Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Beliefs pada Siswa Kelas XII dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMA Negeri Kota Bandung.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran mengenai derajat self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Kota Bandung. Populasi sasaran dalam penelitian ini berjumlah 341 responden. Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi berdasarkan pada empat aspek self-efficacy beliefs dari teori Albert Bandura (1997). Alat ukur terdiri dari 53 item dengan jenis item menggunakan skala Likert. Validitas alat ukur berkisar antara 0,362 – 0,684. Reliabilitas alat ukur = 0,724 dengan teknik split-half method, menggunakan program software SPSS versi 16,0.

Hasil penelitian diperoleh melalui pengolahan data dengan teknik deskriptif analisis. 51,32% responden memiliki self-efficacy beliefs tinggi dan 48,68% responden memiliki self-efficacy beliefs rendah. Sumber self-efficacy beliefs yang signifikan terhadap derajat self-efficacy beliefs siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMAN 1 Bandung adalah mastery experiences, vicarious experiences, dan verbal persuassion.

Berdasarkan penelitian mengenai self-efficacy beliefs ini peneliti mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya, untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy beliefs terhadap derajat self-efficacy beliefs.


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research is accomplished to gain an understanding of the degree of self-efficacy beliefs on 12th graders in SMA Negeri 1 Bandung, in encountering the national exam. There are 341 respondents acquired as the targeted population of this research. This research will apply a descriptive research approach.

The instruments used in this research are a modification based on four aspects of self-efficacy beliefs theory by Albert Bandura (1997). Instruments consist of 53 items with types of items using a Likert scale. The validity of instrument was ranged between 0,362 – 0,684. The reliability of instrument = 0,724 based on the split-half method, using SPSS software version 16.0.

The data was processed using a descriptive analysis technique. Based on the results, 51, 32% of respondents had high self-efficacy beliefs and 46, 68% respondents had low self-efficacy beliefs. There was a sources of self-efficacy beliefs which has a linkage with the degree of self-efficacy beliefs on the 12th grades in encountering the national exam, which identified as mastery experiences, vicarious experiences and verbal persuasion.

Based on this research concerning the topic of self-efficacy beliefs, the researcher proposes that a research regarding effects of self-efficacy sources contribution towards the degree of self-efficacy beliefs shall be considered for future purposes.


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Abstrak... i

Abstract... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... x

Daftar Bagan... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Identifikasi Masalah... 8

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.3.1.Maksud Penelitian... 9

1.3.2.Tujuan Penelitian... 9

1.4. Kegunaan Penelitian... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis... 9

1.5. Kerangka Pikir... 10

1.6. Asumsi... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 23


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

2.1.1. Definisi Self-Efficacy Beliefs... 23

2.1.2. Sumber – sumber Self-Efficacy Beliefs... 26

2.1.2.1. Mastery Experiences... 26

2.1.2.2. Vicarious Experiences... 27

2.1.2.3. Verbal Persuasion... 27

2.1.2.4. Physiological and Affective States... 28

2.1.3. Proses – proses Self-Efficacy Beliefs... 29

2.1.3.1. Proses Kognitif... 29

2.1.3.2. Proses Motivasional... 30

2.1.3.3. Proses Afektif... 31

2.1.3.4. Proses Seleksi... 32

2.1.4. Perkembangan Self-Efficacy Beliefs Sepanjang Rentang Hidup Individu... 32

2.2. Remaja... 35

2.2.1. Definisi Remaja... 35

2.2.2. Perkembangan Remaja... 35

2.2.2.1. Perkembangan Biologis... 36

2.2.2.2. Perkembangan Kognitif... 36

2.2.2.3. Perkembangan Sosio – Emosional... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian... 38

3.2. Bagan Rancangan Penelitian... 38


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.3.1. Variabel Penelitian... 39

3.3.2. Definisi Operasional... 39

3.4 Alat Ukur... 40

3.4.1. Kuesioner Self-Efficacy Beliefs... 40

3.4.2. Data Pribadi dan Data Penunjang... 43

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Efficacy Beliefs... 44

3.4.3.1. Validitas Alat Ukur... 44

3.4.3.2. Reliabilitas Alat Ukur... 45

3.5. Populasi Sasaran………... 45

3.6. Teknik Analisis Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN... 47

4.1. Gambaran Responden... 47

4.1.1. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47

4.1.2. Presentase Responden Berdasarkan Usia... 48

4.1.3. Presentase Responden Berdasarkan Jurusan... 48

4.2. Hasil Penelitian... 49

4.2.1. Presentase Responden Berdasarkan Derajat Self-Efficacy Beliefs... 49

4.2.2. Presentasi Tabulasi Silang Antara Derajat Self-Efficacy Beliefs dan Aspek-aspek Self-Efficacy Belie.fs... 50

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 52

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 60


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

5.1. Kesimpulan... 60

5.2. Saran... 61

5.2.1. Saran Teoritis... 61

5.2.2. Saran Praktis... 62

5.3. Keterbatasan Penelitian... 63

Daftar Pustaka... 66

Daftar Rujukan... 67 Lampiran


(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.4.1. Kisi - kisi Alat Ukur Self-efficacy Beliefs... 41 Tabel 3.4.2. Sistem Penilaian Alat Ukur Self-efficacy Beliefs ....…………. 43 Tabel 4.1. Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.... 47 Tabel 4.2. Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia.. 48 Tabel 4.3. Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Jurusan... 48 Tabel 4.4. Perolehan Persentase Derajat Self-Efficacy Beliefs... 49 Tabel 4.5. Persentase Tabulasi Silang efficacy Beliefs dan Aspek


(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5.1. Bagan Kerangka Pikir... 21 Bagan 3.2. Bagan Rancangan Penelitian... 38


(9)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Kata Pengantar Kuesioner... Lamp-1 Identitas... Lamp-2 Kuesioner... Lamp-3 Kisi-kisi Alat Ukur... Lamp-17 Data Mentah Kuesioner... Lamp-27 Validitas Alat Ukur... Lamp-37 Reliabilitas Alat Ukur... Lamp-40 Derajat Self-efficacy Beliefs... Lamp-41

Crosstab Data Primer... Lamp-42

Crosstab Data Penunjang... Lamp-44 Profil Sekolah... Lamp-48 Biodata Peneliti... Lamp-49


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Masalah

Undang – undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pemaparan tersebut tentu saja pemerintah bertanggungjawab atas terselenggaranya pendidikan formal yang dapat melahirkan peserta didik yang sesuai dengan standarisasi sistem pendidikan nasional. Salah satu upaya pemerintah untuk menetapkan standarisasi adalah Ujian Nasional (UN) bagi setiap tingkat akhir di jenjang pendidikan yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)/ sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),/ sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)/ sederajat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sampai saat ini ujian nasional masih menjadi momok yang dianggap ‘mengerikan’ bagi siswa yang menghadapinya.


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Bahkan bagi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), ujian nasional juga dianggap sebagai tugas yang berat karena penyelenggaraannya melibatkan banyak pihak, serta memiliki dampak psikologis secara umum, terutama bagi guru dan siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional (Buletin Badan Standar Nasional Pendidikan, 2015). Hampir setiap tahun, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan standar nilai minimal kelulusan yang semakin meningkat. Tahun 2012 standar nilai kelulusan yang ditetapkan oleh BSNP mencapai angka 5,5. BSNP akan meningkatkan standar nilai kelulusan di tahun 2013 dengan minimal di angka 6 untuk semua mata pelajaran yang di ujiankan. (Wicaksono, 2013).

