KAJIAN TENTANG PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN SISWA SMA : Studi Deskriptif SMA Negeri 1 Ciamis, Kabupaten Ciamis.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidika Indonesia

Oleh

Alfy Rizki Maulana Malik 1001324

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(Studi Deskriptif SMA Negeri 1 Ciamis, Kabupaten Ciamis )

Oleh:

Alfy Rizki Maulana Malik 1001324

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(3)

Panitia ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji

3.1

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

3.2

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed

3.3

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002


(4)

Oleh

Alfy Rizki Maulana Malik

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

@ Alfy Rizki Maulana Malik 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(5)

ABSTRAK

Alfy Rizki Maulana Malik (1001324). “Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA” (Studi Deskriptif SMA Negeri 1 Ciamis, Kabupaten Ciamis)

Penelitian ini membahas Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA khususnya Siswa SMA Negeri 1 Ciamis yang meliputi faktor penyebab perilaku membolos, kegiatan yang dilakukan saat membolos sekolah, dampak dari perilaku membolos terhadap hasil belajar, upaya yang dilakukan untuk menekan angka siswa membolos, serta hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan upaya penanggulangan perilaku membolos. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ciamis yang beralamat Jalan Gunung Galuh No. 37 Daerah Ciamis Kota Kabupaten Ciamis. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Siswa, Guru Pkn, Guru BK, dan Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 1 Ciamis, serta masyarakat sekitar lingkungan SMA Negeri 1 Ciamis. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui beberapa tahap, dimulai dari reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Perilaku membolos siswa disebabkan oleh faktor guru, diri sendiri, lingkungan pergaulan, situasi sekolah, dan lingkungan keluarga, 2) Kegiatan yang dilakukan siswa selama membolos ialah merokok, berkumpul di warung kopi, bermain game

online, playstation, dan atau bermain kartu remi, 3) Perilaku membolos

berdampak bagi siswa, terutama menurunnya nilai akademik, hilangnya minat belajar, serta perubahan dalam sikap siswa ke arah negatif, 4) Upaya yang dilakukan untuk mencegah perilaku membolos siswa adalah dengan pemberian tiga kali kesempatan, peninggian benteng sekolah, memperketat penjagaan gerbang sekolah, 5) Hambatan yang dilalui ialah kurangnya respon para guru dalam setiap program yang dicanangkan, kepribadian siswa yang sulit dirubah, kurang efisiennya kerjasama yang dijalin dengan masyarakat lingkungan sekolah dan orang tua murid. Adapun rekomendasi yang ingin disampaikan kepada kepala sekolah yakni lebih konsisten terhadap aturan yang akan dijalankan, serta untuk para guru agar lebih bisa memilah dan memilih cara dalam memberikan sanksi kepada siswa agar dari pemberian sanksi tersebut tidak memunculkan rasa sakit hati. Kemudian untuk para siswa harus lebih dewasa dalam mengambil suatu keputusan. Untuk pemerintah ialah diharapkan bisa melaksanakan kerjasama dengan instansi terkait untuk kemajuan pendidikan. Selanjutnya untuk Jurusan PKn ialah lebih meningkatkan lagi kajian mengenai kenakalan remaja. Terkhir ialah untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lain yang lebih memfokuskan mengenai perilaku membolos siswa.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

1. Tujuan Umum ... 10

2. Tujuan Khusus... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

1. Secara Teoritis ... 10

2. Secara Praktis ... 11

E. Penjelasan Istilah ... 11

1. Perilaku Menyimpang ... 11

2. Kenakalan Remaja... 12

3. Siswa SMA... 12

F. Struktur Organisasi... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Tinjauan Tentang Perilaku Menyimpang ... 14

1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 14

2. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang ... 18

3. Penyebab Perilaku Menyimpang... 24

B. Tinjauan Umum Tentang Kenakalan Remaja ... 28

1. Kenakalan Remaja Menurut Para Ahli... 28

2. Jenis-jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja ... 31

3. Tinjauan Mengenai Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja ... 40

4. Tinjauan Umum Mengenai Membolos Sekolah... 41

5. Tinjauan Hukum Mengenai Kenakalan Remaja ... 42

C. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik SMA ... 43

1. Karakteristik ... 43

2. Siswa atau Peserta Didik ... 46

3. Karakteristik Siswa atau Peserta Didik ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50

1. Lokasi Penelitian ... 50

2. Subjek Penelitian ... 50


(7)

1. Pendekatan Penelitian ... 51

2. Metode Penelitian... 53

C. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Observasi ... 54

2. Wawancara ... 55

3. Studi Dokumentasi ... 56

4. Studi Literatur ... 56

5. Catatan Lapangan ... 56

D. Instrument Penelitian... 57

E. Tahap-tahap Penelitian ... 58

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 58

2. Tahap Perizinan ... 58

3. Tahap Penelitian ... 59

4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 60

5. Tahap Hasil ... 60

F. Validitas Data ... 60

1. Uji Kredibilitas ... 61

2. Pengujian Transferability ... 65

3. Pengujian Defenability ... 65

4. Pengujian Konfirmability ... 66

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 66

1. Data Reduction... 68

2. Data Display ... 69

3. Conclusion Drawing/Verification ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 71

1. Profil SMA Negeri 1 Ciamis ... 71

2. Visi, Misi, dan Strategi SMA Negeri 1 Ciamis ... 72

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Ciamis ... 76

4. Jumlah Guru dan Siswa... 76

5. Kegiatan Ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Ciamis ... 78

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

1. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis... 79

2. Kegiatan yang dilakukan Siswa SMA Negeri 1 Ciamis saat Membolos Sekolah ... 83

3. Dampak Perilaku Membolos terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 87

4. Upaya yang Dilakukan dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 91

5. Hambatan yang ditemui dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 97

C. Pembahasan Hasil ... 100

1. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis... 100


(8)

2. Kegiatan yang dilakukan Siswa SMA Negeri 1 Ciamis saat

Membolos Sekolah ... 109

3. Dampak Perilaku Membolos terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 113

4. Upaya yang Dilakukan dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 119

5. Hambatan yang ditemui dalam Menanggulangi Perilaku Membolos Siswa SMA Negeri 1 Ciamis ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Kesimpulan... 129

1. Kesimpulan Umum ... 129

2. Kesimpulan Khusus... 129

B. Saran ... 131

1. Untuk Kepala Sekolah... 131

2. Untuk Guru... 132

3. Untuk Siswa ... 132

4. Untuk Pemerintah... 133

5. Untuk Jurusan PKn... 133

6. Untuk Peneliti Berikutnya ... 133

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perubahan zaman yang terjadi dewasa ini telah memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya bagi kehidupan remaja yang selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan berbau modern yang tentunya tidak sesuai dengan nilai-nilai asli budaya Indonesia, hal tersebut menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat khususnya kehidupan para remaja Indonesia. Dalam hal ini Hawari dalam Yusuf (2007: 165-166) mengemukakan pendapat sebagai berikut:

Perubahan-perubahan yang serba cepat sebagai konsekuensi globalisasi, modernisasi, industrialisasi dan iptek telah menyebabkan perubahan pada nilai-nilai kehidupan sosial dan budaya. Perubahan itu antara lain terjadi pada nilai moral, etika, kaidah agama, dan pendidikan anak dirumah. Perubahan ini muncul karena dimasyarakat terjadi pergeseran pola hidup yang semula bercorak social religius ke pola individual matrealistis dan sekuler. Demikian pula pola hidup konsumtif telah mewarnai kehidupan anak dan remaja di perkotaan yang dampaknya adalah kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotik, alcohol dan zat adiktif lainnya.

