Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Beliefs Pada Siswa SMA JUrusan IPA Yang Akan Mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Bimbingan Belajar "X" Bandung.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai derajat Self-Efficacy Belief pada siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Bimbingan Belajar “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat Self-Efficacy Belief yang dihubungkan dengan sumber-sumbernya pada siswa SMA jurusan IPA Lembaga Bimbingan Belajar “X” di Bandung yang akan mengikuti SNMPTN.

Sampel penelitian ini adalah siswa SMA jurusan IPA di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung yag akan menghadapi SNMPTN. Yaitu sebanyak 118 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief pada siswa SMA jurusan IPA adalah berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori Bandura. Melalui pengolahan data menggunakan rumus korelasi rank Spearman pada program SPSS 12.0, diketahu bahwa validitas dari alat ukur self-efficacy belief ini berkisar antara 0,312 sampai dengan 0,677, sedangkan reliabilitasnya adalah sebesar 0,961 dengan menggunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 12.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy belief pada siswa SMA jurusan IPA di Bimbingan Belajar “X” di Bandung yang akan menghadapi SNMPTN terbagi dalam dua kategori, yaitu sebanyak 52,5% siswa SMA jurusan IPA memiliki derajat self-efficacy belief tinggi dalam menghadapi SNMPTN dan sebanyak 42,5% siswa SMA jurusan IPA memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada siswa SMA jurusan IPA agar dapat menentukan cara belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa SMA dalam menghadapi SNMPTN. Kepada pihak bimbingan belajar diharapkan dapat membantu siswa SMA dengan cara membentuk kelompok diskusi antara guru dan siswa SMA. Sedangkan bagi orang tua disarankan agar membantu siswa SMA dengan memberikan kesempatan bagi para siswa untuk membentuk kelompok belajar dengan teman di Bimbingan Belajar “x” karena teman merupakan figure yang dapat meningkatkan self-efficacy belief siswa SMA. Peneliti juga menyarankan agar dilakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy belief terhadap derajat self-efficacy belief siswa SMA jurusan IPA yang akan menghadapi SNMPTN, dan hubungan self-efficacy belief dengan hasil belajar pada siswa SMA jurusan IPA yang akan menghadapi SNMPTN.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Maksud Penelitian ... 6

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1. Kegunaan Ilmiah ... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pikir ... 8


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Self Efficacy Belief ... 17

2.1.1 Definisi Self Efficacy Belief... 17

2.1.2 Sumber- Sumber Self Efficacy Belief ... 18

2.1.3 Proses-Proses Aktivasi Self Efficacy Belief ... 23

2.1.4 Sekolah Sebagai Sarana untuk Menanamkan Self Efficacy Belief . 30 2.1.5 Pertumbuhan Self Efficacy Belief dalam Masa Transisi Remaja .... 34

2.2 Remaja ... 35

2.2.1 Pengertian Remaja (Adolsence) ... 35

2.2.2 Karakteristik Perkembangan Remaja ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 47

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 47

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 47

3.3.1 Variabel Penelitian ... 47

3.3.2 Definisi Konseptual ... 48

3.3.3 Definisi Operasional ... 48

3.4 Alat Ukur ... 49

3.4.1 Alat Ukur Self Efficacy Belief ... 49

3.4.2 Prosedur Pengisian Item ... 51

3.4.3 Sistem Penilaian ... 51

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang... 52


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.4.5.1Validitas... 53

3.4.5.2Reliabilitas ... 54

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 54

3.5.1 Populasi Sasaran Penelitian ... 54

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 55

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 55

3.5.4 Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Responden ... 56

4.2.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.2.2 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Usia ... 56

4.2Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Persentase Responden Berdasarkan Derajat Self-Efficacy Belief ... 57

4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Self-Efficacy Belief dengan aspek-aspek ... 58

4.3Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

5.2.1. Saran Teoretis ... 69


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 62 DAFTAR RUJUKAN ... 63


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rincian Alat Ukur ... 49

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 4.3 Derajat Self-Efficacy Belief ... 57

Tabel 4.4 Tabulasi silang antara derajat self-efficacy belief dengan aspek-aspek ... 58


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 15 Bagan 3.1 Prosedur Penelitian ... 47


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Alat Ukur

LAMPIRAN B Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur LAMPIRAN C Kisi-Kisi Alat Ukur