Pelaksanaan ujian nasional tahun ini, akan diselenggarakan pada bulan April tahun 2015, selama 3 hari. Pada setiap satu hari ujian nasional, akan dilaksanakan ujian dengan dua mata pelajaran sekaligus. Bagi siswa dengan program studi jurusan IPA, maka mata pelajaran yang akan di ujiankan pada hari pertama yaitu Bahasa Indonesia, dan Kimia. Hari kedua yaitu Matematika, dan Biologi. Hari ketiga yaitu Bahasa Inggris, dan Fisika. Bagi siswa dengan program studi jurusan IPS, maka mata pelajaran yang akan di ujian kan pada hari pertama yaitu Bahasa Indonesia, dan Geografi. Hari kedua yaitu Matematika, dan Sosiologi. Hari terakhir yaitu Bahasa Inggris, dan Ekonomi. (Buletin Badan Standar Nasional Pendidikan, 2015)

Demi mendukung program pemerintah dalam upaya standarisasi sumber daya manusia dalam bidang pendidikan nasional, salah satu Sekolah di Bandung yang turut serta menyelanggarakan Ujian Nasional adalah SMA Negeri 1 di kota


(12)

Universitas Kristen Maranatha Bandung. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari narasumber yaitu salah satu guru SMAN 1 di bidang kesiswaan, mengatakan bahwa, pihak Sekolah menangkap adanya rasa takut yang dialami oleh siswa kelas XII yang akan menghadapi Ujian Nasional, sehingga pihak Sekolah menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan membantu siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Meskipun bergulir isu bahwa tahun 2015 ujian nasional tidak akan menjadi satu-satu nya penentu kelulusan ujian nasional siswa kelas XII, namun siswa masih merasa takut karena isu tersebut masih belum pasti kebenarannya.

Dalam mempersiapkan siswa – siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional, pihak sekolah mengerahkan berbagai upaya yang mendukung kesiapan tersebut dengan menyelenggarakan kegiatan keagamaan bagi setiap keyakinan yang dianut oleh siswa. Bagi siswa muslim, pihak sekolah mengadakan Muhasabah, yaitu serangkaian acara keagamaan bagi siswa yang beragama muslim seperti Do’a bersama di lapangan sekolah. Bagi siswa yang beragama non-muslim, pihak sekolah menyediakan satu kelas yang juga di fasilitasi oleh guru agama untuk memberikan ceramah rohani, serta pembahasan ayat-ayat pada kitab suci.

Kegiatan lain yaitu pencerahan dengan mengundang para alumni sekolah yang telah berhasil dan sukses di perguruan tinggi maupun perkerjaan agar dapat memberikan motivasi yang membangkitkan rasa percaya diri, keyakinan akan kemampuan diri dan yang berkaitan dengan semangat dalam diri. Sekolah juga menyelenggarakan try out berkala yang dilaksanakan pada semester dua, terhitung


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Upaya lainnya yaitu sekolah menerbitkan buku yang bersifat internal, berupa kumpulan – kumpulan soal (bank soal) dari mata pelajaran yang akan diuji saat Ujian Nasional.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada sejumlah siswa kelas XII di SMAN 1 Bandung, peneliti mendapatkan jawaban yang beragam mengenai penghayatan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Tujuh dari 11 (63%) siswa mengaku sangat tegang, khawatir dan takut dalam menghadapi ujian nasional karena membayangkan soal – soal ujian yang mungkin sulit, memikirkan hasil yang akan didapat setelah mengikuti ujian nasional apakah sesuai dengan hasil yang diinginkan atau tidak, apakah mampu lulus ataukah tidak lulus sehingga dapat melanjutkan ke jenjang perkuliahan atau tidak. Meskipun demikian, dua siswa dari tujuh siswa tersebut mengatakan bahwa ketakutan yang dirasakannya, justru membuat ia menjadi lebih mempersiapkan diri dengan belajar lebih giat, mengikuti bimbingan belajar, mengulang pelajaran dirumah sampai larut malam, dan mengerjakan latihan soal setiap harinya dirumah.

Dua dari 11 siswa (18%) siswa lainnya mengaku merasa sedikit tegang, sedikit khawatir dan tidak takut dalam menghadapi ujian nasional, karena merasa yakin usaha yang telah dilakukan dalam mempersiapkan ujian nasional akan membuahkan hasil yang setimpal dengan usaha yang dilakukan, usaha – usaha yang dilakukan yaitu belajar lebih giat dan mengurangi waktu bermain, tidak bolos mengikuti bimbingan belajar maupun pemantapan. Dua dari 11 siswa (18%) lain mengaku biasa saja karena yakin apapun yang terjadi pasti ia akan lulus.


(14)

Universitas Kristen Maranatha Mereka pun memiliki anggapan bahwa, ujian nasional sama saja dengan ujian sekolah biasa, namun yang membedakan hanyalah standarnya saja.

Bagi para siswa keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi ujian nasional, disebut sebagai self-efficacy beliefs. Self-efficacy

beliefs merupakan keyakinan yang dimiliki oleh individu mengenai tindakan yang

akan dilakukanya dalam menentukan dan melaksanakan sumber-sumber tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang prospektif (Bandura. 2002). Situasi yang prospektif dalam pengertian tersebut, pada penelitian ini dapat diartikan sebagai Ujian Nasional. Dengan adanya self-efficacy beliefs yang dimiliki oleh individu, maka individu dapat mengarahkan tindakan apa yang akan dilakukan dalam menghadapi Ujian Nasional.

Pilihan yang diambil untuk mempersiapkan ujian nasional masing – masing siswa pun beragam, antara lain lebih giat belajar, tidak membolos bimbingan belajar dan pemantapan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, mengerjakan soal – soal latihan di rumah, belajar dan mengulang kembali materi pelajaran di rumah hingga larut malam bahkan hingga menahan rasa kantuk dan lelah, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dan mengurangi porsi waktu untuk bermain. Sembilan dari 11 (82%) siswa yang memilih untuk melakukan usaha tersebut, memiliki alasan untuk ingin mampu melewati proses ujian nasional dengan membanggakan, lulus dengan nilai yang diatas standar nilai yang ditentukan agar dapat melanjutkan studi pada jenjang perkuliahan di Perguruan Tinggi yang di idam – idamkan. Di sisi lain, ada pula siswa yang memilih untuk tetap tenang, santai, dan tetap menyediakan waktu untuk bermain, dengan pemikiran bahwa


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha mereka merasa kasihan pada diri mereka sendiri apabila mereka terlalu memforsir waktu hanya untuk belajar.

Keyakinan individu terhadap kemampuan akan kapasitas melakukan tugas akademiknya memengaruhi seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan seberapa lama ia akan bertahan ketika menghadapi kesulitan untuk menyelesaikan tugas tersebut (Bandura, 2002). Siswa kelas XII diharapkan memiliki self-efficacy

beliefs yang tinggi dalam menghadapi ujian nasional. Hal tersebut dikarenakan

dengan memiliki self-efficacy beliefs yang tinggi, siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional diharapkan akan memiliki keyakinan bahwa kemampuan yang dimiliki dapat dijadikan kekuatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan soal ujian nasional dengan semaksimal mungkin.