Remaja adalah suatu aset yang sangat berharga bagi suatu bangsa, dimana merekalah generasi-generasi penerus bangsa yang akan mengenggam tongkat estafet demi kemajuan bangsa ini. Sejalan dengan hal tersebut, Surakhmad (1997: 12-13) menegaskan mengenai generasi muda sebagai berikut :

… adalah suatu fakta di dalam sejarah pembangunan umat yang akan memelihara keberlangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan mempercayakan hidupnya di dalam tangan generasi yang lebih muda. Generasi muda itulah yang kemudian memikul tanggung jawab untuk tidak saja memelihara kelangsungan hidup umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda yang seharusnya menerima tugas penulisan sejarah bangsanya tidak memiliki kesiapan dan kemampuan yang diperlukan oleh kehidupan bangsa itu, niscaya berlangsung kearah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan keterpurukan yang akhirnya sampai pada kehancuran. Karena itu, kedudukan angkatan muda dalam suatu masyarakat adalah vital bagi masyarakat itu.


(10)

Berdasarkan pernyataan Surakhmad di atas dapat dijelaskan bahwa generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu negara, bila tidak bisa memfilter diri dari perubahan yang super cepat dimasa sekarang seperti yang dikatakan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa keberlangsungan suatu negara akan menuju kepada kekerdilan dan keterpurukan yang akhirnya sampai pada suatu kehancuran negara tersebut.

Remaja sebagai bagian dari generasi muda yang tidak luput dari sorotan masyarakat karena masa remaja ini merupakan masa transisi untuk mencari identitas diri, masa peralihan atau pancaroba, dan rasa ingin tahu yang begitu besar. Dunia remaja merupakan dunia penuh dinamika, corak kehidupan, unik, menarik, dan ramai dimana remaja selalu ingin mencoba hal-hal yang baru, baik itu positif maupun negatif. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.

Pada hakikatnya, semua periode dalam rentang kehidupan itu penting, baik periode anak-anak, remaja, maupun dewasa. Namun dalam kadar kepentingannya itu berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan besarnya dampak yang dirasakan dalam setiap periode tersebut beda-beda, dimana periode kehidupan yang paling besar merasakan dampak dari setiap perubahan yang terjadi ialah periode masa remaja.

Dalam masa peralihan dan perkembangan baik fisik maupun mental, remaja seringkali menghadapi permasalahan-permasalahan tersendiri baik yang berasal dalam diri sendiri (factor intern) maupun yang berasal dari lingkungan (factor ekstern). Menurut Pikunas dalam Yusuf (2007: 184) menyatakan bahwa:

Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa

Strom & Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan social budaya orang dewasa.

Dalam masa peralihan dan perkembangan dimasa remaja ini, tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik remaja itu sendiri. Sebagai mana yang diutarakan oleh Nurihsan dan Agustin (2011: 58)


(11)

bahwa “Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.”

Ketika dalam masa peralihan ini remaja yang tidak bisa memfilter hal-hal baru yang disebabkan oleh perkembangan jaman dewasa ini, maka akan berakibat buruk baik bagi lingkungannya maupun bagi dirinya untuk jangka waktu yang panjang. Juntika dan Mubiar juga menyatakan bahwa ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi. Kedua, perubahan tubuh. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

Siswa merupakan bagian dari remaja yang tidak lepas dari permasalahan remaja pada umumnya, apalagi dewasa ini pengaruh globalisasi, modernisasi, perubahan sosial budaya dalam masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) yang tidak saja membawa dampak positif tetapi tetapi juga membawa dampak negatif, sehingga apabila siswa yang notabene sebagai pelajar tidak dapat memfilter diri dengan baik dari pengaruh-pengaruh yang masuk maka dapat mengakibatkan dirinya terjerumus dan terpengaruh pada hal-hal yang negatif yang pada akhirnya akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri dan dapat merusak masa depan diri mereka sendiri serta dapat merugikan bagi lingkungan sekitarnya.

Dampak negatif dari globalisasi yang tidak bisa di filter oleh para siswa akan membuat perubahan dalam perilaku siswa yang cenderung menjadi kenakalan remaja. Perilaku menyimpang atau kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan norma-norma hukum, kebiasaan, atau adat istiadat yang berlaku di mana orang tersebut tinggal. Sebagai mana yang diutarakan oleh Dimiyati (1980: 32) yang menyatakan bahwa:

Perilaku menyimpang anak/remaja ditinjau dari segi pendidikan yaitu mereka dianggap mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, tidak mentaati peraturan yang berlaku mengalami kesulitan dalam pergaulan dan aspek lain yang mengganggu serta merugikan dirinya sendiri atau merugikan orang lain. Akibatnya penyimpangan tingkah laku mereka semua ini dilakukan berulang kali oleh mereka.


(12)

Permasalahan yang terjadi dewasa ini sering terdapat siswa yang melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan remaja seperti terlambat masuk sekolah, bolos sekolah, tidak mengikuti upacara, berpakaian tidak sesuai dengan aturan, tidak mengerjakan tugas, melawan kepada guru, tawuran, merokok di lingkungan sekolah, tergabung dalam geng motor yang meresahkan masyarakat, dan lain sebagainya.

Berbagai macam perilaku menyimpang tersebut, ada salah satu perilaku menyimpang atau kenakalan remaja yang terjadi hampir disetiap sekolah yang ada di dunia ini, yaitu membolos sekolah atau jam pelajaran.

Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar, setidaknya mereka yang pernah mengenyam pendidikan pasti sudah mengnal atau merasakan yang namanya membolos, sebab perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Adapun pengertian membolos yang dikemukakan oleh Kartono (2008: 21) menyatakan bahwa “Membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses

pengkondisian lingkungan yang buruk”

Tindakan membolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap pelajaran, guru, maupun suasana sekolah. Buntutnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan di daerah-daerah pun perilaku membolos sudah menjadi kegemaran.

Banyak sekolah mengalami permasalahan yang sama, kesemua di sebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari anak itu sendiri. Bagi seorang siswa yang berada dimasa remaja, biasanya mereka penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan berkatifitas itu sangat mengganggu sekali.

Banyak kasus-kasus yang terjadi ketika siswa-siswa sekolah sedang membolos, misalkan kecelakaan, minum-minuman keras, tawuran, berjudi kecil-kecilan untuk mengisi waktu membolos sampai ada beberapa kasus yang sampai diketahui warga sekitar dan aparat pemerintah, tentu saja hal ini akan mencoreng


(13)

nama baik orang tua dari siswa, sekolah, lembaga pendidikan, dan pemerintahan daerah itu sendiri.

