Efek Laksansia Jamu Ekstrak Akar Kelembak (Rheum officinale Baill) Terhadap Mencit (Mus musculus) Jantan Swiss Webster Dewasa.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill)

TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA

Muhammad Ahmad Syammakh, 2011, Pembimbing I : Rosnaeni , Dra.,Apt.

Pembimbing II: Pinandodjo D , Drs.,dr., AIF. Laksansia merupakan obat yang banyak digunakan untuk mengatasi konstipasi. Salah satu obat tradisional yang dipercaya sebagai laksansia adalah akar kelembak. Tujuan penelitian menilai efek laksatif ekstrak akar kelembak (EAK) terhadap pola defekasi dengan parameter penambahan berat feses dan peningkatan frekuensi defekasi, serta penurunan konsistensi feses .

Desain penelitian eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL),bersifat komparatif. Pengujian efek laksansia menggunakan metode pengamatan pola defekasi, dengan hewan coba mencit (n=30). Mencit dibagi 6 kelompok secara acak (n=5) yaitu kelompok I,II, dan III berturut turut diberi EAK dosis 143mg/KgBB, 286mg/KgBB, dan 572 mg/KgBB, kelompok IV,V, dan VI berturut turut sebagai Kontrol negatif, positif, dan pembanding.Data yang diukur berat feses (mg), frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Analisis data berat feses dan frekuensi defekasi ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD, untuk konsistensi feses dengan uji Kruskal Wallis H,  = 0,05 menggunakan piranti lunak komputer. Hasil penelitian selama pengamatan 7 jam rerata berat feses (mg) dan frekuensi defekasi untuk kelompok I,II,III : 0,67, 0,81, 0,89 dan 2,17, 2,80, 2,23 menunjukan perbedaan bermakna dengan Kelompok IV 0,38 dan 0,97.(p˂0,05). Sedangkan konsistensi feses kelompok I,II,III tidak menunjukan perbedaan bermakna dengn kelompok IV (p >0,05).

Simpulan Ekstrak akar kelembak berefek laksansia dengan menambah berat feses dan meningkatkan frekuensi defekasi tanpa penurunan konsistens feses.


(2)

v ABSTRACT

EFFECTS OF ROOT EXTRACT LAXATIVE JAMU rhubarb (Rheum officinale Baill) ON MICE (Mus musculus) ADULT MALE SWISS WEBSTER

Muhammad Ahmad Syammakh, 2011, Tutor I : Rosnaeni ., Dra.,Apt.

Tutor II: Pinandodjo D , Drs.,dr., AIF.

Laxative is a drug which is used for constipation problem, one of the traditional medicine which is believed as laxative is the rhubarb’s root. This study was carried

out to asses the laxative effect of rhubab’s root on defecation pattern. The parameters

were increasing of stool weight and defecation frequency, also stool consistency. This study was a comparative experimental laboratry with complete randomized design. This study measured the defecation patterm of 30 mice. These mice divided in 6 groups (r=5), were given some different doses of EAK : 143 mg/KgBB, 286 mg/KgBB and 572 mg/KgBB. Group IV,V,VI were used as negative control, positive control, and comparison group. The measured data were stool weight (mg), defecation frequency, and stool consistency in 7 hours. The statistical analysis of stool weight and defecation frequency used one way ANOVA continued by Tukey HSD and Kruskal Wallis H test for stool consistency ( = 0,05). Results for stool weight and defecation frequency in 7 hours of group I,II,III were 0.67 , 0.81, 0.89 and 2.17, 2.80, 2.23. These Results showed a significant differences with group IV 0.38 and 0.97 (p<0.05). However, the results for stool consistency of group I,II,III were not significantly different with group IV.

Based on these results, EAK had a laxative effect, showed by increasing stool weight and defecation frequency without decreasing stool consistency.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah... 2

1.3Maksud dan Tujuan... 2

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 3

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3

1.5.2 Hipotesis... 4

1.6Metodologi Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Saluran Pencernaan Manusia... 2.1.1 Bagian-Bagian Saluran Pencernaan dan Fungsinya... 2.1.2 Prinsip-Prinsip umum Motilitas Gastrointestinal... 2.1.3 Proses Defekasi... 5 5 8 10 2.2Konstipasi... 11


(4)

ix

2.2.1 Klasifikasi... 2.2.2 Etiologi...

12 12 2.3Uraian Tentang Laksatif...

2.3.1 Definisi Laksatif... 2.3.2 Mekanisme Kerja Laksatif... 2.3.3 Jenis-Jenis Laksatif...

2.3.3.1Laksatif Pembentuk Massa... 2.3.3.2Laksatif Osmotik dan Salin... 2.3.3.3Laksatif Stimulan... 2.3.3.4Minyak Mineral... 2.3.4 Laksatif Antrakinon... 2.3.5 Minyak Jarak (Oleum ricini) ... 2.3.6 Indikasi Penggunaan Laksatif...