Siswa yang memiliki self-efficacy beliefs tinggi akan cenderung lebih percaya diri dan merasa siap untuk menghadapi ujian nasional. Mereka pun akan mengarahkan perilakunya menuju hal – hal yang mendukung ujian nasional seperti aktif mengerjakan soal – soal latihan ketika try out di sekolah maupun di lembaga bimbingan belajar. Semangat yang muncul dalam perilaku ceria dan tidak terus berpikiran negatif misalnya takut tidak lulus ujian nasional. Sebaliknya jika siswa memiliki self-efficacy beliefs rendah, mereka cenderung terganggu oleh keraguan terhadap kemampuan diri dan mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas. (Bandura, 2002).

Hal tersebut, menyebabkan siswa yang memiliki self-efficacy beliefs yang rendah cenderung akan pesimis dalam menghadapi ujian nasional, tidak semangat ketika sedang belajar mengenai mata pelajaran yang akan di ujiankan, dan mudah


(16)

Universitas Kristen Maranatha menyerah apabila menemui kesulitan dalam pelajaran tersebut. Hasil survei awal yang telah peneliti paparkan, menunjukan adanya perbedaan self-efficacy beliefs yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi ujian nasional. Gambaran mengenai self-efficacy beliefs yang dimiliki oleh setiap siswa, dapat ditelusuri melalui empat aspek yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, lamanya kemampuan siswa untuk bertahan dalam situasi rintangan, dan penghayatan perasaan siswa itu sendiri dalam menghadapi ujian nasional.

Siswa akan menentukan pilihan, dalam menghadapi ujian nasional. Pilihan siswa tersebut dapat bervariasi sesuai dengan diri siswa itu sendiri, sebagai contoh salah seorang siswa mengatakan menentukan pilihan untuk giat belajar demi mencapai kesuksesan menghadapi ujian nasional, dan lulus dengan nilai sebaik mungkin. Siswa yang memilih untuk giat belajar dalam menghadapi ujian nasional, cenderung akan mengerahkan usaha yang lebih dalam belajar seperti melanjutkan belajar dirumah, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh karena menganggap tugas sebagai latihan soal untuk menghadapi ujian nasional. Siswa dengan pilihan dan usaha tersebut, akan cenderung bertahan dalam situasi yang menantang seperti banyaknya tugas di sekolah, tetap bertahan mengerjakan persoalan meskipun mengalami kesulitan karena soal yang susah.

Dalam situasi ini, dapat dilihat jika siswa telah menentukan pilihan dan mengerahkan usaha yang lebih intens, siswa akan cenderung mampu untuk lebih lama bertahan dalam menghadapi situasi yang dianggap menekan, selain itu siswa cenderung akan tidak mudah menyerah jika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan persoalan. Hal sebaliknya, terdapat pula siswa yang cepat merasa


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha putus asa dan pesimis dalam menghadapi situasi yang menekan seperti tugas sekolah yang sulit, ataupun try out. Selain ketiga hal tersebut, penghayatan perasaan siswa dalam menghadapi ujian nasional pun menggambarkan

self-efficacy beliefs yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki self –efficacy beliefs

yang tinggi cenderung akan menganggap situasi yang menekan seperti banyaknya tugas yang diberikan oleh sekolah menjelang ujian nasional, adalah sebagai rintangan. Pada siswa yang memiliki self-efficacy beliefs yang cenderung rendah, biasanya akan menganggap situasi yang menekan sebagai hal yang menghambat.

Mengingat, self-efficacy beliefs dapat menentukan usaha serta keyakinan siswa untuk merasa mampu menghadapi ujian nasional dengan sebaik mungkin, maka penting untuk mengetahui derajat tinggi atau rendah nya self-efficacy beliefs yang dimiliki oleh siswa di SMAN 1 Bandung. Dari uraian tersebut, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional di

SMA Negeri 1 Kota Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui gambaran mengenai self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Kota Bandung.


(18)

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam mengahadapi ujian nasional di

SMA Negeri1 Kota Bandung.

1.3.2. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai sumber-sumber self-efficacy beliefs yang signifikan, pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Sebagai masukan mengenai self-efficacy beliefs khususnya pada bidang Psikologi Pendidikan yang berhubungan dengan siswa kelas XII jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai self-efficacy beliefs pada siswa/i kelas XII SMA.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai informasi bagi pihak sekolah, meliputi wali kelas dan guru BK mengenai gambaran self-efficacy beliefs siswa yang akan naik ke kelas XII angkatan 2016 di SMA Negeri 1 Kota Bandung. Informasi tersebut diharapkan akan disampaikan kepada siswa/i kelas XII yang bersangkutan, agar dijadikan pembelajaran untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional di tahun berikutnya.


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha 2. Sebagai informasi bagi orangtua siswa/i kelas XII, agar mengetahui

bagaimana self-efficacy beliefs berperan pada siswa, sehingga diharapkan keluarga maupun orangtua dapat membantu siswa dalam memeroleh self-efficacy beliefs.

1.5Kerangka Pikir

Siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Bandung berada dalam tahap perkembangan remaja akhir/ late adolescence (Santrock, 2003). Dalam tahap perkembangan ini, remaja sedang tertarik untuk mengembangkan identitas diri dan melakukan eksplorasi terhadap hal yang diminatinya. Dalam mengembangkan identitas diri/ self-identity, terdapat keyakinan yang memiliki peran penting dalam diri manusia sebagai generator yang dapat mengembangkan kompetensi manusia (Bandura, 2002). Salah satu keyakinan yang digunakan oleh diri manusia sebagai generator tersebut adalah

self-efficacy beliefs.

Self-efficacy beliefs merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang

mengenai kemampuanya dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam situasi tertentu (Bandura, 2002). Dalam membentuk self-efficacy beliefs, siswa dapat memeroleh dan mengembangkannya dari empat sumber utama. Sumber-sumber

self-efficacy beliefs yaitu, mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion dan physiological and affective states. Masing-masing siswa dapat

menggunakan satu, lebih dari satu, ataupun seluruh sumber self-efficacy beliefs untuk membentuk self-efficacy beliefs. (Bandura, 2002).


(20)

Universitas Kristen Maranatha Sumber self-efficacy beliefs yang pertama yaitu mastery experiences. Menurut (Bandura, 2002) sumber ini merupakan sumber yang paling berpengaruh bagi pembentukan self-efficacy beliefs siswa. Hal ini dikarenakan pengalaman pribadi yang dialami akan secara langsung memengaruhi beliefs yang dimilikinya. Pada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian nasional, mereka dapat memperoleh self-efficacy beliefs berdasarkan kepada pengalaman yang dimiliki dari keberhasilan ataupun kegagalan pada saat mengerjakan soal-soal latihan dari sekolah yang sulit. Mereka juga dapat memeroleh beliefs ketika berhasil atau gagal dalam mengerjakan persoalan try out yang dilaksanakan oleh pihak sekolah ataupun tempat bimbingan belajar.