LAMPIRAN D Tabulasi Silang Antara Data Primer Dengan Data Penunjang


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dewasa ini semakin membutuhkan pendidikan. Seiring dengan tuntutan zaman yang semakin lama semakin meningkat. Pendidikan menjadi dasar utama untuk seorang individu dapat bekerja dan memperoleh penghasilan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi pendidikan seorang individu, semakin besar pula kesempatan individu untuk memperoleh pekerjaan yang baik. Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan individu untuk meneruskan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Tingkat Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Semakin banyaknya perguruan tinggi swasta (PTS) di satu sisi membuka peluang siswa untuk memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan minat atau tujuan lainnya. Tetapi di sisi lain terjadi persaingan antar perguruan tinggi yang semakin ketat untuk menarik sebanyak mungkin mahasiswa baru setiap tahun ajaran baru. Walaupun demikian, persaingan antar PTS ini tidak membuat Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kalah bersaing dan kehilangan peminatnya. Hampir 400 ribuan siswa SMA atau yang sederajat di Indonesia setiap tahunnya berlomba-lomba mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Banyaknya calon peserta SMPTN ini menunjukkan perguruan tinggi negeri masih menjadi pilihan utama masyarakat, kemungkinan, lulusan SLTA


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha memilih melanjutkan ke perguruan tinggi negeri dengan pertimbangan kualitas pendidikan yang lebih baik serta biaya pendidikan yang relatif lebih murah dibandingkan PTS (www.korantempo.com, Minggu,01 Juli 2007).

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah suatu tes yang dilaksanakan untuk menyaring siswa masuk pada jurusan yang mereka inginkan. Tes ini dilakukan serempak di seluruh wilayah Indonesia. Dari total 447.000 peserta SNMPTN secara nasional pada tahun 2010 yang dapat lolos hanya 80.000 peserta.Untuk tahun 2010 saja terjadi peningkatan jumlah peserta hingga sebesar 10% (www.tribunnews.com). Kecilnya kuota penerimaan mahasiswa baru di PTN dibandingkan dengan jumlah pendaftar menyebabkan banyak peserta SNMPTN yang gagal diterima di PTN atau jurusan favoritnya. Fenomena ini mendorong peserta SNMPTN mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat bersaing dengan ratusan ribu peserta lainnya. Para siswa tersebut, setelah berakhirnya Ujian Akhir Nasional (UAN) mulai mempersiapkan diri dengan mengikuti bimbingan belajar intensif dan dilatih cara cepat menganalisis soal mengenai tema-tema utama yang sering dikeluarkan saat ujian, maupun cara mengisi lembar jawaban. Faktor inilah yang menuntut para siswa agar memiliki keyakinan diri yang tinggi untuk mengikuti seleksi tersebut. Dengan keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan diri diharapkan para siswa yang akan mengikuti seleksi ini mampu masuk atau diterima di jurusan yang mereka inginkan.

Bimbingan Belajar ”X” kota Bandung merupakan salah satu sarana pendidikan non formal. Bimbingan belajar ini merupakan bimbingan belajar yang menjadi salah satu favorit para siswa untuk mendapatkan pengetahuan tambahan


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha sebagai penunjang keberhasilan siswa untuk dapat mengikuti SNMPTN. Bimbingan belajar ”X” kota Bandung dari awal keberadaannya sudah menempa banyak siswa yang berhasil diterima di Universitas Negeri. Sampai saat ini juga para siswa semakin banyak yang memilih Bimbingan Belajar ini karena dianggap cukup mampu membantu mereka untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang mereka inginkan (www.sscbandung.com).

Bimbingan belajar ”X” ini memiliki dua pilihan jurusan yang dapat diikuti oleh siswa SMA sesuai dengan program jurusan siswa SMA di sekolah. Jurusan IPA menjadi favorit para siswa karena tuntutan pada jurusan IPA lebih tinggi dibandingkan dengan jurusan IPS. Matematika, Biologi, dan Fisika menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit oleh para siswa. Inilah yang menjadi alasan siswa SMA jurusan IPA untuk mengikuti bimbingan di Bimbingan Belajar ”X” Bandung. Siswa SMA berharap dengan mengikuti bimbingan belajar ini mereka akan semakin yakin dalam menghadapi SNMPTN.

