FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL:Survey Pada Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung.

(1)

No Daftar/FPEB/275/UN.40.7.D1/LT/2014

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL

(Survey Pada Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Astri Nuraeni Kusumawardani (0901863)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL

(Survey Pada Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung)

Oleh:

Astri Nuraeni Kusumawardani

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Astri Nuraeni Kusumawardani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

ASTRI NURAENI KUSUMAWARDANI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL

(Survey Pada Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I

Dr. Ikaputera Waspada, M.M NIP. 19610420 198703 1 002

PEMBIMBING II

Susanti Kurniawati, S.Pd, M.Si NIP. 19760111 200912 2 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, M.M NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2RUMUSAN MASALAH ... 11

1.3TUJUAN PENELITIAN ... 12

1.4MANFAAT PENELITIAN ... 12

1. MANFAAT ILMIAH ... 12

2. MANFAAT PRAKTIS ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 14

2.1 KAJIAN PUSTAKA... 14

2.1.1 Perkembangan Usaha Sektor Informal ... 14

2.1.1.1Sektor Informal ... 14

2.1.1.2Perkembangan Usaha ... 17

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Sektor Informal .. 20

2.1.2.1Modal Kerja ... 20

2.1.2.2Pendidikan ... 24

2.1.2.3Perilaku Kewirausahaan ... 26

2.1.2.4Keterampilan Mengelola Administrasi ... 29

2.1.2.5Hubungan Modal Kerja dengan Perkembangan Usaha ... 30

2.1.2.6Hubungan Pendidikan dengan Perkembangan Usaha ... 30

2.1.2.7Hubungan Perilaku Kewirausahaan dengan Perkembangan Usaha ... 31

2.1.2.8Hubungan Keterampilan Mengelola Administrasi dengan Perkembangan Usaha ... 31

2.1.3 Penelitian Terdahulu ... 32

2.2KERANGKA BERPIKIR ... 34

2.3HIPOTESIS ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN ... 38

3.2METODE PENELITIAN ... 38

3.3POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4OPERASIONAL VARIABEL ... 41


(5)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.7PENGUJIAN INSTRUMEN PENELIITAN ... 44

3.7.1 Tes Validitas ... 46

3.7.2 Tes Reliabilitas ... 47

3.8TEKNIK ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ... 48

3.8.1 Teknik Analisis Data ... 48

3.8.1.1Uji Normalitas ... 49

3.8.1.2Uji Asumsi Klasik ... 49

1. Uji Multikolinearitas... 49

2. Uji Heteroskedastisitas ... 51

3. Uji Autokorelasi ... 53

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 55

1. Uji-t Koefisien Regresi Parsial ... 55

2. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Keseluruhan (Uji-F) ... 56

3. Koefisien Determinasi Majemuk (R2) ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1HASIL PENELITIAN ... 58

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58

4.1.2 Gambaran Umum Responden ... 59

4.1.2.1Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.1.2.2Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Waktu Usaha ... 60

4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 62

4.1.3.1Perkembangan Usaha ... 62

1. Perkembangan Usaha ... 62

2. Laba ... 62

4.1.3.2Modal Kerja ... 64

4.1.3.3Pendidikan ... 66

4.1.3.4Perilaku Kewirausahaan ... 67

4.1.3.5Keterampilan Mengelola Administrasi ... 72

4.1.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 75

4.1.4.1Uji Validitas ... 75

4.1.4.2Uji Reliabilitas ... 77

4.1.5 Hasil Analisis Data ... 77

4.1.6 Uji Normalitas ... 79

4.1.7 Uji Asumsi Klasik ... 80

4.1.7.1Uji Multikolinearitas ... 80

4.1.7.2Uji Heterokedastisitas... 81

4.1.7.3Uji Autokorelasi ... 82

4.1.8 Pengujian Hipotesis ... 84

4.1.8.1Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji-t)... 84

1. Uji t Variabel X1 (Modal Kerja) ... 85


(6)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2.1 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Perkembangan Usaha ... 89

4.2.2 Pengaruh Pendidikan Terhadap Perkembangan Usaha ... 91

4.2.3 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Perkembangan Usaha ... 93

4.2.4 Pengaruh Keterampilan Mengelola Administrasi Terhadap Perkembangan Usaha ... 97

4.3IMPLIKASI PENDIDIKAN ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 KESIMPULAN ... 101

5.2 SARAN ... 102


(7)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1 Perkembangan Perdagangan Kota Bandung pada Tahun 2006-2007 ... 2

Tabel 1.2 Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Pasar dan Kondisinya di Kota Bandung pada Tahun 2011 ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung Tahun 2013 ... 5

Tabel 1.4 Pendidikan Terakhir Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung... 7

Tabel 1.5 Laba Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung Bulan April-Juni Tahun 2013 ... 9

Tabel 1.6 Rata-rata Perkembangan Laba Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung Bulan April-Juni Tahun 2013 ... 10

Tabel 2.1 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan ... 28

Tabel 2.2 Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 3.1 Jumlah Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung ... 39

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung ... 40

Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel ... 41

Tabel 3.4 Skor Jawaban Berdasarkan Skala Likert ... 44

Tabel 3.5 Uji Statistik Durbin-Watson d ... 54

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Waktu Usaha ... 61

Tabel 4.3 Klasifikasi Rata-rata Laba per Bulan dalam 3 Bulan Terakhir ... 63

Tabel 4.4 Klasifikasi Rata-rata Modal Kerja per Bulan dalam 3 Bulan Terakhir ... 65

Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden ... 66

Tabel 4.6 Skor Pilihan Jawaban Skala Likert ... 68

Tabel 4.7 Klasifikasi Bobot Standar Variabel Perilak Kewirausahaan... 69

Tabel 4.8 Deskripsi Skor Capaian Variabel Perilaku Kewirausahaan ... 69

Tabel 4.9 Skor Pilihan Jawaban Skala Likert ... 72

Tabel 4.10 Klasifikasi Bobot Standar Variabel Perilaku Kewirausahaan ... 73

Tabel 4.11 Deskripsi Skor Capaian Variabel Keterampilan Mengelola Administrasi ... 73

Tabel 4.12 Uji Validitas Variabel Pendidikan ... 75

Tabel 4.13 Uji Validitas Variabel Perilaku Kewirausahaan ... 76

Tabel 4.14 Uji Validitas Variabel Keterampilan Mengelola Administrasi ... 76

Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Variabel ... 77

Tabel 4.16 Corelation Statistics... 80

Tabel 4.17 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)... 85

Tabel 4.18 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 87


(8)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Gambar 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Waktu Usaha ... 61

Gambar 4.3 Klasifikasi Rata-rata Laba per Bulan dalam 3 Bulan Terakhir ... 63

Gambar 4.4 Klasifikasi Rata-rata Modal Kerja per Bulan dalam 3 Bulan Terakhir... 65

