Pengaruh Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Dalam Jamu "T" Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan.

(1)

iv

Melissa Christina. 2012. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.

Gangguan dorongan seksual yang termasuk disfungsi seksual ditemukan pada lebih dari 15% laki-laki dewasa. Pengobatan yang sering digunakan antara lain testosteron, tetapi pada dosis yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya sehingga masyarakat lebih memilih tanaman obat yang berkhasiat afrodisiak, salah satunya adalah pasak bumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T” terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

Penelitian bersifat eksperimental laboratorium sungguhan menggunakan masing-masing 25 ekor mencit Swiss Webster jantan dan betina. Mencit jantan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok (n=5) dan tiap kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu ekstrak etanol akar pasak bumi (EEAPB) dosis 1, 2, dan 3 (312,5; 625; dan 1250 mg/kgBB), Na-CMC 1% (kontrol), dan testosterone undecanoate 20,8 mg/kgBB (pembanding). Data yang diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting) selama 15 menit pertama dan kedua pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.

Hasil penelitian introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh, kelompok EEAPB dosis 1, 2, dan 3 sangat bermakna meningkatkan introducing (p<0,01) dibandingkan kontrol negatif. Hasil penelitian mounting hari ketiga, kelompok EEAPB dosis 1 bermakna meningkatkan mounting (p<0,05) dan sangat bermakna meningkatkan mounting pada hari ketujuh (p<0,01).

Simpulan adalah ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan. Kata kunci : perilaku seksual, testosteron, pasak bumi.


(2)

v

Melissa Christina. 2012. 1st Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. 2nd Tutor : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.

Sexual desire disorder which is part of sexual dysfunction, found in more than 15% adult male. Commonly they use testosterone for treatment, but overdose has dangerous side effect, so people prefer herb with aphrodisiac effect, such as pasak bumi. The objective of this observation is to analyze the effect of pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) root ethanol extract in traditional herb “T” towards sexual behavior of male Swiss Webster mice.

This observation was a real laboratoric experimental using each 25 male and female Swiss Webster mice. Male mice were divided randomly into 5 groups (n=5) and each group was given different treatment, pasak bumi root ethanol extract (EEAPB) dose 1, 2, and 3 (312,5; 625; and 1250 mg/kgBW), Na-CMC 1% (control), and testosterone undecanoate 20,8 mg/kgBB (comparator). Measured data was introducing and mounting frequency on 3rd, 5th, and 7th day for the first fifteen minutes and another fifteen minutes. Analysis data using one way ANOVA method continued with Tukey HSD with =0.05, according to significant value p<0.05.

Observation result of introducing on the 3rd, 5th, and 7th day, EEAPB groups dose 1, 2, and 3 highly significant increase introducing (p<0.01) compared with control. Observation result of mounting 3rd day, EEAPB dose 1 significant increase mounting (p<0.05) and higly significant on the 7th day (p<0.01).

Conclusion is pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) root ethanol extract in traditional herb “T” does increase sexual behavior of male Swiss Webster mice. Keywords : sexual behavior, testosterone, pasak bumi.


(3)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

1.7 Metodologi Penelitian ... 5

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Genitalia Eksterna ... 6

2.1.1 Scrotum ... 6

2.1.2 Penis ... 6

2.1.3 Vaskularisasi Penis ... 8


(4)

ix

2.2.3 Amigdala ... 13

2.2.4 Hipokampus ... 14

2.3 Reproduksi Seksual pada Laki-laki ... 14

2.3.1 Libido atau Dorongan Seksual ... 14

2.3.2 Tahap-tahap Aksi Seksual ... 15

2.3.3 Hormon Kelamin Laki-laki ... 17

2.4 Ereksi ... 19

2.4.1 Mekanisme Sentral ... 19

2.4.2 Mekanisme Perifer ... 20

2.4.3 Peranan Testosteron dalam Ereksi ... 22

2.5 Fungsi Seksual Binatang Pengerat... 22

2.5.1 Sistem Pengaturan ... 22

2.5.2 Feromon ... 24

2.5.3 Mekanisme Dasar Aktivitas Seksual Binatang Pengerat Jantan... 25

2.6 Disfungsi Seksual ... 25

2.7 Testosterone Undecanoate... 28

2.8 Jamu ... 29

2.9 Afrodisiak ... 30

2.10 Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) ... 31

2.10.1 Taksonomi ... 32

2.10.2 Asal dan Distribusi ... 32

2.10.3 Morfologi ... 32

2.10.4 Akar Pasak Bumi (Eurycomae Radix) ... 33

2.10.5 Manfaat Akar Pasak Bumi ... 33

2.10.6 Kandungan Akar Pasak Bumi ... 34


(5)

x

3.1.2 Alat Penelitian ... 37

3.2 Subjek Penelitian ... 37

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.4 Metode Penelitian ... 38

3.4.1 Desain Penelitian ... 38

3.4.2 Variabel Penelitian ... 38

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 38

3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

3.4.3 Penentuan Besar Sampel ... 40

3.4.4 Prosedur Kerja ... 40

3.4.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 40

3.4.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 41

3.4.4.3 Prosedur Penelitian... 41

3.4.4.4 Metode Analisis ... 42

3.4.5 Aspek Etik Penelitian ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Introducing ... 44

4.1.1.1 Introducing Hari Ketiga ... 44

4.1.1.2 Introducing Hari Kelima ... 46

4.1.1.3 Introducing Hari Ketujuh ... 49

4.1.1.4 Rerata Total Introducing Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh ... 51

4.1.2 Mounting ... 53

4.1.2.1 Mounting Hari Ketiga ... 53

4.1.2.2 Mounting Hari Kelima ... 55


(6)

xi

4.3 Uji Hipotesis ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 64

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 70


(7)

xii

Gambar 2.2 Arteri Penis ... 8

Gambar 2.3 Vena Penis ... 9

Gambar 2.4 Persarafan Penis ... 11

Gambar 2.5 Interaksi Persarafan Somatis dan Otonom ... 11

Gambar 2.6 Sistem Limbik ... 12

Gambar 2.7 Hipotalamus dan Kelenjar Hipofisis ... 13

Gambar 2.8 Amigdala dan Hipokampus ... 14

Gambar 2.9 Tahap Aksi Seksual Laki-laki ... 17

Gambar 2.10 Pengaturan Hormon Reproduksi Laki-laki ... 18

Gambar 2.11 Mekanisme Perifer Ereksi Penis ... 21

Gambar 2.12 Vomeronasal System dan Main Olfactory System pada Binatang Pengerat ... 23

Gambar 2.13 Sistem Kemosensori ... 23

Gambar 2.14 Struktur Molekul Testosterone Undecanoate ... 28

Gambar 2.15 Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka ... 30

Gambar 2.16 Pasak Bumi ... 31

Gambar 2.17 Daun dan Buah Pasak Bumi ... 33

Gambar 2.18 Akar Pasak Bumi dan Kandungannya ... 34

Gambar 2.19 Struktur Kimia Sterol, Kolesterol, dan Stigmasterol... 35

Gambar 2.20 Sintesis Testosteron ... 35

Gambar 2.21 Bagan Hubungan Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi dengan Libido ... 36


(8)

xiii

Tabel 4.2 Uji Tukey HSD introducing hari ketiga dalam Ln (x+1) ... 45

Tabel 4.3 Rerata introducing hari kelima dalam Ln (x+1) ... 46

Tabel 4.4 Uji Tukey HSD introducing hari kelima dalam Ln (x+1) ... 47

Tabel 4.5 Rerata introducing hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 49

Tabel 4.6 Uji Tukey HSD introducing hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 50

Tabel 4.7 Rerata total introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam nilai sebenarnya dan Ln (x+1) ... 51

Tabel 4.8 Uji Tukey HSD introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam Ln (x+1) ... 52