Menurut Santrock (2002) siswa yang memiliki masalah dalam prestasi belajar memiliki ciri-ciri tidak menetapkan tujuan, tidak merencanakan bagaimana mencapainya, tidak memonitor kemajuan diri mereka sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, memiliki self-efficacy belief yang rendah, menghindari kegagalan, menunda-nunda, perfeksionis, tenggelam dalam kecemasan, dan tidak tertarik atau merasa terasing di sekolah. Menurut Albert Bandura (tahun 2002) self-efficacy belief dapat membantu perkembangan motivasi yang tinggi, berani untuk gagal, memiliki kecemasan yang adekuat, dan lebih memiliki ketertarikan diri akan pelajaran di sekolah sehingga dapat membantu


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha peningkatan prestasi belajar. Self-efficacy belief adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai keinginannya (Albert Bandura, 1977). Self-efficacy belief ini dapat memengaruhi perilaku belajar siswa. Siswa yang memiliki self-efficacy belief yang tinggi diharapkan memiliki usaha yang lebih dalam belajar. Menurut survei awal yang dilakukan pada 50 siswa SMA di Bimbingan Belajar ”X” Kota Bandung, 94% merasa yakin dapat lolos pada SNMPTN tahun ini, sedangkan 6% lainnya merasa tidak yakin dapat lolos pada SNMPTN tahun ini.

Sebanyak 14% siswa SMA mengikuti bimbingan belajar karena beberapa orang teman atau saudara mereka dapat lolos SNMPTN pada tahun pertama setelah mengikuti bimbingan belajar. Mereka menjadi lebih terpacu untuk dapat lolos SMPTN setelah melihat teman/saudara mereka yang lolos SNMPTN. Siswa yang belajar dari keberhasilan teman/saudaranya menjadi lebih yakin diri dalam mengikuti program intensif dan menghadapi SNMPTN. Adanya contoh pengalaman dari teman/saudara ini disebut vicarious experiences. Selain itu juga 44 % merasa yakin karena adanya dukungan dari keluarga dan teman- teman. Ada juga 32% siswa merasa yakin karena kondisi fisik dan mental mereka mendukung keberhasilan mereka, dan 10% siswa yang mengatakan bahwa dengan keberhasilan yang sering mereka alami selama mengikuti try out yang diadakan di bimbingan belajar tersebut, mereka yakin dapat membantu mereka untuk lolos pada SNMPTN tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan yang mereka alami dapat menjadi sumber untuk memperkuat self-efficacy belief mereka dalam


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha menghadapi SNMPTN. Pengalaman siswa SMA mengenai keberhasilannya ini disebut mastery experiences.

Terdapat 54% siswa yang mengatakan bahwa mereka mendapatkan dukungan semangat dan dukungan dari keluarga mereka. Adanya dukungan tersebut membantu mereka untuk tetap bersemangat sekalipun menghadapi kesulitan dan dirasakan dapat menguatkan self-efficacy belief mereka. Sebaliknya 15% siswa merasa kurang yakin akan lolos SNMPTN karena adanya salah satu orang terdekat mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak akan lolos jika mereka tidak berusaha sungguh-sungguh. Hal ini dirasakan dapat melemahkan self-efficacy belief mereka. Sebanyak 31% siswa yang tidak mendapat dukungan melalui pernyataan verbal dari orang-orang terdekatnya, merasa tidak ada pengaruh terhadap keyakinan diri mereka karena mengikuti SNMPTN adalah hal yang mereka lakukan atas keinginan sendiri. Hal yang disampaikan oleh orang-orang di sekitar siswa SMA disebut verbal persuasions, yaitu merupakan dukungan yang disampaikan oleh orang lain (teman, orang tua, atau guru), dalam bentuk-bentuk pernyataan verbal seperti nasihat, anjuran, pujian.

Berdasarkan hasil survei juga, diketahui ada 32% siswa yang merasa bahwa mereka dipengaruhi suasana hati dan kondisi fisik dalam belajar. Jika perasaan hati sedang tidak senang atau fisik mereka sedang kelelahan, mereka memilih untuk tidak belajar dulu. Terkadang mereka diliputi perasaan cemas bahwa mereka tidak mampu menguasai materi SNMPTN sehingga mereka merasa bahwa mereka akan gagal lagi. Keadaan seperti ini dapat melemahkan self-efficacy belief mereka dalam menjalani kegiatan intensif maupun dalam


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha menentukan target untuk SNMPTN. Terdapat juga 68% siswa yang dapat belajar tanpa dipengaruhi perasaan hati, tapi jika mengalami kelelahan, mereka memilih untuk beristirahat dulu dan menunda belajar. Mereka merasa cukup yakin dengan usaha yang telah mereka lakukan selama ini, sehingga masih berharap dapat lulus SNMPTN tahun ini. Bentuk reaksi emosional dan fisiologis ini (seperti ketenangan, kepuasan, kekecewaan, kesenangan, kemarahan, dan kesedihan), disebut physiological and affective states.