Gambar 4.5 Pendidikan Terakhir Reponden ... 67

Gambar 4.6 Uji Normalitas ... 79

Gambar 4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 81

Gambar 4.8 Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson ... 82

Gambar 4.9 Hasil Analisis dengan Diferensi Pertama ... 83

Gambar 4.10 Hasil Uji Bresusch-Godfrey atau Uji LM ... 84

Gambar 4.11 Uji t Variabel Modal Kerja ... 85

Gambar 4.12 Uji t Variabel Pendidikan ... 86

Gambar 4.13 Uji t Variabel Perilaku Kewirausahaan ... 86


(9)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Sektor Informal (Survey Pada Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung)

Oleh

Astri Nuraeni Kusumawardani 0901863

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran umum dan pengaruh dari modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi terhadap perkembangan usaha sektor informal. Penelitian ini difokuskan kepada pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung dengan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 228 pedagang. Perkembangan usaha dalam penelitian ini berdasarkan konsep dari HIPKI yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal adalah modal, pendidikan, perilaku kewirausahaan, keterampilan mengelola administrasi dan pengetahuan pemasaran. Metode yang digunakan adalah metode survey, sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para pedagang.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh temuan penelitian bahwa modal kerja dan laba berada pada kategori rendah, pendidikan berada pada kategori sedang, perilaku kewirausahaan berada pada kategori sedang dan keterampilan mengelola administrasi berada pada kategori sedang. Modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi secara simultan berpengaruh terhadap perkembangan usaha sektor informal. Secara parsial, modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal. Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan siginifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal. Keterampilan mengelola administrasi tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan usaha sektor informal.


(10)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(A Survey towards Informal Sector Subjects in Pasar Gede Bage Bandung)

by

Astri Nuraeni Kusumawardani 0901863

The objective of this research is to elaborate the general understanding and the influence of working capital, entrepreneurship and the skills to manage the administration towards the development of informal sector itself. This research is focusing on the subject of informal sector in Pasar Gede Bage Bandung with 228 salesman as the sample. The development of the business in this research is based on the concept from HIPKI which mentioned that the factors influence in this sector are working capital, education, enterpreneurship, administration management skill, and marketing knowledge. The method used in this research is survey method, in the other hand for data collecting the method used is spreading questionnaire to the salesman as the subject.

Based on the research result and the data analysis, it was found that working capital and business profit are in the low category; education, enterpreneurship, and administration management skill are in middle category. Working capital, education, enterpreneurship, and administration management skill simultaneously influencing towards the business development of informal sector. Partially, the influence of working capital, education, and enterpreneurship are both positive and significant. In the other hand, the skill of admisitration management is nor positively or significantly influence the informal sector business development.


(11)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi problema bagi para pedagang, di satu sisi mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga, tapi di sisi lain mereka juga harus menyiapkan kembali modal berdagang yang cukup besar karena dikhawatirkan adanya kenaikan harga karena adanya kenaikan BBM.

Modal yang cukup besar belum tentu bisa mendapatkan keuntungan atau bahkan modal yang sudah dikeluarkan bisa kembali utuh. Modal sendiri merupakan suatu kendala bagi para pedagang di sektor informal. Karena biasanya para pedagang sektor informal ini hanya mengandalkan modal yang cukup rendah dalam berdagang. Definisi sektor formal dan informal menurut Hendri Saparini dan M. Chatib Basri (2008) dari Universitas Indonesia, dalam laporan mengenai ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebutkan, “Bahwa tenaga kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.”

Menurut S. V. Sethuraman, dalam bukunya yang berjudul The Urban

Informal Sector in Developing Countries: Employment, Poverty, and Environment (1981:14), yang dikutip dari Manning (1996),

Istilah “sektor informal” biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebut dengan “perusahaan” berskala kecil karena beberapa alasan berikut ini. Sektor informal dalam tulisan ini terutama dianggap sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang; karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan.


(12)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Definisi lainnya dari tenaga kerja sektor informal, dalam laporan mengenai pekerja sektor formal/informal yang dikeluarkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (2008),

Adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job

security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas

pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan ciri-ciri kegiatan-kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif.

Contoh dari jenis kegiatan sektor informal antara lain pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

Di Kota Bandung, cukup banyak yang termasuk ke dalam sektor informal. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, dari tahun 2006 hingga 2007 menunjukkan angka cukup besar dari sektor informal. Adapun perkembangannya di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Perkembangan Perdagangan Kota Bandung pada Tahun 2006 - 2007 No Sektor /

Kegiatan

2006 2007

UU TK INV UU TK INV

1 Sektor

Formal 5.168 18.865 1.318.468.954,632 5.304 13.593 1.559.113.121 2 Sektor

Informal 19.797 39.996 99.775.000.000 21.776 40.682 101.275.000.000 Keterangan : UU = Unit Usaha, TK = Tenaga Kerja, INV = Investasi

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung

Tabel 1.1 mengatakan bahwa sektor informal mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan sektor formal. Sektor informal menunjukkan adanya peningkatan penyerapan


(13)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tenaga kerja dari tahun 2006 ke 2007 yaitu sekitar 686 tenaga kerja, sebaliknya sektor formal justru mengalami penurunan yaitu sekitar 5.272 tenaga kerja. Dalam segi investasi, sektor formal mendapat investasi lebih besar bila dibandingkan dengan sektor informal. Hal tersebut dianggap normal karena banyak orang yang belum berani untuk berinvestasi di sektor informal dikarenakan dalam berinvestasi di sektor informal masih rawan dengan penipuan dan hanya berdasarkan pada kepercayaan, apabila mereka memilih sektor informal maka orang-orang tersebut memilih menjadi wirausaha atau mempunyai usaha sendiri karena dengan mempunyai usaha sendiri menjadi lebih terkontrol dan bisa diawasi dengan lebih baik, hal itu yang menyebabkan banyaknya tenaga kerja di sektor informal dari pada di sektor formal.

Bertambah banyaknya orang yang lebih memilih untuk berwirausaha atau mempunyai usaha sendiri maka bertambah pula tenaga kerja di sektor informal. Orang yang memilih berwirausaha tidak sedikit juga yang memilih untuk menjadi pedagang terlebih lagi untuk menjadi pedagang di pasar karena hal itu bisa memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Tidak sedikit dari pedagang yang ada di pasar mengenyam pendidikan yang cukup tinggi, tetapi untuk berdagang di pasar tidak hanya diperlukan pendidikan yang tinggi tetapi juga modal yang cukup besar sehingga bisa menambah variasi barang yang dijualnya.