15 15 15 15 15 16 16 17 17 17 18 2.4Obat Tradisional...

2.4.1 Penggolongan Obat Tradisional... 2.4.2 Jamu... 2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Jamu...

19 20 20 21 2.5 Uraian Tanaman Akar Kelembak...

2.5.1 Klasifikasi Botani... 2.5.2 Morfologi... 2.5.3 Kandungan Kimia... 2.5.4 Penggunaan Akar Kelembak... 2.5.5 Penggunaan Akar Kelembak Sebagai Laksansia... 2.5.5.1Efek Farmakologi... 2.5.5.2Kontra Indikasi...

22 22 22 23 24 24 24 25

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan, Alat Penelitian dan hewan Coba... 26 3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian... 3.1.2 Hewan Coba...

26 26 3.2 Metode Penelitian... 26


(5)

x

3.2.1 Desain Penelitian... 26

3.2.2 Variabel Penelitian... 27

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel... 27

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel... 27

3.2.3 Besar Sampel Penelitian... 28

3.3 Prosedur Kerja... 29

3.3.1 Pesiapan Hewan Coba... 29

3.3.2 Persiapan Bahan Penelitian... 29

3.3.3 Prosedur Penelitian... 3.3.4 Cara Pemeriksaan... 3.4 Metode Analisis... 3.5 Hipotesis Statistik... 29 30 30 31 3.6 Kriteria Uji... 3.7 Aspek Etik Penelitian... 3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian... 31 31 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Hewan Coba... 33

4.2 Hasil dan Pembahasan... 4.1.1 Berat Feses... 4.1.2 Frekuensi Defekasi... 4.1.3 Konsistensi Feses... 34 34 36 39 4.3 Uji Hipotesis... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 42

5.1.1 Simpulan Utama... 5.1.2 Simpulan Tambahan... 42 42 5.2 Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA... 43

LAMPIRAN... 45


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil ANAVA Berat Badan Mencit... 33

Tabel 4.2 Hasil ANAVA dan Data Berat Feses Selama 7 Jam... 34

Tabel 4.3 Hasil Uji Tukey HSD Berat Feses Mencit... ………... 35

Tabel 4.4 Hasil ANAVA Dan Frekuensi Defekasi Mencit Selama 7 jam... 37

Tabel 4.5 Hasil Uji Tukey HSD Frekuensi Defekasi Mencit .....………. 38

Tabel 4.6 Data Persentase Konsistensi Feses dan Hasil Uji Kruskal Wallis H... 39


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Cerna Manusia... 7

Gambar 2.2 Anatomi Usus Besar beserta lokasi pada regio Sembilan…….... 8

Gambar 2.3 Oleum ricini....……….. 18

Gambar 2.4 Logo Obat Tradisional………...……… 20

Gambar 2.5 Akar Kelembak...………. 23

Gambar 3.1 Konsistensi Feses... 28

Gambar 4.1 Diagram Batang Berat Feses Mencit Selama 7 Jam... 35

Gambar 4.2 Diagram Batang Frekuensi Defekasi Mencit Selama 7 Jam... 39


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kode Etik Penelitian... 45

Lampiran 2 Homogenitas Hewan………. 46

Lampiran 3 Perhitungan Dosis... 47

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Frekuensi Defekasi...………... 48

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Berat Feses...………... 50

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses..……….. 52

Lampiran 7 Hasil Pengamatan Mencit Selama 7 Jam...………... 53


(9)

45

LAMPIRAN 1


(10)

46

LAMPIRAN 2

Homogenitas Hewan Coba

Test of Homogeneity of Variances

ANAVA

berat badan mencit

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 19.767 5 3.953 .306 .904 Within Groups 309.600 24 12.900 Total 329.367 29 Levene Statistic df1 df2 Sig.


(11)

47

LAMPIRAN 3 Perhitungan Dosis

Perhitungan Dosis Jamu Ekstrak Akar Kelembak

Dosis manusia = 2 kapsul.

1 kapsul = 550 mg ekstrak akar kelembak. 2 kapsul = 1100 mg ekstrak akar kelembak.

