Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Belief Untuk Lulus SBMPTN Pada Alumni SMA Yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intersif di Lembaga "X" Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research is an descriptive study about Self-Efficacy Belief Degree to graduate the SNMPTN of High School alumni that enroll intensive tutoring at “X” institute in Bandung. The purpose of this research is to know about Self-Efficacy Belief Degree and information data that influence high school alumni to gradute the SNMPTN that enroll intensive tutoring at “X” institute in Bandung.

Sample of this research is all alumni that enroll an that enroll intensive tutoring program at “X” institute in Bandung and already taking SNMPTN test before, as many as 59 people. The instrument that being use to collect data about Self-Efficacy Belief Degree of High School alumni is questionnaire develop by the researcher himself based on Bandura Theory (2002). The validity is using Expert Validity that given from 3 person of expertin education psychology, whereas the realibility standard is 0.959 using Alpha Cronbach Method on SPSS 12.0

For the final result we can see that Self-Efficacy Belief Degree to graduate the SNMPTN of High School alumni that enroll intensive tutoring at “X” institute in Bandung divided in two category , 50,8% have a high Self-Efficacy Belief Degree and another 49,2% have a low Self-Self-Efficacy Belief Degree. Based on this research, suggestion given to high school alumni that have a low Self-Efficacy Belief Degree is for them to realize and thought deeply for the meaningfull about the source of Self-Efficacy Belief Degree and themselves so that can be use as enhancement for they Self-Efficacy Belief. To the tutoring Institution especially teacher, head of student affairs and counsellor to be expected to use this research as information about high school alumni that enroll intensive tutoring at their institution and as consideration to give them briefing trough seminary or counselling to get throught SNMPTN. Researcher also suggest for the next researcher to try doing the contribution research of Self-Efficacy Belief sources that impact to Self-Self-Efficacy Belief for aumni that succed pass the SNMPTN test.


(2)

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini berjudul Study Deskriftif Mengenai Derajat Self-Efficacy Belief Untuk Lulus SBMPTN Pada Alumni SMA yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief dan data informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi untuk lulus SBMPTN pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung.

Sampel penelitian ini adalah Para peserta Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, yang sudah lulus SMA, yang sudah pernah mengikuti ujian SBMPTN di tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 59 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui derajat Self-Efficacy Belief para alumni SMA adalah berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura (2002). Validitas mengunakan Expert Validity yang diberikan kepada tiga dosen yang ahli dalam psikologi pendidikan, sedangkan reabilitasnya adalah sebesar 0.959 dengan menggunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 12.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat Self-Efficacy Belief pada Alumni SMA yang Sedang Mengikuti Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung terbagi dalam dua kategori yaitu sebanyak 50.8% berada pada derajat self-efficacy belief yang tinggi dan sebagian lagi 49.2% pada derajat self-efficacy belief yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan pada penelitian ini adalah bagi alumni SMA yang memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah disarankan menyadari dan memaknakan sumber-sumber derajat self-efficacy belief yang ada dalam dirinya sehingga dapat digunakan untuk peningkatkan self-efficacy belief, sedangkan kepada pihak lembaga bimbingan, yakni Guru, Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Konselor diharapkan dari penelitian ini dapat memberi informasi mengenai gambaran derajat self-efficacy belief alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensid dalam rangka lulus SBMPTN sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam memberi pengarahan melalui seminar atau bahan konseling kepada alumni SMA dalam mengahadapi SBMPTN. Peneliti juga menyarankan agar dilakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber derajat self-efficacy belief dengan self-efficacy belief pada alumni untuk lulus dalam SBMPTN.


(3)

iv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian...11

1.3.2 TujuanPenelitian...11

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis...11

1.4.2 Kegunaan Praktis...12

1.5 Kerangka Pikir...12

1.6 Asumsi Penelitian...20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Self-Efficacy Belief 2.1.1 Self - Efficacy Belief...20

2.1.2 Aspek Self –Efficacy Belief...20

2.1.3 Sumber - sumber Self - Efficacy Belief...22

2.2 Pengaruh Self-Efficacy Belief pada pendidikan...25

2.2.1 Motivasi Akademis...26

2.2.2 Prestasi Akademis...26


(4)

v

Universitas Kristen Maranatha

2.2 Masa Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja...27

2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian...31

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian...32

3.2.2 Definisi Operasional...32

3.3 Alat ukur 3.3.1 Prosedur Pengisian...36

3.3.2 Sistem Penilaian...36

3.4 Validitas dan Reliabilitas 3.4.1 Validitas alat ukur Self-Efficacy Belief...38

3.4.2 Reliabilitas alat ukur Self-Efficacy Belief...39

3.4.3 Kuesioner Data Penunjang...40

3.5 Populasi sasaran dan tehnik penarikan sampel 3.5.1 Populasi Sasaran...40

3.5.2 Karakteristik Populasi...40

3.5.3 Tehnik Penarikan Sampel...41


(5)

vi

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden...42

4.1.1 Jenis Kelamin...42

4.1.2 Usia...43

4.2 Hasil penelitian...43

4.2.1 Derajat Self-Efficacy Belief...43

4.2.2 Tabulasi Silang Aspek dan Derajat Self-Efficacy Belief...44

4.2 Pembahasan...45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...52

5.2 Saran...53

5.2.1 Saran Teoritis...53

5.2.2 Saran Praktis...53

DAFTAR PUSTAKA...57


(6)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran...19

Bagan 3.1 Skema Prosedur Penelitian...31

Tabel 3.1 Rincian Alat Ukur...34

Tabel 3.3 Skor Jawaban...36

Tabel 4.1.1 Tabel persentase responden berdasarkan jenis kelamin...42

Tabel 4.1.2 Tabel persentase responden berdasarkan usia...43

Tabel 4.2.1 Persentase Derajat Self-Efficacy Belief...43


(7)

