Modal Sosial dan Kemiskinan abstrak

i

Yul i us Sl amet , Ph. D

Modal Sosial
dan
Kemiskinan

ii

Kar ya i ni kuper s embahkan kepada
Al mar humah i buk u Dal i y em Mar t o Di sast r o,
s eor ang i bu pahl awan k el uar ga.
Semoga ber i st i r ahat dal am damai .

iii

KATA PENGANTAR

Tulisan yang disajikan dalam buku kecil ini merupakan ringkasan sebagian
dari disertasi program doktor yang penulis tempuh di Universiti Utara Malaysia,

Malaysia. Judul asli dari disertasi penulis adalah The Relationships Between Social
Institutions, Social Capital and Their Effects on Poverty Reduction. Dengan
mempertimbangkan demi keringkasan dan pusat perhatian tulisan, judul disertasi
yang agak panjang itu penulis sajikan dalam buku ini dengan judul Modal Sosial dan
Kemiskinan. Tulisan asli yang termuat dalam disertasi memuat delapan bab yang
mengikuti standar penulisan tesis. Untuk tujuan penulisan buku ini penulis membuat
perubahan urutan sehingga berubah menjadi Sembilan bab, namun demikian pada
dasarnya isinya adalah sama sekalipun penulis mengurangi berbagai uraian yang
sifatnya teknis statistik dan sajian-sajian tabel untuk sejumlah variabel.
Tulisan ini diawali dengan menyajikan Pendahuluan sebagai Bab I yang
memaparkan latar belakang studi, fokus perhatian, research gap dan metodologi
penelitian yang penulis gunakan. Tujuan dari pemaparan yang disajikan pada bab ini
ialah agar pembaca memaklumi bahwa tulisan ini memiliki batasan minat dan batasan
metodologi, dengan demikian pembaca tidak mengharapkan sesuatu yang berlebih
yang harus ditampilkan oleh penulis.
Pada Bab II penulis memaparkan uraian tentang Modal Sosial. Sejauh yang
penulis ketahui karya-karya tulisan yang berbahasa Indonesia dan ditulis oleh orang
Indonesia mengenai modal sosial masih amat sedikit. Harapan penulis dengan
menyajikan uraian ringkas mengenai modal sosial yang penulis sajikan pada Bab II
ini dapat menambah khasanah keilmuan mengenai modal sosial apalagi sekarang ini

modal sosial telah dianggap sebagai salah satu dari teori sosial.
Bab berikutnya masih berbicara berkaitan dengan modal sosial yaitu
mengenai Pengukuran Modal Sosial. Berbagai literatur, artikel journal dan tulisantulisan lepas baik yang disajikan di dalam seminar maupun artikel on line mengukur

iv

modal social secara kuantitatif. Dalam bab yang penulis sajikan dalam Bab III
menyajikan berbagai cara mengukur modal sosial. Setiap penulis mengembangkan
cara mereka sendiri-sendiri. Dalam kesempatan melakukan penelitian mengenai
modal sosial penulispun mengembangkan cara sendiri, tentu saja dengan
mengadaptasi cara-cara yang pernah dilakukan oleh penulis terdahulu serta
menyesuaikan dengan keadaan di kancah penelitian. Harapan penulis semoga cara
pengukuran yang penulis sajikan dapat memperkaya metodologi pengukuran modal
sosial.
Bilamana kita berbicara mengenai kemiskinan, yang ada dalam benak kita
adalah suatu kehidupan yang rekoso (susah), memelas (perlu dikasihani), lemes
(lemah), makan serba kurang, papan serba sederhana, mencari makan hari ini untuk
satu hari esuknya, melakukan pekerjaan fisik yang berat, kotor, dan bayanganbayangan lain yang serba tidak nyaman. Dengan demikian ukuran kemiskinan
sebenarnya meliputi dua dimensi yaitu dimensi kuantitatif dan dimensi kualitatif.
Dalam Bab IV penulis menyajikan dua dimensi itu yang dibumbu dengan istilah