Efek yang paling ditakutkan dari perilaku membolos ini adalah menjadi kebiasaan bagi siswa-siswa tersebut sampai ke jenjang perguruan tinggi dan masa kerja nanti. Karena ketika perilaku ini dibiarkan akan menjadi sebuah kebiasaan, bisa dibilang perilaku membolos para pekerja sekarang karena ketika masa sekolah mereka sering melakukan tindakan membolos.

Apabila kita ingin merubah kebiasaan buruk para pekerja baik pekerja kantoran maupun swasta dalam hal membolos ataupun perilaku, alangkah baiknya kita menekankan perubahan dimasa sekolah, karena ketika dimasa sekolah adalah waktu yang tepat untuk membentuk karakter manusia dibandingkan ketika mereka sudah dewasa.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Budimansyah dalam Gunawan (2012: 36), bahwa “Ketika kita ingin membentuk karakter siswa harus dilakukan secara berkelanjutan (kontinuitas), tidak bisa dalam sekejap”. Maka dari itu, ketika siswa terbiasa membolos dalam jangka waktu yang panjang, maka itu akan menjadi kebiasaannya.

Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Juntika dan Mubair yang disebutkan sebelumnya, jadi dari beberapa pernyataan tersebut saling berkesinambungan anatara satu dengan yang lainnya. Maka dapat ditarik kesimpulan dari pemaparan kasus-kasus di atas, jelas seorang guru mempunyai peranan penting dalam menangani masalah tersebut, khususnya guru Pendidikan Kewarganegaraan, karena pada hakekatnya peran seorang guru PKn bukan hanya mengajarkan materi yang ada kepada siswa, tetapi peran dan fungsi guru PKn juga adalah membentuk karakter siswa agar menjadi lebih baik lagi.

Hal tersebut telah dibuktikan oleh Brody dalam Branson, dkk (1999: 7)

yang berjudul “Belajar Civic Education dari Amerika” bahwa “Secara keseluruhan, siswa SMU yang mengikuti kelas-kelas mata pelajaran kewarganegaraan, pemerintahan, dan sejarah Amerika, lebih menunjukan


(14)

Hasil penelitian Branson tersebut dapat kita lihat bahwa mata pelajaran PKn memiliki peran yang penting dalam membentuk karakter siswa agar menjadi lebih baik lagi, tetapi tidak menghilangkan peran orang tua, masyarakat, dan teman sebaya dalam pembentukan karakter siswa tersebut.

Melihat masalah kenakalan yang dilakukan para siswa ini perlu adanya suatu usaha pencegahan dan penanggulangan yang benar-benar serius, bijaksana, dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait. Penanggulangan ini harus dilakukan sejak dini kepada anak-anak supaya tidak terus berkembang dan berlanjut sampai menginjak dewasa, karena dapat berakibat buruk bagi diri anak itu dan dapat merusak masa depan mereka serta lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak, bukan saja pihak sekolah tetapi juga orang tua, teman dan pemerintah. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Reiss dalam Adang (2010: 103) yang membedakan dua macam kontrol dalam menjelaskan kenakalan remaja yaitu sebagai berikut:

Personal control adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan sosial control adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat melaksanakan norma-norma atau peraturan-peraturan menjadi efektif.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pengontrolan perilaku remaja itu bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pengontrolan oleh diri sendiri dan pengontrolan yang dilakukan oleh orang atau lembaga berwenang yang berada disekitar ruang lingkup siswa tersebut. Apabila pengontrolan oleh diri sendiri gagal, maka sudah jelas, orang dan lembaga yang ada disekitar remaja tersebut mempunyai tanggung jawab dalam mengkontrol perilaku remaja apabila perilaku remaja tersebut menyimpang dari kaidah-kaidah yang ada.

Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan itu bisa saja menjadi sumber masalah baru, berbagai macam perilaku menyimpang atau kenakalan remaja itu bisa terjadi ketika para siswa tersebut sedang membolos sekolah, karena pada hakikatnya, ketika seorang siswa sedang membolos sekolah, tidak mungkin dia akan kembali pulang ke rumahnya sebelum jam sekolah selesai, yang


(15)

terjadi adalah dia akan mencari tempat atau kegiatan yang bisa dia lakukan untuk menunggu jam sekolah selesai, dan biasanya di waktu ini lah siswa-siswa tersebut rentan melakukan kenakalan remaja lainnya selain membolos. Bila ini terus dibiarkan bukan saja anak itu sendiri tetapi juga sekolah dan guru yang menjadi orang tua di sekolah yang menanggungnya. Banyak kasus-kasus yang diakibatkan oleh membolos seperti yang telah diuraikan di atas.

Banyak teori-teori mengenai penyebab siswa membolos, ciri-ciri siswa yang membolos, perilaku siswa yang sering membolos, kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama membolos, solusi untuk mencegah dan menanggulangi perilaku siswa-siswa yang sering membolos, dan masih banyak lagi teori-teori lainnya. Maka dari itu, didalam penelitian ini, peneliti akan mencari, meninjau, menelaah, serta mengsinkronisasikan dari teori-teori yang sudah ada tersebut dengan kondisi dilapangan yang akan diteliti oleh peneliti.

Adapun data pra-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Ciamis beberapa waktu lalu dan mendapatkan beberapa data awal yang menunjang peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan ini.

Peneliti melakukan wawancara secara random kepada beberapa siswa SMA Negeri 1 Ciamis. Dari data yang didapat menunjukan bahwa para siswa siswi SMA Negeri 1 Ciamis ini masih sering melakukan tindakan keluar dari sekolah tanpa sepengetahuan guru maupun penjaga piket pada pertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung dengan berbagai alasan, diantaranya ialah malas terhadap guru mata pelajaran tertentu, ajakan teman, kesempatan dari situasi dan kondisi di dalam sekolah itu sendiri.

Adapun persentase perkiraan banyaknya siswa yang sering melakukan tindakan keluar dari sekolah tanpa sepengetahuan guru maupun penjaga piket (membolos sekolah) pada pertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung dari bulan September 2013 sampai Desember 2013 adalah sebagai berikut :


(16)

Tabel 1.1

Persentase Banyaknya siswa yang keluar sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung

Bulan

September Oktober November Desember

Tingkatan

Kelas 10 11% 10% 9% 10%

Kelas 11 12% 13% 11% 13%

Kelas 12 14% 12% 14% 15%

JUMLAH 37% 35% 33% 38%

Sumber: Diolah oleh Peneliti 2014

Data di atas didapat bukan dari pihak sekolah atau guru, melainkan dari para siswa sebagai narasumber yang sering melakukan tindakan keluar dari sekolah tanpa sepengetahuan guru maupun penjaga piket pada pertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut dikarenakan, pihak sekolah tidak memiliki data siswa-siswa yang keluar dari sekolah dipertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, data di atas tidak menunjukan persentase sebenarnya, karena merupakan perkiraan dari beberapa siswa sebagai narasumber.