viii

Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN

• Lampiran 1 : Kata pengantar dan kuesioner

• Lampiran 2 : Kuesioner data pribadi dan penunjang

• Lampiran 3 : Kisi – kisi alat ukur


(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga untuk mendapatkan masa depan yang cerah dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak atau setidaknya kehidupan yang memadai. Dengan pendidikan seseorang dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mampu menghadapi sebuah tantangan atau tuntutan pekerjaan di bidang tertentu. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah dan umumnya jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi, yaitu SD, SMP, SMA, SMK, STM dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan di dalam keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab, misalnya tempat pengajian, gereja. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh


(9)

lembaga-2

Universitas Kristen Maranatha lembaga tertentu yang melengkapi seseorang untuk memiliki keterampilan tertentu, misalnya bimbingan belajar atau kursus bahasa inggris (Widiatrirahayu, 2008).

Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan formal. Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang terdiri atas beberapa fakultas yang dibagi ke dalam beberapa jurusan (www.wikipedia.com). Perguruan Tinggi di Indonesia terbagi menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Setiap tahunnya Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta membuka penerimaan mahasiswa baru. Perguruan Tinggi Negeri menjaring calon mahasiswa melalui SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Djoko Santoso tahun 2011, jumlah peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN), meningkat dibandingkan tahun 2010. Jika pada tahun 2010 jumlah peserta hanya 447.201 orang tahun ini meningkat hingga 540.953, sedangkan yang diterima hanya 119.041 kursi di Perguruan Tinggi Negeri (www.suaramerdeka.com - 28 Juni 2011).

Banyaknya jumlah peserta SBMPTN menunjukkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) masih menjadi pilihan favorit bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang alumni SMA, diperoleh informasi bahwa mereka akan merasa lebih bangga apabila lulus dalam SBMPTN dikarenakan mampu bersaing dengan banyaknya peserta yang berada di seluruh Indonesia. Selain itu, alasan mereka mengikuti SBMPTN adalah pertimbangan


(10)

3

Universitas Kristen Maranatha biaya. Pada umumnya biaya kuliah di PTN lebih murah dibandingkan dengan PTS, hal ini dikarenakan PTN adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh negara dan mendapatkan subsidi dalam pembangunannya (UUD RI.Pendidikan No.9-2009).

Tingginya persaingan dalam menghadapi SBMPTN mendorong para peserta untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk dapat bersaing dengan ratusan ribu peserta lainnya. Agar berhasil lulus dalam ujian SBMPTN para peserta dituntut untuk menguasai setiap materi pelajaran yang akan diujiankan dalam SBMPTN. Salah satu bentuk persiapan untuk menguasai setiap materi pelajaran yang akan diujiankan tersebut adalah dengan mengikuti Bimbingan Belajar Intensif.

Lembaga Bimbingan Belajar yang terkenal di Bandung adalah Lembaga Bimbingan Belajar “X”. Lembaga Bimbingan Belajar “X” merupakan salah satu lembaga yang mengadakan program intensif bagi alumni SMA yang akan menghadapi SBMPTN. Lembaga ini dikenal dengan sistem pembelajaran yang menggunakan teknik pendekatan individu antara guru dan siswa baik dalam proses belajar maupun mengerjakan soal-soal, mereka juga dapat saling berdiskusi secara perorangan mengenai hasil dan cara peningkatan try-out yang dicapai selama mengikuti bimbingan. Jumlah siswa di setiap kelas berkisar 15-20 orang yang memungkinkan pengajar lebih mudah memantau dan menjadikan siswa lebih aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti (situs resmi Lembaga “X”).


(11)

4

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan wawancara dengan 10 alumni SMA yang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung, alasan para alumni SMA memutuskan mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” adalah karena sudah memiliki 12 cabang yang tersebar di setiap daerah yang mempermudah mereka mendapatkan akses untuk bimbingan di tempat terdekat, serta memiliki iklim pembelajaran yang akrab antara guru dan siswa, mereka juga menambahkan bahwa lembaga bimbingan belajar “X” terkenal dalam mencetak anak didiknya untuk lulus dalam SBMPTN.

Alumni SMA memiliki kesempatan mengikuti ujian SBMPTN sebanyak tiga kali yang berlaku selama tiga tahun berturut-turut, apabila selama tiga tahun berturut-turut selalu mengalami kegagalan, maka di tahun berikutnya tidak akan ada lagi kesempatan untuk mengikuti SBMPTN. Para alumni SMA adalah siswa lulusan SMA yang mengalami kegagalan di SBMPTN sebelumnya dan kemudian memutuskan mengikuti program intensif di Lembaga Bimbingan Belajar “X” selama satu tahun dengan harapan dapat berhasil di SBMPTN tahun berikutnya (www.sbmptn.ac.id)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap tiga orang guru yang mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar “X”, agar berhasil lulus SBMPTN para calon peserta dituntut untuk menguasai setiap materi pelajaran yang akan diujiankan dalam SBMPTN. Dengan demikian para alumni SMA diharapkan hadir dalam kegiatan bimbingan belajar, mengikuti try-out yang diadakan oleh pihak lembaga, menentukan dan mentaati strategi belajar yang efektif, serta mencari informasi tentang passing grade dari setiap PTN. Selama mengiktui


