan penilaian; (f) melaksanakan pelatihan ; (g)
mengukur hasil pelatihan 3) model Blank (1975), yang dikenal dengan model diklat berbasis
kompetensi. 4) Model pelatihan open design merupakan hasil penelitian pengembangan oleh
Edhy Susatya (Susatya, 2012:110)
Kendala utama dalam usaha memandirikan anak setelah mereka menyelesaikan
jenjang pendidikan dari sekolah ini adalah masih sedikitnya jenis keterampilan vokasional
yang diberikan kepada peserta didik dan masih kurang relevanya cara membelajarkan
keterampilan kepada anak. Hal ini akan menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran
dan hasil yang diharapkan, khususnya pada tujuan akhir dari pendidikan bagi anak
tunagrahita ini. Oleh karena itu maka perlu diusahakan peningkatan kemampuan guru di
sekolah ini terutama dalam membelajarkan keterampilan vokasional. Berdasarkan uraian
tersebut di atas maka peneliti mengadakan penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan
guru SLB Negeri Serdang Bedagai membelajarkan keterampilan vokasional kapada anak
tunagrahita melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah yang
dihadapi guru-guru anak tunagrahita di SLBN Serdang Bedagai berkaitan dengan
keterampilan vokasional yaitu sebagai berikut : (1) Anak tunagrahita pada dasarnya masih
mempunyai kemampuan potensial yang dapat dikembangkan, agar ia dapat mengurangi
ketergantunganya terhadap orang lain, (2)

SLB Negeri

Serdang Bedagai baru

mengembangkan 2 jenis keterampilan vokasional untuk semua jenis ketunaan, sehingga perlu
diupayakan peningkatan jumlah jenis keterampilan vokasional yang lain, (3) pembelajaran
keterampilan masih sebatas kelas keterampilan, (4) sebagian besar guru kurang memahami
prinsip-prinsip pemebelajaran keterampilan bagi anak tunagrahita, (5) penilaian kemampuan
siswa masih sebatas untuk pengisian raport, (6) guru belum seluruhnya mengikuti pelatihan
dan memiliki kompetensi penguasaan isi, materi dan cara pembelajaran keterampilan
vokasional bagi anak tunagrahita.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas maka karena adanya
keterbatasan waktu, dana dan keterbatasan pengetahuan penelitian, maka penelitian ini
dibatasi pada upaya peningkatan kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional
kepada anak tunagrahita melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open
design di SLB Negeri Serdang Bedagai. Kemampuan guru yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan guru untuk melatih dan membimbing anak tunagrahita pada saat
belajar keterampilan. Keterampilan vokasioanal pada penelitian ini dibatasi pada
keterampilan membuat sabun cair pencuci piring. Supervisi akademik dalam penelitian ini
terfokus pada kegiatan yaitu pelatihan/bimbingan tugas pokok guru. Teknik pelatihan
menggunakan model open design yang dikembangkan oleh Edhy Susatya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan
kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah (PTS)

ini adalah “Untuk meningkatkan

kemampuan guru membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita melalui
supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design”.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara luas bagi semua
pihak yang terlibat dalam peningkatkan kemampuan guru baik secara teoretik dan secara
praktis.
1. Manfaat secara teoretis, yaitu menambah khasanah dan pengetahuan tentang supervisi
akademik dengan teknik pelatihan model open design.
2. Manfaat secara praktis, antara lain :
a. Bagi kepala sekolah, dapat memecahkan masalah guru dalam meningkatkan
kemampuan guru pada proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermanfaat
bagi kehidupan anak didik dalam masyarakat.
b. Bagi guru, dapat lebih memahami proses pembelajaran keterampilan vokasional bagi
anak tunagrahita, sehingga pembelajaran yang di sampaikan lebih bermakna karena
didasarkan pada keadaan, kemampuan, dan kebutuhan anak.
c. Bagi guru bidang studi Seni Budaya dan Keterampilan dapat melakukan penelitian
tindakan kelas untuk menemukan solusi-solusi yang lain untuk mengatasi kesulitan
anak dalam mengikuti pembelajaran keterampilan vokasional pembuatan sabun cair
pencuci piring ini.