Berdasarkan hasil survei di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai derajat self-efficacy belief pada siswa SMA jurusan IPA di Bimbingan Belajar ”X” yang akan menghadapi SNMPTN di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana derajat self-efficacy belief siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Bimbingan Belajar ”X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat self-efficacy belief siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Bimbingan Belajar ”X” Bandung.


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self-efficacy belief yang dihubungkan dengan sumber-sumbernya pada siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Bimbingan Belajar ”X’ Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah

 Untuk memberikan sumbangan bagi ilmu Psikologi Pendidikan mengenai self-efficacy belief bagi siswa SMA yang akan mengikuti SNMPTN.

 Sebagai masukan bagi peneliti lain secara khusus bidang psikologi pendidikan untuk melakukan penelitian atau pembahasan lebih lanjut mengenai self-efficacy belief pada siswa SMA.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan gambaran pada siswa SMA tentang self-efficacy belief para siswa di Bimbingan Belajar ”X” Bandung dalam menghadapi SNMPTN.

 Memberi informasi kepada orang tua siswa SMA di Bimbingan Belajar

”X” Bandung mengenai self-efficacy belief agar dapat memberikan

motivasi anaknya dalam menghadapi SNMPTN.

 Memberi informasi kepada pihak Penyelenggara Bimbingan Belajar mengenai self-efficacy belief siswa SMA dalam menghadapi SNMPTN untuk menjadi masukan dalam proses konsultasi dan pengarahan kepada siswa di bimbingan belajar tesebut dalam menghadapi SNMPTN.


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Siswa-siswi di Bimbingan Belajar ”X” Bandung memiliki rentang usia 17 sampai dengan 19 tahun. Dalam masa ini mereka menghadapi transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi. Siswa lulusan SMA sebagai remaja akan mengalami perkembangan dalam berbagai segi, salah satunya adalah perkembangan kognitif. Secara kognitif, mereka mulai dapat berpikir secara abstrak dan mulai berpikir mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada dirinya, terutama masa depannya, mereka mulai memikirkan bagaimana kelanjutan pendidikan mereka dan bagaimana masa depan yang akan mereka jalani. Mereka telah memiliki pemikiran yang lebih logis. Mereka mulai berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi (Steinberg,2002).

Begitu juga dengan siswa-siswi di Bimbingan Belajar ”X” Bandung, mereka merupakan lulusan SMA yang akan mempersiapkan diri agar dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit mereka. Untuk dapat diterima di PTN, siswa harus mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Persiapan untuk menghadapi SNMPTN adalah suatu tantangan yang harus dihadapi oleh para siswa, agar dapat menghadapi tantangan tersebut dengan mantap, mereka harus mengandalkan kemampuan inteligensi dan kesiapan teknis dalam menghadapi SNMPTN dan juga harus menumbuhkan keyakinan dalam dirinya.

Keyakinan akan kemampuan diri dikenal dengan self-efficacy belief. Self-efficacy belief merupakan keyakinan siswa mengenai kemampuan dirinya dalam


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Bandura,2002). Ada beberapa faktor yang memengaruhi siswa dalam mencapai tujuannya. Kebanyakan perilaku siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada disekitarnya sehingga untuk mencapai tujuannya tersebut diperlukan pemahaman akan kekuatan yang mereka miliki dan keyakinan (belief) akan kemampuan yang mereka miliki kemudian mencoba melakukan suatu tindakan. Keyakinan siswa SMA mengenai kemampuan dirinya menjadi salah satu faktor yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan. Jika siswa SMA tidak memiliki keyakinan bahwa ia dapat berhasil maka ia tidak akan mencoba untuk membuat sesuatu itu terjadi (Bandura,2002).

Self-efficacy belief pada siswa SMA berasal pada empat sumber, yang pertana adalah mastery experiences, yang merupakan hasil dari pengalaman siswa dalam bertindak menghadapi suatu hal, baik yang merupakan keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Pengalaman keberhasilan di masa lalu dapat membangun self-efficacy belief siswa SMA bahwa dia akan mampu berhasil dalam SNMPTN nanti. Contoh pengalaman keberhasilan siswa SMA yaitu keberhasilan dalam berbagai kompetisi baik akademik maupun non akademik selama di lingkungan sekolah dan sosialnya, dan pengalaman keberhasilan dalam try out yang diikuti selama di bimbingan belajar. Sebaliknya, kegagalan yang dialami siswa SMA pada masa lalu dapat menghambat penilaian self-efficacy belief siswa SMA terutama bila kegagalan itu terjadi saat self-efficacy belief belum terbentuk dengan mantap. Pengalaman gagal dalam try out yang diadakan


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha oleh Bimbingan Belajar ”X” dapat menurunkan self-efficacy belief siswa SMA, terutama jika SNMPTN dianggap sebagai tugas yang sulit.