(12)

5

Universitas Kristen Maranatha bimbingan belajar para peserta di Lembaga “X” belajar mulai dari Senin sampai dengan Sabtu, dengan waktu untuk setiap mata pelajaran selama 90 menit, selama hadir dalam kelas para alumni SMA mempelajari dan membahas soal-soal. Setiap hari minggu, peserta bimbingan belajar intensif akan mengikuti try-out, kegiatan tersebut dinilai sangat penting untuk mengetahui persiapan para alumni SMA dalam menghadapi SBMPTN, serta memperoleh bayangan peluang untuk dapat diterima di PTN yang diinginkan.

Berdasarkan wawancara dengan guru tersebut juga diperoleh informasi bahwa selama mengikuti bimbingan belajar intensif, tidak sedikit dan jarang alumni SMA yang menunjukkan sikap yang jarang malas bertanya dan tidak hadir dalam mengikuti bimbingan belajar intensif maupun mengikuti try-out. Sementara dengan rajin dan bersemangat selama mengikuti bimbingan belajar intensif, mereka bisa lulus dalam SBMPTN, mengingat selama mengajar pada guru juga menghayati bahwa mereka mampu bersaing dan mampu mengerjakan soal.

Para alumni SMA juga diharapkan menentukan dan mentaati jadwal belajar, seperti mengulang setiap materi yang dipelajari di kelas, selain itu dituntut aktif mencari informasi tentang passing grade dari setiap PTN. Passing grade adalah standar skor dari suatu PTN sebagai acuan kelulusan. Passing grade adalah sesuatu yang bersifat dinamis, artinya, setiap PTN memiliki standar sendiri untuk jurusan-jurusan tertentu tiap tahunnya. Biasanya semakin favorit PTN yang dituju semakin tinggi standar skor yang harus dicapai, sehingga para alumni SMA perlu memahami jumlah soal yang harus dikerjakan agar bisa masuk di PTN yang dipilih.


(13)

6

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada seorang pengurus bidang kemahasiswaan di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, diperoleh informasi bahwa persiapan mengikuti bimbingan belajar bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan para alumni SMA untuk dapat berhasil di SBMPTN. Pernyataan tersebut juga ditegaskan kembali oleh konselor psikologi yang berada di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, beliau menambahkan bahwa faktor keyakinan diri terhadap kemampuannya menjadi salah satu yang berperan penting untuk dapat lulus di SBMPTN, pada diri alumni SMA perlu ditanamkan keyakinan diri dalam menghadapi SBMPTN. Keyakinan diri tersebut berhubungan dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk lulus SBMPTN terlebih mereka sudah pernah mengikuti dan gagal di SBMPTN sebelumnya. Keyakinan tersebut dinilai penting mengingat bahwa semakin mereka yakin akan kemampuaannya maka mereka juga akan semakin menunjukkan usaha yang lebih besar untuk lulus dalam SBMPTN.

Keyakinan diri terhadap kemampuan oleh Bandura disebut dengan Self-Efficacy Belief. Self-Self-Efficacy Belief adalah keyakinan diri akan kemampuan dalam menghadapi situasi yang akan datang (Bandura, 2002). Self-efficacy belief memiliki aspek-aspek, yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan pada saat dihadapkan pada rintangan dan penghayatan perasaan individu (Bandura, 2002). Self-efficacy belief pada alumni SMA yang berkaitan dengan keyakinan akan kemampuannya yang menunjang keberhasilannya untuk dapat lulus dalam SBMPTN.


(14)

7

Universitas Kristen Maranatha Alumni SMA yang memiliki self-efficacy belief yang tinggi tercermin dari keyakinan akan kemampuannya untuk hadir di tempat bimbingan belajar, mentaati strategi belajar yang dibuat, mengikuti setiap try-out yang diadakan bimbingan belajar, serta memilih PTN sesuai dengan kemampuannya, sehingga di dalam menghadapi bimbingan belajar para alumni akan rajin hadir di kelas, berusaha mengulang setiap materi serta rajin mengikuti kegiatan try-out yang diadakan oleh bimbingan belajar dan apabila gagal mereka tidak akan putus asa melainkan berusaha lebih maksimal. Para Alumni SMA juga aktif dalam mencari informasi mengenai passing grade dari universitas yang mereka pilih yang kemudian yang mereka jadikan sebuah acuan dalam menargetkan standar skor saat ujian SBMPTN.

Sementara itu, alumni SMA yang memiliki self-efficacy belief yang rendah tercermin dari ketidakyakinan untuk mampu hadir di tempat bimbingan belajar, mentaati strategi belajar yang dibuat, mengikuti setiap try-out yang diadakan bimbingan belajar, serta tidak yakin dalam memilih PTN sesuai dengan kemampuannya, sehingga para alumni SMA akan malas hadir di kelas, mudah merasa bosan dan tidak mau berusaha apabila mengalami kesulitan, para alumni juga akan malas mengikuti try-out, serta tidak aktif dalam mencari infomasi yang berhubungan dengan SBMPTN.