d. Bagi Pengawas sekolah, dapat memahami pelaksanaan supervisi akademik dengan
teknik pelatihan model open design .
e. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota sebagai bahan pertimbangan
untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan professional guru.
f. Bagi peneliti yang lain, dapat melakukan penelitian lanjutan berkaitan dengan hasil
penelitian yang ada ini.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini
adalah: melalui supervisi akademik dengan teknik pelatihan model open design, kemampuan
guru membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada
anak tunagrahita selalu meningkat pada setiap siklus. Peningkatan itu terlihat dari pre-test
dengan nilai rata-rata 58,66 meningkat pada siklus I menjadi 68,66 dan meningkat lagi pada
siklus II menjadi 74,66 dan meningkat lagi menjadi 91,33 pada siklus III. Dari hasil observasi
guru pada proses membelajarkan keterampilan vokasional kepada anak tunagrahita terjadi
peningkatan juga. Pada siklus II dengan nilai rata-rata 70,96 meningkat pada siklus III
menjadi 87,26. Dengan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi akademik dengan
teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada anak
tunagrahita.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, telah teruji bahwa supervisi akademik dengan
teknik pelatihan model open design dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
membelajarkan keterampilan vokasional membuat sabun cair pencuci piring kepada anak
tunagrahita.
Prosedur pelatihan model open design yang dipakai dibagi menjadi tiga fungsi
yaitu: fungsi perencanaan, fungsi pelaksanaan dan fungsi evaluasi. Fungsi perencanaan terdiri
dari tiga langkah yaitu analisis kebutuhan, penyusunan desain program dan penyusunan
perangkat pelatihan. Fungsi pelaksanaan terdiri dari empat langkah yaitu proses desain,

pelatihan kompetensi, realisasi karya, ekspose karya dan seminar. Fungsi evaluasi dengan
kegiatan evaluasi dan monitoring. Dalam pelaksanaanya langkah pelatihan kompetensi dan
langkah realisasi karya dijadikan satu, karena dianggap sejalan. Sedangkan langkah ekspose
hasil karya dan seminar dilaksanakan pada akhir pelatihan, untuk menghemat waktu dan
dapat melihat hasil karya secara keseluruhan.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis and Mc Taggart yang
mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,(3) pengamatan dan (4) reflektif.
Dalam pelaksanaan penelitian ini tahap perencanaan diisi dengan kegiatan perencanaan
pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan model alur open design. Tahap pelaksanaan diisi
dengan kegiatan pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan model alur open design yang
telah ditentukan. Tahap observasi dilakukan sejalan denagn tahap pelatihan kompetensi dan
realisasikarya. Tahap refleksi diisi dengan kegiatan evaluasi untuk menemukan kelemahankelemahan pelaksanaan dalam pelatihan serta menemukan solusinya yang dapat dijadikan
bahan analisi kebutuhan pada tahap perencanaan siklus berikutnya.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran
kepada :
1. Kepala sekolah, agar selalu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, khususnya pembelajaran keterampilan vokasional. Keterampilan
vokasional sangat dibutuhkan oleh anak tunagarhita agar mereka dapat hidup mandiri
pasca sekolah.
2. Guru, terutama guru keterampilan vokasional agar lebih kreatif dalam menghadapai
dan

menyelesaikan

hamabatan-hambatan

pembelajaran keterampilan vokasional.

anak

tunagrahita

dalam

mengikuti

3. Pengawas sekolah, agar pengawas sekolah mampu memberikan solusi-solusi yang
kreatif pada saat membantu guru menghadapi kesulitan, dalam membelajarkan
keterampilan kepada anak tunagrahita.
4. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota, agar selalu mengadakan dan
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan yang dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran.
5. Peneliti yang lain, agar peneliti yang lain mau mengadakan penelitian untuk
menemukan cara-cara membelajarkan keterampilan vokasional yang lain kepada anak
tunagrahita.