Tabel 4.9 Rerata mounting hari ketiga dalam Ln (x+1) ... 53

Tabel 4.10 Uji Tukey HSD mounting hari ketiga dalam Ln (x+1) ... 54

Tabel 4.11 Rerata mounting hari kelima dalam Ln (x+1) ... 55

Tabel 4.12 Rerata mounting hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 56

Tabel 4.13 Uji Tukey HSD mounting hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 57

Tabel 4.14 Rerata total mounting hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam nilai sebenarnya dan Ln (x+1) ... 58

Tabel 4.15 Uji Tukey HSD mounting hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam Ln (x+1) ... 59


(9)

xiv

LAMPIRAN 2 Data Kasar Penelitian ... 72

LAMPIRAN 3 Uji Statistik ... 75

LAMPIRAN 4 Dokumentasi Penelitian ... 92

LAMPIRAN 5 Data Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi dalam Jamu “T” ... 93


(10)

70

1. Dosis Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi

Patokan dosis jamu “T” untuk manusia adalah 1100 mg (2 kapsul @ 550 mg/hari), tetapi dalam pembuatan terutama dalam penimbangan dilakukan penyesuaian menjadi 1201,92 mg dengan perhitungan sebagai berikut:

Faktor konversi untuk mencit = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964) Dosis I mencit adalah 1100 mg x 0,0026 = 2,86 mg mencit 20 gr Dosis II : 5,72 mg/0,5 cc

Dosis III : 11,44 mg/0,5 cc

Dosis III disesuaikan menjadi 12,5 mg/0,5 cc, jadi:

Dosis I : 2,86 mg/0,5 cc disesuaikan menjadi 3,125 mg/0,5 cc Dosis II : 5,72 mg/0,5 cc disesuaikan menjadi 6,25 mg/0,5 cc

Sehingga dosis yang digunakan:

Dosis I : 3,125 mg/0,5 cc = 6,25 mg/cc x 1000/20 = 312,5 mg/kgBB mencit Dosis II : 6,25 mg/0,5 cc = 12,5 mg/cc x 1000/20 = 625 mg/kgBB mencit Dosis III : 12,5 mg/0,5 cc = 25 mg/cc x 1000/20 = 1250 mg/kgBB mencit

Akhirnya patokan dosis yang digunakan untuk manusia adalah: Dosis I : 1201,92 mg

Dosis II : 2403,85 mg Dosis III : 4807,69 mg

Cara pembuatan dimulai dari dosis III

Dosis III : 12,5 mg/0,5 cc = 25 mg/cc = 500 mg/20 cc CMC 1% Dosis II : 5 cc dosis III + 5 cc CMC 1%


(11)

2. Dosis Testosterone Undecanoate

Testosterone Undecanoate tersedia dalam bentuk sediaan soft capsul 40 mg. Dosis manusia yang tersedia adalah 120-160 mg/hari (MIMS, 2009), diambil dosis 160 mg untuk penelitian ini.

Faktor konversi untuk mencit = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964) Mencit 20 gr : 160 mg x 0,0026 = 0,416 mg/0,5 cc


(12)

LAMPIRAN 2

DATA KASAR PENELITIAN

1. Pengamatan hari ke-3

DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 8 4 7 5 15 9 7.5 4.5

2 7 2 2 0 9 2 4.5 1

3 9 2 4 0 13 2 6.5 1

4 5 1 4 4 9 5 4.5 2.5

5 16 5 3 0 19 5 9.5 2.5

Rerata total 6.5 2.3

DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 4 0 0 0 4 0 2 0

2 9 1 1 0 10 1 5 0.5

3 8 2 1 0 9 2 4.5 1

4 31 3 8 0 39 3 19.5 1.5

5 23 3 4 0 27 3 13.5 1.5

Rerata total 8.9 0.9

DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 18 0 4 0 22 0 11 0

2 14 0 5 0 19 0 9.5 0

3 8 1 3 0 11 1 5.5 0.5

4 22 9 5 0 27 9 13.5 4.5

5 9 0 3 0 12 0 6 0

Rerata total 9.1 1

KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 2 0 1 0 3 0 1.5 0

2 1 1 0 1 1 2 0.5 1

3 0 0 1 0 1 0 0.5 0

4 1 0 1 0 2 0 1 0

5 1 0 2 0 3 0 1.5 0

Rerata total 1 0.2

PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 7 0 16 0 23 0 11.5 0

2 14 0 8 0 22 0 11 0

3 4 0 12 0 16 0 8 0

4 13 0 6 0 19 0 9.5 0

5 12 0 8 0 20 0 10 0


(13)

2. Pengamatan hari ke-5

DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 15 3 17 0 32 3 16 1.5

2 5 0 6 0 11 0 5.5 0

3 10 1 3 0 13 1 6.5 0.5

4 11 1 14 0 25 1 12.5 0.5

5 0 0 6 0 6 0 3 0

Rerata total 8.7 0.5

DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 20 0 0 0 20 0 10 0

2 11 0 6 0 17 0 8.5 0

3 8 0 19 4 27 4 13.5 2

4 9 0 6 0 15 0 7.5 0

5 22 4 9 3 31 7 15.5 3.5

Rerata total 11 1.1

DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 8 0 7 0 15 0 7.5 0

2 4 0 12 0 16 0 8 0

3 5 0 7 0 12 0 6 0

4 19 2 13 2 32 4 16 2

5 6 0 6 0 12 0 6 0

Rerata total 8.7 0.4

KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 2 0 1 0 3 0 1.5 0

2 1 0 1 0 2 0 1 0

3 1 0 0 0 1 0 0.5 0

4 1 0 1 0 2 0 1 0

5 0 0 1 0 1 0 0.5 0

Rerata total 0.9 0

PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 14 0 9 0 23 0 11.5 0

2 13 0 16 0 29 0 14.5 0

3 12 0 16 0 28 0 14 0

4 15 0 15 0 30 0 15 0

5 17 0 14 0 31 0 15.5 0


(14)

3. Pengamatan hari ke-7

DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 25 7 24 3 49 10 24.5 5

2 2 2 3 1 5 3 2.5 1.5

3 11 22 7 0 18 22 9 11

4 8 1 2 0 10 1 5 0.5

5 18 5 2 3 20 8 10 4

Rerata total 10.2 4.4

DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 16 0 18 0 34 0 17 0

2 11 0 10 0 21 0 10.5 0

3 8 2 2 1 10 3 5 1.5

4 4 0 8 0 12 0 6 0

5 0 0 4 0 4 0 2 0

Rerata total 8.1 0.3

DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 13 0 11 0 24 0 12 0

2 20 5 7 2 27 7 13.5 3.5

3 11 1 7 0 18 1 9 0.5

4 5 0 4 0 9 0 4.5 0

5 6 0 7 0 13 0 6.5 0

Rerata total 9.1 0.8

KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 2 0 0 0 2 0 1 0

2 1 0 1 0 2 0 1 0

3 1 0 1 0 2 0 1 0

4 2 0 0 0 2 0 1 0

5 2 0 1 0 3 0 1.5 0

Rerata total 1.1 0

PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting

1 13 0 16 0 29 0 14.5 0

2 9 0 13 0 22 0 11 0

3 17 0 15 0 32 0 16 0

4 16 0 6 0 22 0 11 0

5 9 0 8 0 17 0 8.5 0


(15)

LAMPIRAN 3

UJI STATISTIK

1. Introducing

a. Introducing hari ke-3

Descriptives

Ln_introducing_3

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 1.98 .28 .13 1.63 2.33 1.70 2.35

EEAPB_2 5 2.06 .78 .35 1.09 3.02 1.10 3.02

EEAPB_3 5 2.27 .35 .15 1.84 2.70 1.87 2.67

kontrol 5 .67 .26 .11 .35 .98 .41 .92

pembanding 5 2.39 .13 .06 2.23 2.55 2.20 2.53

Total 25 1.87 .74 .15 1.57 2.18 .41 3.02

Test of Homogeneity of Variances Ln_introducing_3

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.560 4 20 .002

ANOVA Ln_introducing_3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9.614 4 2.404 13.558 .000 Within Groups 3.546 20 .177