Berdasarkan survei awal melalui wawancara yang dilakukan kepada 10 alumni SMA di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung. Terkait dengan aspek pilihan yang dibuat, sebanyak 40% alumni SMA menyatakan merasa yakin akan kemampuannya untuk rajin menghadiri bimbingan dan mengikuti try-out, dalam


(15)

8

Universitas Kristen Maranatha proses belajar alumni SMA tetap aktif dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, menolak apabila ada teman yang mengajak untuk tidak hadir dalam kegiatan bimbingan belajar, alumni SMA tersebut juga aktif mengikuti try-out yang diadakan setiap minggunya. Sebanyak 60% alumni SMA menyatakan tidak yakin akan kemampuannya untuk rajin menghadiri bimbingan dan mengikuti try-out terhadap pencapaian mereka untuk lulus SBMPTN, sehingga dalam mengikuti bimbingan belajar para alumni SMA menjadi malas hadir mengikuti bimbingan dan jarang bertanya apabila ada materi yang tidak mereka pahami, alumni SMA juga cenderung menghindari pelajaran yang tidak disukai khususnya dalam ilmu pengetahuan sosial (Geografi, Sejarah dll). Data di atas menunjukkan adanya variasi keyakinan akan kemampuan para alumni SMA dalam hal memilih aktivitas yang berkaitan dengan proses belajar selama mengikuti bimbingan belajar.

Terkait dengan aspek besarnya usaha yang dikeluarkan, sebanyak 30% alumni SMA menyatakan merasa yakin mampu berusaha menghadiri bimbingan belajar dan mengikuti try-out yang diadakan oleh bimbingan belajar serta yakin mampu berusaha dalam mentaati jadwal belajarnya, dalam proses belajarnya alumni SMA akan tetap menghadiri bimbingan belajar dan mengikuti try-out walaupun saat sedang hujan, alumni SMA juga mengurangi waktu bermain dengan teman dan memilih berlatih soal-soal di rumah, mereka juga aktif mencari informasi mengenai passing grade dari suatu universitas yang mereka pilih agar bisa menjadi suatu bentuk acuan dalam mencapai standar skor kelulusan. Sebanyak 70% alumni SMA merasa tidak yakin mampu untuk berusaha


(16)

9

Universitas Kristen Maranatha menghadiri bimbingan belajar, rajin mengikuti try-out, mereka menjadi mudah terpengaruh oleh ajakan teman untuk tidak mengikuti bimbingan belajar, tidak mencatat pelajaran di kelas dan malas mengulang atau berlatih soal-soal, serta tidak banyak bertanya atau mencari informasi mengenai passing grade dari suatu universitas yang mereka pilih. Data di atas menunjukkan adanya variasi keyakinan akan kemampuan para alumni SMA dalam mengeluarkan usaha yang berkaitan dengan proses belajar selama mengikuti bimbingan belajar.

Terkait dengan aspek daya tahan saat dihadapkan pada kesulitan, sebanyak 50% alumni SMA merasa yakin mampu untuk tetap bertahan dalam menghadiri bimbingan dan mengikuti try-out yang diadakan oleh bimbingan belajar serta yakin mampu bertahan saat dihadapkan pada kesulitan, misalnya saat dihadapkan pada soal-soal yang sulit, dalam proses belajarnya alumni SMA akan tetap menghadiri kegiatan bimbingan belajar saat sedang bosan atau jenuh karena terus menerus belajar, serta bertahan mengerjakan soal yang dianggap sulit dan tidak mudah menyerah. Sebanyak 50% alumni SMA merasa tidak yakin mampu bertahan dalam menghadapi rintangan untuk hadir di kelas dan mengikuti try-out sehingga biasanya alumni akan malas dan tidak bersemangat di kelas, apabila mendapat poin rendah dalam try-out mereka menjadi pesimis dan merasa tidak yakin mampu mencapai target kelulusan try-out. Data di atas menunjukkan adanya variasi keyakinan akan kemampuan para alumni SMA dalam bertahan atau pada saat menghadapi rintangan yang berkaitan dengan proses belajar selama mengikuti bimbingan belajar intensif.


(17)

10

Universitas Kristen Maranatha Terkait dengan aspek mengatasi kondisi perasaan dan fisik yang muncul, sebanyak 40% alumni SMA merasa yakin akan kemampuannya untuk mengatasi kondisi fisik dan stress pada saat akan menghadiri atau mengikuti try-out, saat kondisi sakit atau tidak bersemangat, para alumni SMA akan yakin mampu untuk berusaha hadir dalam kegiatan bimbingan dan mendengarkan guru di kelas, serta tetap berusaha yakin dan tidak cemas saat akan menghadapi try-out. Sebanyak 60% alumni SMA merasa tidak yakin mampu mengatasi rasa lelah dan jenuh dalam menghadiri bimbingan dan try-out, jarang menghadiri bimbingan dan try-out. Alumni SMA tidak yakin akan kemampuannya dalam mengatasi kondisi perasaan yang mucul, misalnya perasaan takut dan cemas dalam menghadapi SBMPTN khususnya dalam mencapai target PTN yang diinginkan, apalagi jika para alumni SMA tersebut memikirkan jumlah pesaing peserta SBMPTN dengan jumlah yang sangat banyak mencapai ratusan ribu. Data di atas menunjukkan variasi akan keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi kondis perasaan yang mucul berkaitan dengan proses belajar selama mengikuti bimbingan belajar intensif.