Siswa kelas XII yang berhasil dalam mengerjakan soal-soal yang sulit pada tugas sekolahnya maupun soal-soal try out, cenderung mampu menumbuhkan

self-efficacy beliefs dalam dirinya. Mereka akan percaya bahwa mereka memiliki

kemampuan untuk mencapai keberhasilan. Mereka pun cenderung menganggap kesulitan yang dihadapi merupakan rintangan yang harus ditaklukan. (Bandura, 2002). Pada siswa yang mengalami kegagalan, siswa cenderung takut untuk memulai kembali suatu hal sehingga self- efficacy beliefs yang dimiliki cenderung rendah. Mereka cenderung merasa kemampuan yang dimilikinya kurang memadai untuk mencapai kesuksesan yang menjadi targetnya. Dalam hal seperti itu meskipun individu memiliki self-efficacy beliefs yang rendah, hal tersebut tidak menutup adanya usaha yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai keberhasilan. (Bandura, 2002).


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha Sumber self-efficacy beliefs yang kedua yaitu vicarious experiences. Hal ini didapatkan melalui pengamatan terhadap figur yang memiliki pengalaman dengan situasi yang hampir serupa, seperti teman sekelas, rekan kerja, figur yang dianggap sebagai saingan, maupun figur lain yang dianggap memiliki kesamaan kondisi dengan individu. Dalam hal ini, siswa kelas XII di SMAN 1 Bandung melihat adanya kesamaan kondisi antara alumni dengan siswa kelas XII dalam mengahadapi ujian nasional. Siswa kelas XII melakukan pengamatan dan penilaian, bahwa alumni menghadapi ujian nasional lalu mampu menghadapinya. Kelulusan yang dicapai oleh alumni angkatan 2013 dan 2014 adalah 100%. Siswa kelas XII akan merasa yakin akan kemampuan yang dimilikinya demi mencapai tujuan yang diinginkan karena melihat figur lain yang serupa pun berhasil menghadapi dan menyelesaikan ujian nasional dengan maksimal.

Berikutnya yaitu sumber yang ketiga, verbal persuasion merupakan sumber

self-efficacy beliefs yang didapatkan oleh siswa berdasarkan perkataan ataupun

tindakan yang diberikan oleh figur-figur signifikan kepada individu. Figur-figur tersebut adalah orang tua, teman sekelas, dan figur lain yang dirasa memiliki pengaruh pada diri siswa. Siswa yang banyak mendapat dukungan dari orangtua maupun teman sekelas akan merasa semangat dan siap dalam menghadapi ujian nasional, karena tidak dapat dipungkiri bahwa dukungan yang siswa peroleh berpengaruh terhadap kesiapan mental siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional. Individu akan merasa dirinya memiliki kemampuan karena orang lain percaya pada kemampuan yang individu miliki. (Chambliss & Murray, dalam Bandura. 2002). Siswa yang kurang mendapatkan dukungan, baik diberi semangat


(22)

Universitas Kristen Maranatha ataupun diyakinkan bahwa mereka mampu menghadapi ujian nasional, cenderung akan memiliki self-efficacy beliefs yang rendah dan pada akhirnya akan menghambat kesiapan siswa tersebut secara mental dalam menghadapi ujian nasional. Mereka akan merasa bahwa tidak ada orang lain yang mempercayai kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka akan merasa kecil hati.

Sumber self-efficacy beliefs yang terakhir yaitu physiological dan affective

state, merupakan penilaian yang dimiliki individu berdasarkan kondisi fisik dan

afektif yang dialaminya. Ketika individu mengalami gejala-gejala somatis seperti mual, pusing, kemudian individu tidak dapat mengatasinya dengan baik maka individu akan menilai bahwa diri mereka tidak mampu menghadapi situasi yang menekan, sehingga self-efficacy beliefs yang dimilikinya cenderung rendah (Bandura. 2002).

Siswa menilai dan menghayati kondisi fisik dan afektif yang ada pada dirinya. Siswa yang kondisi fisiknya sedang tidak fit karena sakit misalnya, jika siswa menghayati kondisi sakit tersebut sebagai suatu hal menghambat, dan membuat siswa merasa tidak yakin mampu melakukan aktivitas belajar dengan maksimal, maka self-efficacy beliefs individu tersebut cenderung rendah. Sebaliknya, jika individu dalam keadaan sehat ataupun sakit namun merasa kondisi fisiknya tidak menghalangi aktivitas siswa untuk belajar, siswa tetap merasa yakin mampu belajar, maka self-efficacy beliefs yang dimiliki siswa cenderung tinggi.

Dalam mengolah sumber – sumber self-efficacy beliefs, siswa akan melalui empat proses yang pada akhirnya akan memengaruhi bagaimana output individu


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha atas self-efficacy beliefs yang dimilikinya. Keempat proses tersebut adalah proses kognitif, proses motivasional, proses afektif dan proses seleksi (Bandura, 2002). Setiap sumber self-efficacy beliefs yang diperoleh individu, baik pengalaman, pengamatan, dukungan, dan penghayatan yang dirasakan akan di proses melalui 4 tahap, sampai pada akhirnya akan menghasilkan self-efficacy beliefs yang tergolong rendah atau tinggi.

Proses yang pertama adalah proses kognitif, yang pada siswa dapat berpengaruh terhadap bagaimana siswa memberikan penilaian terhadap

self-efficacy beliefs yang dimilikinya. Jika siswa memiliki persepsi yang positif

terhadap self-efficacy beliefs nya, maka keyakinan itu dapat mengarahkan perilaku siswa kearah yang positif. Apabila siswa memiliki persepsi yang negatif seperti, berpikiran bahwa siswa tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mencapai kesuksesan dalam ujian nasional, maka siswa cenderung berperilaku pesimis, dan merasa akan mengalami kegagalan. Ketika siswa memikirkan keberhasilan maka perilaku siswa akan terarah pada sikap-sikap positif yang mengarah pada keberhasilan. Sebaliknya, ketika siswa terus menerus memikirkan kegagalan maka perilakunya pun akan terarah pada suatu kegagalan. (Krueger & Dickson. 1994. Dalam Bandura. 2002).

Proses yang kedua adalah proses motivasional. Terdapat tiga hal yang mempengaruhi proses ini yaitu, causal attribution, expectancies value, dan goal.

Causal attribution berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada siswa yang memiliki self-efficacy beliefs tinggi ketika mengalami kegagalan dalam menghadapi ujian nasional, mendapat nilai yang


(24)

Universitas Kristen Maranatha kurang memuaskan dalam mata pelajaran atau pun hasil penilaian lain dalam try

out, maupun tugas sekolah, akan memandang hal tersebut terjadi karena usaha

dalam belajar yang telah dilakukannya masih kurang. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy beliefs rendah, ketika mengalami kegagalan akan memandang hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi ujian nasional.

Expectancies value merupakan keadaan dimana siswa memiliki harapan yang ingin dicapai terhadap ujian nasional. Goal merupakan tujuan yang ingin diraih oleh siswa dalam menghadapi ujian nasional. Ketika siswa yang memiliki

self-efficacy beliefs tinggi memiliki goal untuk lulus dengan nilai semaksimal

mungkin, maka perilaku siswa tersebut akan mengarah pada pencapaian nilai dan tujuan nya itu. Proses berikutnya yaitu yang ketiga adalah proses afektif. Dimana proses ini terjadi berdasarkan kognisi dan situasi yang dialami pada suatu keadaan, sehingga hal tersebut mempengaruhi keyakinan siswa untuk menghadapi ujian nasional.