Orang-orang yang memilih untuk berwirausaha, terkadang memilih berwirausaha sebagai pedagang. Ada yang berdagang sendiri di rumah membuka warung kecil-kecilan, ada yang berdagang di pinggiran jalan, adapula yang berdagang di tempat-tempat khusus misalnya di pasar. Adapun data mengenai banyaknya pedagang di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(14)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.2

Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Pasar dan Kondisinya di Kota Bandung Pada Tahun 2011

No Nama Pasar Ruang

Dagang

Pedagang

Aktif Non Aktif

1 Baru*) 4.672 3.324 142

2 Kosambi 1.353 529 378

3 #Andir*) 2.265 765 510

4 Kiaracondong 1.052 523 207 5 Ujungberung 723 421 74

6 Anyar 1.342 570 152

7 Sederhana 1.373 682 165

8 Cicaheum 560 197 107

9 #Simpang 121 97 8

10 Cihaurgeulis 531 226 94

11 Balubur*) 1.100 825 0

12 Wastukencana 78 43 14

13 #Cikapundung 344 168 53 14 #Moh. Toha/ITC *) 560 214 49 15 #Leuwipanjang 562 252 109

16 Cijerah 433 139 83

17 Ciwastra 463 159 118

18 #Sukahaji 129 45 24

19 Pamoyanan 192 101 22

20 Jatayu 376 204 24

21 Sadang Serang 417 144 54

22 Banceuy*) 156 0 0

23 #Palasari 783 373 72

24 Karapitan*) 729 244 105 25 Cicadas*) 1.579 482 482

26 Cihapit 173 69 56

27 Gegerkalong 292 141 58

28 Gang Saleh 65 42 8

29 Sarijadi 110 16 42

30 Cikaso 159 80 20

31 Kebon Sirih 43 22 10

32 Puyuh 58 45 5

33 Gempol 45 20 12

34 Kota Kembang 127 66 14

35 Ciroyom*) 993 528 226


(15)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37 Gede Bage*) 1.088 364 0

Jumlah / Total 2011 25.252 12.279 3.497

Keterangan : *) Pasar yang dikerjasamakan

# Unit Pasar yang sudah bersertifikat

Sumber : BPS Kota Bandung

Dari Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah dari pedagang pasar yang berkecimpung dalam sektor informal cukup banyak di Kota Bandung. Beberapa pasar bahkan mempunyai daya tampung atau ruang pasar yang cukup banyak dan dapat menampung banyak pedagang. Tetapi tidak semua pasar yang memiliki daya tampung yang cukup luas memiliki pedagang yang aktif semua dalam berdagang ada beberapa pasar yang memiliki pedagang yang tidak aktif atau tidak berjualan di pasar. Sementara itu pasar yang memiliki daya tampung kecil kebanyakan memiliki pedagang yang aktif hanya beberapa yang tidak aktif atau tidak berjualan di pasar. Pedagang yang tidak aktif ini bisa dikarenakan para pedagang tersebut ingin beristirahat beberapa saat atau ada pula yang menyewakan kios atau tempat berdagang mereka ke orang lain tapi sampai saat itu belum ada yang menyewa kios atau tempat berdagang tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti memilih Pasar Gede Bage sebagai obyek dari penelitian ini. Pasar Gede Bage merupakan salah satu pasar induk yang cukup besar di daerah Bandung Timur. Seperti yang kita ketahui sekarang ini Gubernur dan Wali Kota Bandung sedang gencar-gencarnya dalam membangun daerah Bandung di kawasan Timur ini. Maka dari itu ada pula beberapa perubahan yang terjadi di Pasar Gede Bage. Adapun tabel yang menjelaskan mengenai banyaknya pedagang di Pasar Gede Bage berdasarkan jenis barang yang dijualnya, sebagai berikut :

Tabel 1.3

Jumlah Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung Tahun 2013

No Jenis Pedagang Jumlah Pedagang


(16)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Pedagang Hasil Pertanian 184

3 Pedagang Hasil Peternakan dan

Perikanan 133

4 Pedagang Barang Keperluan

Rumah Tangga dan Lain-lain 166

Total / Jumlah 528

Sumber : (diolah) Hasil wawancara Pra-penelitian

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah pedagang aktif di Pasar Gede Bage saat ini mencapai 528 pedagang dan memiliki ruang dagang sebanyak kurang lebih 2000 ruang dagang yang lebih luas apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tabel tersebut bisa dilihat bahwa di Pasar Gede Bage ada banyak macam barang dagangan yang dijual oleh para pedagang di sana yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan komoditi yang dijualnya. Jumlah pedagang beras yang berdagang di Pasar Gede Bage sekitar 45 orang yang terdiri dari pedagang yang memiliki modal dan persediaan yang cukup banyak hingga yang cukup sedikit. Kemudian ada pedagang hasil pertanian yang terdiri dari pedagang sayuran, buah-buahan dan makanan ataupun minuman olahan hasil pertanian. Pedagang hasil peternakan dan perikanan yang terdiri dari pedagang yang menjual daging sapi, daging ayam, ikan atau hasil laut lainnya dan juga telur beserta hasil olahan daging ataupun ayam yang lainnya. Serta adapula pedagang yang menjual barang keperluan rumah tangga dan yang lainnya seperti yang menjual ember, sapu, lap tangan dan lain-lain.

Perkembangan usaha pedagang tidak lepas dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti hasil penelitian dan seminar tentang pengembangan dan perlindungan pengusaha kecil dari HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia) (1979) yaitu, modal kerja, pendidikan, perilaku wirausaha, dan keterampilan mengelola administrasi. Besar kecilnya modal akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang dimiliki, namun apabila kepemilikan modalnya tinggi dan produktifitas usaha juga tinggi maka kemampuan dalam meningkatkan pendapatannya pun akan


(17)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi. Bagi para pedagang di pasar cukup sulit untuk mendapatkan modal tapi dengan berjalannya waktu pemerintah mengadakan program peminjaman modal untuk para pedagang kecil dengan cara yang lebih dipermudah dan aman untuk para pedagang. Namun, seiring dengan perkembangan perekonomian di negara kita ini sering adanya inflasi dan kenaikan harga bahan bakar yang mengakibatkan harga-harga dari para distributor menjadi naik dan para pedagang pun harus menaikkan harga jual mereka pada konsumen. Dengan adanya kenaikan harga para pedagang tersebut harus tetap bisa mempertahankan eksistensi mereka di pasar dan mempertahankan pembeli agar mau untuk berbelanja kepada para pedagang tersebut karena apabila para pembeli tidak membeli barang jualannya maka mereka akan merugi dan akan berdampak langsung pada kesejahteraan hidup para pedagang sehingga mereka membutuhkan modal yang lebih banyak lagi.

Di samping modal, dalam hasil penelitian dan seminar HIPKI juga disebutkan bahwa perkembangan usaha juga dipengaruhi oleh pendidikan, perilaku wirausaha dan keterampilan mengelola administasi. Pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh menjadi salah satu faktor perkembangan usaha, karena dengan memiliki pendidikan yang cukup diharapkan dapat memiliki pengetahuan yang luas mengenai berdagang atau berwirausaha. Tetapi pada kenyataannya tidak semua pedagang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Adapun tabel mengenai pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh para pedagang di Pasar Gede Bage Bandung dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.4

Pendidikan Terakhir Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung Kelompok Pedagang Pendidikan Terakhir

Pedagang Sayuran * SMP

Pedagang Daging Ayam* SD Pedagang Daging Sapi * SMP Pedagang Tahu dan Tempe ** SMP Pedagang Daging Sapi** SMA

Warung Nasi** SMP


(18)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedagang Kelontongan** SMA Pedagang Sayuran ** SMA Pedagang Buah-buahan** SD

Keterangan :

 Kelompok pedagang di los 1 ** Kelompok pedagang di los 2

Sumber : (diolah) Hasil wawancara Pra-Penelitian

Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh para pedagang di Pasar Gede Bage Bandung paling tinggi adalah perguruan tinggi dan yang paling rendah memiliki pendidikan formal terakhir SD. Pedagang yang memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 2 orang, pedagang yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 4 orang, pedagang yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 3 orang, dan pedagang yang memiliki pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang. Rata-rata pendidikan formal yang terakhir ditempuh ada sekolah menengah atau SMP, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh pedagang di Pasar Gede Bage Bandung masih cukup rendah sehingga masih butuh pengetahuan yang lebih agar dapat menunjang usaha yang dimilikinya.