(16)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_introducing_3

Tukey HSD

(I) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 -.07477 .26630 .999 -.8716 .7221

EEAPB_3 -.28246 .26630 .824 -1.0793 .5144

kontrol 1.31584*

.26630 .001 .5190 2.1127

pembanding -.40826 .26630 .554 -1.2051 .3886

EEAPB_2

EEAPB_1 .07477 .26630 .999 -.7221 .8716 EEAPB_3 -.20769 .26630 .933 -1.0046 .5892 kontrol 1.39061* .26630 .000 .5937 2.1875 pembanding -.33349 .26630 .722 -1.1304 .4634

EEAPB_3

EEAPB_1 .28246 .26630 .824 -.5144 1.0793 EEAPB_2 .20769 .26630 .933 -.5892 1.0046 kontrol 1.59830*

.26630 .000 .8014 2.3952 pembanding -.12580 .26630 .989 -.9227 .6711

kontrol

EEAPB_1 -1.31584* .26630 .001 -2.1127 -.5190 EEAPB_2 -1.39061* .26630 .000 -2.1875 -.5937 EEAPB_3 -1.59830* .26630 .000 -2.3952 -.8014 pembanding -1.72409* .26630 .000 -2.5210 -.9272

pembanding

EEAPB_1 .40826 .26630 .554 -.3886 1.2051

EEAPB_2 .33349 .26630 .722 -.4634 1.1304

EEAPB_3 .12580 .26630 .989 -.6711 .9227

kontrol 1.72409*

.26630 .000 .9272 2.5210


(17)

Homogeneous Subsets

Ln_introducing_3 Tukey HSD

EEAPB_1, EEAPB_2,

EEAPB_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 .6673

EEAPB_1 5 1.9832

EEAPB_2 5 2.0579

EEAPB_3 5 2.2656

pembanding 5 2.3914

Sig. 1.000 .554

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b. Introducing hari ke-5

Descriptives Ln_introducing_5

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 2.14 .58 .26 1.42 2.86 1.39 2.83

EEAPB_2 5 2.45 .28 .13 2.11 2.80 2.14 2.80

EEAPB_3 5 2.21 .37 .16 1.76 2.67 1.95 2.83

kontrol 5 .62 .22 .10 .35 .89 .41 .92

pembanding 5 2.71 .11 .05 2.57 2.85 2.53 2.80

Total 25 2.03 .81 .16 1.69 2.36 .41 2.83

Test of Homogeneity of Variances Ln_introducing_5

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(18)

ANOVA Ln_introducing_5

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13.340 4 3.335 27.398 .000 Within Groups 2.435 20 .122

Total 15.775 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_introducing_5

Tukey HSD

(I) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 -.31157 .22066 .627 -.9719 .3487

EEAPB_3 -.07068 .22066 .998 -.7310 .5896

kontrol 1.51908*

.22066 .000 .8588 2.1794

pembanding -.56833 .22066 .113 -1.2286 .0920

EEAPB_2

EEAPB_1 .31157 .22066 .627 -.3487 .9719 EEAPB_3 .24089 .22066 .809 -.4194 .9012 kontrol 1.83065*

.22066 .000 1.1704 2.4909 pembanding -.25676 .22066 .771 -.9171 .4035

EEAPB_3

EEAPB_1 .07068 .22066 .998 -.5896 .7310 EEAPB_2 -.24089 .22066 .809 -.9012 .4194 kontrol 1.58976*

.22066 .000 .9295 2.2501 pembanding -.49765 .22066 .201 -1.1579 .1626

kontrol

EEAPB_1 -1.51908*

.22066 .000 -2.1794 -.8588 EEAPB_2 -1.83065*

.22066 .000 -2.4909 -1.1704 EEAPB_3 -1.58976*

.22066 .000 -2.2501 -.9295 pembanding -2.08741*

.22066 .000 -2.7477 -1.4271

pembanding

EEAPB_1 .56833 .22066 .113 -.0920 1.2286

EEAPB_2 .25676 .22066 .771 -.4035 .9171

EEAPB_3 .49765 .22066 .201 -.1626 1.1579

kontrol 2.08741*

.22066 .000 1.4271 2.7477


(19)

Homogeneous Subsets

Ln_introducing_5 Tukey HSD

EEAPB_1, EEAPB_2,

EEAPB_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 .6227

EEAPB_1 5 2.1418

EEAPB_3 5 2.2125

EEAPB_2 5 2.4534

pembanding 5 2.7101

Sig. 1.000 .113

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

c. Introducing hari ke-7

Descriptives

Ln_introducing_7

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 2.20 .74 .33 1.28 3.12 1.25 3.24

EEAPB_2 5 2.03 .68 .30 1.19 2.88 1.10 2.89

EEAPB_3 5 2.25 .40 .18 1.76 2.75 1.70 2.67

kontrol 5 .74 .10 .04 .61 .86 .69 .92

pembanding 5 2.56 .23 .10 2.27 2.85 2.25 2.83

Total 25 1.96 .79 .16 1.63 2.28 .69 3.24

Test of Homogeneity of Variances Ln_introducing_7

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(20)

ANOVA Ln_introducing_7

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9.997 4 2.499 10.156 .000 Within Groups 4.922 20 .246

Total 14.920 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_introducing_7

Tukey HSD

(I) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 .16294 .31375 .984 -.7759 1.1018

EEAPB_3 -.05553 .31375 1.000 -.9944 .8833

kontrol 1.45896* .31375 .001 .5201 2.3978

pembanding -.36230 .31375 .776 -1.3012 .5766

EEAPB_2

EEAPB_1 -.16294 .31375 .984 -1.1018 .7759 EEAPB_3 -.21847 .31375 .955 -1.1573 .7204 kontrol 1.29602* .31375 .004 .3572 2.2349 pembanding -.52523 .31375 .471 -1.4641 .4136

EEAPB_3

EEAPB_1 .05553 .31375 1.000 -.8833 .9944 EEAPB_2 .21847 .31375 .955 -.7204 1.1573 kontrol 1.51449* .31375 .001 .5756 2.4534 pembanding -.30676 .31375 .862 -1.2456 .6321

kontrol

EEAPB_1 -1.45896* .31375 .001 -2.3978 -.5201 EEAPB_2 -1.29602* .31375 .004 -2.2349 -.3572 EEAPB_3 -1.51449* .31375 .001 -2.4534 -.5756 pembanding -1.82126* .31375 .000 -2.7601 -.8824

pembanding

EEAPB_1 .36230 .31375 .776 -.5766 1.3012

EEAPB_2 .52523 .31375 .471 -.4136 1.4641

EEAPB_3 .30676 .31375 .862 -.6321 1.2456

kontrol 1.82126* .31375 .000 .8824 2.7601


(21)

Homogeneous Subsets

Ln_introducing_7 Tukey HSD

EEAPB_1, EEAPB_2,

EEAPB_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 .7378

EEAPB_2 5 2.0338

EEAPB_1 5 2.1967

EEAPB_3 5 2.2523

pembanding 5 2.5590

Sig. 1.000 .471

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

d. Introducing hari ke-3, 5, dan 7

Descriptives Ln_introducing_total

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 3.18 .46 .21 2.61 3.75 2.60 3.89

EEAPB_2 5 3.36 .15 .07 3.17 3.55 3.18 3.53

EEAPB_3 5 3.30 .26 .12 2.97 3.63 2.97 3.56

kontrol 5 1.37 .20 .09 1.12 1.62 1.10 1.61

pembanding 5 3.62 .04 .02 3.56 3.67 3.56 3.66

Total 25 2.97 .86 .17 2.61 3.32 1.10 3.89

Test of Homogeneity of Variances Ln_introducing_total

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(22)

ANOVA Ln_introducing_total

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 16.431 4 4.108 59.274 .000 Within Groups 1.386 20 .069

Total 17.817 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_introducing_total