Proses yang terakhir adalah proses seleksi. Proses dimana siswa melakukan seleksi terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan penyelesaian masalah. Siswa memilih pola apa yang dilakukan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah tertentu sesuai dengan keyakinan yang dimilikinya. Misalnya saja, ketika siswa menghadapi persoalan pada tugas pertama, dan tugas kedua tentu saja tingkat kesulitan tersebut akan berbeda.


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Adanya perbedaan pada tingkat kesulitan tugas yang siswa terima membuat siswa memilah cara mana yang harus digunakan, dalam menyelesaikan persoalan tugas yang dihadapi saat itu sesuai dengan keyakinan yang dimilikinya.

Proses bagaimana sumber diolah melalui 4 proses pada individu dapat dicontohkan seperti ini. Ketika Siswa mengalami keberhasilan dalam mengerjakan try out di sekolah, lalu mendapatkan nilai yang tinggi, maka siswa tersebut mengalami pengalaman keberhasilan saat try out (mastery experiences). Segera setelah siswa mengalami keberhasilan, pengalaman tersebut akan diproses terlebih dahulu oleh kognisi siswa. Siswa yang memiliki persepsi positif akan berpikiran bahwa ia memiliki kemampuan dalam bidang akademik, ia berhasil pada saat try out maka ia juga akan berhasil menghadapi ujian nasional. Jika siswa memiliki persepsi negatif, belum tentu keberhasilan yang diraihnya dapat membat siswa berpikir ia memiliki kemampuan akademik untuk menghadapi ujian nasional.

Setelah diproses melalui proses kognitif, siswa akan memproses pengalaman tersebut secara afektif. Siswa berhasil menghadapi try out, cenderung akan merasa optimis dalam diri bahwa siswa yakin mampu menghadapi ujian nasional. Setelah memproses dengan afektif, siswa akan memproses pengalaman tersebut ke dalam proses motivasional. Siswa yang mengalami keberhasilan dalam mengerjakan try

out akan lebih termotivasi dalam dirinya, siswa akan berperilaku yang mengarah

pada pencapaian lulus ujian nasional. Hal itu disebabkan oleh siswa yang memiliki persepsi bahwa siswa memiliki kemampuan akademik, dan menghayati perasaan optimis dalam menghadapi ujian nasional.


(26)

Universitas Kristen Maranatha Proses yang terakhir yaitu proses seleksi. Dalam proses ini, siswa akan melakukan diferensiasi terhadap situasi lain yang dihadapinya. Siswa berhasil mengerjakan try out karena sudah belajar dengan giat, maka dalam menghadapi ujian nasional siswa bisa saja memilih cara belajar seperti apa yang paling efektif agar siswa lebih siap menghadapi ujian nasional. Keempat proses yang dialami siswa, pada akhirnya akan menentukan apakah self-efficacy beliefs siswa itu tinggi atau rendah. Semua itu sangat tergantung pada diri siswa masing-masing, sehingga self-efficacy beliefs setiap siswa akan berbeda meskipun mendapatkan stimulus ataupun pengalaman yang serupa.

Setelah mengetahui sumber-sumber self efficacy-beliefs dan memahami bagaimana proses yang terjadi dalam pembentukan self-efficacy beliefs siswa, hasil dari proses tersebut dapat menunjukan derajat tinggi atau rendahnya self

efficacy-beliefs yang dimiliki oleh siswa. Hasil dari proses-proses tersebut dapat

diturunkan dan ditelusuri melalui empat aspek. Aspek-aspek tersebut adalah pilihan yang dibuat oleh siswa, usaha yang dikerahkan siswa, kemampuan siswa untuk bertahan dalam menghadapi rintangan, dan penghayatan perasaan siswa terhadap ujian nasional.

Aspek yang pertama yaitu, pilihan yang dibuat oleh siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional. Pilihan yang ditentukan oleh siswa bermacam-macam, ada siswa yang memiih untuk mampu menghadapi dan menyelesaikan ujian nasional dengan hasil yang maksimal. Pilihan lainnya yaitu giat belajar di sekolah, demi mencapai tujuan mencapai kelulusan ujian nasional. Pilihan yang ditentukan


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha oleh setiap siswa, dapat memengaruhi aspek berikutnya yaitu usaha yang dikerahkan siswa dalam menghadapi ujian nasional.

Aspek yang kedua yaitu, usaha yang dikerahkan oleh siswa dalam menghadapi ujian nasional. Dalam hal ini, siswa akan mengerahkan usaha sesuai dengan pilihan yang dibuatnya. Ketika siswa memilih untuk menghadapi ujian nasional dengan mencapai hasil terbaik, maka siswa cenderung akan mengerahkan usaha yang lebih intens dengan cara belajar secara terus menerus. Usaha yang dikeluarkan siswa akan menunjukan bahwa siswa sungguh – sungguh untuk mencapai kelulusan ujian nasional.

Mengerjakan persoalan try out yang diselenggarakan oleh pihak sekolah maupun tempat bimbingan belajar dengan serius, mengerjakan latihan-latihan soal maupun tugas sekolah dengan sungguh-sungguh. Usaha lainnya, yang dilakukan siswa misalnya jika siswa memilih untuk lulus ujian nasional saja tanpa menetapkan target mencapai nilai yang maksimal, maka usaha yang dikerahkan siswa akan cenderung berbeda dengan siswa yang menetapkan target nilai kelulusan semaksimal mungkin. Siswa bisa saja mengerjakan persoalan try out dan menyelesaikan tugas sekolah, namun kurang sungguh-sungguh.

Aspek ketiga yaitu, berapa lama siswa mampu bertahan dalam situasi yang dianggap sebagai rintangan. Rintangan yang dimaksudkan disini, dapat diartikan sebagai hari–hari menjelang ujian nasional yang didominasi oleh situasi-situasi yang menekan seperti, tugas dari pihak sekolah yang menumpuk dan memiliki tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perkiraan soal ujian nasional. Bagi siswa yang memiliki kemampuan untuk bertahan, maka siswa tidak akan mudah


(28)

Universitas Kristen Maranatha menyerah dalam memersiapkan diri menghadapi ujian nasional, siswa cenderung mampu bertahan untuk belajar dirumah meskipun harus hingga larut malam. Bagi siswa yang tidak mampu untuk bertahan dalam situasi yang dianggap rintangan, siswa akan mudah menyerah dalam menghadapi banyaknya tugas yang diberikan oleh pihak sekolah, siswa mudah menyerah jika menghadapi soal-soal yang sulit, dan siswa juga akan cenderung mudah menyerah untuk belajar jika sudah lelah.

Aspek yang terakhir yaitu aspek keempat, penghayatan perasaan siswa. Hal ini tentu saja memengaruhi self–efficacy beliefs yang dimiliki siswa. Siswa yang

merasa ujian nasional sebagai hambatan, akan merasa terbebani dalam menghadapi ujian nasional. Sebaliknya, bagi siswa yang menganggap ujian nasional sebagai rintangan, akan merasa bahwa rintangan tersebut harus lah dilalui, sehingga beban yang dirasakan tidak akan memberatkan siswa. Siswa akan merasa yakin untuk mampu menghadapi ujian nasional, dengan segala persiapan yang telah dilakukannya.