Berdasarkan survei awal melalui wawancara yang dilakukan kepada 10 alumni SMA di Lembaga Bimbingan Belajar “X” Bandung, terdapat variasi keyakinan akan kemampuan yang dimiliki para alumni SMA yang berhubungan dengan pilihan yang dibuat oleh alumni SMA, usaha yang dikeluarkannya, ketahanan dalam menghadapi hambatan, serta mengatasi penghayatan perasaan para alumni SMA yang berkaitan untuk dapat lulus dalam SBMPTN. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Self-Efficacy


(18)

11

Universitas Kristen Maranatha Belief pada alumni SMA yang sedang mengikuti Program Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang hendak diteliti adalah derajat Self-Efficacy Belief pada alumni SMA yang sedang mengikuti Program Bimbingan Belajar Intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy belief untuk lulus SBMPTN pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui derajat self-efficacy belief dan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi untuk lulus SBMPTN pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai self-efficacy belief terutama dalam bidang psikologi pendidikan.


(19)

12

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai derajat self-efficacy belief.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak lembaga bimbingan, yakni Guru, Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Konselor mengenai derajat self-efficacy belief yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensid di Lembaga “X” Bandung sehingga dapat memberi pengarahan melalui seminar atau bahan konseling kepada alumni SMA dalam mengahadapi SBMPTN.

2. Memberi informasi kepada orangtua para alumni SMA mengenai derajat self-efficacy belief, agar dapat turut mendukung dan mengarahkan anaknya melalui pihak lembaga dalam menghadapi SBMPTN.

3. Memberikan informasi kepada alumni SMA mengenai derajat self-efficacy belief yang dimilikinya dalam menghadapi SBMPTN sehingga pihak lembaga dapat memberikan penjelasan bahwa pentingnya self-efficacy belief dalam menunjang kesuksesan mereka, serta dapat memanfaatkan informasi dan menjadikan acuan untuk belajar lebih giat agar dapat lulus dalam SBMPTN.

1.5 Kerangka Pikir

Para alumni SMA ini berada dalam tahap remaja akhir, yaitu 17-19 tahun. Pada masa ini remaja menghadapi transisi dari sekolah menengah atas (SMA) ke Perguruan Tinggi. Dalam tahap ini remaja akan mengalami perkembangan, salah satunya adalah perkembangan kognitif (Steinberg, 2002). Perkembangan kognitif


(20)

13

Universitas Kristen Maranatha pada remaja adalah perubahan dalam pola pikir tentang kemungkinan yang terjadi pada dirinya terutama pada masa depannya, yakni salah satunya adalah pemilihan kelanjutan pendidikan (Steinberng, 2002). Biasanya remaja akan mulai memikirkan dan memutuskan tentang jalur atau bidang pendidikan yang sesuai dengan dirinya atau kemampuannya, yakni salah satunya dengan memutuskan mengikuti SBMPTN.

Alumni SMA yang mengikuti SBMPTN berharap dapat lulus dan masuk di PTN yang diinginkan, akan tetapi dalam proses belajar alumni SMA akan dihadapkan pada rintangan dan kesulitan, semua rintangan tersebut akan dapat dihadapi dengan Self-Efficacy Belief. Self-Efficacy Belief adalah keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi situasi tertentu (Bandura, 2002). Self-efficacy belief diperoleh melalui empat sumber utama, yakni Mastery Experinces, Vicarious Experiences, Verbal Persuasions, Physiological and Affective States (Bandura, 2002)

Sumber pertama adalah mastery experiences merupakan pembentukan self-efficacy belief melalui pengalaman yang terdiri atas pengalaman keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman tersebut didapat oleh alumni SMA melalui prestasi akademis dan non-akademis yang pernah diraih saat sekolah, selama mengikuti bimbingan belajar atau pengalaman pada saat mencoba ujian di SBMPTN sebelumnya. Para alumni SMA yang lebih sering mengalami keberhasilan daripada kegagalan akan memiliki derajat self-efficacy belief tinggi, misalnya keberhasilan alumni SMA yang selalu berhasil mencapai standar skor selama mengikuti try-out akan menimbulkan keyakinan bahwa dirinya mampu


(21)

14

Universitas Kristen Maranatha mengerjakan soal walaupun sudah mengalami kegagalan dan justru lebih yakin mampu untuk lulus dalam SBMPTN. Sebaliknya alumni SMA yang lebih sering mengalami kegagalan daripada keberhasilan akan memiliki derajat self-efficacy belief rendah, misalnya saat alumni SMA selalu gagal dalam mencapai standar skor selama mengikuti try-out atau pengalaman kegagalan alumni SMA di awal SBMPTN yang membuat mereka menjadi lebih tidak yakin akan kemampuannya

Sumber kedua adalah vicarious experiences, yaitu pengalaman yang diamati dari seorang model sosial (teman, saudara, kakak kelas atau orang lain) yang memiliki kesamaan dalam hal kemampuan dengan alumni SMA. Para alumni SMA mengamati keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada figur signifikan yang mempengaruhi derajat self-efficacy belief dalam dirinya. Alumni SMA yang mengamati orang lain yang memiliki kesamaan dalam hal kemampuan dengan dirinya, dan orang yang diamati tersebut lebih sering mengalami keberhasilan akan memiliki derajat self-efficacy belief tinggi misalnya saat figur signifikan tersebut sering berhasil dalam mencapai standar skor try-out atau pada saat alumni SMA mengamati orang lain yang mempunyai pengalaman yang sama dengan mereka yang dapat lulus dalam SBMPTN walaupun mengalami kegagalan di SBMPTN sebelumnya akan membuat mereka lebih yakin akan kemampuannya. Sebaliknya alumni SMA yang mengamati orang lain yang serupa dengan dirinya dan sering mengalami kegagalan daripada keberhasilan akan memiliki derajat self-efficacy belief rendah, misalnya pada saat figur yang diamati oleh alumni SMA sering mengalami kegagalan dalam mencapai standar skor pada saat try-out atau pada saat mereka melihat kakak kelas yang mempunmyai pengalaman yang sudah


(22)

15

Universitas Kristen Maranatha mengangur selama satu tahun namun tetap mengalami kegagalan di SBMPTN berikutnya akan membuat mereka menjadi tidak yakin kemampuannya untuk dapat lulus dalam SBMPTN.