Tabel persentase di atas belum termasuk data dimana ketika disekolah sedang mengadakan kegiatan berupa porseni atau acara-acara yang diselenggarakan pihak sekolah maupun OSIS, dimana ketika disekolah diselenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut, hampir 50% lebih siswanya baik laki-laki atau perempuan keluar sekolah dipertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung atau kegiatan yang sedang diselenggarakan. Tapi, apabila ditinjau lebih jauh lagi, dari beberapa tahun ke belakang jumlah siswa yang keluar dari sekolah dipertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung sedikit berkurang, hal tersebut dikarenakan adanya upaya dari sekolah dimana benteng bagian belakang sekolah yang selalu dipakai siswa untuk keluar dari sekolah dipertengahan jam pelajaran yang sedang berlangsung dipertinggi, sebagaimana yang diutarakan oleh salah satu narasumber.

Sebagaimana usaha yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, tidak membuat persentase siswa yang keluar dari sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung berkurang drastis. Hal tersebut dikarenakan para siswa tidak


(17)

kekurangan akal mencari cara untuk keluar dari sekolah pada saat jam pelajaran yang sedang berlangsung.

Mengingat betapa pentingnya remaja sebagai generasi muda, maka generasi muda sangat penting dibina dengan baik. Sementara itu gejala kenakalan remaja semakin banyak terjadi. Sehingga, hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap remaja atau siswa Sekolah Menengah Akhir, khususnya tentang faktor-faktor penyebab siswa terbiasa membolos. Penelitian ini dikemas dalam judul penelitian : “KAJIAN TENTANG PERILAKU

MENYIMPANG DI KALANGAN SISWA SMA”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tentang Perilaku Membolos dikalangan siswa SMA, dimana membolos dalam hal ini adalah para siswa keluar dari sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung tanpa sepengetahuan pihak sekolah maupun guru. Adapun penjabaran dari pokok permasalahan tersebut sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor penyebab perilaku membolos dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis?

2. Kegiatan apa saja yang dilakukan saat membolos oleh siswa SMA Negeri 1 Ciamis?

3. Bagaimanakah dampak perilaku membolos dikalangan siswa terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?

5. Hambatan-hambatan apa yang dialami dalam menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(18)

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab perilaku membolos dikalangan peserta didik serta dampak yang akan diterima oleh peserta didik yang sering melakukan tindakan membolos tersebut, dimana perilaku membolos yang dimaksud adalah tindakan keluar sekolah dipertengahan jam pelajaran tanpa sepengetahuan guru piket maupun pihak sekolah, yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah model pendidikan karakter yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan nilai dan moral, khususnya pembentukan sikap dan perilaku peserta didik yang berfungsi sebagai upaya meminimalisir perilaku membolos dikalangan peserta didik.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab perilaku membolos dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis?

2. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan saat membolos oleh siswa SMA Negeri 1 Ciamis?

3. Untuk mengetahui bagaimanakah dampak perilaku membolos dikalangan siswa terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?

4. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan dalam menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis? 5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang dialami dalam

menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA Negeri 1 Ciamis?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pada dasarnya dapat diperoleh setelah melalui kegiatan penelitian. Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi penulis mengenai faktor-faktor penyebab perilaku membolos pada kalangan peserta


(19)

didik untuk dijadikan modal oleh penulis maupun steakholder yang bersangkutan dalam menanggulangi masalah perilaku membolos pada kalangan peserta didik tersebut. Serta diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan nilai dan moral, khususnya pembentukan sikap dan perilaku peserta didik.

2. Secara Praktis

Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Diketahuinya faktor-faktor penyebab perilaku membolos dikalangan siswa SMA N 1 Ciamis.

b. Diketahuinya kegiatan apa saja yang dilakukan saat membolos oleh siswa SMA Negeri 1 Ciamis.

c. Diketahuinya dampak perilaku membolos dikalangan siswa terhadap hasil belajar siswa di SMA N 1 ciamis.

d. Diketahuinya upaya apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA N 1 Ciamis.

e. Diketahuinya hambatan-hambatan yang dialami dalam menanggulangi perilaku membolos siswa di SMA N 1 Ciamis.

E. Penjelasan Istilah

1. Perilaku Menyimpang

Dalam KBBI perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Sedangkan menurut Lawang (Tersedia dalam http://ssbelajar.blogspot.com/2013/05/perilaku-menyimpang.html diakses tanggal 21 Januari 2014) mengungkapkan sebagai berikut:

Penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.


(20)

Hal tersebut sejalan dengan pengertian perilaku menyimpang menurut Horton (Tersedia dalam http://ssbelajar.blogspot.com/2013/05/perilaku-menyimpang.html diakses tanggal 21 Januari 2014) yang mengutarakan bahwa

“Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat”.

Jadi, perilaku menyimpang merupakan suatu perilaku individu yang tidak dibatasi oleh umur yang dinilai melanggar hukum, kebiasaan, atau norma-norma yang berlaku dilingkungannya, dimana ketika ada seseorang yang berperilaku bertentangan dengan hal tersebut, akan ada pihak berwenang yang akan memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.

2. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu perilaku meyimpang yang dilakukan oleh segelintir manusia yang menginjak usia remaja, menurut Willis dalam Adang (2010: 383) yang mengungkapkan:

Kenakalan anak dan remaja itu adalah disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat di mana anak dan remaja itu tinggal. Penghargaan yang diharapkan remaja itu ialah dalam bentuk tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut suatu peranan sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa.

Selanjutnya menurut Hasan dalam Adang (2010:383) mengatakan bahwa

“Secara sosiologis kenakalan remaja ialah kelakuan atau perbuatan anti sosial dan

anti normative”. Berdasarkan pemaparan-pemaparan mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kenakalan remaja adalah suatu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang dimana orang tersebut termasuk golongan remaja, dimana perilaku menyimpang tersebut adalah perilaku mereka yang dinilai bertentangan dengan kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, atau hukum yang berlaku di mana ia bertempat tinggal atau melangsungkan hidupnya.

3. Siswa SMA

Siswa atau yang disebut juga sebagai Peserta Didik adalah seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan formal, sedangkan SMA kependekan dari Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu jenjang pendidikan formal yang


(21)

ada di Indonesia. Menurut Ahmadi (Tersedia dalam

http://akromislamiccenter.blogspot.com/2011/05/peserta-didik-pengertian-kewajiban-dan.html diakses tanggal 26 Januari 2014) menyebutkan pengertian peserta didik sebagai berikut:

Peserta Didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.

Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukan bahwa Siswa SMA atau Peserta Didik adalah seseorang yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa dimana hal tersebut dilakukan disalah satu jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia yang disebut Sekolah Menengah Atas (SMA).