DAFTAR PUSTAKA
Alan, Cowling & Philip, James. 1996. The Essence of Personel Management an
Industrial Relation (terjemahan) Yogyakarta: ANDI
Amin, Moh. 1995. Ortopedik Anak Tunagrahita, Depdikbud, Jakarta
Anwar, Prabu. Mangkunegara. 2005:24. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia,
Bandung: Refika Aditama.
Atsushi Nishio. 2005. Challenge The People With Intellectual Disability For
Acquiring The Job in The Field of Care Service For The Early Through The
Home Helper Training Course hal. 109 ( Makalah yang disajikan pada 17 th
Asian Conference on Mental Retardation di Sheraton Mustika Hotel Yogyakarta)
Danim, Sudarwan. 1994. Tranformasi Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bumi Aksara.
Depdikbud. 1996. Pendidikan dan Pembinaan Karier Penyandang Tunagrahita
Dewasa, Jakarta: Dirjen Dikti.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar, Bandung: CV. Yrama Widya
Endaryanto, Herman dan Yustiana Wahyu Harumurti. 2014. Penilaian Belajar Siswa
di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius
Fitri, Nia Yolisa dkk. 2014. Profil Penyelenggaraan Keterampilan Kecakapan Hidup
(life skill) Bagi Anak Tunagrahita. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol.3
nomor. 3, September 2014.
Ghani, Rahman A. 2014. Metodologi Penelitian Tindakan Sekolah, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya,
Ivanccvich, Jhon dkk. 2008. Perilaku dan Menejemen Organisasi, Jakarta: Erlangga
Mathis R.L & Jackson J.H. 2002.
Salemba Empat.

Menejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Musfah,Jejen. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta, Kencana
Permadi, Suhendra. 2010. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Teori Human Capital. Jurnal. No. 29: 28—39.
Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Schermerhon. 2005. Management,

edition. USA. John & Sons, Inc.

Smith, D. D. & Luckasson,R.1972. Introduction to Special Education. Needham
Heights:Allyn an Bacon
Sondang P. 1991. Menejemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, Sutjihaji. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama
Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas
Sekolah. Bekasi: Bimantara-Publishing.
Supriati, Sri. 2013. Meningkatkan Keterampilan Membuat Kripik Kentang Melalui
Metode Latihan Bagi Anak Tunagrahita Ringan, Jurnal, E- JUPEKKU,vol. 1 no.2
PLB FIB UNP.
Susatya, Edy.2010 . Model Pelatihan Open Design, Modul Pelatihan, Yogyakarta,
UNY.
Wijaya, H.S dan Rusyam, Tabrani. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan,
Bandung: Nine Karya Jaya
Yuliati. 2003. Pengetahuan Kewirausahaan dan Minat Keterampilan Penyandang
Cacat. Jurnal Rehabilitasi & Remediasi, Nomor 1 UPI, Bandung
_____________ .2009. Standar Kompetensi Pengawas Demensi dan Indikator.
Bekasi: Bimantara.

Dokumen yang terkait

Peningkatan Mutu Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di SMK Negeri 1 Salatiga Menghadapi PKG 2016 (Solusi Perubahan dengan Gabungan Model Supervisi Akademik Artistic Model dan Cooperative Development Model)

0 3 9

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU BAHASA INDONESIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMP KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

0 3 29

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN TEORI MUSIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK WORKSHOP DI SMA SE-KECAMATAN SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

0 1 28

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON.

0 2 17

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INDONESIA MERENCANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN ON-THE-JOB TRAINING DI SMK KABUPATEN KARO.

0 2 34

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI (Studi Deskriptif tentang Keterampilan Vokasional di SLB Negeri Handayani).

2 3 31

STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN MATEMATIKA PADA MATERI LINGKARAN KEPADA ANAK TUNAGRAHITA (Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII SLB Muhammadiyah Cepu).

0 0 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN VOKASIONAL MELALUI PELATIHAN CETAK SABLON KAOS BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS XII DI SLB BAKTI PUTRA NGAWIS.

27 200 151

Pelatihan "Brain Gym" (senam otak) guru-guru SLB untuk meningkatkan Keterampilan Mengajar Membacar Anak Tunagrahita Ringan

0 0 2

Peningkatan Kemampuan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru MIN Amkoteng melalui Supervisi Akademik

0 0 8