Sumber ketiga adalah social persuasions, merupakan dukungan yang disampaikan oleh significant others (teman, keluarga, guru) yang berisi nasehat, anjuran, pujian dan semangat kepada alumni SMA. Alumni SMA yang lebih sering dibandingkan dengan yang jarang atau bahkan tidak pernah dipersuasi secara verbal oleh significant others bahwa mereka memiliki kemampuan dan mampu berhasil lulus dalam SBMPTN akan memiliki derajat self-efficacy belief tinggi misalnya ketika mereka diberi semangat walaupun sudah mengalami kegagalan diawal SBMPTN namun mereka punya kesempatan yang lebih besar untuk lebih fokus belajar dan bisa masuk di PTN. Sebaliknya alumni SMA yang jarang atau bahkan tidak pernah dipersuasi secara verbal oleh significant others bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas atau menguasai suatu materi pelajaran yang dianggap sulit akan memiliki derajat self-efficacy belief rendah.

Sumber terakhir atau keempat adalah physiological dan affective states, merupakan kondisi fisik dan emosional yang mempengaruhi derajat self-efficacy belief alumni SMA dalam menghadapi SBMPTN. Alumni SMA yang sering memiliki kondisi fisik yang sehat dan memiliki emosi yang stabil, misalnya tidak mudah cemas atau stress ketika berhadapan dengan tugas yanng sulit akan memiliki derajat self-efficacy belief tinggi. Sebaliknya alumni SMA yang lebih sering lelah, sakit dan tidak bersemangat serta sering merasa cemas saat


(23)

16

Universitas Kristen Maranatha dihadapkan pada situasi ujian akan memiliki derajat self-efficacy belief rendah.

Empat sumber diatas akan diproses secara kognitif sehingga akan mempengaruhi derajat self-efficacy belief dalam diri seseorang, karena itu self-efficacy belief dalam diri alumni SMA juga tergantung dari alumni SMA dalam menginterpretasikan sumber-sumber yang mereka peroleh. Selanjutnya self-efficacy belief yang sudah terbentuk akan tercermin dari aspek-aspek self-self-efficacy belief yang kemudian menjadi tolak ukur dalam menentukan derajat self-efficacy belief. Aspek-aspek self-efficacy belief adalah pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketahanan pada saat menghadapi rintangan dan penghayatan perasaan individu (Bandura, 2002).

Pilihan yang dibuat, yakni berhubungan dengan keyakinan akan individu dalam memilih aktifitas tertentu. Alumni SMA yang merasa yakin mampu untuk hadir dalam bimbingan belajar, mengikuti kegiatan try-out, serta yakin mampu menentukan dan mentaati strategi belajar yang berkaitan dengan persiapan mereka dalam menghadapi SBMPTN akan memiliki derajat derajat self-efficacy belief yang tinggi. Sebaliknya alumni yang merasa tidak yakin mampu untuk hadir dalam bimbingan belajar belajar, mengikuti kegiatan try-out, dan kurang yakin bahwa mampu untuk mentaati strategi belajar yang telah ditentukannya akan memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah.

Usaha yang dikeluarkan, yakni berhubungan dengan keyakinan dalam diri untuk mengerahkan usaha dalam mencapai sesuatu hal. Alumni SMA yang merasa yakin mampu mengerahkan usaha yang besar untuk hadir di kelas, mengikuti try-out, serta yakin mampu berusaha keras untuk masuk di PTN yang


(24)

17

Universitas Kristen Maranatha sesuai dengan kemampuannya dengan yakin aktif dalam mencari informasi mengenai passing grade dari universitas yang mereka pilih yang kemudian yang mereka jadikan sebuah acuan dalam menargetkan standar skor saat ujian SBMPTN akan memiliki derajat self-efficacy belief yang tinggi. Sebaliknya alumni yang merasa tidak yakin mampu mengerahkan usaha yang besar untuk rajin hadir dalam bimbingan dan mengikuti try-out, serta mempunyai keyakinan bahwa tugas atau soal sulit adalah suatu ancaman yang menghentikan usahanya, serta cenderung memiliki sikap pasif dalam mencari informasi yang berkaitan dengan keberhasilan mereka untuk lulus SBMPTN akan memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah.

Daya tahan ketika dihadapkan pada rintangan atau kesulitan, yakni berhubungan kemampuan mengendalikan situasi dan mempertahankan usaha saat dihadapkan pada situasi yang tidak baik. Alumni SMA yang merasa yakin mampu bertahan dan tidak mudah menyerah saat dihadapkan pada kesulitan, misalnya Alumni SMA akan merasa tidak yakin mampu bertahan saat mendapatkan soal yang sulit atau saat merasa jenuh atau bosan dalam belajar akan memiliki derajat self-efficacy belief yang tinggi. Sebaliknya alumni SMA yang merasa tidak yakin mampu untuk bertahan dan cenderung mudah menyerah saat dihadapkan pada kesulitan atau rintangan, misalnya memandang soal yang sulit sebagai suatu yang menghentikan usaha dan pada akhirnya menyerah akan memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah.