Tukey HSD

(I) EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 -.17354 .16649 .833 -.6718 .3247

EEAPB_3 -.11741 .16649 .953 -.6156 .3808

kontrol 1.81426*

.16649 .000 1.3161 2.3125

pembanding -.43374 .16649 .107 -.9320 .0645

EEAPB_2

EEAPB_1 .17354 .16649 .833 -.3247 .6718 EEAPB_3 .05614 .16649 .997 -.4421 .5543 kontrol 1.98781* .16649 .000 1.4896 2.4860 pembanding -.26020 .16649 .536 -.7584 .2380

EEAPB_3

EEAPB_1 .11741 .16649 .953 -.3808 .6156 EEAPB_2 -.05614 .16649 .997 -.5543 .4421 kontrol 1.93167* .16649 .000 1.4335 2.4299 pembanding -.31634 .16649 .349 -.8145 .1819

kontrol

EEAPB_1 -1.81426* .16649 .000 -2.3125 -1.3161 EEAPB_2 -1.98781*

.16649 .000 -2.4860 -1.4896 EEAPB_3 -1.93167* .16649 .000 -2.4299 -1.4335 pembanding -2.24801*

.16649 .000 -2.7462 -1.7498

pembanding

EEAPB_1 .43374 .16649 .107 -.0645 .9320

EEAPB_2 .26020 .16649 .536 -.2380 .7584

EEAPB_3 .31634 .16649 .349 -.1819 .8145

kontrol 2.24801*

.16649 .000 1.7498 2.7462


(23)

Homogeneous Subsets

Ln_introducing_total Tukey HSD

EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 1.3702

EEAPB_1 5 3.1845

EEAPB_3 5 3.3019

EEAPB_2 5 3.3580

pembanding 5 3.6182

Sig. 1.000 .107

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

2. Mounting

a. Mounting hari ke-3

Descriptives

Ln_mounting_3

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 1.12 .43 .19 .58 1.65 .69 1.70

EEAPB_2 5 .59 .39 .17 .10 1.07 .00 .92

EEAPB_3 5 .42 .74 .33 -.49 1.34 .00 1.70

kontrol 5 .14 .31 .14 -.25 .52 .00 .69

pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

Total 25 .45 .57 .11 .22 .69 .00 1.70

Test of Homogeneity of Variances Ln_mounting_3

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(24)

ANOVA Ln_mounting_3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.834 4 .958 4.900 .006 Within Groups 3.912 20 .196

Total 7.745 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_mounting_3

Tukey HSD

(I) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 .53307 .27970 .346 -.3039 1.3700

EEAPB_3 .69727 .27970 .132 -.1397 1.5342

kontrol .98068* .27970 .017 .1437 1.8176

pembanding 1.11931* .27970 .006 .2824 1.9563

EEAPB_2

EEAPB_1 -.53307 .27970 .346 -1.3700 .3039 EEAPB_3 .16420 .27970 .975 -.6728 1.0012 kontrol .44761 .27970 .514 -.3894 1.2846 pembanding .58624 .27970 .260 -.2507 1.4232

EEAPB_3

EEAPB_1 -.69727 .27970 .132 -1.5342 .1397 EEAPB_2 -.16420 .27970 .975 -1.0012 .6728 kontrol .28341 .27970 .846 -.5536 1.1204 pembanding .42204 .27970 .569 -.4149 1.2590

kontrol

EEAPB_1 -.98068* .27970 .017 -1.8176 -.1437 EEAPB_2 -.44761 .27970 .514 -1.2846 .3894 EEAPB_3 -.28341 .27970 .846 -1.1204 .5536 pembanding .13863 .27970 .987 -.6983 .9756

pembanding

EEAPB_1 -1.11931* .27970 .006 -1.9563 -.2824

EEAPB_2 -.58624 .27970 .260 -1.4232 .2507

EEAPB_3 -.42204 .27970 .569 -1.2590 .4149

kontrol -.13863 .27970 .987 -.9756 .6983


(25)

Homogeneous Subsets

Ln_mounting_3 Tukey HSD

EEAPB_1, EEAPB_2,

EEAPB_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

pembanding 5 .0000

kontrol 5 .1386

EEAPB_3 5 .4220 .4220

EEAPB_2 5 .5862 .5862

EEAPB_1 5 1.1193

Sig. .260 .132

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b. Mounting hari ke-5

Descriptives Ln_mounting_5

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 .35 .38 .17 -.12 .81 .00 .92

EEAPB_2 5 .52 .73 .33 -.38 1.42 .00 1.50

EEAPB_3 5 .22 .49 .22 -.39 .83 .00 1.10

kontrol 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

Total 25 .22 .44 .09 .04 .40 .00 1.50

Test of Homogeneity of Variances Ln_mounting_5

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(26)

ANOVA Ln_mounting_5

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.014 4 .254 1.389 .274 Within Groups 3.652 20 .183

Total 4.666 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_mounting_5

Tukey HSD

(I) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 -.17509 .27025 .965 -.9838 .6336

EEAPB_3 .12572 .27025 .990 -.6830 .9344

kontrol .34544 .27025 .707 -.4632 1.1541

pembanding .34544 .27025 .707 -.4632 1.1541

EEAPB_2

EEAPB_1 .17509 .27025 .965 -.6336 .9838 EEAPB_3 .30082 .27025 .798 -.5079 1.1095 kontrol .52054 .27025 .336 -.2881 1.3292 pembanding .52054 .27025 .336 -.2881 1.3292

EEAPB_3

EEAPB_1 -.12572 .27025 .990 -.9344 .6830 EEAPB_2 -.30082 .27025 .798 -1.1095 .5079 kontrol .21972 .27025 .924 -.5890 1.0284 pembanding .21972 .27025 .924 -.5890 1.0284

kontrol

EEAPB_1 -.34544 .27025 .707 -1.1541 .4632 EEAPB_2 -.52054 .27025 .336 -1.3292 .2881 EEAPB_3 -.21972 .27025 .924 -1.0284 .5890 pembanding .00000 .27025 1.000 -.8087 .8087

pembanding

EEAPB_1 -.34544 .27025 .707 -1.1541 .4632

EEAPB_2 -.52054 .27025 .336 -1.3292 .2881

EEAPB_3 -.21972 .27025 .924 -1.0284 .5890


(27)

Homogeneous Subsets

Ln_mounting_5 Tukey HSD

EEAPB_1, EEAPB_2,

EEAPB_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1

kontrol 5 .0000

pembanding 5 .0000

EEAPB_3 5 .2197

EEAPB_1 5 .3454

EEAPB_2 5 .5205

Sig. .336

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

c. Mounting hari ke-7

Descriptives

Ln_mounting_7

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 1.44 .80 .36 .44 2.44 .41 2.48

EEAPB_2 5 .18 .41 .18 -.33 .69 .00 .92

EEAPB_3 5 .38 .65 .29 -.43 1.19 .00 1.50

kontrol 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

Total 25 .40 .71 .14 .11 .70 .00 2.48

Test of Homogeneity of Variances Ln_mounting_7

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(28)

ANOVA Ln_mounting_7

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 7.261 4 1.815 7.323 .001 Within Groups 4.958 20 .248

Total 12.219 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_mounting_7

Tukey HSD

(I) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB_1, EEAPB_2, EEAPB_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 1.25831* .31489 .006 .3160 2.2006

EEAPB_3 1.05966* .31489 .023 .1174 2.0019

kontrol 1.44157* .31489 .002 .4993 2.3838

pembanding 1.44157* .31489 .002 .4993 2.3838

EEAPB_2

EEAPB_1 -1.25831* .31489 .006 -2.2006 -.3160 EEAPB_3 -.19865 .31489 .968 -1.1409 .7436 kontrol .18326 .31489 .976 -.7590 1.1255 pembanding .18326 .31489 .976 -.7590 1.1255