maupun konsep yang diilmiahkan oleh para penulis. Pada Bab IV pembiraan penulis
sambung dengan membicarakan Akar Kemiskinan, yaitu sebab-sebab mengapa orang
menjadi miskin. Pada pembicaraan dalam bab ini harapan penulis adalah untuk
menimbang

apakah kiranya sebab-sebab yang diketengahkan oleh para ahli itu

relevan dengan keadaan yang kita hadapi, apakah pendapat itu sudah usang, atau
mungkin malah belum ada yang menjawab akar permasalah yang sesungguhnya
seperti banyak orang menyatakan sekarang bahwa kemiskinan itu muncul karena
sebagian besar sumber-sumber kekayaan yang ada hanya dikorup sebagian kecil
orang dan pemerintah tidak becus mengurus kekayaan negara.
Bab

V

masih

berbicara


mengenai

kemiskinan,

namun

dari

segi

pengukurannya. Dalam bab ini disajikan oleh penulis berbagai cara mengukur
kemiskinan. Sudah barang tentu pengukuran yang dipergunakan masih lebih banyak
mengukur situasi yang menyangkut aspek pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan
hal-hal yang bersifat fisik seprti misalnya berapa besar pendapatan orang per hari per

v

kepala, berapa kilogram beras yang dikonsumsi, berapa kalori yang diasup per hari,
dan sebagainya. Sejauh ini tidak ada pengukuran kemiskinan dari dimensi seperti
misalnya apakah dia masih merasa berkekurangan, bagaimana kepuasan dia tentang

kehidupan, bagaimana tingkat kebahagiaan dia, dan seterusnya yang menyangkut rasa
kejiwaan. Tentu saja pengukuran yang demikian itu harus dihindarkan karena itu
bukanlah ukuran obyektif kemiskinan tetapi mengukur kepuasan sosial-psikis.
Dalam kesempatan ini penulis menggunakan ukuran kemiskinan yang penulis
susun atas pertimbangan kelengkapan pengukuran sehingga penulis mengukur
kemiskinan melalui enam dimensi kemiskinan.
Bab VI membicarakan kemiskinan di Indonesia secara ringkas dan
membicarakan berbagai upaya untuk mengatasinya. Tujuan dari penulisan bab ini
ialah untuk melihat pola-pola hubungan antara kemiskinan dan situasi kebijakan
makro negara, apakah ada pola antara ideologi negara dengan kemiskinan dan
bagaimana negara menyikapi kemiskinan. Disamping itu kita memperoleh lesson
learned, yaitu pelajaran apa yang dapat dipetik atas dasar pengalaman masa lampau.
Pembicaraan tentang kemiskinan dilanjutkan dengan Bab VII secara lebih
memfokus, yaitu memotret ciri-ciri demografis dan derajad kemiskinan dari para
responden di lokasi penelitian. Tulisan ini dibumbui mengenai ajaran-ajaran Jawa
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengana dimensi kemiskinan. Dalam bab ini
setiap dimensi kemiskinan diungkapkan sehingga setiap pembaca memperoleh
gambaran secara utuh wajah kemiskinan. Berbagai faktor yang diperkirakan
mempengaruhi derajad kemiskinan juga diungkapkan, dengan demikian dapat
diketahui bahwa kemiskinan bukanlah fakta yang tunggal tetapi berkaaitan dengan

fakta-fakta yang lain. Dengan cara yang demikian maka pola-pola keterkaitan
kemiskinan dengan faktor lain dapat ditemukan.
Bab VIII adalah bab yang paling panjang karena inti dari tulisan ini terletak
pada bab ini. Bab ini memotret modal sosial responden di daerah penelitian dari tiga
dimensi yaitu dimensi bonding, bridging, dan linking. Disamping itu juga
diungkapkan bagaimana ajaran-ajaran Jawa berkaitan dengan hubungan dengan orang