Konversi dari dosis manusia ke mencit 20g = 0,0026. Maka, dosis tersebut dikonversikan ke mencit menjadi: 1100 mg x 0,0026 = 2,86 mg/KgBB

1000/20 x 2,86 = 143 KgBB

Dosis I = 1 x dosis manusia = 143 mg/KgBB Dosis II = 2 x dosis manusia = 286 mg/KgBB Dosis III = 4 x dosis manusia = 572 mg/KgBB

 Perhitungan Dosis Natrium pikosulfate Dosis untuk manusia =7,5 mg/ml Dosis Mencit = 7,5 x 0,0026

= 0,0195

= 0,0195 x 1000/20 = 0,975 mg/KgBB


(12)

48

LAMPIRAN 4

Hasil Uji Statistik Frekuensi Defekasi

Oneway

Descriptives

Frekuensi Defekasi

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EAK Dosis 1 5 2,17 ,68 ,30 1,33 3,02 1,14 3,00

EAK Dosis 2 5 2,80 ,76 ,34 1,86 3,74 2,00 3,86

EAK Dosis 3 5 2,23 ,54 ,24 1,56 2,90 1,57 2,86

Kontrol Negatif 5 ,97 ,56 ,25 ,28 1,66 ,43 1,86

Kontrol Positif 5 2,11 ,46 ,20 1,55 2,68 1,57 2,71

Pembanding 5 2,66 ,31 ,14 2,27 3,05 2,29 3,14

Total 30 2,16 ,79 ,14 1,86 2,45 ,43 3,86

Test of Homogeneity of Variances

Frekuensi Defekasi

Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.074 5 24 .400

ANAVA

Frekuensi Defekasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 10,38 5,00 2,08 6,39 ,00 Within Groups 7,80 24,00 ,32


(13)

49

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Frekuensi Defekasi Tukey HSD

-,63 ,36 ,52 -1,74 ,49

-,06 ,36 1,00 -1,17 1,06

1,20* ,36 ,03 ,09 2,31

,06 ,36 1,00 -1,06 1,17

-,49 ,36 ,76 -1,60 ,63

,63 ,36 ,52 -,49 1,74

,57 ,36 ,62 -,54 1,69

1,83* ,36 ,00 ,71 2,94

,69 ,36 ,42 -,43 1,80

,14 ,36 1,00 -,97 1,26

,06 ,36 1,00 -1,06 1,17

-,57 ,36 ,62 -1,69 ,54

1,26* ,36 ,02 ,14 2,37

,11 ,36 1,00 -1,00 1,23

-,43 ,36 ,84 -1,54 ,69

-1,20* ,36 ,03 -2,31 -,09

-1,83* ,36 ,00 -2,94 -,71

-1,26* ,36 ,02 -2,37 -,14

-1,14* ,36 ,04 -2,26 -,03

-1,69* ,36 ,00 -2,80 -,57

-,06 ,36 1,00 -1,17 1,06

-,69 ,36 ,42 -1,80 ,43

-,11 ,36 1,00 -1,23 1,00

1,14* ,36 ,04 ,03 2,26

-,54 ,36 ,66 -1,66 ,57

,49 ,36 ,76 -,63 1,60

-,14 ,36 1,00 -1,26 ,97

,43 ,36 ,84 -,69 1,54

1,69* ,36 ,00 ,57 2,80

,54 ,36 ,66 -,57 1,66

(J) Kelompok Perlakuan EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif (I) Kelompok Perlakuan

EAK Dosis 1

EAK Dosis 2

EAK Dosis 3

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Pembanding

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(14)

50

LAMPIRAN 5

Hasil Uji Statistik Berat Feses

Satu arah

Descriptives

Berat Feses

5,00 ,67 ,15 ,07 ,48 ,86 ,47 ,86 5,00 ,81 ,10 ,05 ,68 ,94 ,69 ,93 5,00 ,89 ,18 ,08 ,66 1,11 ,65 1,05 5,00 ,38 ,18 ,08 ,16 ,61 ,22 ,65 5,00 ,84 ,12 ,06 ,69 1,00 ,73 1,01 5,00 ,74 ,06 ,03 ,67 ,81 ,65 ,79 30,00 ,72 ,21 ,04 ,64 ,80 ,22 1,05

EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding Total

N Mean Std. Devi ation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

ANAVA

Berat Feses

,85 5,00 ,17 8,56 .000 ,47 24,00 ,02

1,32 29,00 Between Groups

Within Groups Total


(15)