EEAPB_3

EEAPB_1 -1.05966*

.31489 .023 -2.0019 -.1174 EEAPB_2 .19865 .31489 .968 -.7436 1.1409 kontrol .38191 .31489 .744 -.5604 1.3242 pembanding .38191 .31489 .744 -.5604 1.3242

kontrol

EEAPB_1 -1.44157* .31489 .002 -2.3838 -.4993 EEAPB_2 -.18326 .31489 .976 -1.1255 .7590 EEAPB_3 -.38191 .31489 .744 -1.3242 .5604 pembanding .00000 .31489 1.000 -.9423 .9423

pembanding

EEAPB_1 -1.44157* .31489 .002 -2.3838 -.4993

EEAPB_2 -.18326 .31489 .976 -1.1255 .7590

EEAPB_3 -.38191 .31489 .744 -1.3242 .5604

kontrol .00000 .31489 1.000 -.9423 .9423


(29)

Homogeneous Subsets

Ln_mounting_7 Tukey HSD

EEAPB_1, EEAPB_2,

EEAPB_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 .0000

pembanding 5 .0000

EEAPB_2 5 .1833

EEAPB_3 5 .3819

EEAPB_1 5 1.4416

Sig. .744 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

d. Mounting hari ke-3, 5, dan 7

Descriptives

Ln_mounting_total

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1 5 1.97 .59 .26 1.24 2.71 1.25 2.60

EEAPB_2 5 .96 .79 .35 -.01 1.94 .00 1.79

EEAPB_3 5 .84 .90 .40 -.28 1.96 .00 2.01

Kontrol 5 .14 .31 .14 -.25 .52 .00 .69

Pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

Total 25 .78 .91 .18 .41 1.16 .00 2.60

Test of Homogeneity of Variances Ln_mounting_total

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(30)

ANOVA Ln_mounting_total

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12.389 4 3.097 8.243 .000 Within Groups 7.515 20 .376

Total 19.904 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Ln_mounting_total

Tukey HSD

(I) EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3, kontrol, pembanding

(J) EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEAPB_1

EEAPB_2 1.00822 .38768 .108 -.1519 2.1683

EEAPB_3 1.12944 .38768 .059 -.0306 2.2895

Kontrol 1.83324* .38768 .001 .6731 2.9933

Pembanding 1.97187* .38768 .000 .8118 3.1320

EEAPB_2

EEAPB_1 -1.00822 .38768 .108 -2.1683 .1519 EEAPB_3 .12123 .38768 .998 -1.0389 1.2813 Kontrol .82502 .38768 .247 -.3351 1.9851 Pembanding .96365 .38768 .134 -.1964 2.1237

EEAPB_3

EEAPB_1 -1.12944 .38768 .059 -2.2895 .0306 EEAPB_2 -.12123 .38768 .998 -1.2813 1.0389 Kontrol .70380 .38768 .393 -.4563 1.8639 Pembanding .84243 .38768 .230 -.3177 2.0025

Kontrol

EEAPB_1 -1.83324* .38768 .001 -2.9933 -.6731 EEAPB_2 -.82502 .38768 .247 -1.9851 .3351 EEAPB_3 -.70380 .38768 .393 -1.8639 .4563 Pembanding .13863 .38768 .996 -1.0215 1.2987

Pembanding

EEAPB_1 -1.97187* .38768 .000 -3.1320 -.8118

EEAPB_2 -.96365 .38768 .134 -2.1237 .1964

EEAPB_3 -.84243 .38768 .230 -2.0025 .3177

Kontrol -.13863 .38768 .996 -1.2987 1.0215


(31)

Homogeneous Subsets

Ln_mounting_total Tukey HSD

EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

Pembanding 5 .0000

Kontrol 5 .1386

EEAPB_3 5 .8424 .8424

EEAPB_2 5 .9637 .9637

EEAPB_1 5 1.9719

Sig. .134 .059

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.


(32)

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi Kapsul Testosterone undecanoate dalam Jamu “T”

Kandang penyimpanan mencit Kandang pengamatan mencit


(33)

LAMPIRAN 5


(34)

LAMPIRAN 6


(35)

95

NRP : 0910126

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 16 September 1990

Alamat : Jalan Setrasari Kulon V No. 5, Bandung Riwayat Pendidikan :

TK Santa Angela, Bandung, 1995-1997 SD Santa Angela, Bandung, 1997-2003 SMP Santa Angela, Bandung, 2003-2006 SMA Santa Angela, Bandung, 2006-2009

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung 2009 - sekarang


(36)

1

1.1Latar Belakang

Kehidupan seksual sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang dalam

kaitannya untuk memperoleh keturunan. Bila kehidupan seksual terganggu, kualitas hidup juga terganggu, sehingga gangguan fungsi seksual atau disfungsi seksual merupakan salah satu faktor penyebab ketidakharmonisan kehidupan rumah tangga. Banyak ketegangan perkawinan dan perceraian yang bermula dari disfungsi seksual (Wimpie Pangkahila, 2006).

Kehidupan seksual diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual yang didalamnya tercakup fungsi seksual. Disfungsi seksual menunjukkan gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual yang mencakup dorongan seksual, reaksi organ kelamin terhadap rangsangan seksual, sampai pada orgasme dan ejakulasi sebagai puncak reaksi seksual (Wimpie Pangkahila, 2006).

Gangguan dorongan seksual ditemukan pada lebih dari 15% laki-laki dewasa dan 30% perempuan dewasa. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta laki-laki mengalami disfungsi ereksi di seluruh dunia (Kandeel et al., 2001). Di Indonesia belum ada data pasti tentang jumlah laki-laki yang mengalami disfungsi ereksi dan disfungsi seksual lainnya, diduga kurang dari 10% laki-laki menikah di Indonesia mengalami disfungsi ereksi (Info Kedokteran, 2011).

Gangguan dorongan seksual atau gangguan libido didefinisikan sebagai defisiensi atau absennya fantasi seksual dan dorongan untuk melakukan aktivitas seksual yang terjadi baik secara persisten ataupun rekuren dan dapat menyebabkan stress berat atau gangguan hubungan antarpersonal. Gangguan dorongan seksual dapat disebabkan oleh faktor fisik, salah satunya adalah kadar testosteron yang rendah dan faktor psikologikal seperti kecemasan dan depresi (Kandeel et al., 2001; Delvin, 2009).

Laki-laki dengan penurunan libido banyak mencari berbagai pengobatan baik pengobatan secara kimia maupun tradisional. Pengobatan kimia yang sering


(37)

digunakan antara lain testosteron, namun memiliki beberapa efek samping terutama pada dosis suprafisiologis, antara lain penyakit kardiovaskuler, penurunan HDL, Benign Prostatic Hyperplasia, bahkan kanker prostat (Rhoden & Morgentaler, 2004). Adanya efek samping dari pengobatan tersebut, banyak orang mulai beralih ke pengobatan tradisional yaitu dengan menggunakan tanaman yang berkhasiat afrodisiak. Afrodisiak adalah bahan yang berfungsi meningkatkan libido atau gairah bercinta (Eka Siswanto Syamsul, 2011). Beberapa contoh tanaman obat tradisional di Indonesia yang banyak digunakan sebagai afrodisiak adalah pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.), cabe jawa (Piper retrofractum), purwoceng (Pimpinella alpina), ginseng (Panax ginseng), dan lain-lain (Mono Rahardjo, 2010).

Kegunaan pasak bumi dalam pengobatan di masyarakat meliputi semua bagian tanaman, antara lain akarnya biasa digunakan sebagai afrodisiak dengan cara direbus. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yosefa Mariskavanthy Balanda (2009) menggunakan akar pasak bumi langsung dari Kalimantan Timur yang dibuat ekstrak etanol didapatkan hasil peningkatan perilaku seksual terutama introducing. Ekstrak etanol akar pasak bumi juga telah banyak diproduksi oleh berbagai pabrik jamu, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan melalui frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting).

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah adalah apakah ekstrak

etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.