vi

lain seperti orang tua, saudara, dan tetangga. Bingkai ajaran tradisional itu perlu
disajikan karena itu adalah yang melatar belakangi pola pikir dan perilaku yang
berkaitan dengan modal sosial. Pada bagian ini diungkapkan bahwa peranan lembaga
sosial itu amat penting dalam menciptakan modal sosial. Berbagai lembaga sosial
yang menciptakan modal sosial bonding, bridging dan linking dibahas pada bab ini.
Tulisan ini ditutup oleh Bab IX. Bab ini membicarakan dua hal. Pertama
mengenai tinjauan ulang (review) atas tulisan-tulisan yang telah disajikan dalam babbab didepan, dan kedua adalah membicarakan mengenai implikasi dan saran bagi
penelitian lebih lanjut. Pada bagian ulasan tinjauan ulang penulis bermaksud
mengetengahkan secara tidak langsung bahwa banyak lesson learned. Dan pada
bagian implikasi penulis lebih banyak menyoroti state of the art dari teori modal
sosial dan teori kemiskinan.

Perlu kiranya penulis sampaikan dalam kesempatan ini bahwa tulisan ini
dibuat atas dorongan yang kuat dari dua orang yang memegang peranan penting.
Pertama adalah penyelia (promotor) tunggal dari disertasi penulis yaitu Bapak Prof.
Dr. Abdul Rahman Abdul Aziz dan Dr. Azizan Bahari sebagai internal examiner.
Kedua beliau mendorong penulis untuk meeringkas karya disertasi penulis menjadi
sebuah buku yang dapat dibaca orang secara luas. Bahkan beliau Prof. Dr. Abdul
Rahman Abdul Aziz menyediakan dana sebagai dana penelitian dalam ujud ringgit
bila diterbitkan dalam bahasa Melayu, yang sampai sekarang ini belum penulis
sanggupi.
Kepada banyak pihak penulis sampaikan ucapan terima kasih yang
kesemuanya itu telah penulis sebutkan di dalam bagian Preface disertasi penulis dan
demi keringkasan tidak penulis ulang lagi disini. Namun demikian secara khusus
dalam kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada penerbit yang
telah bersedia menerbitkan tulisan menjadi buku yang sedang saudara baca ini.
Tentu saja karya ini masih banyak kekurangan. Tetapi penulis beranggapan
bahwa tugas dari dosen salah satunya tidak lain adalah menulis, apapun ujud
tulisannya itu. Lebih baik menuangkan pikiran dan buah kerja dalam bentuk tulisan

vii


daripada hanya melalui penyampaian lesan. Writing habit perlu dikembangkan, bukan
speaking habit, karena dari writing habit orang tertantang untuk memiliki reading
habit. Atas kekurangan tulisan ini tegur dan sapa dari pembaca, penulis nantikan dan
penulis mengucapkan terima kasih sebelum dan sesudahnya.

Solo, penghujung Oktober 2011
Hormat

Penulis

viii

Daftar Isi

Halaman Persembahan

ii

Kata Pengantar


iii

Daftar Isi

vii

Daftar Tabel

x

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Metode Penelitian

3

Masalah yang Menjadi Perhatian dan Kegunaan Penelitian


5

BAB II MODAL SOSIAL
Pengantar

9

Modal Sosial dalam Pandangan Pierre Bourdieu

11

Modal Sosial dalam Pandangan Coleman

13

Modal Sosial dalam Pandangan Robert Putnam

20


Berbagai Pandangan dari Tokoh-tokoh Lain

25

Jenis-jenis Modal Sosial

30

Pengaruh Modal Sosial

33

BAB III PENGUKURAN MODAL SOSIAL
Pengantar

41

Berbagai Ukuran
Data Trend Statistik Terpilih yang Digunakan di Dalam Bowling Alone

42

Berbagai Pendapat Lain Mengenai Pengukuran Modal Sosial

48

Pengukuran Modal Sosial oleh SCCBS

51

Pengukuran Modal Sosial Yang Digunakan di Dalam Penelitian Penulis

56

ix

BAB IV KEMISKINAN
Pengantar

60

Pengertian dan Pengartian

61

Memahami Kemiskinan

63

Akar Kemiskinan

66

BAB V
Pengantar

72

Tinjauan Umum Tentang Pengukuran Kemiskinan

73

Pengukuran Kemiskinan yang Digunakan di Dalam Penelitian Penulis

77

BAB VI SEKILAS TENTANG KEMISKINAN DI INDONESIA DAN
BERBAGAI UPAYA UNTUK MENGATASINYA
Selayang pandang Angka Kemiskinan di Indonesia

84

Beberapa Langkah yang Diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam
Mengurangi Kemiskinan

85

Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Masyarakat

92

Pengentasan Kemiskinan dan Peran Organisasi Non-Pemerintah (NGO)

96

BAB VII CIRI-CIRI DEMOGRAFIS DAN DERAJAD KEMISKINAN
DIKALANGAN MASYARAKAT MISKIN
Pengantar

99

Tingkat Pendidikan

100

Pelatihan Kejuruan

105

Usia

107

Pekerjaan

108

Jumlah Anak

111

Rumah Tinggal

114

Kepemilikan fasilitas Rumah

117

Pendapatan Bulanan Keluarga

120

x

Asupan Makanan Harian

122

Pakaian

124

Perilaku Sehat

125

BAB VIII DERAJAD MODAL SOSIAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENGENTASAN DARI KEMISKINAN
Pengantar

128

Peran Modal Sosial Bonding terhadap Pengentasan Dari Kemiskinan

129

Peran Modal Sosial Bridging Terhadap Pengentasan Dari Kemiskinan

142

Peran Modal Sosial Linking Terhadap Pengentasan Dari Kemiskinan

162

Pembuktian Hipotesis

178

Peranan Lembaga Sosial Sebagai Wahana Terbentuknya Modal Sosial

179

BAB IX TINJAUAN ULANG DAN IMPLIKASI PENELITIAN
Pengantar

185

Tinjauan Ulang

185

Implikasi

194

DAFTAR PUSTAKA

201

DAFTAR TABEL
Table No. 4.1: Pengertian dan ukuran kemiskinan

75

Tabel No. 6.1: Upaya-upaya pengentasan kemiskinan baik secara
langsung maupun tidak langsung.

95

Tabel No. 7.1: Responden menurut pelatihan kejuruan

106

Tabel No. 7.2: Responden menurut pekerjaan

109

Tabel No. 8.1: Perbedaan Kepercayaan menurut modal sosial bonding

134

Tabel No. 8.2: Tingkat Kepercayaan dalam odal sosial bridging

153

Tabel No.8.3: Tingkat keterlibatan dalam pertemuan organisasi lokal

154

Tabel No. 8.4: Derajat hubungan dengan tetangga atau teman

155

Tabel No. 8.5: Derajat Keterlibatan Responden dalam Organisasi

156

xi

Tabel No. 8.6: Tingkat kepercayaan terhadap orang pada umumnya

164

Tabel No. 8.7: Tingkat kepercayaan terhadap polisi dan penegak hokum

165

Tabel No. 8.8: Tingkat kepercayaan terhadap ras lain

167

Tabel No. 8.9: Tingkat kepercayaan terhadap lembaga agama dan pendidikan

172

Tabel No. 8.10: Derajat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan

173

Tabel No. 8.11: Derajat kehadiran responden dalam pertemuan
organisasi massa atau partai politik dan keagamaan

174

Tabel No. 8.12: Derajat hubungan dengan orang lain yang dianggap pemimpin

175

Tabel No. 8.13: Derajat Keterlibatan Responden dalam Organisasi

176