Keempat aspek tersebut dapat diukur untuk mengetahui derajat self-efficacy

beliefs yang dimiliki setiap siswa. Siswa yang memiliki self-efficacy beliefs yang

tinggi akan melakukan usaha dengan maksimal dalam mempersiapkan ujian nasional, karena menentukan pilihan untuk lulus ujian nasional dengan hasil yang maksimal. Siswa cenderung akan lebih lama bertahan untuk tetap mengerjakan persoalan yang sulit, dan bertahan untuk tetap belajar meskipun siswa merasa lelah. Siswa lebih merasa tidak terbebani dengan tuntutan tugas – tugas di sekolah karena menganggap hal tersebut harus dilakukan demi mempersiapkan ujian


(29)

20

Universitas Kristen Maranatha nasional dengan optimal, merasa cemas namun mampu menghadapi kecemasan tersebut dan menjadikan ujian nasional sebagai rintangan bukanlah hambatan.

Sedangkan siswa dengan self-efficacy beliefs yang rendah cenderung akan melakukan usaha dengan kurang maksimal, karena pilihan yang ditentukan untuk lulus ujian nasional dirasa cukup oleh siswa. Siswa akan akan lebih cepat untuk menyerah ketika menghadapi soal-soal yang sulit karena. Kurang yakin bahwa siswa memiliki kemampuan memadai untuk menghadapi ujian nasional, sehingga yang ada di dalam bayangannya hanyalah kegagalan ujian nasional. Mereka merasa terbebani dengan tugas–-tugas, maupun ujian nasional sehingga menganggap ujian nasional sebagai suatu hambatan yang membuat siswa merasa terlalu cemas, karena yang dirasakanya hanyalah perasaan terlalu takut karena membayangkan dirinya tidak akan lulus ujian nasional.

Oleh sebab itu, setiap siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kota Bandung pasti memiliki self-efficacy beliefs namun perbedaannya terletak pada derajat tinggi ataukah rendah self-efficacy beliefs tersebut. Untuk memahami lebih jelas mengenai penjelasan hal – hal diatas, dapat dilihat melalui bagan kerangka pikir berikut ini:


(30)

Universitas Kristen Maranatha

21

1.5.1 Bagan kerangka pikir

Tinggi Siswa

kelas XII

SMAN 1

Bandung.

Self-Efficacy

beliefs Rendah

Aspek – aspek Self-Efficacy beliefs:

1. Pilihan yang ditentukan.

2. Usaha yang dikerahkan.

3. Lamanya kemampuan

bertah.

4. Penghayatan perasaan.

Sumber Self-Efficacy beliefs: 1. Mastery experiences. 2. Vicarious experiences. 3. Verbal persuasion. 4. Physiological and

affective state.

Proses Self –Efficacy beliefs:

1. Proses Kognitif.

2. Proses motivasional.

3. Proses Afektif.

4. Proses Seleksi.

Elemen yang mempengaruhi perkembangan self-efficacy beliefs:

1. Origins of a sense of personal agency

2. Familial sources Self-Efficacy.

3. Peer influences.

4. School as an agency for

cultivating cognitive Self-Efficacy.


(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi

1. Setiap siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kota Bandung pasti memiliki

self-efficacy beliefs. Perbedaanya terletak pada derajat self-self-efficacy beliefs yang

dimiliki cenderung tinggi atau rendah.

2. Self-efficacy beliefs yang dimiliki oleh setiap siswa kelas XII dalam

menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Kota Bandung, diukur melalui empat aspek yaitu pilihan yang dibuat dalam mengahadapi ujian nasional, usaha yang dikerahkan oleh siswa dalam mengahadapi ujian nasional, lamanya kemampuan bertahan dalam situasi yang dianggap sebagai rintangan, dan penghayatan perasaan siswa terhadap ujian nasional.

3. Terdapat empat proses yang berpengaruh terhadap self-efficacy beliefs yaitu, proses kognitif, proses motivasional, proses afektif dan proses seleksi.


(32)

60 Universitas Kristen Maranatha KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan pengolahan data primer dan data penunjang yang telah peneliti lakukan mengenai self-efficacy beliefs pada responden yaitu siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 51,32% siswa kelas XII dengan self-efficacy beliefs tinggi menunjukan keyakinan dalam menentukan pilihan untuk belajar dengan giat maupun mengikuti bimbingan belajar demi mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Siswa merasa yakin akan mampu mengerahkan usaha secara maksimal, dan yakin untuk dapat tetap bertahan ketika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas. Siswa yakin diri, dan optimis akan mampu menghadapi ujian nasional dan mencapai target kelulusan ujian nasional.

2. Sebanyak 48,68% siswa kelas XII dengan self-efficacy beliefs rendah menunjukan pengahayatan kurang yakin diri terkait pilihan yang dibuatnya yaitu mengikuti bimbingan belajar, maupun belajar dengan giat. Siswa merasa ragu untuk mampu mengerahkan usaha secara maksimal dalam


(33)

61

Universitas Kristen Maranatha menghadapi ujian nasional. Siswa merasa kurang yakin diri untuk mampu bertahan dalam menghadapi situasi yang sulit seperti banyaknya tugas, dan bertahan ketika mengahadapi kesulitan mengerjakan tugas. Siswa merasa kurang yakin diri, dan pesimis akan mampu menghadapi ujian nasional. 3. Dalam mengembangkan self-efficacy beliefs, siswa kelas XII SMA Negeri

1 Bandung memeroleh beliefs dari sumber-sumber self-efficacy beliefs. Sumber-sumber yang signifikan yaitu, pengalaman siswa dalam meraih keberhasilan di bidang akademik (mastery experiences), pengamatan siswa terhadap alumni yang berhasil mencapai kelulusan ujian nasional (vicarious experiences), dan dukungan yang diberikan oleh orangtua, teman sekolah, dan pihak sekolah kepada responden (verbal persuassion) dalam menghadapi ujian nasional.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai self-efficacy

beliefs, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu: 5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan variabel yang serupa yaitu self-efficacy beliefs disarankan untuk lebih menggali mengenai sumber-sumber self-efficacy beliefs.

2. Disarankan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan variabel serupa yaitu self-efficacy beliefs, untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi sumber self-efficacy beliefs yaitu verbal


(34)

Universitas Kristen Maranatha

persuassion, terhadap derajat self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII

dalam menghadapi ujian nasional.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Bandung, berikut merupakan informasi yang diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini:

1. Bagi siswa angkatan 2016 yang akan naik ke kelas XII, dapat diberikan informasi mengenai self-efficacy beliefs oleh guru di bagian konseling, maupun wali kelas sehingga siswa dapat menemukan kelebihan diri yang sebelumnya belum disadari. Dengan demikian keyakinan akan kemampuan diri siswa yang bersangkutan diharapkan dapat lebih siap dalam menghadapi ujian nasional tahun depan.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari data penunjang, bagi pihak SMA Negeri 1 Bandung diharapkan dapat menyelenggarakan try out berkala maupun pemantapan yang dimulai sejak akhir semester pertama. Mengingat kesiapan siswa yang diharapkan dapat lebih mantap dengan upaya try out yang dilaksanakan lebih dini.