(38)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah mengetahui efek salah satu tanaman obat afrodisiak yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi penurunan libido. Tujuan penelitian adalah untuk meneliti pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T” terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan farmakologi tentang tanaman obat tradisional di

Indonesia khususnya ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T” terhadap perilaku seksual.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberi informasi kepada masyarakat bahwa akar pasak bumi dapat

digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi penurunan libido.

1.5Kerangka Pemikiran

Pada keadaan normal, mencit jantan akan membaui mencit betina sebelum berhubungan seksual, melalui organ olfaktorius kedua pada rongga hidung binatang yang disebut vomeronasal organ (VNO) (Payne, 2002; Kostov, 2007). VNO yang merupakan struktur sensasi kimia mempunyai reseptor yang akan merespon sekresi feromon mencit betina, yaitu suatu senyawa kimia yang memiliki implikasi kuat dalam mengontrol perilaku seksual mamalia (Dulac, 2002; Golakoff, 2009). Impuls yang diterima VNO kemudian akan disalurkan ke bulbus olfaktorius yang merupakan target utama reseptor olfaktorius dan terjadilah introducing. Bulbus olfaktorius akan menuju ke amigdala dan sistem limbik, dari amigdala impuls akan diproyeksikan ke medial preoptic area


(39)

(MPOA) yang terletak rostral dari hipotalamus dan berperan penting dalam mengatur perilaku seksual. Informasi olfaktorius yang diproses akan membangkitkan respon neural dari MPOA berupa output motorik, yaitu mounting dan sekresi testosteron oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus (Payne, 2002).

Pengaturan utama fungsi seksual dimulai dengan sekresi GnRH oleh hipotalamus, hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresikan hormon gonadotropin yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH), LH kemudian akan merangsang sekresi testosteron yang disintesis dari prekursor kolesterol oleh sel-sel interstisial Leydig di testis (Dwi Winarni, 2007; Guyton & Hall, 2008).

Akar pasak bumi meningkatkan kadar testosteron dalam serum mencit (Olwin Nainggolan & Jenry Walles Simanjuntak, 2005). Hal ini karena akar pasak bumi mengandung antara lain stigmasterol, suatu steroid alkohol yang dibedakan dari kolesterol hanya dalam ikatan ganda antara karbon 22 dan 23 (Maggy Thenawidjaja, 1993). Stigmasterol selanjutnya akan diubah menjadi pregnenolon, kemudian pregnenolon akan diubah menjadi testosteron. Testosteron akan meningkatkan NOS (Nitric Oxide Synthase) dalam MPOA sehingga terjadi peningkatan kadar NO (Nitric Oxide) yang akan mengakibatkan peningkatan pelepasan dopamin di beberapa area integratif sehingga timbul libido dan output motorik berupa introducing dan mounting (Hull & Dominguez, 2006; Dwi Winarni, 2007).

Hal-hal di atas menyebabkan ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T”

meningkatkan perilaku seksual.

1.6Hipotesis Penelitian

Hipotesis mayor : Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.


(40)

Hipotesis minor :

1. Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan introducing pada mencit Swiss Webster jantan.

2. Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan mounting pada mencit Swiss Webster jantan.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan. Data yang diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting) selama 15 menit pertama dan 15 menit kedua pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan November 2012.


(41)

64

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T”

berpengaruh meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

5.2 Saran

Penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma

longifolia Jack.) dalam jamu “T” perlu dilanjutkan dengan:

1. Menggunakan berbagai dosis dengan beberapa variasi dosis yang lebih rendah.

2. Menggunakan ekstraksi dengan pelarut yang berbeda beserta fraksi-fraksinya dan hewan coba yang lain.

3. Memperpanjang waktu penelitian untuk menentukan efek yang stabil. 4. Penelitian dilakukan pada kondisi yang sesuai dengan habitat hewan coba

agar didapat hasil yang optimal

5. Dilakukan uji toksisitas dan efek samping pada hewan coba untuk mengetahui batas keamaan ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T”.


(42)

65 Gaya Baru: Jakarta. h.471.

Andersson K E. 2001. Pharmacology of penile erection. Pharmacological Reviews, 53(1):417-450.

Ang H H., Sim M K. 1997. Eurycoma longifolia Jack enhances libido in sexually experienced male rats. J Exp Anim Sci, 46:287–90.

Apprich S., Ulberth F. 2004. Gas chromatographic properties of common cholesterol and phytosterol oxidation products. Journal of Chromatography A. (1055): 169-76.

Atherton K., Butler C., Graham K., Sala S D., Dewar M., Hodges J., et al. 2011. The impairment of memory in epilepsy. http://sites.pcmd.ac.uk/time/who.php. 27 Juli 2012.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

http://www.pom.go.id/public/hukum.../KRITCARA%20PENDAFT.OT.pdf. 18 Agustus 2012.

Baht R., Karim A A. 2010. Tongkat Ali (Eurycoma longifolia Jack): A review on its ethnobotany and pharmacological importance. Journal Fitoterapia, (81):669-79.

Boeree C G. 2009. General psychology: The emotional nervous system. http://webspace.ship.edu/cgboer/limbicsystem.html. 27 Juli 2012.

Cak Mus. 2008. Informasi spesies: Pasak Bumi.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=572. 31 Juli 2012.

Chan K L., O'neill M J., Phillipson J D., Warhurst D C. 1986. Plants as sources of antimalarial drugs. Part 31- Eurycoma longifolia, 52:105-07.

Chuu E., Nguyen M L. 2007. Pheromones in mice.

http://academic.reed.edu/biology/professors/srenn/pages/teaching/web_2007 emmylinh/ontogeny.html. 29 Juli 2012.


(43)

Cummings B. 2001. Exam 5 review: chapter 27 penis.

http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/20 20%20Exam%20Reviews/Exam%205/CH27%20Penis.htm. 12 November 2012.

Damianus Listyanta Edhi Sambada. 2011. Antara obat tradisional, kategori jamu, OHT, dan fitofarmaka.

http://edhisambada.wordpress.com/2011/02/22/antara-obat-tradisional-kategori-jamu-oht-dan-fitofarmaka-hayo-pilih-yang-mana/. 18 Agustus 2012. Delvin D. 2009. Lack of sex drive in men (lack of libido).

http://academic.reed.edu/biology/professors/srenn/pages/teaching/web_2007/ emmylinh/ontogeny.html. 30 Juli 2012.

Drake R L., Vogl A W., Mitchell A W M. 2010. Gray’s Anatomy for Students. 2nd ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier. p.484-495.

Dulac C. 2002. Pheromones control gender recognition in mice. http://www.hhmi.org/news/dulac.html. 15 Maret 2012.

Dwi Winarni. 2007. Efek ekstrak akar ginseng jawa dan korea terhadap libido mencit jantan pada prakondisi testosteron rendah. Berk. Penel. Hayati: 12 (153–59).

Effendy N M., Mohamed N., Muhammad N., Mohamad I N., Shuid A N. 2012. Eurycoma longifolia: Medicinal plant in the prevention and treatment of

male osteoporosis due to androgen deficiency.

http://www.hindawi.com/journals/ecam/2012/125761/#B27. 31 Juli 2012. Eka Siswanto Syamsul. 2011. Tumbuhan obat berkhasiat afrodisiaka penambah

vitalitas pria. Yogyakarta: Jogja Mediautama. Ellsworth P I. 2011. Penis anatomy.

http://emedicine.medscape.com/article/1949325-overview#aw2aab6b3. 21 Februari 2012.

Ganong W F. 2003. Review of medical physiology. 21st ed. McGraw-Hill Co. Golakoff I. 2009. Pheromones and Mouse Behavior.

http://www.afrma.org/pheromones.htm. 15 Maret 2012.

Guyton A C., Hall J E. 2008. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan fungsi kelenjar pineal). Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. h.1059.


(44)

Herbrandson C. 2005. Learning the endocrine system chapter 20. http://academic.kellogg.cc.mi.us/herbrandsonc/bio201_mckinley/endocrin e%20system.htm. 27 Juli 2012.