Perilaku kewirausahaan dilihat dari bagaimana seseorang bisa melihat peluang usaha yang ada di depan mata supaya para pedagang tersebut bisa menambah pendapatan dan juga laba yang diterima. Selain bisa melihat peluang usaha, pedagang juga harus memiliki sikap energik, memiliki sikap tanggung jawab individual dan kemampuan berorganisasi. Di Pasar Gede Bage Bandung tidak semua pedagang memiliki kemampuan organisasi yang baik hal itu dilihat dari bagaimana dia mengkoordinasi waktu berdagang dan juga pegawainya. Sehingga perilaku kewirausahaan para pedagang di Pasar Gede Bage Bandung harus ditingkatkan kembali.

Agar pedagang bisa mengetahui bagaimana perkembangan usahanya para pedagang juga memiliki keterampilan dalam mengelola administrasinya. Administrasi yang dimaksud adalah keterampilan pedagang dalam membukukan pendapatan yang diperoleh, kemudian biaya-biaya yang


(19)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikeluarkan dan juga berapa laba yang didapat oleh para pedagang tetapi tidak semua pedagang terampil membukukan semua pendapatan, biaya dan keuntungan atau laba yang diperolehnya.

Adapun tabel mengenai kondisi perkembangan usaha dilihat dari laba dari para pelaku sektor informal khususnya yang berada di Pasar Gede Bage Bandung dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.5

Laba Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung Bulan April – Juni Tahun 2013

(dalam bentuk ribu) Kelompok

Pedagang April Mei Juni

TR TC π TR TC π TR TC π

Pedagang

Sayuran * 108.365 103.365 5.000 107.365 103.365 4.000 108.365 103.365 5.000 Pedagang

Daging Ayam* 85.540 80.540 5.000 86.040 80.540 5.500 85.540 80.540 5.000 Pedagang

Daging Sapi * 44.420 38.420 6.000 44.120 38.420 5.700 44.420 38.420 6.000 Pedagang Tahu

dan Tempe ** 65.595 61.595 4.000 66.095 61.595 4.500 66.395 61.595 4.800 Pedagang

Daging Sapi** 161.720 154.720 7.000 160.720 154.720 6.000 160.920 154.720 6.200 Warung

Nasi** 110.420 90.420 20.000 109.420 90.420 19.000 109.920 90.420 19.500 Pedagang

Kelontongan * 59.340 51.340 8.000 58.430 51.430 7.000 58.840 51.340 7.500 Pedagang

Kelontongan** 45.870 43.870 2.000 46.370 43.870 2.500 46.170 43.870 2.300 Pedagang

Sayuran ** 157.940 154.940 3.000 158.240 154.940 3.300 158.040 154.940 3.100 Pedagang

Buah-buahan**

76.860 71.560 5.300 76.660 71.560 5.100 76.560 71.560 5.000

Keterangan :

 Kelompok pedagang di los 1 TR = Total Revenue (Pendapatan Total) ** Kelompok pedagang di los 2 TC = Total Cost (Biaya Total)

Π = Profit (Keuntungan atau Laba) Sumber : (diolah) Hasil wawancara Pra-Penelitian


(20)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.6

Rata-rata Perkembangan Laba Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung Bulan April – Juni Tahun 2013

(dalam bentuk ribu)

Kelompok Pedagang

Bulan Rata-rata

Perkembangan Laba

April Mei Juni

Pedagang

Sayuran * 5.000 4.000 5.000 5%

Pedagang

Daging Ayam * 5.000 5.500 5.000 0,91%

Pedagang

Daging Sapi * 6.000 5.700 6.000 0,26%

Pedagang Tahu

dan Tempe ** 4.000 4.500 4.800 5,83%

Pedagang

Daging Sapi ** 7.000 6.000 6.200 -10.95%

Warung Nasi ** 20.000 19.000 19.500 -2,4%

Pedagang

Kelontongan * 8.000 7.000 7.500 -5,36%

Pedagang

Kelontongan ** 2.000 2.500 2.300 16,31%

Pedagang

Sayuran ** 3.000 3.300 3.100 3,94%

Pedagang

Buah-buahan ** 5.300 5.100 5.000 -5.73%

Keterangan :

 Kelompok pedagang di los 1 ** Kelompok pedagang di los 2

Sumber : (diolah) Hasil wawancara Pra-Penelitian

Seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 1.6 bahwa rata-rata perkembangan laba para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung tidak merata, ada yang perkembangannya cukup baik adapula yang perkembangannya tidak terlalu baik. Adapun pedagang kelontong yang mempunyai rata-rata perkembangan labanya yang cukup baik yaitu sekitar 16,31%. Kemudian pedagang lain yang memiliki rata-rata perkembangan laba yang cukup baik (positif) yaitu pedagang sayuran, pedagang tahu dan tempe,


(21)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pedagang daging ayam dan daging sapi. Adapula pedagang yang memiliki rata-rata perkembangan usaha yang tidak cukup baik yang berarti negatif seperti pedagang daging sapi, pemilik warung nasi, pedagang buah-buahan dan juga pedagang kelontongan yang terhitung masih baru dalam berdagang. Hal tersebut diakibatkan karena naiknya bahan baku untuk berdagang dan juga minimnya pembeli karena adanya isu kenaikan harga dan lain sebagainya. Maka dari itu para pedagang harus berpandai-pandai mensiasati dalam hal berdagang baik itu dalam mengolah modal ataupun dalam memasarkan barang jualannya agar tetap dibeli oleh para pembeli.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Penelitian ini berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Sektor Informal (Survey Pada Para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung).”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari uraian latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas adalah :

1) Bagaimana gambaran umum modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan, keterampilan mengelola administrasi dan perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung?

2) Bagaimana pengaruh simultan modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung? 3) Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap perkembangan usaha sektor

informal di Pasar Gede Bage Bandung?

4) Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung?

5) Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung?


(22)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Bagaimana pengaruh keterampilan mengelola administrasi terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui gambaran umum variabel modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan, keterampilan mengelola administrasi dan perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. 2) Untuk mengetahui pengaruh simultan modal kerja, pendidikan, perilaku

kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. 3) Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap perkembangan usaha

sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

4) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

5) Untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. 6) Untuk mengetahui pengaruh keterampilan mengelola administrasi

terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Manfaat Ilmiah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung


(23)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khususnya dan mengenai perkembangan usaha sektor informal pada umumnya.

2) Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung dan menjadi bahan informasi serta dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perkembangan usaha sektor informal.


(24)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Sehingga objek atau variabel dalam penelitian ini adalah perkembangan usaha, modal, pendidikan, perilaku kewirausahaan, dan keterampilan mengelola administrasi. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah para pelaku sektor informal yaitu pedagang di Pasar Gede Bage Bandung. Baik pedagang beras, pedagang sayuran, pedagang buah-buahan, pedagang daging ayam dan sapi dan pedagang keperluan rumah tangga lainnya.

Menurut Sutrisno Hadi dalam Arikunto (2010:159), “Mengartikan bahwa variabel sebagai gejala yang bervariasi.” Kemudian Arikunto (2010:161) “Menegaskan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal (Survey pada para Pelaku Sektor Informal di Pasar Gede Bage Bandung).

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:6), “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahakan, dan mengantisipasi masalah.”

Oleh karena itu, metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survey. Dalam Sugiyono (2003:3), “Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga


(25)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis .”

Menurut Van Dalen yang dikutip oleh Arikunto (2010:156) mengatakan bahwa, “Survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.”

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2010:173), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Dengan demikian populasi dari penelitian ini adalah 528 orang/pedagang di Pasar Gede Bage Bandung yang terdiri dari pedagang beras, pedagang hasil pertanian, pedagangan hasil peternakan dan perikanan dan pedagang keperluan rumah tangga lainnya.

3.3.2 Sampel

Arikunto (2003), dalam Riduwan (2010:239), mengatakan “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).”

Menentukan ukuran sampel menggunakan teknik pengambilan sampel secara proporsional random sampling memakai rumusan alokasi proportional seperti dalam Riduwan (2010:250) sebagai berikut :

= . Dimana :

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Tabel 3.1

Jumlah Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung

No Jenis Pedagang Jumlah Pedagang

1 Pedagang Beras 45

2 Pedagang Hasil Pertanian 184

3 Pedagang Hasil Peternakan dan


(26)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Pedagang Barang Keperluan

Rumah Tangga dan Lain-lain 166

Total / Jumlah 528

Sumber : (diolah) Hasil wawancara Pra-penelitian

Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel menurut masing-masing strata sebagai berikut :

=

. 2 + 1=

528

528 . 0,052 + 1=

528

2,32= 227,59 = 228 orang Jadi, jumlah sampel sebesar 228 orang/pedagang

Kemudian mencari sampel berstrata dengan rumus : ni = (Ni : N).n Tabel 3.2

Jumlah Sampel Pedagang di Pasar Gede Bage Bandung

No Jenis Pedagang Jumlah Sampel

1 Pedagang Beras

= (45/528) x 228 = 19,4 = 19 orang 2 Pedagang Hasil

Pertanian = (184/528) x 228 = 79,45 = 80 orang

3

Pedagang Hasil Peternakan dan

Perikanan = (133/528) x 228 = 57,43 = 57 orang

4

Pedagang Barang Keperluan Rumah

Tangga dan Lain-lain = (166/528) x 228 = 71,68 = 72 orang

Total / Jumlah 228

Sumber : (diolah)

Peneliti menggunakan pengambilan sampel dengan teknik proportionate

stratified random sampling. Dalam Riduwan (2010:242), “Proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).” Setelah dihitung dengan metode diatas maka jumlah sampel penelitian ini adalah 228 orang/pedagang di Pasar Gede Bage Bandung yang terdiri dari pedagang beras sebanyak 19 pedagang,


(27)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pedagang hasil pertanian sebanyak 80 pedagang, pedagang hasil peternakan dan perikanan sebanyak 57 pedagang dan pedagang barang keperluan rumah tangga dan lain-lain sebanyak 72 pedagang, yang menjadi responden dalam penelitian ini.

3.4 Operasional Variabel

Operasional variabel dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan atau mengarahkan dalam menyusun alat ukur data yang diperlukan berdasarkan variabel yang terdapat dalam hipotesis. Berikut adalah tabel operasional variabel :

Tabel 3.3

Tabel Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Indikator Sumber Data Skala

Variabel Dependen Perkembangan

Usaha (Y)

Perkembangan Usaha

Suatu ukuran tentang pencapaian usaha yang dilihat dari perkembangan volume usaha, jumlah aset yang dimiliki, dan besarnya laba yang dihasilkan.

(Abdullah N. S, 1987) dalam Liya (2007)

Data diperoleh dari responden mengenai rata-rata laba yang diperoleh setiap bulan selama 3 bulan terakhir.

Jawaban

responden tentang :

Rata-rata laba yang dihasilkan per bulan (dalam Rupiah) selama 3 bulan terakhir

Interval

Variabel Independen Modal Kerja

(X1)

Modal Kerja

Menurut Meij, modal adalah semua barang-barang yang fungsi produktifnya untuk membentuk

pendapatan.

(Bambang Riyanto,

Data yang

diperoleh dari jawaban

responden yang berkaitan dengan jumlah modal kerja yang dimiliki.

Modal kerja dilihat dari

Jawaban

responden tentang :

Rata-rata modal kerja baik itu modal sendiri maupun modal pinjaman.


(28)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1997:17) dalam Liya (2007)

jumlah modal kerja (modal sendiri dan modal pinjaman) Pendidikan

(X2)

Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan

mendidik.

(Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional, 2002)

Data yang

diperoleh dari responden

mengenai pendidikan formal terakhir responden

Jawaban

responden tentang pendidikan formal terakhir responden Ordinal Perilaku Kewirausahaan (X3) Perilaku Kewirausahaan Enam ciri perilaku kewirausahaan, yaitu :

1. Keterampilan mengambil keputusan dan risiko yang moderat, serta bukan atas dasar kebetulan belaka.

2. Energik, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif.

3. Memiliki sikap tanggung jawab individual. 4. Mengetahui

Data yang

diperoleh dari responden mengenai : 1. Energik 2. Memiliki sikap tanggung jawab individual 3. Memiliki kemampuan berorganisasi Jawaban

responden tentang :

1. Energik

2. Memiliki sikap tanggung jawab individual 3. Memiliki

kemampuan berorganisasi


(29)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil-hasil dari berbagai

keputusan yang diambilnya, dengan tolak ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan. 5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan

di masa

mendatang. 6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan kepemimpinan dan manajerial. David Mc.Clelland (1961:205) dalam Suryana (2006:51) Keterampilan

Mengelola Administrasi (X4)

Administrasi ialah suatu pekerjaan yang sifatnya mengatur segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis, surat menyurat dan mencatat

(membukukan) setiap

perubahan/kejadian yang terjadi di dalam

Perusahaan/Jawatan dengan baik

(J. A. Marolly, 1981:1)

Data yang

diperoleh dari jawaban

responden yang berkaitan dengan menulis atau mencatat seluruh pendapatan dan pengeluaran di dalam sebuah

buku atau

catatan yang dilakukan oleh pedagang

tersebut setiap hari, setiap minggu ataupun setiap bulannya

Jawaban

responden tentang apakah pedagang tersebut

membukukan setiap transaksi atau mencatat pendapatan atau pengeluaran yang dilakukan dalam suatu buku dengan baik


(30)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung yang menjadi sampel dalam penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan : 1) Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan.

2) Angket, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan peneliti. Pemberian angket ini berisi tentang pendapatan dan modal kerja dengan skala interval dan tentang pendidikan dengan skala ordinal, kemudian perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi dengan skala likert.

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang laba usaha, modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi.

Adapun beberapa variabel dalam instrumen ini seperti perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi, yang menggunakan skala Likert. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert dimulai dari sangat positif hingga sangat negatif. Untuk keperluan analisis ketentuan skala yang digunakan sebagai berikut :

Tabel 3.4

Skor Jawaban Berdasarkan Skala Likert Alternatif Jawaban Skor SS Sangat Sering 5


(31)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

K Kadang-kadang 3

J Jarang 2

TP Tidak Pernah 1 Langkah-langkah dalam penyusunan angket/kuesioner ini adalah :

 Menentukan tujuan pembuatan kuesioner, adapun tujuannya dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

 Mengadakan pembatasan terhadap pernyataan yang akan diberikan pada kuesioner

 Menjadikan pedagang di Pasar Gede Bage sebagai objek yang menjadi responden

 Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden  Memperbanyak angket

 Menyebarkan angket

 Mengelola dan menganalisis hasil angket.

Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji maka perlu adanya pembuktian dengan pengolahan data yang telah terkumpul. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan melalui analisis statistik. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dimana data yang digunakan adalah data-data berskala minimal interval. Mengingat skor yang diperoleh dari beberapa variabel bebas mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka perlu ditingkatkan menjadi interval melalui MSI (Methods of

Succesive Internal).

Menurut Sugiyono (2003:49), “Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data melalui MSI adalah :

1. Hitung frekuensi masing-masing kategori responden.

2. Tentukan nilai proporsi untuk masing-masing kategori responden.

3. Jumlah nilai proporsi menjadi proporsi kumulatif untuk masing-masing kategori responden.


(32)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Diasumsikan proporsi kumulatif (PK) mengikuti distribusi normal baku, maka untuk setiap nilai PK (untuk masing-masing kategori masing-masing responden) akan didapat nilai Z (dari tabel normal baku).

5. Hitung nilai densitas (Z) untuk masing-masing nilai Zi

6. Hitung SV (Skala Velue) untuk masing-masing kategori responden, secara umum rumus yang digunakan sebagai berikut :

� = − �

Setelah data ditransformasikan dari skala ordinal ke interval, hipotesis dapat langsung diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y.

Selain itu, untuk mengolah data dari ordinal ke interval dengan menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) juga dapat digunakan dengan menggunakan program Succ97 dalam Microsoft Office Excel 2007.

Agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliable. Untuk itulah terhadap kuesioner yang diberikan kepada responden dilakukan 2 macam tes yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.

3.7.1 Tes Validitas

Dalam Arikunto (2010:211), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.” Untuk menguji validitas instrumen, dalam penelitian ini menggunakan metode Korelasi

Product Moment dari Pearson. Dalam Riduwan (2012:80), “Kegunaan dari

Korelasi Product Moment dari Pearson adalah untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent).”

Metode Korelasi Product Moment dari Pearson dihitung dengan rumus dibawah ini:

r

xy = n ΣXY − ΣX . ΣY


(33)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2010:213)

Keterangan:

rxy = koefisien validitas yang dicari

X = skor yang diperoleh dari subjek tiap item Y = skor total item instrumen

= jumlah skor dalam distribusi X = jumlah skor dalam distribusi Y

2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor X 2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y

N = jumlah responden

Dalam hal ini kriterianya adalah sebagai berikut : rxy< 0,20 = validitas sangat rendah

0,20 – 0,39 = validitas rendah 0,40 – 0,59 = validitas sedang/cukup 0,60 – 0,89 = validitas tinggi

0,90 – 1,00 = validitas sangat tinggi

Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisian korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingan dengan tabel korelasi tabel nilai r dengan derajat kebebesan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak responden.

“Jika ryx> r 0,05 maka valid, dan jika rxy< r 0,05maka tidak valid”

3.7.2 Tes Reliabilitas

Reliabilitas dalam Arikunto (2010:221), “Menunjukan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.”

Dalam Riduwan (2012:348), “Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama (konsisten).” Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability


(34)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

retest, equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal (analisis

konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari Cronbach, sebagaimana pendapat Arikunto (2006:196) bahwa Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Adapun rumusnya sebagaimana berikut:

2

11 1 2

1

n

t

k r

k

 

    

  (Arikunto,2006:196)

Dimana; r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal n2 = Jumlah varians butir

t2 = varians total

Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi pada

= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen tidak reliabel.

3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, menganalisis data akan menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple linear regression method). Tujuannya untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan.

Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 16. Tujuan Analisis Regresi Linier Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat.

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi berganda sebagai berikut:


(35)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimana :

Y = Perkembangan Usaha a0 = Konstanta

β1,2,3,4,5= Koefisien regresi X1 = Modal Kerja X2 = Pendidikan

X3 = Perilaku Kewirausahaan

X4 = Keterampilan Mengelola Administrasi e = Variabel pengganggu

3.8.1.1 Uji Normalitas

Dalam Rohmana (2010:52), “Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji-t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Digunakan untuk mendeteksi apakah residual mempunyai distribusi normal atau tidak.”

Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan bantuan software SPSS

16 for Windows dengan menganalisis P Plot dengan gambaran menurut Riduwan

(2012:327), “Gambar memperlihatkan penyebaran dari data-data yang ada pada variabel (menggambarkan garis regresi), karena titik-titik terletak mendekati atau sekitar garis lurus.” Maka data dengan gambaran seperti itu disebut data dengan distribusi normal. Data yang memiliki distribusi normal, dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika data tidak memiliki distribusi yang normal maka pengujian dapat dilakukan dengan statistik non-parametrik.

3.8.1.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas

Menurut Rohmana (2010:141), “Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independent. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel


(36)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

independen).” Multikolineritas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Konsekuensi sebuah model yang mengandung multikolinearitas adalah variannya akan terus naik atau membesar. Dengan varian yang semakin naik atau membesar maka standar error β1 dan β2 juga naik atau membesar.

Dalam Rohmana (2010: 143), “Adapun cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dapat dilakukan dengan:

1) Nilai R2 tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan. 2) Menghitung koefisien korelasi antarvariabel ndependen. Apabila koefisiennya

rendah, maka tidak terdapat multikolinearitas. 3) Dengan mengunakan regresi auxiliary.

4) Dengan melihat Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Diketahui rumus TOL dan VIF adalah sebagai berikut:

�= 1− 2

(Rohmana, 2010:149)

�� � = 1

� = 1 1− 2

(Rohmana, 2010:149) Dimana 2 koefisien korelasi antara Xi dengan explanatory lainnya.