3. Bagi orangtua disarankan untuk senantiasa memberikan dukungan bahwa siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah, sebagai bentuk latihan soal ujian nasional. Dengan demikian


(35)

63

Universitas Kristen Maranatha diharapkan siswa kelas XII akan lebih yakin diri dalam menghadapi ujian nasional.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil diskusi dan saran yang diberikan oleh para penguji dalam sidang hari Selasa, tanggal 14 April 2015 di ruang sidang Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, disepakati beberapa hal yang harus diperbaiki mengenai indikator self-efficacy

beliefs siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri

1 Bandung.

Perbaikan ini dicantumkan untuk menjadi informasi, dan perhatian bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai

self-efficacy beliefs di masa mendatang. Hasil diskusi yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Indikator sebaiknya dibuat ke dalam situasi yang spesifik yaitu, terfokus pada situasi menghadapi ujian nasional. Indikator untuk setiap aspek

self-efficacy beliefs akan diseragamkan menjadi:

a) Mengikuti bimbingan belajar.

b) Mengikuti try out yang diselenggarakan oleh pihak sekolah maupun tempat bimbingan belajar.

c) Mengerjakan latihan soal pada buku bank soal. d) Mengurangi waktu bermain.


(36)

Universitas Kristen Maranatha Agar dapat menggambarkan self-efficacy beliefs yang terfokus pada situasi menghadapi ujian nasional, keseluruhan indikator tersebut dikaitkan dengan 4 aspek yang dapat menunjukan tinggi atau rendahnya self-efficacy

beliefs yang dimiliki oleh siswa.

2. Perubahan indikator pada setiap aspek dari self-efficacy beliefs, berdampak pula pada berubahnya definisi operasional dari aspek-aspek self-efficacy

beliefs. Perubahan definisi operasional dapat dicontohkan sebagai berikut:

2.1. Aspek pilihan yang dibuat oleh siswa, yaitu mengenai seberapa yakin siswa SMAN 1 dalam membuat pilihannya terkait lulus ujian nasional dengan mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out, mengerjakan latihan soal di buku bank soal, dan mengurangi waktu bermain guna mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional.

2.2. Aspek usaha yang dikeluarkan oleh siswa, yaitu mengenai seberapa yakin siswa SMAN 1 untuk mengerahkan usaha dalam menghadapi ujian nasional. Siswa yakin untuk berusaha mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out, mengerjakan latihan soal di buku bank soal, dan mengurangi waktu bermain dalam menghadapi ujian nasional.

2.3. Aspek lamanya kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan, yaitu mengenai seberapa yakin siswa SMAN 1 untuk bertahan dalam situasi yang dianggap sebagai rintangan. Siswa yakin untuk tetap bertahan mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out,


(37)

65

Universitas Kristen Maranatha mengerjakan latihan soal di buku bank soal, dan mengurangi waktu bermain agar siap menghadapi ujian nasional.

2.4. Aspek penghayatan perasaan siswa SMAN 1 untuk menghadapi ujian nasional, yaitu mengenai seberapa yakin siswa mampu memiliki perasaan positif dalam menghadapi ujian nasional.


(38)

66 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1997. Self Efficacy – The Exercise of Control (Fifth Printing, 2002). New York: W.H. Freeman & Company.

Bandura, A. 2001. Guide for constructing celf efficacy scales. (online). (http://www.uky.edu/~eushe2/Bandura/BanduraGuide2006.pdf, diakses 08 Oktober 2014 pukul 17:36 wib)

Bandura, A. 1994. Self efficacy. Encyclopedia of human behavior (Vol.4, pp.

71-81). (online). New York: Academic Press. (http://www.uky.edu/

~eushe2/Bandura/BanEncy.html, diakses 08 Oktober 2014 pukul 17:32 wib).

Brown, J.L. Self efficacy theory. (online). School of Psychology, University of New England. (http://samples.jbpub.com/9781449689742/Chapter2. pdf, diakses 08 Oktober 2014 pukul 17:25 wib).

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education Third

Edition. New York: Mc. Graw Hill.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Lunenberg, F. C. 2011. “Self-Efficacy in the Workplace: Implications for Motivation and Performance”. (online). Sam Houston State University. Noor, Hasanuddin. 2009. Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen

Pengukuran Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi Unisba.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development – Perkembangan Masa Hidup. terjemahan Damanik, Juda. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja) 6th edition. Jakarta: Erlangga

Sudjana, Prof., DR., MA., MSc. 2005. Metoda Statistika Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, Prof., DR. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan


(39)

67 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Andiny, Laura. 2008. “Perbedaan self efficacy pada guru SMA ‘Plus’ dengan SMA ‘Non-Plus’”. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasibuan, A.Z. 2014. Buletin BSNP-Media Komunikasi dan Dialog Standar

Pendidikan (Vol. IX/No.4/ Desember 2014). (online). (http://www. bsnp-indonesia.org, diakses 30 Januari 2015 pukul 18:00 wib).

Kusumawati, Putri. 2005. “Studi deskriptif mengenai self efficacy pada siswa/i sma kelas 1 SMA “x” yang mengikuti program kelas akselerasi di kota Bandung”. Usulan Penelitian. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2009. Berlarutnya verifikasi nilai un, pelajar bandung gelisah.(online). (http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/25/19323218/Berlarutnya.Verifi kasi.Nilai.UN..Pelajar.Bandung.Gelisah, diakses 23 Maret 2013 pukul 16:05 wib).

Sadili, M. J. 2013. Bisa! siswa peserta un bandung 100 persen lulus. (online). (http://fokusjabar.com/2013/03/04/bisa-siswa-peserta-un-bandung-100-persen-lulus, diakses 23 Maret 2013 pukul 15:57 wib).

Undang – undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2003. (online).

(http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf, diakses 23 Maret 2013 pukul 11:12 wib).

Wicaksono, S. 2012. Standar UN 2013 Ditingkatkan. (online). (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/11/1324 82/Standar-UN-2013-Ditingkatkan, diakses 23 Maret 2013 pukul 14:06 wib).


(1)

Universitas Kristen Maranatha

persuassion, terhadap derajat self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII

dalam menghadapi ujian nasional.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai self-efficacy beliefs pada siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 1 Bandung, berikut merupakan informasi yang diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini:

1. Bagi siswa angkatan 2016 yang akan naik ke kelas XII, dapat diberikan informasi mengenai self-efficacy beliefs oleh guru di bagian konseling, maupun wali kelas sehingga siswa dapat menemukan kelebihan diri yang sebelumnya belum disadari. Dengan demikian keyakinan akan kemampuan diri siswa yang bersangkutan diharapkan dapat lebih siap dalam menghadapi ujian nasional tahun depan.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari data penunjang, bagi pihak SMA Negeri 1 Bandung diharapkan dapat menyelenggarakan try out berkala maupun pemantapan yang dimulai sejak akhir semester pertama. Mengingat kesiapan siswa yang diharapkan dapat lebih mantap dengan upaya try out yang dilaksanakan lebih dini.

3. Bagi orangtua disarankan untuk senantiasa memberikan dukungan bahwa siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah, sebagai bentuk latihan soal ujian nasional. Dengan demikian


(2)

63

Universitas Kristen Maranatha diharapkan siswa kelas XII akan lebih yakin diri dalam menghadapi ujian nasional.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil diskusi dan saran yang diberikan oleh para penguji dalam sidang hari Selasa, tanggal 14 April 2015 di ruang sidang Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, disepakati beberapa hal yang harus diperbaiki mengenai indikator self-efficacy

beliefs siswa kelas XII dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri

1 Bandung.

Perbaikan ini dicantumkan untuk menjadi informasi, dan perhatian bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai

self-efficacy beliefs di masa mendatang. Hasil diskusi yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Indikator sebaiknya dibuat ke dalam situasi yang spesifik yaitu, terfokus pada situasi menghadapi ujian nasional. Indikator untuk setiap aspek

self-efficacy beliefs akan diseragamkan menjadi:

a) Mengikuti bimbingan belajar.

b) Mengikuti try out yang diselenggarakan oleh pihak sekolah maupun tempat bimbingan belajar.

c) Mengerjakan latihan soal pada buku bank soal. d) Mengurangi waktu bermain.