Selain dari pengalaman pribadi, self-efficacy belief dapat juga bersumber dari pengalaman orang lain (vicarious experiences), yaitu pengalaman yang diamati dari seorang model sosial, seperti teman/saudara atau orang lain yang signifikan atau memiliki kesamaan karakteristik dengan siswa. Siswa SMA yang melihat teman/saudaranya lolos SNMPTN setelah mengikuti bimbingan belajar dan berhasil kuliah di perguruan tinggi negeri favorit, akanmerasa dapat melakukan hal yang sama. Sedangkan jika siswa SMA mengamati teman/saudaranya tetap mengalami kegagalan dan tidak lolos SNMPTN walaupun sudah mengikuti bimbingan belajar dan belajar dengan giat, dapat menurunkan penilaian terhadap efficacy mereka dan menurunkan juga usaha mereka untuk tetap bertahan. Oleh karena itu modelling berpengaruh kuat terhadap self-efficacy belief, tergantung pada banyak sedikitnya kesamaan karakteristik subjek dengan model yang diamati.

Sumber yang ketiga adalah verbal persuasions, yang merupakan evaluasi sosial yang disampaikan oleh orang lain (teman, orang tua, atau guru), termasuk di dalamnya bentuk-bentuk pernyataan verbal seperti nasihat, pujian, kritikan. Pengalaman siswa SMA yang dipersuasi secara verbal bahwa mereka memiliki atau tidak memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk dapat lolos SNMPTN, akan membentuk keyakinan pada diri mereka tentang kemampuan mereka. Siswa SMA yang dipersuasi bahwa dirinya memiliki kemampuan yang baik dalam belajar dan mampu lolos SNMPTN, akan memiliki keyakinan yang lebih kuat terhadap


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha kemampuannya dan akan mengoptimalkan usahanya. Sebaliknya, siswa SMA yang dipersuasi bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk lolos SNMPTN, cenderung akan mudah menyerah dan tidak yakin pada kemampuannya.

Sumber yang terakhir adalah physiological and affective states yang merupakan bentuk reaksi fisiologis dan emosional seperti kelelahan, ketenangan, kekecewaan, kepuasan, kemarahan, kesedihan, dan rasa senang.Hal ini juga memberikan informasi mengenai keyakinan diri siswa SMA. Kondisi fisik dan emosional siswa SMA dapat memengaruhi penilaian mereka terhadap keyakinan dirinya. Siswa SMA yang mengalami kondisi fisik yang kurang sehat akan merasa bahwa dia kurang mampu melakukan usaha-usaha dalam menghadapi SNMPTN. Selain itu, siswa SMA yang mengalami keraguan pada kemampuan dirinya akan melihat kegagalan sebagai hal yang menghambat usahanya dalam mencapai tujuan, yaitu lolos SNMPTN.

Keseluruhan sumber self-efficacy belief tersebut akan berfungsi secara efektif jika siswa SMA mampu menyeleksi, mengintegrasi, dan menginterpretasikan sumber tersebut sebagai suatu yang dapat menguatkan dan mengembangkan keyakinan diri mereka dalam mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan pada SNMPTN. Keempat sumber self-efficacy belief tersebut adalah kumpulan informasi bagi siswa SMA yang kemudian akan diolah secara kognitif dalam pembentukan self-efficacy belief. Adanya pemahaman kognitif mengenai sumber-sumber self-efficacy belief tersebut kemudian memengaruhi penghayatan siswa SMA terhadap self-efficacy belief yang ada pada diri mereka. Masing-masing siswa akan memiliki derajat self-efficacy belief yang berbeda-beda,


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha tergantung pada penghayatan mereka terhadap sumber informasi yang dimiliki. Derajat self-efficacy belief ini akan memengaruhi tingkah laku siswa SMA dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi SNMPTN, yaitu dalam hal membuat pilihan, usaha, daya tahan,dan penghayatan perasaan untuk melakukan strategi dalam menghadapi SNMPTN.