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab skripsi mulai dari bab satu hingga bab terakhir. Skripsi ini terdiri atas lima bab, pada bab satu sebagai pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi. Pada bab dua merupakan kajian pustaka dipaparkan tentang perilaku menyimpang khususnya Kenakalan Remaja, dan karakter siswa atau peserta didik. Pada bab tiga dipaparkan mengenai lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, pengujian data, tahap penelitian, serta teknik pengolahan dan analisis data. Pada bab empat dipaparkan mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data hasil penelitian, pengujian data, dan pembahasan hasil penelitian. Sementara itu, pada bab lima dipaparkan mengenai hasil kesimpulan penelitian dan saran.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Ciamis yang beralamat di Jl. Gunung Guluh No. 37, Kel. Ciamis, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada Siswa SMA Negeri 1 Ciamis serta guru PKn dan masyarakat lingkungan SMA Negeri 1 Ciamis. Subjek penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1979) dalam Basrowi & Suwandi (2008:93) merupakan sumber informasi, sedangkan Moleong mengemukakan bahwa “subjek penelitian orang dalam pada latar penelitian”. Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti dikemukakan oleh Nasution (2001 :32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara

“purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjukan orang lain

dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Dilihat dari pengertian diatas, subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purpive bertalian dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka subjek dalam penelitian ini akan ditentukan secara langsung oleh peneliti dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan penelitian yang akan diteliti. Subjek tersebut ada yang bersifat menyeluruh, yaitu melibatkan seluruh warga sekolah, yang dimaksudkan untuk mengamati gambaran segala aktivitas guru PKn dan siswa di SMA Negeri 1 Ciamis secara umum melalui observasi. Namun, ada juga subjek yang ditentukan secara khusus dengan maksud untuk


(23)

memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sampel penelitian. Adapun yang dijadikan subjek dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Daftar dan Jumlah Responden

No. Responden Jumlah

1. Wakasek Pembina Kesiswaan 1

2. Siswa SMA Negeri 1 Ciamis 15

3. Guru PKn 2

4. Guru BK/BP 2

5. Penjaga Sekolah 1

6. Masyarakat Lingkungan Sekolah 3

Jumlah 24

Sumber diolah oleh Peneliti (2014)

Hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan perbandingan antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari berbagai pernyataan yang disampaikan oleh para subjek penelitian.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian kualitatif berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup di dapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadang kala perlu juga melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.


(24)

Menurut Moleong dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif” (2010: 6) menyebutkan:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami penomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Berdasarkan pernyataan tersebut sangat jelas menunjukan bahwa penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan, karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk meneliti fokus permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu kajian tentang perilaku menyimpang di kalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis yang membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan konseptual yang pada akhirnya penulis berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti kedalam bentuk uraian-uraian. Disamping itu, pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi selama penelitian.

Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan Basrowi (2008: 22) mengungkapkan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Dalam penelitian kualitatif, penulis sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama, sebagaimana yang diungkapkan oleh Moleong (2010: 132) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis data, analisis penafsiran, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya.


(25)

Jadi, selama proses penelitian ini, penulis akan lebih banyak melakukan komunikasi dengan subjek penelitian di SMA Negeri 1 Ciamis. Dalam penelitian ini lebih mengungkapkan secara deskriptif hasil penelitian yang akan dicapai.

2. Metode Penelitian

Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Metodologi penelitian adalah suatu

cara yang digunakan dalam mencari sesuatu hal dengan menggunakan logika berpikir sehingga diperoleh suatu hasil yang diinginkan. Masyhuri dan Zainuddin (2008: 151) menjelaskan mengenai pengertian metode sebagai berikut:

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.

Dilihat dari pernyataan diatas menunjukan bahwa dalam suatu penelitian harus menggunakan metode penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Moh Nazir (1988: 63), yaitu:

Metode deskriptif adalah suatu metoda dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Pengertian metode deskriptif ini lebih ditegaskan lagi oleh Winarno Surakhmad (1990: 140) yaitu sebagai berikut:

Pertama, memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada saat

sekarang atau bersifat sakaral (up to date). Kedua, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan yang kemudian dianalisis (karena ini metode ini sering pula disebut metode analitik.


(26)

Metode ini dirasa penulis sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena penelitian ini berusaha mencari gambaran tentang perilaku menyimpang atau kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa-siswa SMA Negeri 1 Ciamis, khususnya mengenai penyebab siswa tersebut berperilaku menyimpang (membolos sekolah), kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama membolos sekolah, akibat dari perilaku tersebut, serta cara menanggulanginya.

Menurut Best dalam Sukardi (2004: 157) menyatakan “Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya. Sedangkan Nasution (2001: 5) menyatakan bahwa:

Penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistic walaupun tidak menolak data kuantitatif.

Penulis melakukan penelitian dengan studi deskriftif karena sesuai dengan sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran nyata tentang penyebab, tujuan, cara menanggulangi perilaku menyimpang atau kenakalan remaja khususnya membolos yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Ciamis.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Endang Danial (2009: 77) menyatakan bahwa: “Observasi ialah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi

merupakan langkah awal untuk memperoleh data yang diperlukan”. Observasi dalam penelitian ini bertujuan agar penulis memperoleh gambaran yang mendalam mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja khususnya membolos dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis. Dalam proses observasi ini penulis telah melakukan pra-penelitian di SMA Negeri 1 Ciamis dan mendapatkan gambaran awal mengenai masalah-masalah yang akan diteliti di SMA Negeri 1 Ciamis dari beberapa narasumber yang ditemui oleh penulis secara random.


(27)

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan data yang faktual mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja khususnya perilaku-perilaku yang dilakukan selama membolos sekolah yang terjadi dikalangan siswa SMA Negeri 1 Ciamis. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada berbagai pihak, baik dengan guru PKn, guru BK, Wakasek Pembina kesiswaan, siswa di SMA Negeri 1 Ciamis, maupun masyarakat lingkungan sekolah yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut, Basrowi dan Suwandi, (2008: 127) menjelaskan bahwa:

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan

itu”.

Adapun maksud mengadakan wawancara dalam suatu penelitian kualitatif, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong (2010: 186), antara lain:

Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan dating; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Berdasarkan pendapat diatas sudah jelas maksud dengan diadakan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi lebih luas, mulai dari kejadian masa lalu, kejadian yang sedang berlangsung, dan kejadian yang diharapkan dimasa yang akan datang, dimana kegiatan wawancara ini akan dilakukan secara terus menerus sampai data yang didapat dirasa sudah cukup untuk bahan yang diperlukan dalam penelitian ini. Data yang didapat dari hasil wawancara tersebut akan diolah oleh peneliti untuk menunjang penelitian yang dilakukan.


(28)

3. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, Basrowi dan Suwandi (2008: 158) mengatakan bahwa:

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.

Teknik ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.

4. Studi Literatur

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.

Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang erat dan dapat menunjang masalah yang dikaji atau diteliti. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan literatur yang berkaitan erat dengan peran sekolah, guru, dan masyarakat sekitar dalam menanggulangi masalah kedisiplinan siswa dalam hal tidak mengikuti jam pelajaran disekolah (membolos).