Penghayatan perasaan para alumni SMA, yakni berhubungan keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi perasaan yang muncul pada situasi tertentu.


(25)

18

Universitas Kristen Maranatha Alumni SMA yang merasa yakin mampu mengatasi kecemasan dan stres saat dihadapkan pada situasi kesulitan, misalnya saat alumni kegagalan dalam try-out individu tersebut tidak mudah stres atau cemas melainkan lebih termotivasi untuk berusaha dalam mencapai hasil optimal akan memiliki derajat self-efficacy belief yang tinggi. Sebaliknya alumni SMA merasa tidak yakin mampu mengendalikan kecemasan dan stress dan merasa pesimis jika dihadapakan pada kegagalan atau rintangan dalam mengerjakan soal akan memiliki derajat self-efficacy belief yang rendah.

Untuk lebih mudah memahami mengenai derajat self-efficacy belief pada alumni SMA yang sedang mengikuti program bimbingan belajar intensif di Lembaga Bimbingan Belajar “X. Bandung, dapat digambarkan skema kerangka berpikir sebagai berikut:


(26)

19

Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Alumni SMA yang mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga “X” Bandung

Sumber-sumber Self-Efficacy Belief

1. Mastery Experinces

2. Vicarious Experiences

3. Verbal Persuasion

4. Physiological And Affective States

Aspek - aspek Self-Efficacy Belief 1. Pilihan yang dibuat. 2. Usaha yang dikeluarkan.

3. Ketahanan pada saat menghadapi rintangan. 4. Penghayatan perasaan individu.

Self-Efficacy Belief Proses Kognitif

Rendah Tinggi


(27)

20

Universitas Kristen Maranatha 1. 6 Asumsi Penelitian

1. Alumni SMA yang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung memiliki derajat self-efficacy belief yang berbeda.

2. Alumni SMA yang merasa yakin akan kemampuanmya dalam menetapkan pilihan, berusaha, bertahan ketika menghadapi kesulitan atau rintangan, serta yakin mampu menghayati perasaan akan memiliki derajat Self-efficacy belief tinggi.

3. Alumni SMA yang merasa tidak yakin akan kemampuanmya dalam menetapkan pilihan, berusaha, bertahan dalam menghadapi kesulitan atau rintangan, serta kurang yakin mampu mengendalikan perasaan yang ada memiliki derajat Self-efficacy belief rendah.


(28)

55 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat self-efficacy belief yang dilakukan kepada 59 orang pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif untuk lulus dalam SBMPTN di Lembaga “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase alumni SMA yang memiliki self-efficacy belief tinggi dan self-efficacy belief rendah hampir sama..

2. Sebagian besar alumni SMA yang tinggi dalam self-efficacy belief juga tinggi dalam aspek-aspeknya.

3. Sebagian besar alumni SMA yang rendah dalam self-efficacy belief juga rendah dalam aspek-aspeknya.

4. Terdapat empat sumber-sumber self-efficacy belief yang menujukkan kecenderungan keterkaitan dengan self-efficacy beliefpada alumni SMA yakni, Mastery Experinces, Vicarious Experiences, Verbal Persuasions, Physiological and Affective States (Bandura, 2002)


(29)

56

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Teoritis

Melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber derajat self-efficacy belief dengan self-efficacy belief pada alumni untuk lulus dalam SBMPTN.

5.2.2 Saran Praktis

1 Sebagai bahan masukan kepada pihak lembaga bimbingan, yakni Guru, Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Konselor mengenai derajat self-efficacy belief yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensid di Lembaga “X” Bandung sehingga dapat memberi pengarahan melalui seminar atau bahan konseling kepada alumni SMA dalam mengahadapi SBMPTN.

2 Memberi informasi kepada orangtua para alumni SMA mengenai derajat self-efficacy belief, agar dapat turut mendukung dan mengarahkan anaknya melalui pihak lembaga dalam menghadapi SBMPTN.

3 Memberikan informasi kepada alumni SMA mengenai derajat self-efficacy belief yang dimilikinya dalam menghadapi SBMPTN sehingga pihak lembaga dapat memberikan penjelasan bahwa pentingnya self-efficacy belief dalam menunjang kesuksesan mereka, serta dapat memanfaatkan informasi dan menjadikan acuan untuk belajar lebih giat agar dapat lulus dalam SBMPTN.


(30)

57 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-Efficacy ; The Exercise of control. New York : W. H freeman and Company

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. USA : Allyn & Bacon

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Nazir, Moh, Ph. D. 2003. Metode Penelitian Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia Pajares, F. & Urdan T. 2006. Self-Efficacy Belief Of Adolescence. Greenwich, CT : Information Age

Steinberg. Laurence. 2002. Adolescence Psychology, 6rd edition. New York : The Mc. Graw – Hill Companies , Inc.

Santrock, John.W. 2002. Life Span Development -- Perkembangan Masa Hidup jilid satu, Terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.

_____________. 2002. Life Span Development -- Perkembangan Masa Hidup jilid dua, Terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.

Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Edisi keenamnelas. Bandung: Alfabeta.


(31)

58 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Adriani (0930103). Uji Konseling kelompok untuk meningkatkan derajat sel-effiacy belief dalam menghadapi proses belajar pada sisiwa kelas XI di

SMA “X” Bandung.