51

Post Hoc Tests

Multi ple Comparisons

Dependent Variable: Berat Feses Tukey HSD

-,14 ,09 ,62 -,42 ,13

-,22 ,09 ,19 -,49 ,06

,29* ,09 ,03 ,02 ,57

-,17 ,09 ,41 -,45 ,10

-,07 -,14 ,97 -,34 ,21

,14 ,09 ,62 -,13 ,42

-,07 ,09 ,96 -,35 ,20

,43* ,09 ,00 ,16 ,71

-,03 ,09 1,00 -,31 ,24

,07 ,09 ,96 -,20 ,35

,22 ,09 ,19 -,06 ,49

,07 ,09 ,96 -,20 ,35

,51* ,09 ,00 ,23 ,78

,04 ,09 1,00 -,23 ,32

,15 ,09 ,57 -,13 ,42

-,29* ,09 ,03 -,57 -,02

-,43* ,09 ,00 -,71 -,16

-,51* ,09 ,00 -,78 -,23

-,46* ,09 ,00 -,74 -,19

-,36* ,09 ,01 -,63 -,08

,17 ,09 ,41 -,10 ,45

,03 ,09 1,00 -,24 ,31

-,04 ,09 1,00 -,32 ,23

,46* ,09 ,00 ,19 ,74

,10 ,09 ,85 -,17 ,38

,07 ,09 ,97 -,21 ,34

-,07 ,09 ,96 -,35 ,20

-,15 ,09 ,57 -,42 ,13

,36* ,09 ,01 ,08 ,63

-,10 ,09 ,85 -,38 ,17

(J) Kelompok Perlakuan EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 Kontrol Negatif Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Positif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Pembanding EAK Dosis 1 EAK Dosis 2 EAK Dosis 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif (I) Kelompok Perlakuan

EAK Dosis 1

EAK Dosis 2

EAK Dosis 3

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Pembanding

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean di fference is significant at the .05 level. *.


(16)

52

LAMPIRAN 6

Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses

Crosstabs

Case Processing Summary

238 66.1% 122 33.9% 360 100.0%

kelompok perlakuan * konsistensi

N Percent N Percent N Percent

Valid Missi ng Total

Cases

kelompok perl akuan * konsistensi Crosstabulation

15 13 5 0 3 0 36

41.7% 36.1% 13.9% .0% 8.3% .0% 100.0%

23 16 5 0 0 0 44

52.3% 36.4% 11.4% .0% .0% .0% 100.0%

23 8 10 1 0 0 42

54.8% 19.0% 23.8% 2.4% .0% .0% 100.0%

16 5 2 0 0 0 23

69.6% 21.7% 8.7% .0% .0% .0% 100.0%

10 11 10 5 9 0 45

22.2% 24.4% 22.2% 11.1% 20.0% .0% 100.0%

19 19 5 2 2 1 48

39.6% 39.6% 10.4% 4.2% 4.2% 2.1% 100.0%

106 72 37 8 14 1 238

44.5% 30.3% 15.5% 3.4% 5.9% .4% 100.0%

Count

% wit hin kelompok perlakuan Count

% wit hin kelompok perlakuan Count

% wit hin kelompok perlakuan Count

% wit hin kelompok perlakuan Count

% wit hin kelompok perlakuan Count

% wit hin kelompok perlakuan Count

% wit hin kelompok perlakuan EAK dosis 1

EAK dosis 2

EAK dosis 3

Kontrol negatif

Kontrol posit if

Pembanding kelompok

perlakuan

Total

K1 K2 K3 K4 K5 K6

konsi stensi Total

Kruskal-Wallis Test

Ranks 106 111.86 72 119.19 37 119.47 8 171.31 14 142.61 1 214.50 238 konsi stensi K1 K2 K3 K4 K5 K6 Total kel ompok perlakuan

N Mean Rank Test Statisti csa ,b

9.618 5 .087 Chi-Square df Asymp. Sig. kel ompok perlakuan

Kruskal Wallis Tes t a.

Grouping Vari able: konsis tens i b.


(17)

LAMPIRAN 7

Hasil Pengamatan Mencit Selama 7 jam

Kelompok / Dosis

No Mencit

Karakteristik feses dari waktu ke waktu (jam)

30' 60' 90' 120' 150 180 210 240 270' 300' 360 420'

F K B F K B F K B F K B F K B F K B F K B F K B F K B F K B F K B F K B

EAK D-1

8 3 1 0,971 2 3 0,79 3 3 0,79 2 1 0,7 1 2 0,756 3 2 0,48 1 2 0,55 1 1 0,38 32 0,46 5 2 1132 3 3 0,771 2 2 0,76 2 1 0,55 3 3 0,45 1 2 0,76 3 2 0,43 1 1 0,36 1 1 0,36

6 3 1 0,556 3 2 0,96 2 2 0,751 1 1 0,55 1 1 0,65 3 1 0,33 1 2 0,42 41 1 1 0,41 1 5 0,77 1 3 0,77 1 2 0,37 2 1 0,47 2 1 0,47 14 2 2 0,806 3 1 0,939 4 5 0,71 4 5 0,71 1 2 0,812 3 1 0,68