Siswa SMA yang memiliki derajat self-efficacy belief tinggi akan mampu menentukan pilihan untuk mencapai tujuan. Siswa SMA akan memilih dan menentukan strategi yang tepat untuk menghadapi SNMPTN dan merasa yakin dapat melaksanakannya. Misalnya jika dirinya telah menetapkan untuk memilih suatu universitas/jurusan pilihan, maka dirinya akan belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat diterima di universitas/jurusan pilihan tersebut. Bagi siswa SMA yang mempunyai derajat self-efficacy belief rendah, kurang mampu membuat pilihan yang sesuai untuk mencapai tujuannya dalam menghadapi SNMPTN. Mereka cenderung belum dapat menetapkan universitas/jurusan yang ingin dijadikan target dalam SNMPTN sehingga tidak tahu harus melakukan apa dalam persiapannya menghadapi SNMPTN.

Jika siswa SMA telah menentukan strategi belajar, mereka akan mengerahkan usaha untuk dapat melaksanakannya. Siswa SMA dengan derajat self-efficacy belief tinggi akan berusaha keras dan belajar dengan giat agar dapat berhasil dalam SNMPTN. Mereka akan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan temannya dan mencoba mengerjakan latihan soal-soal SNMPTN. Siswa SMA dengan derajat self-efficacy belief rendah kurang mampu mengerahkan dan


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha mempertahankan usahanya dalam belajar. Mereka cenderung kurang mengetahui hal-hal yang harus mereka lakukan agar mampu menghadapi SNMPTN.

Ketika bertahan dalam menghadapi rintangan, siswa SMA dengan derajat self-efficacy belief tinggi akan cenderung dapat bertahan lebih lama. Jika mereka menemui rintangan, misalnya mengerjakan persoalan yang rumit, mereka akan terus mencoba sampai bisa memperoleh jawabannya. Bagi siswa dengan derajat self-efficacy belief tinggi, mereka akan mencoba bertahan dan berani dalam menghadapi rintangan, sedangkan siswa dengan derajat self-efficacy belief rendah akan mudah menyerah dan berhenti jika menghadapi rintangan. Mereka tidak akan terus mencoba mengerjakan persoalan yang sulit dan rintangan dapat menghentikan usaha mereka dalam mencapai tujuan.

Ketiga hal di atas berpengaruh terhadap penghayatan perasaan siswa SMA berhubungan dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukannya. Siswa SMA dengan derajat self-efficacy belief yang tinggi akan merasa puas dan senang jika segala tindakannya mampu membuahkan keberhasilan dan tidak akan mudah kecewa jika mengalami kegagalan, melainkan menggangap hal itu sebagai suatu usaha yang kurang dan akan terus mencoba lagi. Sebaliknya, siswa SMA dengan derajat self-efficacy belief yang rendah mudah merasa puas dan akan merasa kecewa jika mengalami kegagalan.

Siswa SMA yang memiliki derajat self-efficacy belief yang tinggi akan menggangap kegagalannya merupakan pengalaman untuk dapat mengikuti SNMPTN. Mereka akan menggangap SNMPTN sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi dan bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Mereka yakin


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha dengan mengikuti bimbingan belajar, mereka akan mampu menghadapi SNMPTN dan dapat diterima di PTN/jurusan yang sesuai dengan pilihan mereka. Adanya keyakinanakan kemampuan diri ini mendorong mereka untuk belajar lebih giat dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan. Bagi siswa SMA dengan self-efficacy belief rendah, SNMPTN merupakan suatu tantangan yang berat dan sulit untuk dihadapi sehingga mereka takut untuk mengalami kegagalan. Adanya anggapan seperti ini membuat mereka menjadi kurang mampu menentukan strategi dalam belajar dan cenderung mudah menyerah jika menghadapi kesulitan.


(23)

15

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Siswa SMA di Bimbingan Belajar X yang akan menghadapi SNMPTN.

Sumber-sumber self-efficacy belief:

1.Mastery experiences 2.Vicarious experiences 3.Verbal persuasions

4.Physiological& affective states

Proses kognitif

self-efficacy

belief

TINGGI

RENDAH

Aspek-aspek self-efficacy belief : 1. Membuat pilihan.

2. Usaha yang dikeluarkan. 3. Ketahanan dalam menghadapi kegagalan & rintangan.


(24)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.6ASUMSI PENELITIAN

Asumsi yang digunakan adalah :

1. Siswa SMA jurusan IPA yang akan menghadapi SNMPTN memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk self-efficacy belief dalam dirinya berupa mastery experiences, vicarious experiences, social persuasions, dan psychological and affective states.