(3)

Universitas Kristen Maranatha Agar dapat menggambarkan self-efficacy beliefs yang terfokus pada situasi menghadapi ujian nasional, keseluruhan indikator tersebut dikaitkan dengan 4 aspek yang dapat menunjukan tinggi atau rendahnya self-efficacy

beliefs yang dimiliki oleh siswa.

2. Perubahan indikator pada setiap aspek dari self-efficacy beliefs, berdampak pula pada berubahnya definisi operasional dari aspek-aspek self-efficacy

beliefs. Perubahan definisi operasional dapat dicontohkan sebagai berikut:

2.1. Aspek pilihan yang dibuat oleh siswa, yaitu mengenai seberapa yakin siswa SMAN 1 dalam membuat pilihannya terkait lulus ujian nasional dengan mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out, mengerjakan latihan soal di buku bank soal, dan mengurangi waktu bermain guna mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional.

2.2. Aspek usaha yang dikeluarkan oleh siswa, yaitu mengenai seberapa yakin siswa SMAN 1 untuk mengerahkan usaha dalam menghadapi ujian nasional. Siswa yakin untuk berusaha mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out, mengerjakan latihan soal di buku bank soal, dan mengurangi waktu bermain dalam menghadapi ujian nasional.

2.3. Aspek lamanya kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan, yaitu mengenai seberapa yakin siswa SMAN 1 untuk bertahan dalam situasi yang dianggap sebagai rintangan. Siswa yakin untuk tetap bertahan mengikuti bimbingan belajar, mengikuti try out,


(4)

65

Universitas Kristen Maranatha mengerjakan latihan soal di buku bank soal, dan mengurangi waktu bermain agar siap menghadapi ujian nasional.

2.4. Aspek penghayatan perasaan siswa SMAN 1 untuk menghadapi ujian nasional, yaitu mengenai seberapa yakin siswa mampu memiliki perasaan positif dalam menghadapi ujian nasional.


(5)

66 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1997. Self Efficacy – The Exercise of Control (Fifth Printing, 2002). New York: W.H. Freeman & Company.

Bandura, A. 2001. Guide for constructing celf efficacy scales. (online). (http://www.uky.edu/~eushe2/Bandura/BanduraGuide2006.pdf, diakses 08 Oktober 2014 pukul 17:36 wib)

Bandura, A. 1994. Self efficacy. Encyclopedia of human behavior (Vol.4, pp.

71-81). (online). New York: Academic Press. (http://www.uky.edu/

~eushe2/Bandura/BanEncy.html, diakses 08 Oktober 2014 pukul 17:32 wib).

Brown, J.L. Self efficacy theory. (online). School of Psychology, University of New England. (http://samples.jbpub.com/9781449689742/Chapter2. pdf, diakses 08 Oktober 2014 pukul 17:25 wib).

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education Third

Edition. New York: Mc. Graw Hill.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Lunenberg, F. C. 2011. “Self-Efficacy in the Workplace: Implications for

Motivation and Performance”. (online). Sam Houston State University.

Noor, Hasanuddin. 2009. Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen

Pengukuran Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi Unisba.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development – Perkembangan Masa Hidup. terjemahan Damanik, Juda. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja) 6th edition. Jakarta: Erlangga

Sudjana, Prof., DR., MA., MSc. 2005. Metoda Statistika Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, Prof., DR. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan


(6)

67 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Andiny, Laura. 2008. “Perbedaan self efficacy pada guru SMA ‘Plus’ dengan

SMA ‘Non-Plus’”. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasibuan, A.Z. 2014. Buletin BSNP-Media Komunikasi dan Dialog Standar

Pendidikan (Vol. IX/No.4/ Desember 2014). (online). (http://www. bsnp-indonesia.org, diakses 30 Januari 2015 pukul 18:00 wib).

Kusumawati, Putri. 2005. “Studi deskriptif mengenai self efficacy pada siswa/i

sma kelas 1 SMA “x” yang mengikuti program kelas akselerasi di kota Bandung”. Usulan Penelitian. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2009. Berlarutnya verifikasi nilai un, pelajar bandung gelisah.(online). (http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/25/19323218/Berlarutnya.Verifi kasi.Nilai.UN..Pelajar.Bandung.Gelisah, diakses 23 Maret 2013 pukul 16:05 wib).

Sadili, M. J. 2013. Bisa! siswa peserta un bandung 100 persen lulus. (online). (http://fokusjabar.com/2013/03/04/bisa-siswa-peserta-un-bandung-100-persen-lulus, diakses 23 Maret 2013 pukul 15:57 wib).

Undang – undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2003. (online).

(http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf, diakses 23 Maret 2013 pukul 11:12 wib).

Wicaksono, S. 2012. Standar UN 2013 Ditingkatkan. (online). (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/11/1324 82/Standar-UN-2013-Ditingkatkan, diakses 23 Maret 2013 pukul 14:06 wib).


Dokumen yang terkait

COGNITIVE APPRAISAL MENGENAI UJIAN NASIONAL : Studi Komparatif antara Siswa Kelas XII SMA Negeri dan Swasta Kota Bandung.

1 3 39

Studi Deskriptif Mengenai Self Efficacy Siswa Pada Pelajaran Akuntansi di SMA "X" Kota Bandung.

0 0 33

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Beliefs Pada Siswa SMA JUrusan IPA Yang Akan Mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Bimbingan Belajar "X" Bandung.

0 0 29

Studi Deskriptif Mengenai Coping Stress Pada Siswa/i Akselerasi Kelas XI Yang Akan Menghadapi Ujian Nasional di SMA Kota Bandung.

0 0 36

Studi Deskriptif Mengenai Derajat State Anxiety Pada Siswa Kelas XII Yang Sedang Menghadapi Persiapan Ujian Nasional di SMA "X" Bandung.

0 0 29

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficcy pada Siswa Kelas IX yang Akan Menghadapi Ujian Nasional di SMPN "X" Bandung.

0 1 28

Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Belief Untuk Lulus Ujian Nasional (UN) pada Siswa SMA Kelas XII di SMA "X" Bekasi.

0 0 60

Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Dalam Menghadapi Proses Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA di SMA "X" Bandung.

0 0 58

Suatu Penelitian Mengenai Kontribusi Sumber Self-Efficacy Terhadap Academic Self-Efficacy Pada Siswa Kelas XII SMA "X" di Kota Bandung (Suatu Studi Pada Siswa Kelas XII Yang Akan Menghadapi Ujian Nasional, Pada Pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dan Bah

0 0 61

Evaluasi Rancangan Modul Pelatihan Self-Efficacy Siswa SMU (Pelatihan Dilakukan pada Siswa Kelas XII dalam Rangka Menghadapi Ujian Nasional di SMU "X" Kota Bandung).

0 0 23