Ketentuannya:

 Bilamana VIF > 10 maka ini menunjukan kolinieritas tinggi (adanya multikolinearitas)

 Bilamana VIF < 10 maka ini menunjukan kolinieritas rendah (tidak adanya multikolinearitas)”

Apabila terjadi multikolineariras menurut Rohmana (2010:149) dapat disembuhkan dengan cara sebagai berikut:

1) Tanpa adanya perbaikan

Multikolinearitas akan tetap menghasilkan estimator yang BLUE (Best

Linier Unbiased Estimator) karena masalah estimator yang BLUE tidak

memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antarvariabel independen. 2) Dengan Perbaikan

a. Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori). b. Menghilangkan satu atau lebih variabel indevenden. c. Mengabungkan data Cross-Section dan data Time-Series. d. Transformasi variabel


(37)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun kriteria untuk mengetahui setiap variabel terkena korelasi atau tidak dapat dilihat dari hasil korelasi antarvariabel bebas. Dimana ketentuannya adalah:

 Apabila nilai korelasi antarvariabel independen kurang dari 0,80 (< 0,80) maka menunjukan tidak adanya multikolinearitas

 Apabila nilai korelasi antarvariabel independen lebih dari 0,80 (>0,80) maka menunjukan adanya multikolinearitas

2. Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity)

Pengujian ini untuk melihat varians residu dari setiap item. Heteroskedastisitas terjadi jika variannya berbeda. Menurut Rohmana (2010:160), “Jika terkena heteroskedastisitas maka dengan demikian estimator � tidak lagi mempunyai varian yang minimum jika kita mengunakan metode OLS. Oleh karena itu, estimator � yang kita dapatkan akan mempunyai kerakteristik sebagai berikut :

1) Estimator metode kuadran terkecil masih linier (linier).

2) Estimator metode kuadran terkecil masih tidak bias (unbiased).

3) Tetapi, estimator metode kuadran terkecil tidak mempunyai varian yang minimum lagi (no longer best).”

Jadi dengan adanya heteroskedastisitas maka estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) hanya mungkin baru sampai Linier Unbiased Estimator (LUE).

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas , yaitu sebagai berikut :

1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.


(38)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk, diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank n = jumlah pasangan rank

5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2

hitung dan χ2tabel, apabila χ2

hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2

hitung, untuk memutuskan apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas


(39)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Chi Squares < α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares > α, berarti Ho diterima.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk menguji heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.

3. Uji Autokorelasi (Autocorrelation)

Autokorelasi (Autocorrelation), dalam Rohmana (2010:192), “Adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual dengan observasi lainya.” Dalam Rohmana (2010:192), “Menjelaskan autokorelasi dapat terjadi karena sebab-sebab sebagai berikut:

1) Kelembaman (inertia)

2) Terjadi bias dalam spesifikasi

3) Bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat 4) Penomena sarang laba-laba (cobweb phenomena) 5) Beda kala (time lags)

6) Kekeliruan manipulasi data

7) Data yang dianalisis tidak bersifat stasioner”

Dalam penelitian ini, uji asumsi autokorelasi mengunakan metode Uji Durbin-Waston (D-W). Karena hampir semua program statistik sudah menyediakan fasilitas untuk menghitung nilai d yang menggambarkan koefisien Durbin Watson (DW). Nilai d juga akan berada pada kisaran 0 hingga 4. Adapun prosedur Uji Durbin-Waston menurut Rohmana (2010:195) adalah sebagai berikut:

1) Buat regresi dengan OLS dan hitung perkiraan kesalahan penganggu: = −


(40)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Hitung d dengan rumus:

= ( − 1) =2

2 =1

(Rohmana, 2010:194) 3) Untuk nilai n dan banyaknya variabel bebas X tertentu, cari nilai kritis dL

dan dU dari tabel uji statistik Durbin-Waston d.

4) Pengujian hipotesis. Ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan tabel atau dengan gambar sebagai berikut :

Tabel 3.5

Uji Statistik Durbin - Waston d

Nilai Statistik d Hasil

0 ≤ d ≤ dL Menolak hipotesis nol; adanya autokorelasi positif

dL≤ d dU Daerah keragu-raguan; tidak adanya keputusan

dU ≤ d ≤ 4 - dU

Menerima hipotesis nol; tidak adanya autokorelasi positif/negatif

4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak adanya keputusan

4- dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; adanya autokorelasi positif

(Sumber: Rohmana, 2010)

Autokorelasi Positif

Ragu-ragu Tidak ada autokorelasi

Ragu-ragu Autokorelasi negatif

0 dL dU 4 - dU 4 – dL 4

(Sumber: Rohmana, 2010)

Gambar 3.1


(41)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Rohmana (2010:202), “Beberapa alternatif menghilangkan masalah autokorelasi adalah sebagai berikut :

a. Apabila struktur autokorelasi (ρ) diketahui. b. Apabila struktur autokorelasi (ρ) tidak diketahui.

 Bila ρ tinggi : Metode Diferensi Tingkat Pertama.  Estimasi ρ didasarkan pada statistik d Durbin Watson.  Estimasi ρ dengan metode dua langkah Durbin.  Bila ρ tidak diketahui : Metode Cochrane-Orcutt.”

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin-Watson dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW table (dL dan du).

3.8.2 Pengujian Hipotesis

Untuk uji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa Uji-t Koefisien Regresi Parsial , Uji Hipotesis Koefisien Regresi Keseluruhan (Uji-F), dan Uji Koefisien Determinasi Majemuk (R2).

1. Uji-t Koefisien Regresi Parsial

Uji-t bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan.

Langkah-langkah uji-t sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis melalui uji dua arah (two tile test)

Ho : βi = 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh terhadap Y dimana i = 1,2,3,4.

H1 : βi ≠ 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap Y dimana i = 1,2,3,4.

2) Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu. Adapun nilai t


(42)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= �1 − �1

�1 ( )

(Rohmana, 2010:74) Dimana �1∗ merupakan nilai dari hipotesis nul.

Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= �

(Rohmana, 2010:74) 3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α =

0,05. Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :  Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima H1,

artinya variabel itu signifikan.

 Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak H1, artinya variabel itu tidak signifikan.

2. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Keseluruhan (Uji-F)

Pengujian hipotetsis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut :

=

2 ( 1)

(1− 2)

(Rohmana, 2010:78) 2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

3) Perbandingkan F hitung dengan F tabel, dengan kriteria Uji-F sebagai berikut:


(43)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

 Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3. Koefisien Determinasi Majemuk (R2)

Menurut Rohmana (2010:76) menjelaskan dalam regresi berganda kita akan menggunakan koefisien determinasi untuk mengukur seberapa baik garis regresi yang dimiliki. Dalam hal ini mengukur “seberapa besar proporsi variansi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen”.

Formula untuk menghitung koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut:

2 = = � 2

�12

(Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dengan ketentuan sebagai berikut:  Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat atau dekat, atau dengan kata lain lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin tidak erat atau jauh, atau dengan kata lain lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(44)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal melalui suatu survey pada para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :

1. Modal kerja yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori rendah, pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh para pelaku sektor infomal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang, perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang, keterampilan mengelola administrasi yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang, dan laba atau perkembangan usaha yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori rendah.

2. Modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya jika modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi meningkat secara bersamaan maka perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung akan meningkat juga.

3. Modal kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya dengan adanya penambahan modal kerja maka akan bertambah pula perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

4. Pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya semakin tinggi


(45)

Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR INFORMAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pelaku sektor informal maka akan semakin tinggi pula perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

5. Perilaku kewirausahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya dengan adanya peningkatan perilaku kewirausahaan maka akan meningkat pula perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. 6. Keterampilan mengelola administrasi tidak memiliki pengaruh terhadap

perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran yang penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan perkembangan usaha, oleh karena itu para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage harus memiliki modal kerja yang cukup untuk menjalankan usaha atau bahkan untuk memperbesar usahanya. Saat ini pemerintah mencanangkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk pemilik usaha yang membutuhkan modal tetapi dengan bunga yang kecil. Sehingga tidak terlalu memberatkan para pelaku sektor informal dan bisa mengembangkan usahanya sehingga perkembangan usahanya bisa meningkat.

2. Pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang. Sebagai penyeimbang dari pendidikan formal, ada baiknya sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan usahanya para pelaku sektor informal mengikuti pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang saat ini mulai diadakan oleh pemerintah seperti Kementrian KUKM (Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) karena dengan mengikuti pelatihan tersebut dapat menambah


(1)

55

Dalam Rohmana (2010:202), “Beberapa alternatif menghilangkan masalah autokorelasi adalah sebagai berikut :

a. Apabila struktur autokorelasi (ρ) diketahui. b. Apabila struktur autokorelasi (ρ) tidak diketahui.

 Bila ρ tinggi : Metode Diferensi Tingkat Pertama.  Estimasi ρ didasarkan pada statistik d Durbin Watson.  Estimasi ρ dengan metode dua langkah Durbin.  Bila ρ tidak diketahui : Metode Cochrane-Orcutt.”

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin-Watson dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW table (dL dan du).

3.8.2 Pengujian Hipotesis

Untuk uji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa Uji-t Koefisien Regresi Parsial , Uji Hipotesis Koefisien Regresi Keseluruhan (Uji-F), dan Uji Koefisien Determinasi Majemuk (R2).

1. Uji-t Koefisien Regresi Parsial

Uji-t bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan.

Langkah-langkah uji-t sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis melalui uji dua arah (two tile test)

Ho: βi = 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh

terhadap Y dimana i = 1,2,3,4.

H1 : βi ≠ 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh

terhadap Y dimana i = 1,2,3,4.

2) Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu. Adapun nilai t


(2)

= �1 − �1 ∗

�1 ( )

(Rohmana, 2010:74) Dimana �1∗ merupakan nilai dari hipotesis nul.

Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= �

(Rohmana, 2010:74) 3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α =

0,05. Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :

 Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima H1,

artinya variabel itu signifikan.

 Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak H1,

artinya variabel itu tidak signifikan.

2. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Keseluruhan (Uji-F)

Pengujian hipotetsis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut :

=

2 ( 1)

(1− 2)

(Rohmana, 2010:78) 2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk denominator (n-k).

3) Perbandingkan F hitung dengan F tabel, dengan kriteria Uji-F sebagai berikut:


(3)

57

 Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

(keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

 Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

(keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3. Koefisien Determinasi Majemuk (R2)

Menurut Rohmana (2010:76) menjelaskan dalam regresi berganda kita akan menggunakan koefisien determinasi untuk mengukur seberapa baik garis regresi yang dimiliki. Dalam hal ini mengukur “seberapa besar proporsi variansi

variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen”.

Formula untuk menghitung koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut:

2 = = � 2 �12

(Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dengan ketentuan sebagai berikut:  Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat atau dekat, atau dengan kata lain lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin tidak erat atau jauh, atau dengan kata lain lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(4)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha sektor informal melalui suatu survey pada para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :

1. Modal kerja yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori rendah, pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh para pelaku sektor infomal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang, perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang, keterampilan mengelola administrasi yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang, dan laba atau perkembangan usaha yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori rendah.

2. Modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya jika modal kerja, pendidikan, perilaku kewirausahaan dan keterampilan mengelola administrasi meningkat secara bersamaan maka perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung akan meningkat juga.

3. Modal kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya dengan adanya penambahan modal kerja maka akan bertambah pula perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.


(5)

102

pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pelaku sektor informal maka akan semakin tinggi pula perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

5. Perilaku kewirausahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. Artinya dengan adanya peningkatan perilaku kewirausahaan maka akan meningkat pula perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung. 6. Keterampilan mengelola administrasi tidak memiliki pengaruh terhadap

perkembangan usaha sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran yang penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan perkembangan usaha, oleh karena itu para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage harus memiliki modal kerja yang cukup untuk menjalankan usaha atau bahkan untuk memperbesar usahanya. Saat ini pemerintah mencanangkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk pemilik usaha yang membutuhkan modal tetapi dengan bunga yang kecil. Sehingga tidak terlalu memberatkan para pelaku sektor informal dan bisa mengembangkan usahanya sehingga perkembangan usahanya bisa meningkat.

2. Pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung berada pada kategori sedang. Sebagai penyeimbang dari pendidikan formal, ada baiknya sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan usahanya para pelaku sektor informal mengikuti pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang saat ini mulai diadakan oleh pemerintah seperti Kementrian KUKM (Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) karena dengan mengikuti pelatihan tersebut dapat menambah


(6)

pengetahuan untuk mengembangkan usahanya sehingga perkembangan usahanya dapat meningkat.

3. Perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung harus tetap dipertahankan bahkan harus ditingkatkan lagi agar dapat mempertahankan usaha yang sudah dimiliki saat ini dan dikembangkan lagi dengan mengikut kegiatan seminar ataupun pelatihan kewirausahaan yang diadakan Kementrian KUKM.

4. Untuk keterampilan mengelola administrasi sendiri boleh tetap dipertahankan oleh para pelaku sektor informal di Pasar Gede Bage Bandung meskipun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan usaha. Karena dengan pedagang tersebut mencatat seluruh pendapatan dan pengeluarannya dalam sebuah buku khusus setiap harinya maka pedagang tersebut bisa melihat perkembangan dari usaha yang dijalankan sehingga bisa terus memperbaiki dan menjadi lebih baik.

5. Untuk menjaga kualitas dan memaksimalkan barang dagangan pedagang di Pasar Gede Bage Bandung agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak akan lebih baik apabila menyimpan barang-barang yang sekiranya mudah busuk atau rusak di suatu tempat khusus atau lemari pendingin dengan ukuran besar. Agar bisa memaksimalkan barang dagangan yang dimilikinya dan mempermudah dalam penyimpanan barang.