2. Mastery experiences, vicarious experiences, social persuasions, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif oleh siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN, yang kemudian membangun self-efficacy belief.

3. Derajat self-efficacy belief siswa SMA jurusan IPA yang akan menghadapi SNMPTN memengaruhi tingkah laku siswa dalam membuat pilihan untuk menentukan strategi dalam menghadapi SNMPTN, mengerahkan sejumlah usaha untuk menghadapi SNMPTN, bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan yang terjadi selama menjelang SNMPTN, dan penghayatan perasaan yang dialami dalam menghadapi SNMPTN.


(25)

68 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data mengenai self-efficacy belief pada siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti SNMPTN di Bimbingan Belajar ”X” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 52,5% siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti SNMPTN, memiliki self-efficacy belief tinggi. Mereka menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam membuat pilihan untuk menentukan strategi dalam menghadapi SNMPTN, keyakinan akan kemampuan mengerahkan sejumlah usaha untuk menghadapi SNMPTN, keyakinan akan kemampuan bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan yang terjadi selama menjelang SNMPTN, serta keyakinan akan kemampuan menghayati dan mengendalikan perasaan mereka dalam menghadapi SNMPTN.

2. Sebanyak 47,5% siswa SMA lainnya memiliki self-efficacy belief yang rendah. Mereka kurang mampu membuat pilihan untuk mencapai tujuan mereka, kurang memiliki keyakinan akan kemampuan mengerahkan usaha, kurang memiliki keyakinan akan kemampuan mengerahkan sejumlah usaha untuk menghadapi SNMPTN, kurang memiliki keyakinan akan kemampuan daya tahan jika menghadapi kesulitan dan kegagalan, dan memiliki keyakinan akan kemampuan yang rendah dalam menghayati dan mengendalikan perasaan dalam menghadapi SNMPTN.


(26)

69

Universitas Kristen Maranatha 3. Sumber pada pembentukan self-efficacy belief siswa SMA adalah

pengalaman keberhasilan siswa SMA dalam mengikuti try-out (Mastery experiences).

4. Tiga sumber informasi yang lain (Vicarious experiences, verbal persuasion, dan psychological and affective states) tidak secara langsung berperan dalam pembentukan self-efficacy belief siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN. Hal yang berhubungan dalam pembentukan self-efficacy belief siswa SMA adalah penghayatan siswa SMA terhadap sumber-sumber tersebut.

5. Figur yang berperan pada siswa SMA jurusan IPA untuk meningkatkan self-efficacy belief mereka adalah teman mereka.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran :

5.2.1. Saran Teoretis

1. Melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy belief terhadap derajat self-efficacy belief siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN.

2. Melakukan penelitian mengenai hubungan self-efficacy belief dengan hasil belajar pada siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN.


(27)

70

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Bagi siswa SMA diharapkan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa SMA dalam menghadapi SNMPTN.

2. Bagi pihak lembaga belajar, agar dapat membantu siswa untuk menemukan makna dari pengalaman mereka dengan membentuk kelompok diskusi antara guru dan siswa SMA.

3. Bagi orang tua, disarankan agar membantu siswa SMA dengan memberikan kesempatan bagi para siswa untuk membentuk kelompok belajar dengan teman di bimbingan belajar ”X”, karena teman merupakan figur yang dapat meningkatkan self-efficacy belief siswa SMA.


(28)

71 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert.2002. Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company

Freindenberg, Lisa.1995.Psychological Testing: Design, Analysis and Use. Massachusetts: Allyn & Bacon

Guilford.1956. Fundamental Statistic in Psychology & Education, 3 edition. New York: The Mc.Graw-Hill Companies, Inc.

Gulo, W.2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Nazir, D.2003. Metode Penelitian.Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Steinberg, Laurence.2002. Adolesence Psychology, 6 edition. New York: The Mc. Graw-Hill Companies Inc.

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development- Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan Damanik, Juda. Jakarta : Erlangga

Santrok, J. W. 2003. Adolescence, 9th Ed. Dallas : McGraw-Hill

Usman, Husnaini & Akbar, R. Purnomo Setiady. 2000. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara


(29)

72 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Nur Aini, Ifrisa.2003. Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar “X” yang akan menghadapi SPMB , Bandung

www.korantempo.com www.tribunnews.com


(1)

16

1.6ASUMSI PENELITIAN

Asumsi yang digunakan adalah :

1. Siswa SMA jurusan IPA yang akan menghadapi SNMPTN memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk self-efficacy belief dalam dirinya berupa mastery experiences, vicarious experiences, social persuasions, dan psychological and affective states.