5. Catatan Lapangan

Menurut Bogan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong (2010: 209)

menyatakan bahwa “catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan


(29)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan catatan lapangan untuk mengumpulkan berbagai data dilapangan (SMA Negeri 1 Ciamis dan lingkungan sekitarnya) untuk menunjan hasil penelitian yang baik dalam penelitian kualitatif ini. Dimana dalam penelitian kualitatif ini, terkadang banyak permasalahan dan pertanyaan yang akan muncul ketika peneliti berada dilapangan. Oleh karena itu, catatan lapangan sangat diperlukan oleh peneliti untuk menunjang keberhasilan penelitian tersebut.

D. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti merupakan instrumen utama (key

instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan

dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti sendiri akan terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan observasi dan wawancara secara mendalam.

Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya ketika melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi atau sebaliknya.

Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Observasi ini dimaksudkan untuk mengamati orang-orang dan juga kegiatan yang dilakukan dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, yaitu diantaranya melakukan observasi tempat dimana interaksi sosial sedang berlangsung, yaitu diwarung-warung tempat siswa membolos jam pelajaran sekolah dan tempat-tempat berkumpul siswa-siswa saat diluar jam sekolah, dan juga didalam lingkungan sekolah tersebut.


(30)

Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrument penelitian dan pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan pengalaman, pendapat, perasaan, keinginan, dan pengetahuan sumber data mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dikalangan siswa SMA. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka peneliti menggunakan bantuan alat-alat yang menunjang hal tersebut, yaitu antara lain buku catatan untuk mencatat percakapan dengan narasumber, tape recorder untuk merekam semua percakapan atau pembicaran dengan narasumber, dan kamera untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan narasumber atau informan, dengan adanya bukti-bukti tersebut, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian ini, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, untuk memudahkan dan membuat penelitian ini berjalan secara sistematis, maka harus melalui beberapa tahapan penelitian, dimana tahapan-tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam tahapan ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, seperti menentukan fokus permasalahan serta objek penelitian yang akan diteliti. Setelah itu, peneliti mengajukan judul serta proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing skripsi, maka peneliti melakukan prapenelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek, objek, serta lokasi penelitian.

2. Tahap Perijinan

Dalam tahapan ini, peneliti malakukan permohonan perizinan agar dapat dengan mudah melakukan penelitian yang sesuai dengan objek dan subjek penelitian. Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:


(31)

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI Bandung untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI Bandung.

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI Bandung untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

c. Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari UPI, peneliti menyampaikan surat rekomendasi tersebut kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ciamis untuk mendapatkan izin agar peneliti dapat melakukan penelitian disekolahnya.

d. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, kemudian peneliti melakukan penelitian langsung dengan subjek penelitian yaitu : Siswa, Guru, Wakasek Pembina Kesiswaan, Penjaga Sekolah SMA Negeri 1 Ciamis, serta masyarakat dilingkungan SMA Negeri 1 Ciamis.

3. Tahap Penelitian

Dalam tahapan ini merupakan tahapn inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam tahap ini sebagai berikut:

a. Menghubungi Kepala Sekolah untuk meminta izin bahwasanya peneliti akan melaksanakan penelitian.

b. Menghubungi Siswa-siswa yang sudah ditentukan untuk melaksanakan wawancara.

c. Menghubungi Guru-guru yang sudah ditentukan untuk melaksanakan wawancara.

d. Menghubungi penjaga sekolah untuk melaksanakan wawancara.

e. Menghubungi pemilik warung disekitar sekolah yang sering dijadikan tempat membolos siswa untuk melaksanakan wawancara.


(32)

f. Menghubungi masyarakat umum sekitar sekolah yang sudah ditentukan untuk melaksanakan wawancara.

g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Dalam tahapan ini, data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah sesuai sususnan kebutuhan peneliti dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu, dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah.

5. Tahap Hasil

Dalam tahapan ini, peneliti menggabungkan seluruh bagian atau bab penelitian yang telah ditulis peneliti untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitian dalam sebuah siding ujian skripsi.

F. Validatas Data

Proses pengembangan instrument dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengujian validitas data, pengujian ini diperlukan mengingat bahwa penelitian kualitatif sering sekali diragukan keabsahan datanya (validitas data), oleh karena itu dibutuhkan cara untuk dapat memenuhi criteria kredibilitas data tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 270) menegaskan bahwa: “Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),

transferability (validitas eksternal), defendability (reliabilitas), dan confirmabiliti (obyektivitas)”. Dari pernyataan tersebut menegaskan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tahapan, dimana setiap tahapan tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam menentukan keabsahan data yang diperoleh.

Selanjutnya Sugiono (2012: 270-277) menjelaskan mengenai uji keabsahan tersebut sebagaimana berikut:


(33)

1. Uji Kredibilitas

Dalam pengujian kredibilitas data terdapat bermacam-macam cara pengujian. Menurut Sugiyono (2012: 270) menegaskan sebagaimana berikut:

“Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpenjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck”.

Gambar 3.1

Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif menurut Sugiyono

Sumber: Diadopsi oleh Peneliti (Sugiono, 2012:270)

a. Perpanjangan Pengamatan

Menurut Sugiyono, perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan nara sumber yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif karena ketika peneliti awal terjun ke lapangan akan dianggap orang asing oleh nara sumber, maka informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.

Dengan diadakannya perpanjangan pengamatan, hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin dekat atau terbentuk rapport, ketika hal ini sudah


(34)

terjadi, maka nara sumber akan semakin terbuka kepada peneliti dalam memberikan informasi yang bersangkutan dengan penelitian.

Setelah adanya keterbukaan yang lebih dari nara sumber, peneliti bisa mengecek kembali apakah data yang sudah didapatkan tetap sama atau ada bedanya, ketika terjadi perbedaan maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

b. Meningkatkan Ketekunan

Menurut Sugiyono meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Hal ini sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif karena dengan meningkatkan ketekunan berarti peneliti akan mengecek kembali hasil penelitiannya apakah benar atau ada yang salah, ketika mengecek kembali ternyata ada kesalahan, maka peneliti bisa memperbaiki data tersebut sehingga peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

c. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2012: 273) menegaskan sebagai berikut:

“Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan triangulasi waktu”.

Berdasarkan pernyataan diatas menjelaskan bahwa triangulasi merupakan salah satu cara pengujian kredibilitas data dimana triangulasi berfungsi sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. 1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang ditelah ditentukan oleh peneliti dimana dalam penentuannya berdasarkan keterkaitannya dengan penelitian.


(35)

Gambar 3.2

Triangulasi Sumber Data

Sumber: Diadopsi oleh Peneliti (Sugiono, 2012:273)

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda, dimana teknik yang dimaksud diantaranya adalah wawancara, observasi, serta kusioner/dokumentasi.