EAK D-2

26 6 1 0,94 3 3 0,959 5 3 0,757 4 2 0,43 2 2 0,44 2 2 0,766 1 1 0,13 1 1 0,35 3 1 0,31 29 2 2 0,842 3 1 0,732 2 1 0,83 2 2 0,47 1 1 0,655 1 1 0,41 1 3 0,38 2 2 0,48 23 5 1 0,46 3 1 0,86 3 2 0,803 1 2 0,74 3 1 0,45 2 2 0,65 1 2 0,706 3 1 0,78 2 2 0,65 34 1 2 0,55 2 3 0,871 2 1 0,696 1 2 0,77 2 1 0,36 2 1 0,77 3 2 0,993 2 1 0,65 1 1 0,35 42 4 1 0,8 1 1 0,735 3 1 0,94 3 2 0,83 2 2 0,45 1 1 0,87 1 3 0,87 1 1 0,27 2 1 0,77

EAK D-3

17 1 1 0,65 1 1 0,76 3 1 1,25 1 1 0,62 1 3 0,65 3 1 1,23 1 3 0,55 2 2 0,56 1 3 0,77 36 4 2 0,79 2 1 0,47 2 1 0,877 2 1 0,93 2 2 0,89 1 2 0,42 1 1 0,67 3 3 0,83 1 3 0,83 2 1 0,65 25 2 3 0,76 3 2 0,79 3 2 0,79 1 3 0,66 2 1 0,77 3 1 0,77 11 2 3 0,66 1 2 0,99 1 1 0,77 3 1 77 1 1 0,42 1 1 0,84 2 4 0,75 15 1 3 0,65 2 1 0,837 2 1 0,77 3 1 0,65 2 1 0,55 1 2 0,825 2 3 0,6 1 1 0,39 3 1 1,15 2 1 0,55

Kontrol -

3 2 2 0,55 2 1 0,774 1 1 0,721 1 1 0,71 1 1 0,45 1 1 0,25 44 1 2 0,73 1 1 0,35 1 2 0,45 40 1 1 0,52 1 1 0,33 2 1 0,55 1 1 0,44 37 2 2 0,77 2 3 0,776 4 1 0,832 1 1 0,34 1 1 0,83 2 3 0,55 1 2 0,44 35 2 1 0,72 1 1 0,657 1 1 0,655 1


(18)

Kontrol +

45 2 3 0,633 2 1 0,55 1 5 0,56 2 4 0,83 2 2 1,67 1 1 0,33 1 2 0,55 12 1 3 0,74 1 2 0,455 1 1 0,7 1 5 0,55 1 3 0,77 1 3 0,42 2 1 0,395 1 1 0,2 1 1 0,38 1 2 1,6 1 2 0,45 1 2 0,43 38 3 2 0,73 1 1 0,773 2 2 0,764 2 4 0,72 2 4 0,66 2 5 0,61 3 5 0,881 2 4 442 2 1 0,87

9 1 3 0,68 3 2 0,55 1 5 0,88 3 3 0,85 3 4 0,55 2 5 0,77 2 5 0,55 1 1 0,33 1 3 0,62 2 1 3 0,782 1 1 0,709 1 3 0,36 2 3 0,45 2 2 0,73 1 5 0,665 2 5 0,67 4 2 1,46

Pembanding

43 3 1 0,64 4 2 0,782 4 3 0,762 1 2 0,46 1 4 0,23 1 4 0,76 1 1 0,43 1 2 0,38 1 2 0,35 3 2 0,67 2 1 0,55 21 1 2 0,65 3 1 0,47 1 2 0.813 3 2 0,51 3 1 0,965 3 2 0,65 1 2 0,54 1 1 0,73 18 2 1 0,69 1 2 0,733 4 1 0,861 2 2 0,47 1 5 0,17 1 2 0,58 2 2 0,73 3 1 0,44 1 2 0,33 1 1 0,52

7 4 1 0,63 2 2 0,46 2 3 1,23 2 1 0,53 2 6 0,63 1 1 0,449 1 1 0,45 3 1 0,43 1 2 0,45 28 1 2 0,46 1 1 0,81 2 3 1,45 3 3 0,96 1 5 0,88 2 1 0,23 1 2 0,429 4 3 0,66 2 1 0,33 2 1 0,67


(19)

53

LAMPIRAN 8 Foto Foto Penelitian


(20)

54

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Ahmad Syammakh

Nomor Pokok Mahasiswa : 0810148

Tempat dan Tanggal Lahir : Singaraja, 12 November 1989

Alamat : Jalan Pattimura no126 Singaraja-Bali

Riwayat Pendidikan : 1995 – 2001 : SD Mutiara Singaraja 2001 – 2004 : SMP Lab

2004 – 2007 : SMA Negri 3 Singaraja


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Konstipasi atau sembelit merupakan gejala proses defekasi yang bermasalah, ditandai dengan berkurangnya frekuensi defekasi kurang dari 2 kali seminggu, dengan konsistensi feses yang keras, disertai rasa sakit waktu mengejan (Dharmika, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sembelit kurang mengkonsumsi makanan berserat, kurang minum air, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, perubahan rutinitas hidup dan kurang aktivitas. Sembelit dapat juga akibat efek samping penggunaan obat-obat tertentu, dan adanya penyakit-penyakit tertentu (Tjay dan Kirana, 2007). Sembelit apabila tidak dapat diatasi secara non farmakologis. dapat diatasi dengan terapi farmakologis baik secara konvensional maupun dengan obat tradisional.