Kusumawati, Putri (2005). Suatu studi deskriptif mengenai sel-efficacy pada

siswa/ i SMA kelas I SMA “X” yang mengikuti program bimbingan

akselerasi di kota Bandung.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/06/28/89489/118.23 3-Peserta-Lolos-SNMPTN-2011- Diakses rabu 9 Oktober 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia - Diakses 25 maret 2011

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ - Diakses – Diakses 02 April 2011

http://www.slideshare.net/flatburger/uu-no-9-2009-badan-hukum-pendidikan - Diakses 13 April 2012


(1)

Alumni SMA yang mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga “X” Bandung

1. Mastery Experinces 2. Vicarious Experiences 3. Verbal Persuasion

4. Physiological And Affective States

Aspek - aspek Self-Efficacy Belief 1. Pilihan yang dibuat. 2. Usaha yang dikeluarkan.

3. Ketahanan pada saat menghadapi rintangan. 4. Penghayatan perasaan individu.

Self-Efficacy Belief Proses Kognitif

Rendah Tinggi


(2)

20

Universitas Kristen Maranatha

1. 6 Asumsi Penelitian

1. Alumni SMA yang mengikuti bimbingan belajar intensif di Lembaga “X” Bandung memiliki derajat self-efficacy belief yang berbeda.

2. Alumni SMA yang merasa yakin akan kemampuanmya dalam menetapkan pilihan, berusaha, bertahan ketika menghadapi kesulitan atau rintangan, serta yakin mampu menghayati perasaan akan memiliki derajat Self-efficacy belief tinggi.

3. Alumni SMA yang merasa tidak yakin akan kemampuanmya dalam menetapkan pilihan, berusaha, bertahan dalam menghadapi kesulitan atau rintangan, serta kurang yakin mampu mengendalikan perasaan yang ada memiliki derajat Self-efficacy belief rendah.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat self-efficacy belief yang dilakukan kepada 59 orang pada alumni SMA yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensif untuk lulus dalam SBMPTN di Lembaga “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase alumni SMA yang memiliki self-efficacy belief tinggi dan self-efficacy belief rendah hampir sama..

2. Sebagian besar alumni SMA yang tinggi dalam self-efficacy belief juga tinggi dalam aspek-aspeknya.

3. Sebagian besar alumni SMA yang rendah dalam self-efficacy belief juga rendah dalam aspek-aspeknya.

4. Terdapat empat sumber-sumber self-efficacy belief yang menujukkan kecenderungan keterkaitan dengan self-efficacy belief pada alumni SMA yakni, Mastery Experinces, Vicarious Experiences, Verbal Persuasions, Physiological and Affective States (Bandura, 2002)


(4)

56

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Teoritis

Melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber derajat self-efficacy belief dengan self-efficacy belief pada alumni untuk lulus dalam SBMPTN.

5.2.2 Saran Praktis

1 Sebagai bahan masukan kepada pihak lembaga bimbingan, yakni Guru, Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Konselor mengenai derajat self-efficacy belief yang sedang mengikuti bimbingan belajar intensid di Lembaga “X” Bandung sehingga dapat memberi pengarahan melalui seminar atau bahan konseling kepada alumni SMA dalam mengahadapi SBMPTN.

2 Memberi informasi kepada orangtua para alumni SMA mengenai derajat self-efficacy belief, agar dapat turut mendukung dan mengarahkan anaknya melalui pihak lembaga dalam menghadapi SBMPTN.

3 Memberikan informasi kepada alumni SMA mengenai derajat self-efficacy belief yang dimilikinya dalam menghadapi SBMPTN sehingga pihak lembaga dapat memberikan penjelasan bahwa pentingnya self-efficacy belief dalam menunjang kesuksesan mereka, serta dapat memanfaatkan informasi dan menjadikan acuan untuk belajar lebih giat agar dapat lulus dalam SBMPTN.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-Efficacy ; The Exercise of control. New York : W. H freeman and Company

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. USA : Allyn & Bacon

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Nazir, Moh, Ph. D. 2003. Metode Penelitian Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia Pajares, F. & Urdan T. 2006. Self-Efficacy Belief Of Adolescence. Greenwich, CT : Information Age

Steinberg. Laurence. 2002. Adolescence Psychology, 6rd edition. New York : The Mc. Graw – Hill Companies , Inc.

Santrock, John.W. 2002. Life Span Development -- Perkembangan Masa Hidup jilid satu, Terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.

_____________. 2002. Life Span Development -- Perkembangan Masa Hidup jilid dua, Terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.

Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Edisi keenamnelas. Bandung: Alfabeta.


(6)

58 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Adriani (0930103). Uji Konseling kelompok untuk meningkatkan derajat sel-effiacy belief dalam menghadapi proses belajar pada sisiwa kelas XI di SMA “X” Bandung.

Kusumawati, Putri (2005). Suatu studi deskriptif mengenai sel-efficacy pada siswa/ i SMA kelas I SMA “X” yang mengikuti program bimbingan akselerasi di kota Bandung.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/06/28/89489/118.23 3-Peserta-Lolos-SNMPTN-2011- Diakses rabu 9 Oktober 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia - Diakses 25 maret 2011

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ - Diakses – Diakses 02 April 2011

http://www.slideshare.net/flatburger/uu-no-9-2009-badan-hukum-pendidikan - Diakses 13 April 2012