Gambar 3.3

Triangulasi Sumber Teknik Pengumpulan Data


(36)

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valif sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Gambar 3.4

Triangulasi Sumber Waktu Pengumpulan Data

Sumber: Diadopsi oleh Peneliti (Sugiono, 2012:274)

d. Analisis Kasus Negatif

Menurut Sugiyono (2012: 275) menjelaskan bahwa: “Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat

tertentu”. Selanjutnya Sugiyono (2012: 275) menegaskan sebagaimana berikut: Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.

Dilihat dari pernyataan diatas bisa dijelaskan bahwa dalam tahap ini, peneliti akan benar-benar mencari data dari berbagai sumber yang bersangkutan


(37)

dengan penelitian sampai data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut menyatakan hal yang sama.

e. Menggunakan Bahan Referensi

Menurut Sugiyono (2012: 275) menyatakan bahwa: “…yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti”. Yang dimaksud dari pernyataan tersebut

adalah adanya bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian, sebagai contoh rekaman wawancara.

f. Mengadakan Membercheck

Menurut Sugiyono (2012: 276) menyatakan bahwa: “Membercheck adalah

proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.” Sedangkan Tujuan dari membercheck menurut Sugiyono (2012: 276) adalah: “Tujuan

membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan”.

2. Pengujian Transferability

Sugiyono (2012: 276) menjelaskan bahwa:

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validitas eksternal menunjukkkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini, maka penulis dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, dengan demikian penulis berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Pengujian Defenability


(38)

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut juga reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merefleksi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji dependability.

Berkaitan uji dependability, peneliti bekerjasama dengan pembimbing untuk mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan maksud supaya penulis dapat menunjukkan jejak aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukkan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukkan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

4. Pengujian Konfirmability

Sugiyono (2012: 368) menjelaskan bahwa:

Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan. Confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menguji hasil penelitian tersebut secara bersama-sama dan disepakati banyak orang. Karena pada dasarnya ketika suatu penelitian ada data tetapi tidak ada proses, maka penelitian tersebut mesti diragukan konfirmabilitinya.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh, dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data yang tinggi. Oleh karena itu


(39)

dilakukanlah analisis data dalam penelitian kualitatif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012: 244) mengenai analisis data sebagai berikut:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pernyataan tersebut menjelaskan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari narasumber. Bila jawaban dari narasumber kurang memuaskan setelah dianalisis, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan yang lebih mendalam sampai tahap tertentu, dimana pertanyaan tersebut muncul bukan dari yang sudah direncanakan sebelumnya, melainkan muncul dari jawaban narasumber apabila jawaban tersebut dirasa masih menyimpan sebuah jawaban lainnya yang diperlukan oleh peneliti, serta apabila ada petunjuk yang ditujukan oleh narasumber, peneliti akan terus mencari tahu sampai semua jawaban dari narasumber dan semua petunjuk yang ditujukan memberikan jawaban yang dianggap sudah kredibel, setelah itu peneliti akan mengorganisasikan data yang diperoleh ke dalam kategori dan memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun oleh orang lain. Selanjutnya Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 246) mengemukakan bahwa :

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Dilihat dari pendapat Miles dan Hubermen diatas menjelaskan bahwa analisis data yang dilakukan didalam penelitian kualitatif berlangsung secara terus menerus dan mendalam sampai data yang didapat dinilai sudah cukup dan terasa jenuh dan ada pula aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data


(40)

Gambar 3.5

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Diadopsi dari Huberman 1992

1. Data Reduction

Reduksi data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif data yang didapat dari lapangan cukup banyak. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama penelitian dilapangan, maka jumlah data yang didapat akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, dimana fungsi reduksi data adalah untuk mencarikan, menggolongkan, mengarahkan hasil-hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Sesuai dengan pendapat Nasution (2001: 129) yang menyatakan:

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mencarikan, menggolongkan, mengarahkan hasil – hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal – hal yang dianggap penting oleh peneliti. Dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk mempemudah pemahaman terhadap data yang telah tekumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai dengan masalah dan aspek – aspek permasalahan yang diteliti.

Dilihat dari pengertian diatas menunjukan bahwa penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti akan menghasilkan data yang banyak, kompleks, dan rumit, oleh karena itu, dengan reduksi data peneliti akan mencari, menggolongkan, dan


(41)

mengarahkan hasil-hasil penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti untuk data penelitian. Karena hal itu lah peneliti menggunakan reduksi data.

2. Data Display

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dimana dalam penelitian kualitatif, mendisplaykan data bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, Nasution (2001: 129) menyatakan :

Display data adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Sebagaimana pengertian diatas, peneliti akan menghubungkan data-data yang didapat agar bisa menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan pola hubunganya agar data hasil dari penelitian mudah dimengerti baik oleh peneliti maupun orang lain.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan veritifikasi. Penarikan kesimpulan dan veritifikasi dilakukan setelah dua tahap sebelumnya benar-benar sudah dilakukan dengan baik dengan bentuk pernyataan singkat serta mudah dipahami. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana yang diuraikan oleh Moleong (2010: 192) sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkap permasalahan secara tepat.

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian. Sebagaimana pernyataan Moleong tersebut dengan jelas menggambarkan urutan proses dalam analisis data, mulai dari penggolongan data, pendeskripsian


(42)

data, hingga difokuskan pada subtantif fokus penelitian. Selanjutnya Nasution (2001: 129) menyatakan bahwa Kesimpulan atau Verifikasi sebagai berikut :

Upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal – hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut maka kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan bisa berkembang setelah melakukan penelitian dilapangan.


(1)

131

Alfy Rizki Maulana Malik, 2014

Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hambatan dari pihak orang tua siswa ialah: Pertama, terkadang orang tua siswa tidak menjalankan kesepakatan sesuai dengan apa yang telah disepakati. Kedua, orang tua siswa terkadang tidak memenuhi panggilan pihak sekolah.

Hambatan dari pihak guru ialah: Pertama, ada beberapa guru yang terbilang acuh atas himbauan pihak sekolah yang berkenaan dengan anjuran untuk menyukseskan program-program penanggulangan perilaku membolos siswa. Kedua, terdapat beberapa guru yang dalam memberikan hukuman kepada murid tidak sesuai kaidah. Ketiga, terdapat beberapa guru yang tidak menjalankan peraturan dengan sebagaimana mestinya yang menimbulkan penilaian dari siswa bahwa aturan hanyalah sebatas aturan saja, tidak dijalankan.

Hambatan yang berasal dari pihak masyarakat lingkungan sekolah ialah: Pertama, masyarakat lingkungan sekolah yang membuka usaha jajanan siswa di depan gerbang sekolah. Kedua, adanya tempat usaha milik masyarakat yang bisa dijadikan tempat membolos oleh siswa. Ketiga, masyarakat pemilik tempat usaha yang sering dijadikan tempat siswa membolos kurang bisa diajak kerjasama oleh pihak sekolah.

B. Saran

Atas dasar kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan proses penanggulangan perilaku membolos dikalangan siswa SMA. Saran-saran tersebut diberikan kepada:

1. Untuk Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan lagi dalam pelaksanaan rapat guru dalam kaitannya mengenai siswa membolos sekolah.

b. Lebih menekankan kepada para guru untuk bekerjasama dalam proses penanggulangan perilaku membolos siswa.