Terapi dengan obat tradisional saat ini sedang trend digunakan, hal ini mendapat dukungan langsung dari pemerintah dengan diterbitkannya PerMenKes RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan (Seminar Nasional Farmasi, 2010). Jamu merupakan obat tradisional Indonesia dan telah lama digunakan oleh masyarakat, serta merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun. Tujuan diadakannya Saintifikasi jamu antara lain untuk penelitian dan pengembangan untuk mendukung bukti-bukti empiris obat tradisional yang sudah dipergunakan oleh masyarakat. Salah satu obat tradisional yang secara empiris banyak digunakan oleh masyarakat adalah obat untuk melancarkan buang air besar. Tanaman obat yang digunakan untuk melancarkan buang air besar salah satunya adalah kelembak (Rheum officinale Baill ). “PT. B” yang merupakan produsen jamu modern memproduksi jamu dengan indikasi untuk melancarkan buang air besar dengan menggunakan simplisia akar kelembak


(22)

2

(Rhei radix) dalam bentuk sediaan kapsul yang mengandung ekstrak akar kelembak. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, untuk mendapatkan data data ilmiah tentang efek jamu tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menilai efek Laksatif dari Jamu Ekstrak akar kelembak.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

Apakah ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan menambah berat feses

Apakah ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan meningkatkan frekuensi defekasi

 Apakah ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian untuk pengembangan obat tradisional, khususnya jamu

yang berkhasiat melancarkan buang air besar (BAB), melalui pembuktian ilmiah dengan uji preklinik

Tujuan penelitian untuk menilai efek laksatif ekstrak akar kelembak terhadap

pola defekasi dengan parameter penambahan berat feses dan peningkatan frekuensi defekasi, serta penurunan konsistensi feses


(23)

3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang

Farmakologi dan Herbal Medicine, terutama obat tradisional yang berkhasiat melancarkan BAB

Manfaat praktis memberi informasi kepada industri jamu dan meyakinkan

kepada masyarakat, bahwa akar kelembak berefek melancarkan BAB, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif untuk terapi sembelit.

1.5 Kerangka Pemikiran

Laksansia atau obat pencahar adalah zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai reflek dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian dapat mempermudah buang air besar dan meringankan sembelit (Tjay dan Kirana, 2007). Laksansia berdasarkan mekanisme kerja terdiri dari laksansia kontak, laksansia garam dan laksansia osmotik, laksansia pembentuk massa, zat-zat pembesar volume dan zat-zat pelicin dan emolient. Laksansia kontak merangsang secara langsung dinding usus, sehingga terjadi peningkatan peristaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat. Yang termasuk laksansia kontak adalah derivat antrakinon, difenilmetan ( Bisakodil, Pikosulfat dan fenolftalein) dan minyak kastor. Laksansia garam dan laksansia osmotik bekerja dengan meningkatkan peristaltik usus, yang disebabkan pengaruh tidak langsung akibat daya osmotiknya (Ari Estuningtyas dan Azalia Arif, 2007).

Akar kelembak memiliki kandungan senyawa aktif antara lain antrakinon, sennosida A-F dan rheinosida A-D yang bekerja secara langsung pada mukosa usus dengan meningkatkan peristaltik kolon (Sumali W, 2008 ; DepKes .RI,2000). Kandungan Antrakuinon mengakibatkan penurunan waktu transit dan reabsorpsi dari kolon (Michael H, 2010). Dengan demikian Akar kelembak berefek sebagai laksatif.


(24)

4

1.6Hipotesis

Ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan menambah berat feses

Ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan meningkatkan frekuensi defekasi

Ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer

1.7Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL),bersifat komparatif. Pengujian efek laksansia menggunakan metode pengamatan pola defekasi, dengan hewan coba mencit.

Data yang diukur berat feses (mg), frekuensi defekasi dan konsistensi feses yang diamati selama 7 jam. Analisis data berat feses dan frekuensi defekasi ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD, untuk konsistensi feses dengan uji Kruskal Wallis H,  = 0,05 menggunakan piranti lunak komputer.


(25)

43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Utama

 Ekstrak akar kelembak berefek laksansia dengan menambah berat feses.

 Ekstrak akar kelembak berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi defekasi.

 Ekstrak Akar kelembak tidak berefek laksansia terhadap penurunan konsistensi feses

5.1.2 Simpulan Tambahan

 Ekstrak akar kelembak dengan Dosis 2 (286 mg/KgBB) memiliki efek laksansia dengan meningkatkan berat feses dan frekuensi defekasi yang potensinya setara dengan Oleum ricini dan Natrium pikosulfat

5.2Saran

Penelitian Ekstrak akar kelembak perlu diteliti lebih lanjut dengan :

 Menggunakan hewan coba lain.

 Uji toksisitas

 Standarisasi dari ekstrak akar kelembak


(26)

43

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2010.(http://rahasiawanitathebest.blogspot.com/2010/12/perawatan-kulit-menggunakan-bahan-alami.html)

Azalia, Arif., Udin, Sjamsudin. 2007. Obat lokal. Dalam: G. G .Sulistia, Rianto, Setiabudi, Purwantyastuti, dkk : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. hal 525-531

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2010.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional 2010.

Brunton, Laurence L.. 1996. Agents Affecting Gastrointestinal Water Flux and Motility; Emesis And Antimetics; Bile Acids And Pancreatic Enzymes. In Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis Of Therapeutics. Ninenth Edition. New York : Mc Graw-Hill. p 917-925

CURRENT Medical Diagnosis & Treatment (49 ed.). (2010). ISBN

978-0-07-162444-2.

Dirjen POM. 2000. Acuan sediaan herbal. Dalam: Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Edisi pertama.

Jakarta: DIRJEN POM. hal 57-59

Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2005. Abdomen. In: Gray’s anatomy for

students. Philadelphia: Elsevier. p.279-83, 307-14

Ganong, F ., William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta : EGC. hal 469-491

Guyton, dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11 Jakarta : EGC. hal 811-866

http://tanamanobat.org/252/kelembak/


(27)

44

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Bahan Obat Alam, 1993. Pengembangan dan pemanfaatan bahan obat alam. dalam: Penapisan

farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta Pusat. hal

77-79

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi

kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati.

Jakarta : PT raja Grafindo Persada. Hal 12

Michael Heinrich. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC. Hal 222-227. Sumali Wiryowidagdo. 2008. Kimia & Farmakologi Bahan Alam. Edisi ke Dua. Jakarta : EGC. Hal 186-190

Ning Harmanto dan M. Ahkam Subroto. 2006. Herbal dan Jamu. PT. Elek Kompitindo. Jakarta . p. 1-10

Setiawan, Dalimartha,. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Pustaka Bunda. Jilid 5. hal 106-107

Seminar Nasional, 2010. Penggunaan Sediaan Jamu / Science Jamu umtuk

Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Indonesia. UNJANI. Bandung

Syamsuhidayat, Sri Sugati, dan Hutapea, Johnny Ria 1991. Inventaris Tanaman

Obat Indonesia (1). Jakarta : Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan. hal 30-31

Tan H. T dan Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat dan Penggunaannya. PT. Elek Komputindo, Jakarta. p.300-309

Willie Japaries. 2010. Farmakologi Herbal. Edisi Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 105-114.


(1)

2

(Rhei radix) dalam bentuk sediaan kapsul yang mengandung ekstrak akar kelembak. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, untuk mendapatkan data data ilmiah tentang efek jamu tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menilai efek Laksatif dari Jamu Ekstrak akar kelembak.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Apakah ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan menambah berat feses

Apakah ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan meningkatkan frekuensi defekasi

 Apakah ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian untuk pengembangan obat tradisional, khususnya jamu yang berkhasiat melancarkan buang air besar (BAB), melalui pembuktian ilmiah dengan uji preklinik

Tujuan penelitian untuk menilai efek laksatif ekstrak akar kelembak terhadap pola defekasi dengan parameter penambahan berat feses dan peningkatan frekuensi defekasi, serta penurunan konsistensi feses


(2)

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang Farmakologi dan Herbal Medicine, terutama obat tradisional yang berkhasiat melancarkan BAB

Manfaat praktis memberi informasi kepada industri jamu dan meyakinkan kepada masyarakat, bahwa akar kelembak berefek melancarkan BAB, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif untuk terapi sembelit.

1.5 Kerangka Pemikiran

Laksansia atau obat pencahar adalah zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai reflek dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian dapat mempermudah buang air besar dan meringankan sembelit (Tjay dan Kirana, 2007). Laksansia berdasarkan mekanisme kerja terdiri dari laksansia kontak, laksansia garam dan laksansia osmotik, laksansia pembentuk massa, zat-zat pembesar volume dan zat-zat pelicin dan emolient. Laksansia kontak merangsang secara langsung dinding usus, sehingga terjadi peningkatan peristaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat. Yang termasuk laksansia kontak adalah derivat antrakinon, difenilmetan ( Bisakodil, Pikosulfat dan fenolftalein) dan minyak kastor. Laksansia garam dan laksansia osmotik bekerja dengan meningkatkan peristaltik usus, yang disebabkan pengaruh tidak langsung akibat daya osmotiknya (Ari Estuningtyas dan Azalia Arif, 2007).