Hoeksema N. 2004. Abnormal psychology third edition: abnormal psychology image gallery. http://highered.mcgraw-hill.com/sites/0072562463/student_ view0/abnormal_psychology_image_gallery.html#. 1 Agustus 2012.

Hull E M., Dominguez J M. 2006. Getting his act together: Roles of glutamate, nitric oxide, and dopamine in the medial preoptic area. http://www.psy.fsu.edu/.../BR_getting_his_act.pdf. 15 Maret 2012.

Info Kedokteran. 2011. Referat kedokteran: disfungsi ereksi, etiologi dan klasifikasi.

http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/referat-kedokteran- disfungsi-ereksi-etiologi-dan-klasifikasi.html. 3 Desember 2012.

Kandeel F R., Koussa V K T., Swerdloff R S. 2001. Physiology, pathophysiology, clinical investigation, and treatment. In: Male sexual function and its disorders. Juni 2001.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.10-12.

Kenyon P. 2005. Hormones & sexual behaviour.

http://flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sexbehav .htm. 6 Januari 2012.

Kostov D L. 2007. Vomeronasal organ in domestic animals (a short survey). Bulgarian Journal of Veterinary Medicine, 10 (1): 53-57.

Maggy Thenawijaya. 1993. Dasar-dasar biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Masyhud. 2010. Empat senyawa penting dalam pasak bumi.

http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/6695. 16 Januari 2012. Medicine Net. 2011. Sexual problems in men.

http://www.medicinenet.com/sexual_sex_problems_in_men/article.htm. 3 Desember 2012.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

www.gizikia.depkes.go.id/download/permenkes-003-tahun2010.pdf. 18 Agustus 2012.


(45)

Merck. 2011. Product monograph: testosterone undecanoate capsules. http://www.merckfrosst.ca/assets/en/pdf/products/ANDRIOL-PM_E.pdf. 31 Juli 2012.

MIMS. 2009. Androgen dan preparat sintetiknya. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. h.213.

Mono Rahardjo. 2010. Tanaman obat afrodisiak. Warta penelitian dan pengembangan tanaman, 16(2):8.

Morad A F. 2012. Eurycoma longifolia Jack.

http://www.flickr.com/photos/adaduitokla/7006669840/. 31 Juli 2012.

Olwin Nainggolan, Jenry Walles Simanjuntak. 2005. Pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) terhadap perilaku seksual mencit putih. Cermin dunia kedokteran. No. 146. h.55-56.

Paget G E., Barnes J M. 1964. Toxicity Test in Evolution of Drug Activities Pharmacometries (Laurence D.R., Bacharach A.L ed) Vol 1 Academic Pitss London & New York. p.161-162.

Palminteri E., 2011. Neuroanatomy. http://www.urethralsurgery.com/urethra.asp. 27 Juli 2012.

Payne J. 2002. Male sexual behavior in rats.

http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statement/rswai/tech/lect12.html. 11 Mei 2012.

Pfaus J G., Scepkowski L A., 2005. The Biologic Basic for Libido. Current Sexual Health Reports, 2:95100.

Rhoden E L., Morgentaler A. 2004. Risks of Testosterone-Replacement Therapy and Recommendations for Monitoring.

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra022251. 15 Maret 2012.

Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Afghani Jayuska, Zulfan Haraha, Zulfa Zakiah. 2009. Pemberian akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) pada induk laktasi untuk meningkatkan bobot badan anak mencit. Makara, Sains,

Vol. 13, No. 2, November 2009: 195-199.

Sherwood L. 2007. Human physiology: From cells to systems. 6th edition. Belmont CA: Thomson Brooks/Cole; 2007. p.745.


(46)

Stief C. 2011. Testosterone and Erection: Practical Management for the Patient with Erectile Dysfunction.

http://www.europeanurology.com/article/S1569-9056%2807%2900205-9/fulltext#section-2-role-of-testosterone-in-erection. 20 Oktober 2012.

Tada H, Yasuda F, Otani K, Doteuchi M, Ishihara Y, Shiro M. 1991. New antiulcer quassinoids from Eurycoma longifolia. Eur J Med Chem; 26:345–9. Tajuddin, Ahmad A., Latif A., Qasmi I A. 2005. Aphrodisiac activity of 50%

ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study. http://www.pubmedcentral.nih.gov./articlerender.fcgi?artid=270058.

6 Januari 2012.

Thackare H., Nicholson H D., Whittington K. 2006. Oxytocin-its role in male reproduction and new potential therapeutic uses. 12 (4). http://humupd.oxfordjournals.org/content/12/4/437.full. 8 Juni 2012.

Thomas Y M. 2010. World journal of gastrointestinal pathophysiology. http://www.wjgnet.com/2150-5330/full/v1/i2/WJGP-1-50-g003.htm. 29 Juli 2012.

Tirindelli R., Dibattista M., Pifferi S., Menini A. 2009. From pheromones to behavior. Physiol Rev, 89: 921-956.

Watts G F., Chew K K., Stuckey B G A. 2007. The erectile-endothelial dysfunction nexus: penile erection: central and peripheral mechanisms. http://www.medscape.org/viewarticle/555273_2. 28 Juli 2012.

Wimpie Pangkahila. 2009. Seputar gangguan fungsi seksual. Dalam Wimpie Pangkahila: Seks yang membahagiakan: menciptakan keharmonisan suami istri. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. h.1-3.

Yosefa Mariskavanthy Balanda. 2009. Pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) terhadap peningkatan perilaku seksual mencit galur swiss-webster jantan. Karya tulis ilmiah fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha. h.51.


(1)

64 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

5.2 Saran

Penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” perlu dilanjutkan dengan:

1. Menggunakan berbagai dosis dengan beberapa variasi dosis yang lebih rendah.

2. Menggunakan ekstraksi dengan pelarut yang berbeda beserta fraksi-fraksinya dan hewan coba yang lain.

3. Memperpanjang waktu penelitian untuk menentukan efek yang stabil. 4. Penelitian dilakukan pada kondisi yang sesuai dengan habitat hewan coba

agar didapat hasil yang optimal

5. Dilakukan uji toksisitas dan efek samping pada hewan coba untuk mengetahui batas keamaan ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T”.


(2)

65 Gaya Baru: Jakarta. h.471.

Andersson K E. 2001. Pharmacology of penile erection. Pharmacological Reviews, 53(1):417-450.

Ang H H., Sim M K. 1997. Eurycoma longifolia Jack enhances libido in sexually experienced male rats. J Exp Anim Sci, 46:287–90.

Apprich S., Ulberth F. 2004. Gas chromatographic properties of common cholesterol and phytosterol oxidation products. Journal of Chromatography A. (1055): 169-76.

Atherton K., Butler C., Graham K., Sala S D., Dewar M., Hodges J., et al. 2011. The impairment of memory in epilepsy. http://sites.pcmd.ac.uk/time/who.php. 27 Juli 2012.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

http://www.pom.go.id/public/hukum.../KRITCARA%20PENDAFT.OT.pdf. 18 Agustus 2012.

Baht R., Karim A A. 2010. Tongkat Ali (Eurycoma longifolia Jack): A review on its ethnobotany and pharmacological importance. Journal Fitoterapia, (81):669-79.

Boeree C G. 2009. General psychology: The emotional nervous system. http://webspace.ship.edu/cgboer/limbicsystem.html. 27 Juli 2012.

Cak Mus. 2008. Informasi spesies: Pasak Bumi.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=572. 31 Juli 2012.

Chan K L., O'neill M J., Phillipson J D., Warhurst D C. 1986. Plants as sources of antimalarial drugs. Part 31- Eurycoma longifolia, 52:105-07.

Chuu E., Nguyen M L. 2007. Pheromones in mice.

http://academic.reed.edu/biology/professors/srenn/pages/teaching/web_2007 emmylinh/ontogeny.html. 29 Juli 2012.


(3)

66

Cummings B. 2001. Exam 5 review: chapter 27 penis.

http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/20 20%20Exam%20Reviews/Exam%205/CH27%20Penis.htm. 12 November 2012.

Damianus Listyanta Edhi Sambada. 2011. Antara obat tradisional, kategori jamu, OHT, dan fitofarmaka.

http://edhisambada.wordpress.com/2011/02/22/antara-obat-tradisional-kategori-jamu-oht-dan-fitofarmaka-hayo-pilih-yang-mana/. 18 Agustus 2012.

Delvin D. 2009. Lack of sex drive in men (lack of libido).

http://academic.reed.edu/biology/professors/srenn/pages/teaching/web_2007/ emmylinh/ontogeny.html. 30 Juli 2012.

Drake R L., Vogl A W., Mitchell A W M. 2010. Gray’s Anatomy for Students. 2nd ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier. p.484-495.

Dulac C. 2002. Pheromones control gender recognition in mice. http://www.hhmi.org/news/dulac.html. 15 Maret 2012.

Dwi Winarni. 2007. Efek ekstrak akar ginseng jawa dan korea terhadap libido mencit jantan pada prakondisi testosteron rendah. Berk. Penel. Hayati: 12 (153–59).

Effendy N M., Mohamed N., Muhammad N., Mohamad I N., Shuid A N. 2012. Eurycoma longifolia: Medicinal plant in the prevention and treatment of male osteoporosis due to androgen deficiency. http://www.hindawi.com/journals/ecam/2012/125761/#B27. 31 Juli 2012. Eka Siswanto Syamsul. 2011. Tumbuhan obat berkhasiat afrodisiaka penambah

vitalitas pria. Yogyakarta: Jogja Mediautama.

Ellsworth P I. 2011. Penis anatomy.

http://emedicine.medscape.com/article/1949325-overview#aw2aab6b3. 21 Februari 2012.

Ganong W F. 2003. Review of medical physiology. 21st ed. McGraw-Hill Co. Golakoff I. 2009. Pheromones and Mouse Behavior.

http://www.afrma.org/pheromones.htm. 15 Maret 2012.

Guyton A C., Hall J E. 2008. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan fungsi kelenjar pineal). Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. h.1059.


(4)

Herbrandson C. 2005. Learning the endocrine system chapter 20. http://academic.kellogg.cc.mi.us/herbrandsonc/bio201_mckinley/endocrin e%20system.htm. 27 Juli 2012.

Hoeksema N. 2004. Abnormal psychology third edition: abnormal psychology image gallery. http://highered.mcgraw-hill.com/sites/0072562463/student_ view0/abnormal_psychology_image_gallery.html#. 1 Agustus 2012.

Hull E M., Dominguez J M. 2006. Getting his act together: Roles of glutamate, nitric oxide, and dopamine in the medial preoptic area. http://www.psy.fsu.edu/.../BR_getting_his_act.pdf. 15 Maret 2012.

Info Kedokteran. 2011. Referat kedokteran: disfungsi ereksi, etiologi dan klasifikasi.

http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/referat-kedokteran- disfungsi-ereksi-etiologi-dan-klasifikasi.html. 3 Desember 2012.

Kandeel F R., Koussa V K T., Swerdloff R S. 2001. Physiology, pathophysiology, clinical investigation, and treatment. In: Male sexual function and its disorders. Juni 2001.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.10-12.

Kenyon P. 2005. Hormones & sexual behaviour.

http://flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sexbehav .htm. 6 Januari 2012.

Kostov D L. 2007. Vomeronasal organ in domestic animals (a short survey). Bulgarian Journal of Veterinary Medicine, 10 (1): 53-57.

Maggy Thenawijaya. 1993. Dasar-dasar biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Masyhud. 2010. Empat senyawa penting dalam pasak bumi.

http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/6695. 16 Januari 2012. Medicine Net. 2011. Sexual problems in men.

http://www.medicinenet.com/sexual_sex_problems_in_men/article.htm. 3 Desember 2012.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

www.gizikia.depkes.go.id/download/permenkes-003-tahun2010.pdf. 18 Agustus 2012.


(5)

68

Merck. 2011. Product monograph: testosterone undecanoate capsules. http://www.merckfrosst.ca/assets/en/pdf/products/ANDRIOL-PM_E.pdf. 31 Juli 2012.

MIMS. 2009. Androgen dan preparat sintetiknya. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. h.213.

Mono Rahardjo. 2010. Tanaman obat afrodisiak. Warta penelitian dan pengembangan tanaman, 16(2):8.

Morad A F. 2012. Eurycoma longifolia Jack.

http://www.flickr.com/photos/adaduitokla/7006669840/. 31 Juli 2012.

Olwin Nainggolan, Jenry Walles Simanjuntak. 2005. Pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) terhadap perilaku seksual mencit putih. Cermin dunia kedokteran. No. 146. h.55-56.

Paget G E., Barnes J M. 1964. Toxicity Test in Evolution of Drug Activities Pharmacometries (Laurence D.R., Bacharach A.L ed) Vol 1 Academic Pitss London & New York. p.161-162.

Palminteri E., 2011. Neuroanatomy. http://www.urethralsurgery.com/urethra.asp. 27 Juli 2012.

Payne J. 2002. Male sexual behavior in rats.

http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statement/rswai/tech/lect12.html. 11 Mei 2012.

Pfaus J G., Scepkowski L A., 2005. The Biologic Basic for Libido. Current Sexual Health Reports, 2:95100.

Rhoden E L., Morgentaler A. 2004. Risks of Testosterone-Replacement Therapy and Recommendations for Monitoring.

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra022251. 15 Maret 2012.

Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Afghani Jayuska, Zulfan Haraha, Zulfa Zakiah. 2009. Pemberian akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) pada induk

laktasi untuk meningkatkan bobot badan anak mencit. Makara, Sains,

Vol. 13, No. 2, November 2009: 195-199.

Sherwood L. 2007. Human physiology: From cells to systems. 6th edition. Belmont CA: Thomson Brooks/Cole; 2007. p.745.


(6)

Stief C. 2011. Testosterone and Erection: Practical Management for the Patient with Erectile Dysfunction.

http://www.europeanurology.com/article/S1569-9056%2807%2900205-9/fulltext#section-2-role-of-testosterone-in-erection. 20 Oktober 2012.

Tada H, Yasuda F, Otani K, Doteuchi M, Ishihara Y, Shiro M. 1991. New antiulcer quassinoids from Eurycoma longifolia. Eur J Med Chem; 26:345–9. Tajuddin, Ahmad A., Latif A., Qasmi I A. 2005. Aphrodisiac activity of 50%

ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study. http://www.pubmedcentral.nih.gov./articlerender.fcgi?artid=270058.

6 Januari 2012.

Thackare H., Nicholson H D., Whittington K. 2006. Oxytocin-its role in male reproduction and new potential therapeutic uses. 12 (4). http://humupd.oxfordjournals.org/content/12/4/437.full. 8 Juni 2012.

Thomas Y M. 2010. World journal of gastrointestinal pathophysiology. http://www.wjgnet.com/2150-5330/full/v1/i2/WJGP-1-50-g003.htm. 29 Juli 2012.

Tirindelli R., Dibattista M., Pifferi S., Menini A. 2009. From pheromones to behavior. Physiol Rev, 89: 921-956.

Watts G F., Chew K K., Stuckey B G A. 2007. The erectile-endothelial dysfunction nexus: penile erection: central and peripheral mechanisms. http://www.medscape.org/viewarticle/555273_2. 28 Juli 2012.

Wimpie Pangkahila. 2009. Seputar gangguan fungsi seksual. Dalam Wimpie Pangkahila: Seks yang membahagiakan: menciptakan keharmonisan suami istri. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. h.1-3.

Yosefa Mariskavanthy Balanda. 2009. Pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) terhadap peningkatan perilaku seksual mencit galur swiss-webster jantan. Karya tulis ilmiah fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha. h.51.