2. Mastery experiences, vicarious experiences, social persuasions, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif oleh siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN, yang kemudian membangun self-efficacy belief.

3. Derajat self-efficacy belief siswa SMA jurusan IPA yang akan menghadapi SNMPTN memengaruhi tingkah laku siswa dalam membuat pilihan untuk menentukan strategi dalam menghadapi SNMPTN, mengerahkan sejumlah usaha untuk menghadapi SNMPTN, bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan yang terjadi selama menjelang SNMPTN, dan penghayatan perasaan yang dialami dalam menghadapi SNMPTN.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data mengenai self-efficacy belief pada siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti SNMPTN di Bimbingan Belajar ”X” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 52,5% siswa SMA jurusan IPA yang akan mengikuti SNMPTN, memiliki self-efficacy belief tinggi. Mereka menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam membuat pilihan untuk menentukan strategi dalam menghadapi SNMPTN, keyakinan akan kemampuan mengerahkan sejumlah usaha untuk menghadapi SNMPTN, keyakinan akan kemampuan bertahan saat menghadapi kesulitan dan kegagalan yang terjadi selama menjelang SNMPTN, serta keyakinan akan kemampuan menghayati dan mengendalikan perasaan mereka dalam menghadapi SNMPTN.

2. Sebanyak 47,5% siswa SMA lainnya memiliki self-efficacy belief yang rendah. Mereka kurang mampu membuat pilihan untuk mencapai tujuan mereka, kurang memiliki keyakinan akan kemampuan mengerahkan usaha, kurang memiliki keyakinan akan kemampuan mengerahkan sejumlah usaha untuk menghadapi SNMPTN, kurang memiliki keyakinan akan kemampuan daya tahan jika menghadapi kesulitan dan kegagalan, dan memiliki keyakinan akan kemampuan yang rendah dalam menghayati


(3)

69

3. Sumber pada pembentukan self-efficacy belief siswa SMA adalah pengalaman keberhasilan siswa SMA dalam mengikuti try-out (Mastery experiences).

4. Tiga sumber informasi yang lain (Vicarious experiences, verbal persuasion, dan psychological and affective states) tidak secara langsung berperan dalam pembentukan self-efficacy belief siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN. Hal yang berhubungan dalam pembentukan self-efficacy belief siswa SMA adalah penghayatan siswa SMA terhadap sumber-sumber tersebut.

5. Figur yang berperan pada siswa SMA jurusan IPA untuk meningkatkan self-efficacy belief mereka adalah teman mereka.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran :

5.2.1. Saran Teoretis

1. Melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy belief terhadap derajat self-efficacy belief siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN.

2. Melakukan penelitian mengenai hubungan self-efficacy belief dengan hasil belajar pada siswa SMA yang akan menghadapi SNMPTN.


(4)

70

5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Bagi siswa SMA diharapkan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa SMA dalam menghadapi SNMPTN.

2. Bagi pihak lembaga belajar, agar dapat membantu siswa untuk menemukan makna dari pengalaman mereka dengan membentuk kelompok diskusi antara guru dan siswa SMA.

3. Bagi orang tua, disarankan agar membantu siswa SMA dengan memberikan kesempatan bagi para siswa untuk membentuk kelompok belajar dengan teman di bimbingan belajar ”X”, karena teman merupakan figur yang dapat meningkatkan self-efficacy belief siswa SMA.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert.2002. Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company

Freindenberg, Lisa.1995.Psychological Testing: Design, Analysis and Use. Massachusetts: Allyn & Bacon

Guilford.1956. Fundamental Statistic in Psychology & Education, 3 edition. New York: The Mc.Graw-Hill Companies, Inc.

Gulo, W.2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Nazir, D.2003. Metode Penelitian.Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Steinberg, Laurence.2002. Adolesence Psychology, 6 edition. New York: The Mc. Graw-Hill Companies Inc.

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development- Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan Damanik, Juda. Jakarta : Erlangga

Santrok, J. W. 2003. Adolescence, 9th Ed. Dallas : McGraw-Hill

Usman, Husnaini & Akbar, R. Purnomo Setiady. 2000. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Nur Aini, Ifrisa.2003. Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar “X” yang akan menghadapi SPMB , Bandung

www.korantempo.com www.tribunnews.com