Akar kelembak memiliki kandungan senyawa aktif antara lain antrakinon, sennosida A-F dan rheinosida A-D yang bekerja secara langsung pada mukosa usus dengan meningkatkan peristaltik kolon (Sumali W, 2008 ; DepKes .RI,2000). Kandungan Antrakuinon mengakibatkan penurunan waktu transit dan reabsorpsi dari kolon (Michael H, 2010). Dengan demikian Akar kelembak berefek sebagai laksatif.


(3)

4

1.6 Hipotesis

Ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan menambah berat feses

Ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan meningkatkan frekuensi defekasi

Ekstrak akar kelembak berefek laksatif dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer

1.7 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL),bersifat komparatif. Pengujian efek laksansia menggunakan metode pengamatan pola defekasi, dengan hewan coba mencit.

Data yang diukur berat feses (mg), frekuensi defekasi dan konsistensi feses yang diamati selama 7 jam. Analisis data berat feses dan frekuensi defekasi ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD, untuk konsistensi feses dengan uji Kruskal Wallis H,  = 0,05 menggunakan piranti lunak komputer.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Utama

 Ekstrak akar kelembak berefek laksansia dengan menambah berat feses.  Ekstrak akar kelembak berefek laksansia dengan meningkatkan frekuensi

defekasi.

 Ekstrak Akar kelembak tidak berefek laksansia terhadap penurunan konsistensi feses

5.1.2 Simpulan Tambahan

 Ekstrak akar kelembak dengan Dosis 2 (286 mg/KgBB) memiliki efek laksansia dengan meningkatkan berat feses dan frekuensi defekasi yang potensinya setara dengan Oleum ricini dan Natrium pikosulfat

5.2 Saran

Penelitian Ekstrak akar kelembak perlu diteliti lebih lanjut dengan :  Menggunakan hewan coba lain.

 Uji toksisitas

 Standarisasi dari ekstrak akar kelembak


(5)

43

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2010.(http://rahasiawanitathebest.blogspot.com/2010/12/perawatan-kulit-menggunakan-bahan-alami.html)

Azalia, Arif., Udin, Sjamsudin. 2007. Obat lokal. Dalam: G. G .Sulistia, Rianto, Setiabudi, Purwantyastuti, dkk : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. hal 525-531

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2010. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional 2010.

Brunton, Laurence L.. 1996. Agents Affecting Gastrointestinal Water Flux and Motility; Emesis And Antimetics; Bile Acids And Pancreatic Enzymes. In Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis Of Therapeutics. Ninenth Edition. New York : Mc Graw-Hill. p 917-925

CURRENT Medical Diagnosis & Treatment (49 ed.). (2010). ISBN 978-0-07-162444-2.

Dirjen POM. 2000. Acuan sediaan herbal. Dalam: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Edisi pertama. Jakarta: DIRJEN POM. hal 57-59

Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2005. Abdomen. In: Gray’s anatomy for students. Philadelphia: Elsevier. p.279-83, 307-14

Ganong, F ., William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta : EGC. hal 469-491

Guyton, dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11 Jakarta : EGC. hal 811-866

http://tanamanobat.org/252/kelembak/


(6)

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Bahan Obat Alam, 1993. Pengembangan dan pemanfaatan bahan obat alam. dalam: Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta Pusat. hal 77-79

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta : PT raja Grafindo Persada. Hal 12

Michael Heinrich. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC. Hal 222-227. Sumali Wiryowidagdo. 2008. Kimia & Farmakologi Bahan Alam. Edisi ke Dua. Jakarta : EGC. Hal 186-190

Ning Harmanto dan M. Ahkam Subroto. 2006. Herbal dan Jamu. PT. Elek Kompitindo. Jakarta . p. 1-10

Setiawan, Dalimartha,. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Pustaka Bunda. Jilid 5. hal 106-107

Seminar Nasional, 2010. Penggunaan Sediaan Jamu / Science Jamu umtuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Indonesia. UNJANI. Bandung Syamsuhidayat, Sri Sugati, dan Hutapea, Johnny Ria 1991. Inventaris Tanaman

Obat Indonesia (1). Jakarta : Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal 30-31

Tan H. T dan Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat dan Penggunaannya. PT. Elek Komputindo, Jakarta. p.300-309

Willie Japaries. 2010. Farmakologi Herbal. Edisi Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 105-114.