(2)

132

Alfy Rizki Maulana Malik, 2014

Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Mengawasi dan menindak para guru yang melakukan tindakan yang

kurang baik kepada para siswa yang bisa menyebabkan rusaknya mental para siswa.

d. Dalam menentukan suatu keputusan atau aturan mengenai perilaku

membolos siswa, alangkah baiknya bukan hanya berdasarkan pemikiran teori semata, tetapi harus melihat faktor-faktor penyebab dari perilaku membolos siswa itu sendiri, serta apa yang diharapkan oleh para siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

e. Lebih konsisten dalam pelaksanaan program-program yang telah

dicanangkan dan merevisi nama program kesempatan tiga kali.

2. Untuk Guru

a. Lebih konsisten terhadap aturan yang berlaku dan aturan yang

diberlakukan oleh guru itu sendiri di dalam kelasnya, agar tidak timbul pemikiran kurang baik dari para siswa.

b. Harus melihat situasi dan kondisi siswa serta lingkungannya ketika akan memberikan suatu sanksi atas pelanggaran yang siswa lakukan, jangan sampai pemberian sanksi yang pada hakikatnya bertujuan agar pelaku tidak melakukan perbuatannya dikemudian hari malah membuat pelaku lebih berontak.

c. Guru harus lebih banyak menguasai metode mengajar serta kreatif dalam pelaksanaan belajar mengajar dikelas dan bisa menciptakan suasana yang nyaman, asik, dan tidak membuat para siswa jenuh.

3. Untuk Siswa

a. Lebih pintar dalam memilih rekan sepermainan.

b. Bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya, baik untuk dimasa sekarang ataupun untuk masa yang akan datang dilihat dari dampaknya.

c. Harus lebih memperkuat pengawasan diri agar tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh negatif yang ada dilingkungan sekitar dia berada.


(3)

133

Alfy Rizki Maulana Malik, 2014

Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Mencoba melampiaskan emosi yang ada dengan cara mengisi waktu

dengan kegiatan yang bersifat positif, contohnya dengan menggeluti hobi yang disukai.

4. Untuk Pemerintah

a. Kembali melaksanakan program kerjasama dengan berbagai instansi

terkait untuk kemajuan pendidikan, contohnya program razia pelajar dilaksanakan kembali.

b. Meningkatkan kerjasama dengan semua sekolah yang ada diwilayahnya dalam kaitannya mengenai perilaku membolos siswa dengan cara menganjurkan berbagai kegiatan yang dapat membentuk kararakter warga negara yang baik.

c. Mewajibkan berbagai program yang dinilai bermanfaat dan memiliki pengaruh yang baik untuk pembentukan karakter siswa yang lebih baik. 5. Untuk Jurusan PKn

a. Lebih meningkatkan kajian mengenai perilaku menyimpang atau

kenakalan remaja yang pada akhirnya mampu menyumbangkan suatu strategi untuk meminimalisir maraknya perilaku menyimpang tersebut, baik secara teoritis maupun praktis.

b. Perlu membekali mahasiswa dengan berbagai kemampuan, terutama

dalam hal penanggulangan munculnya perilaku menyimpang di kalangan siswa.

6. Untuk Peneliti Berikutnya

a. Menyarankan agar peneliti berikutnya melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan perilaku menyimpang atau kenakalan remaja pada kalangan siswa SMA dimana dalam penelitiannya.

b. Lebih memfokuskan terhadap cara penanggulangan yang baik dan benar mengenai perilaku membolos siswa agar bisa diterapkan oleh sekolah lain yang notabene angka membolos siswanya besar.


(4)

Alfy Rizki Maulana Malik, 2014

Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Adang, YA. (2010). Kriminologi. Bandung: PT Refika Aditama.

Ahmadi, A dan Uhbiyati, N. (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badudu, JS dan Zain, SM. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Basrowi dan Suwandi.(2008), Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Branson, MS, dkk. (1999). Belajar "Civic Education" dari Amerika. Yogyakarta: LKIS dengan didukung The Asia Foundaton (TAF).

Danial, E. & Wasriah, N. (2009). Dasar-dasar Umum Metodelogi dan Pengajaran Nilai Moral. Bandung: IKIP.

Dimiyati. (1980). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, SB. (2000). Psikologi Belajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.

Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kartono, K. (2002). Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kewijaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartono, K. (2008). Patologi Sosial II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Masyhuri dan Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyono, B.Y. (1995). Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta:Kanisius.


(5)

Alfy Rizki Maulana Malik, 2014

Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nata, A. (2005). Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurihsan, AJ dan Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT Refika Aditama.

Rahardjo. (1999). Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers. Surakhmad, W. (1997). Psikologi Pemuda. Bandung.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Surakhmad. W. (1990). Implementasi dan Pengendali. Jakarta: Mandar Maju. Willis, S. (2008). Remaja & Masalahnya. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, SLN. (2004). Psikologi Perkembangan Andak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, SLN. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Lainnya

Akrom, M. (2011). Peserta Didik. [Online]. Tersedia:

http://akromislamiccenter.blogspot.com/2011/05/peserta-didik-pengertian-kewajiban-dan.html [26 Januari 2014]


(6)

Alfy Rizki Maulana Malik, 2014

Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Badi, S. (2010). Fenomena Kenakalan Remaja dan Pengaruhnya Pada Karakter Siswa di Sekolah. tidak diterbitkan.

Ksubho. (2009). Prilaku Membolos Dikalangan Pelajar. [Online]. Tersedia: http://id.netlog.com/ksubho/blog/blogid=12388 [21 Desember 2013]. Lestari, FP. (2008). Dampak Perceraian Terhadap Kenakalan Remaja. tidak

diterbitkan.

Moeljatno. (2006). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Saragih, A. (2012). Penyimpangan Sosial dalam Masyarakat, Pengertian, Bentuk,

Jenis, Dampak, dan Upaya Pencegahannya. [Onlien].

Tersedia:http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/11/penyimpangan-sosial-dalam- masyarakat.html?m=1 [30 Januari 2014].

Sari, RR. (2012). Peserta Didik. [Online]. Tersedia:

http://riedushine.wordpress.com/2012/12/27/peserta-didik/ [6 Maret 2014]. Suharti, N. (2011). Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Karakter dan Mencegah Munculnya Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa. tidak diterbitkan.

Tyo, S. (2012). Permasalahan dan Penanganan Masalah Remaja. [Online].

Tersedia:

http://blogsulistyo.blogspot.com/2012/12/permasalahan-dan-penanganan- masalah.html [5 Maret 2014].

Usat, R. (2013). Penyebab Muncul dan Berkembangnya Premanisme 1. [Online].

Tersedia:

http://robertusat.blogspot.com/2013/09/penyebab-muncul-dan-berkembangnya_5587.html [2 Februari 2014]

Wrahatnala, B. (2013). Pengertian Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli.

[Online]. Tersedia: