Analisis prediksi kebangkrutan. Studi kasus di perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata tahun 2011 2015

(1)

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN

Studi Kasus di Perusahaan Jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata tahun 2011-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Maria Sherly Anita NIM: 132114021

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017


(2)

i

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN

Studi Kasus di Perusahaan Jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata tahun 2011-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Maria Sherly Anita NIM: 132114021

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu”. (Amsal 16:3)

“Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatkannya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang”. (Amsal 24:14) “Dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu”. (Mazmur 37:4)

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!”. (Yeremia 17:7)

Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapak, Mama, dan adikku Lukas Budi Husada dan sahabat-sahabatku


(6)

(7)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Studi Kasus di Perusahaan Jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata tahun 2011-2015”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin secara khusus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. M. Trisnawati Rahayu, SE., M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, membantu, dan memberi masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) dan Dosen Penguji yang telah memperhatikan perkembangan akademik mahasiswinya selama belajar di Program Studi Akuntansi serta memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini serta atas masukan-masukannya yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A. selaku Dosen Penguji atas masukan-masukannya yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.


(9)

viii

7. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

8. Segenap staf Sekretariat Fakultas Ekonomi USD atas pelayanan dan bantuannya dalam segala hal yang diperlukan penulis baik selama kuliah maupun dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Segenap staf Perpustakaan USD atas pelayanan dan bantuannya dalam menyelesaikan buku-buku sebagi sumber referensi.

10.Bapak dan Mama, yang selalu mendoakan, memberi perhatian dan motivasi, serta kasih sayang yang begitu luar biasa dikehidupanku.

11.Adikku yang telah memberi semangat.

12.Teman-teman kelas A Akuntansi 2013 yang selalu berbagi tawa, canda, dan memberi semangat.

13.Teman-teman Kelas MPAT G, yang selalu memberi masukan, semangat, dan kebersamaannya selama masa penyelesaian skripsi ini.

14.Lukas Budi Husada yang telah mendengarkan keluhanku, membantuku, memberikan semangat, dan doa selama penyelesaian skripsi ini.

15.Dina dan Anin yang telah memberi semangat, doa, dan dukungan kepada saya selama penyelesaian skripsi ini.

16.Sahabatku JiPolTokMbar yang telah memberi doa dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

17.Teman-teman kelompok KKP yang pernah merasakan hidup bersama dalam satu rumah, segala yang telah kita lakukan bersama tak akan saya lupakan. 18.Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013 yang selalu berbagi

ilmu yang bermanfaat.


(10)

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

LEMBAR KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Laporan Keuangan ... 7

B. Pemakai Laporan Keuangan ... 8

C. Analisis Laporan Keuangan ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan ... 10

E. Kebangkrutan ... 12

F. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 14

G. Manfaat Informasi Kebangkrutan ... 17

H. Z-Score ... 19

I. Jenis Perusahaan dan Bentuk Organisasinya ... 22

J. Kerangka Pemikiran ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

D. Data Penelitian ... 26

E. Teknik Pengambilan Data ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(12)

xi

BAB IV GAMBARAN UMUM SAMPEL PERUSAHAAN ... 33

A. Sampel Penelitian ... 33

B. Deskripsi Sampel Penelitian ... 34

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Data ... 43

B. Analisis Data ... 43

C. Pembahasan ... 102

BAB VI PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Keterbatasan Penelitian ... 126

C. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 28

Tabel 3.2 Daftar Nilai Cut Off pada Model Analisis Altman (Z-Score) ... 32

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 33

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Jasa yang Menjadi Sampel ... 34

Tabel 5.1 X1 Working Capital to Assets (Modal Kerja/Total Aset) ... 45

Tabel 5.2 X2 Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) .... 46

Tabel 5.3 X3 Earning Before Interest and Taxes to Total Assets ... 48

Tabel 5.4 X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities ... 50

Tabel 5.5 Nilai Z”-Score PT. Bayu Buana Tbk ... 52

Tabel 5.6 Nilai Z”-Score PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk ... 54

Tabel 5.7 Nilai Z”-Score PT. Fast Food Indonesia Tbk ... 56

Tabel 5.8 Nilai Z”-Score PT. Grahamas Citrawisata Tbk ... 59

Tabel 5.9 Nilai Z”-Score PT. Hotel Mandarine Regency Tbk ... 61

Tabel 5.10 Nilai Z”-Score PT. Island Concepts Indonesia Tbk ... 64

Tabel 5.11 Nilai Z”-Score PT. Indonesian Paradise Property Tbk ... 67

Tabel 5.12 Nilai Z”-Score PT. Jakarta Setiabudi International Tbk ... 69

Tabel 5.13 Nilai Z”-Score PT. MNC Land Tbk ... 71

Tabel 5.14 Nilai Z”-Score PT. Mas Murni Indonesia Tbk ... 74

Tabel 5.15 Nilai Z”-Score PT. Panorama Sentrawisata Tbk ... 76

Tabel 5.16 Nilai Z”-Score PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk ... 78

Tabel 5.17 Nilai Z”-Score PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk ... 81

Tabel 5.18 Nilai Z”-Score PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk ... 83

Tabel 5.19 Nilai Z”-Score PT. Pudjiadi and Sons Tbk ... 86

Tabel 5.20 Nilai Z”-Score PT. Red Planet Indonesia Tbk ... 88

Tabel 5.21 Nilai Z”-Score PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk ... 91

Tabel 5.22 Nilai Z”-Score PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk ... 93

Tabel 5.23 Prediksi Nilai Z”-Score Perusahaan Tahun 2011 ... 96

Tabel 5.24 Prediksi Nilai Z”-Score Perusahaan Tahun 2012 ... 97

Tabel 5.25 Prediksi Nilai Z”-Score Perusahaan Tahun 2013 ... 98

Tabel 5.26 Prediksi Nilai Z”-Score Perusahaan Tahun 2014 ... 100


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR


(15)

xiv ABSTRAK

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN

Studi Kasus di Perusahaan Jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan

Pariwisata tahun 2011-2015

Maria Sherly Anita NIM : 132114021 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan menggunakan model analisis Altman Z-Score. Manajemen perusahaan, investor, dan kreditor diharapkan dapat mempertimbangkan hasil analisis ini.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan. Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2015), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan metode dari Altman Z”-Score.

Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2011 ada satu perusahaan bangkrut, tujuh perusahaan di daerah kelabu, dan sepuluh perusahaan tidak bangkrut. Prediksi kebangkrutan tahun 2012 ada lima perusahaan di daerah kelabu dan tiga belas perusahaan tidak bangkrut. Prediksi kebangkrutan tahun 2013 ada dua perusahaan bangkrut, empat perusahaan di daerah kelabu, dan dua belas perusahaan tidak bangkrut. Prediksi kebangkrutan tahun 2014 ada tiga perusahaan bangkrut, empat perusahaan di daerah kelabu, dan sebelas perusahaan tidak bangkrut. Prediksi kebangkrutan tahun 2015 ada tiga perusahaan bangkrut, empat perusahaan di daerah kelabu, dan sebelas perusahaan tidak bangkrut.


(16)

xv ABSTRACT

THE ANALYSIS OF BANKRUPTCY PREDICTION

Case Studies in Service Company Sub Sector Restaurant, Hotel, and Tourism in 2011-2015

Maria Sherly Anita NIM : 132114021 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

The purpose of this study was to predict bankruptcy in Service Company Sub Sector Restaurant, Hotel, and Tourism in 2011-2015 using the analysis model of Altman Z”-Score. Company management, investors, and creditors are expected to consider the results of this analysis.

This type of research was a case study. This study used secondary data from financial statements. According to PSAK number 1 (revision 2015), financial statements are a structured presentation of the financial position and financial performance of an entity. The sampling technique was purposive sampling. The data

analysis techniques employed was the method of Altman Z”-Score.

The results shows that in 2011 there was one bankrupt company, seven companies were in gray areas, and ten companies were not bankrupt. In 2012 there were five companies in gray areas and thirteen companies were not bankrupt. In 2013 there were two companies bankrupt, four companies were in gray areas, and twelve companies were not bankrupt. In 2014 there were three companies bankrupt, four companies were in gray areas, and eleven companies were not bankrupt. In 2015 there were three companies bankrupt, four companies were in gray areas, and eleven companies were not bankrupt.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang berkembang di Indonesia. Setiap perusahaan mempunyai target dalam memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan agar menjadi lebih besar. Mengembangkan perusahaan memiliki arti bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara terus-menerus. Beroperasi secara terus-menerus atau sering disebut dengan going concern merupakan keinginan perusahaan setelah keinginan memperoleh laba tercapai. Perusahaan yang tetap ingin mempertahankan keberlangsungan perusahaannya, harus memiliki manajemen perusahaan yang baik. Manajemen perusahaan itu sendiri harus memiliki soft skill dan hard skill yang baik dalam menyusun strategi. Strategi yang disusun oleh manajemen perusahaan selanjutnya diterapkan dalam kinerja perusahaan. Strategi yang telah diterapkan dalam kinerja perusahaan kemudian dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan yaitu apakah strategi yang diterapkan baik untuk keberlangsungan perusahaan. Hasil dari evaluasi strategi jika menunjukkan negatif, maka strategi tersebut dihapus, sebaliknya jika hasil dari evaluasi strategi menunjukkan positif, maka strategi tersebut diterapkan dalam perusahaan secara terus-menerus.


(18)

Ancaman yang paling ditakuti perusahaan adalah kebangkrutan. Bangkrut berarti perusahaan tersebut tidak dapat lagi menjalankan usahanya. Kebangkrutan terjadi karena perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajiban perusahaannya. Agar perusahaan tidak terjadi kebangkrutan, perusahaan harus lebih dini dalam melakukan analisis. Laporan keuangan dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan analisis. Analisis yang dilakukan yaitu analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Dengan melakukan analisis ini, sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan pencegahan yang diperlukan.

Analisis prediksi kebangkrutan digunakan untuk memperingatkan perusahaan atas kondisi perusahaan pada saat itu. Hasil dari analisis kebangkrutan tersebut dibutuhkan oleh manajemen perusahaan untuk menyusun strategi baru agar perusahaan tidak jadi bangkrut. Selain manajemen yang memerlukan hasil analisis prediksi kebangkrutan, kreditur dan investor juga memerlukan hasil tersebut. Kegunaan hasil analisis kebangkrutan bagi kreditur adalah sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan kredit pada perusahaan dan bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Hasil analisis prediksi kebangkrutan tersebut dapat dipergunakan untuk meminimalisir terjadinya kerugian bagi pihak internal maupun pihak eksternal akibat dari kebangkrutan yang dialami perusahaan, serta meramalkan kelanjutan hidup perusahaan yang bersangkutan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini model analisis Altman Z-Score. Model


(19)

analisis Altman Z-Score ini ada tiga yaitu Z-Score untuk perusahaan manufaktur publik, Z’-Score untuk perusahaan nonpublik, dan Z”-Score rumus yang paling fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun perusahaan nonpublik. Model analisis Altman yang digunakan dalam penelitian ini Z”-Score, karena sampel yang digunakan adalah perusahaan jasa. Analisis ini mengacu pada rasio-rasio keuangan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis laporan keuangan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan pada perusahaan dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan (Studi Kasus di Perusahaan Jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata tahun 2011-2015)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana prediksi kebangkrutan untuk perusahaan jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan menggunakan model analisis Altman Z”-Score?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan jasa sub sektor


(20)

restoran, hotel, dan pariwisata tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dengan menggunakan model analisis Altman Z”-Score.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat membantu dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan. Hasil dari analisis prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model analisis Z”-Score, perusahaan dapat memperbaiki kinerja perusahaan agar terhindar dari predikat bangkrut.

2. Bagi pihak eksternal perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kreditur, investor, dan pemerintah yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi di perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan memberikan informasi tambahan bagi pembaca yang memerlukan informasi mengenai analisis prediksi kebangkrutan.


(21)

4. Bagi penulis

Penelitian ini dapat memperluas wawasan bagi penulis dalam menganalisis prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model Z”-Score. Penelitian ini juga menjadi sarana dalam menerapkan teori yang didapat selama masa perkuliahan dengan praktek yang terjadi di perusahaan.

E. Sistematika Penulisan :

Penyusunan dalam penelitian ini terdiri dari 6 bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian untuk mendukung pembahasan dalam masalah penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, data penelitian, cara pengumpulan data, populasi dan sampel, variabel penelitian, dan teknik analisis data.


(22)

Bab IV : Gambaran Umum Sampel Perusahaan

Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi analisis terhadap data yang akan dioleh dengan menggunakan teknik analisis data yang telah ditentukan.

Bab VI : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.


(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Laporan Keuangan

Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2015), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Surya (2012: 29), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

1. Laporan laba rugi (statement of income) dan/atau laporan laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income) selama periode

2. Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in equities) selama periode;

3. Laporan posisi keuangan (statement of financial position) pada akhir periode;

4. Laporan arus kas (statement of cash flows) selama periode;

5. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement), yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan

6. Laporan posisi keuangan awal periode komparatif terawal, yang disajikan apabila entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.


(24)

B. Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Surya (2012: 1-2), pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:

1. Penanam modal membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi mereka. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen; 2. Karyawan dan serikat pekerja tertarik pada informasi mengenai stabilitas

dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja; 3. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo;

4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo;

5. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan;


(25)

6. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya;

7. Masyarakat tertarik dengan informasi mengenai kontribusi perusahaan terhadap masyarakat, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan, dan perlindungan kepada pemasok dan pekerja lokal. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

C. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2015: 131), analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan, baik secara internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan perusahaan dengan mengetahui seberapa efektif operasi perusahaan telah berjalan. Analisis laporan keuangan sangat berguna tidak hanya bagi pihak


(26)

internal perusahaan saja, tetapi juga bagi pihak investor dan pemangku kepentingan lainnya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui informasi yang didapat dari laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan yang ada dan kemudian membuat keputusan yang rasional untuk memperbaiki kinerja perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Analisis laporan keuangan juga berguna bagi pihak investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit.

D. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2015: 133), secara umum, tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahuikekuatan-kekuatan yang menjadi keunggulan perusahaan.


(27)

4. Untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan di masa mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen.

6. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang telah dicapai.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983) dalam Hery (2015: 133) adalah:

1. Screening

Analisis dilakukan dengan melihat secara kritis data-data yang terkandung dalam laporan keuangan untuk kepentingan pemilihan investasi atau kemungkinan merger.

2. Forecasting

Analisis dilakukan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

3. Diagnosis

Analisis dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi di dalam perusahaan, baik dalam manajemen operasi, keuangan, atau pun masalah lainnya.

4. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, kinerja operasional, tingkat efisiensi, dan lain sebagainya.


(28)

5. Understanding

Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang ada dalam laporan keuangan akan menjadi lebih bermakna.

E. Kebangkrutan

Menurut Prihadi (2009: 77), kondisi perusahaan dari waktu ke waktu tidak selalu seperti yang direncanakan dan laporan keuangan merupakan refleksi dari kondisi yang dihadapi perusahaan. Ketidakmampuan bersaing bisa berakibat pada penurunan profitabilitas. Beban utang yang terlalu banyak juga bisa menyebabkan perusahaan mengalami tekanan arus kas. Salah satu analisis yang dikembangkan dari sisi analisis pemberi kredit adalah analisis kebangkrutan. Kebangkrutan (bankruptcy) merupakan kondisi perusahaan yang tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.

Perusahaan yang sehat dapat dikenali dengan ciri-ciri laba yang tinggi, likuiditas yang memadai, utang yang tidak membebani, dan arus kas yang sehat. Kreditor atau investor surat utang sangat peduli dengan tingkat kebangkrutan perusahaan. Melakukan investasi pada surat utang, ada kemungkinan utangnya tidak terbayar. Risiko investor surat utang dapat


(29)

dibagi menjadi dua yaitu tidak terbayarnya bunga dan tidak kembalinya pokok utang.

Investor saham menghadapi risiko lebih tinggi, mengingat mereka mempunyai klaim residual, yaitu lebih akhir dari kreditor. Yang menjadi masalah biasanya adalah pada batas angka berapa, analis bisa mengatakan bahwa perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Adanya sebab tersebut, diciptakan model dengan berbagai macam variasinya. Secara umum, model dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu univariate dan multivariate. Univariate bertumpu pada satu variabel saja. Pada model univariate dalam penelitian Beaver dapat disimpulkan bahwa rasio “cash flow” / total liabilities merupakan indikator paling kuat atas terjadinya kebangkrutan. Dalam model multivariate, rasio yang paling kuat untuk memprediksi kebangkrutan, yaitu likuiditas, solvabilitas (solvency), profitabilitas, dan aktivitas.

Model multivariate yang sudah teruji lewat waktu adalah Z-Score dari Altman. Altman dikenal sebagau pionir dalam teori kebangkrutan dengan Z-Score-nya. Dalam setiap model selalu terdapat kemungkinan salah prediksi dan perbedaan tingkat akurasi. Sulit untuk berharap ada alat prediksi dengan tingkat akurasi sempurna yaitu 100% (Prihadi, 2009: 79). Kesalahan yang timbul dari alat prediksi terdiri dari:


(30)

1. Kesalahan tipe 1

Kesalahan di mana alat prediksi menyatakan tidak bangkrut ternyata aktualnya bangkrut. Kesalahan tipe 1 menimbulkan biaya yang tinggi. Biaya timbul karena dengan diprediksi tidak bangkrut, investor bisa memilihnya sebagai sarana investasi. Setelah dilakukan investasi ternyata perusahaan mengalami kebangkrutan. Maka investor bisa kehilangan sejumlah nilai investasinya (Prihadi, 2009: 79).

2. Kesalahan tipe 2

Biayanya lebih rendah. Biaya rendah karena apabila investor memprediksi sebuah perusahaan bangkrut dan kemudian diikuti dengan tidak melakukan investasi. Ternyata aktualnya perusahaan tersebut tidak bangkrut. Dalam hal ini, investor hanya kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan (Prihadi, 2009: 80).

F. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan perusahaan menurut Jauch dan Glueck dalam (dalam Adnan, 2000: 139) adalah :

1. Faktor Umum a. Sektor Ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam


(31)

hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. b. Sektor Sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.

c. Sektor Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.

d. Sektor Pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.


(32)

2. Faktor Eksternal Perusahaan a. Faktor Pelanggan

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.

b. Faktor Kreditur

Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditur terhadap likuiditas suatu perusahaan.

c. Faktor Pesaing

Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada konsumen, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima. 3. Faktor Internal Perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto (dalam Adnan, 2000: 140) sebagai berikut :

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.


(33)

b. Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen.

c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

G. Manfaat Informasi Kebangkrutan

Menurut Hanafi dan Halim (2009: 259), informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini:

1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank)

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.


(34)

3. Pihak pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen

Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan. Contoh biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasihat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.


(35)

H. Z-Score

Menurut Prihadi (2009: 81), Z-Score merupakan suatu persamaan multi variabel yang digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Altman menggunakan model statistik yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah multiple discriminat analysis (MDA). Pada MDA, sampel dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu perusahaan yang bangkrut dan perusahaan tidak bangkrut.

1. Z-Score asli

Merupakan Z-Score yang pertama. Z-Score asli pertama kali dirumuskan oleh Altman dengan kondisi sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik, perusahaan berlokasi di Amerika, dirumuskan tahun 1968, dan jumlah sampel 66 perusahaan yang terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut.

Rumus Z-Score asli menurut Prihadi (2009: 82) :

Keterangan :

� = Working capital/ Total asset � = Retained earning/ Total asset � = EBIT/ Total asset

� = Market value of equity/ Book value of debt � = Sales/ Total asset


(36)

Cut off dalam Z-Score asli adalah >2,99 Tidak bangkrut 1,81 – 2,99 Daerah kelabu <1,81 Bangkrut

2. Z’-Score

Karena keterbatasan penggunaan Z-Score yang hanya dapat digunakan untuk perusahaan publik dan manufaktur, kemudian Altman mengembangkan dua varian dari Z-Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score. Z’-Score ditujukan untuk perusahaan nonpublik (private) dengan cara merumuskan kembali rasio yang digunakan, yaitu menghilangkan market value of equity dan menggantinya dengan book value of equity.

Rumus Z’-Score menurut Prihadi (2009: 83) :

Keterangan :

� = Working capital/ Total asset � = Retained earning/ Total asset � = EBIT/ Total asset

� = Book value of equity/ Book value of debt � = Sales/ Total asset


(37)

Cut off dalam Z’-Score adalah >2,90 Tidak bangkrut 1,23 – 2,90 Daerah kelabu <1,23 Bangkrut

3. Z”-Score

Pada model terakhir ini rasio sales to total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran perusahaan terkait dengan aset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang (emerging market), yaitu Mexico. Z”-Score merupakan rumus yang paling fleksibel, karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private. Penjualan terhadap total aset dihilangkan karena penjualan untuk perusahaan publik dibandingkan dengan penjualan perusahaan private sudah tentu berbeda hasilnya. Perusahaan publik dengan penjualan yang besar, sedangkan perusahaan private dengan penjualan yang kecil.

Rumus Z”-Score menurut Prihadi (2009: 84) :

Z = , � + 3,26� + , � + , �


(38)

Keterangan :

� = Working capital/ Total asset � = Retained earning/ Total asset � = EBIT/ Total asset

� = Market value of equity/ Book value of debt

Cut off dalam Z”-Score adalah >2,60 Tidak bangkrut 1,1 – 2,60 Daerah kelabu <1,1 Bangkrut

I. Jenis Perusahaan dan Bentuk Organisasinya

Menurut Hery (2013: 1), perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan, dengan cara menjual produk (barang dan atau jasa) kepada para pelanggannya. Tujuan operasional dari sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit. Menurut Hery (2013: 1), ditinjau dari jenis usahanya (produk yang dijual), perusahaan dibedakan menjadi :

1. Perusahaan Manufaktur (Manufacturing Business)

Perusahaan jenis ini terlebih dahulu mengubah (merakit) input atau bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi (finished goods/final goods), baru kemudian di jual kepada para pelanggan (distributor). Contoh perusahaan manufaktur, diantaranya adalah :


(39)

perusahaan perakit mobil, komputer, perusahaan pembuat (pabrik) obat, tas, sepatu, pabrik penghasil keramik, dan sebagainya.

2. Perusahaan Dagang (Merchandising Business)

Perusahaan jenis ini menjual produk (barang jadi), akan tetapi perusahaan tidak membuat/menghasilkan sendiri produk yang akan dijualnya melainkan memperolehnya dari perusahaan lain. Contoh perusahaan dagang, diantaranya adalah : Indomaret, Alfa-Mart, Carrefour, Gramedia, dan sebagainya.

3. Perusahaan Jasa (Service Business)

Perusahaan jenis ini tidak menjual barang tetapi menjual jasa kepada pelanggan. Contoh perusahaan jasa, diantaranya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi (jasa angkut), pelayanan kesehatan (rumah sakit), jasa konsultan, telekomunikasi, dan sebagainya.

J. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan sampel yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Jenis-jenis perusahaan ada perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Peneliti memilih perusahaan jasa. Sampel yang dipilih yaitu perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata. Laporan yang digunakan yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan tersebut, kemudian dianalisis dengan Model Analisis Z”-Score untuk mengetahui potensi terjadinya kebangkrutan. Analisis yang dilakukan


(40)

yaitu menghitung X1 (Working Capital to Total Assets), X2 (Retained Earning to Total Assets), X3 (Earning Before Interest and Taxes to Total Assets), dan X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Hasil akhir dari analisis tersebut akan terlihat apakah perusahaan tersebut mengalami kondisi bangkrut, daerah kelabu, atau tidak bangkrut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Perusahaan Jasa Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata

Laporan Keuangan Periode 2011-2015

Metode Altman (Z”-Score)

X1

Analisis Kebangkrutan

Bangkrut Daerah kelabu Tidak Bangkrut

X2

X3


(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian studi kasus, yaitu dengan meneliti subyek tertentu yang jumlahnya terbatas pada sub sektor. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari perusahaan-perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan April 2017 sampai dengan bulan Mei 2017.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.


(42)

2. Objek penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan yang digunakan pada penelitian ini diambil dari laporan keuangan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

D. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa laporan keuangan perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Maksud dari penelitian data sekunder adalah mengambil data melalui akses internet. Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet (Sugiyono, 2005: 62). Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:

1. Gambaran umum perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Laporan keuangan perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(43)

E. Teknik Pengambilan Data

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili) (Sugiyono, 2008: 116). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2013: 98). Kriteria sampel untuk penelitian ini adalah:

1. Perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 2. Perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang


(44)

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan Simbol

1 PT. Bayu Buana Tbk BAYU

2 PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA

3 PT. Fast Food. Indonesia Tbk FAST

4 PT. Grahamas Citrawisata Tbk GMCW

5 PT. Hotel Mandarine Regency Tbk HOME

6 PT. Island Concepts Indonesia Tbk ICON

7 PT. Indonesian Paradise Property Tbk INPP 8 PT. Jakarta Setiabudi International Tbk JSPT

9 PT. MNC Land Tbk KPIG

10 PT. Mas Murni Indonesia Tbk MAMI

11 PT. Panorama Sentrawisata Tbk PANR

12 PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk PDES

13 PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk PGLI

14 PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk PJAA

15 PT. Pudjiadi and Sons Tbk PNSE

16 PT. Red Planet Indonesia Tbk PSKT

17 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk PTSP 18 PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk SHID Sumber : www.idx.co.id

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi, dengan mengumpulkan, mempelajari dan menganalisis data sekunder. Data sekunder tersebut diperoleh dari website www.idx.co.id


(45)

berupa laporan keuangan, catatan-catatan, dan informasi yang terkait dengan penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari laporan keuangan bagian neraca, laporan keuangan bagian laporan perubahan modal, dan laporan keuangan bagian laporan laba rugi perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

2. Menghitung rasio-rasio keuangan dalam model Z-Score untuk menilai kondisi dari masing-masing perusahaan. Rasio-rasio keuangan dalam model Z-Score terdiri dari:

a. X1 = Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aset) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari total keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Irfan dan Yuniati, 2014). Modal kerja bersih diperoleh dari perhitungan aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Komponen ini termasuk dalam rasio likuiditas (Endarwatik, 2016). Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk


(46)

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2007: 301) dalam (Endarwatik, 2016).

b. X2 = Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan (Widiyawati dkk., 2015). Merupakan rasio profitabilitas yang menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama masa operasi perusahaan (Arini dan Triyonowati, 2013). Laba yang ditahan adalah bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidak semuanya dibagikan kepada para pemilik (pemegang saham) sebagai dividen tetapi sebagian akan diahan dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk berbagai keperluan (Jumingan, 2014: 39).

c. X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset)

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum melakukan


(47)

pembayaran bunga dan pajak. Semakin kecilnya nilai dari rasio EBIT/TA mencerminkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dari aktiva yang digunakan semakin kecil sehingga probabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress yaitu semakin tinggi (Irfan dan Yuniati, 2014).

d. X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar Ekuitas/Nilai Total Utang)

Rasio ini mengukur kemampuan permodalan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutangnya (Endarwatik, 2016). Rasio ini termasuk dalam rasio solvabilitas. Market Value of Equity diperoleh dari harga saham dikali dengan jumlah lembar saham beredar. Book Value of Total Liabilities diperoleh dari liabilitas jangka pendek ditambah liabilitas jangka panjang.

P


(48)

3. Menghitung nilai Z”-Score untuk masing-masing perusahaan

Setelah menghitung masing-masing rasio pada setiap perusahaan, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai Z-Score untuk masing-masing perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan publik yang bergerak dibidang jasa. Maka rumus Z-Score yang digunakan adalah rumus Z”-Score. Rumus Z”-Score sebagai berikut :

4. Menganalisis nilai Z”-Score

Setelah menghitung nilai Z”-Score, langkah selanjutnya adalah menentukan kategori dari nilai yang telah diperoleh. Nilai batas dalam model Z”-Score adalah :

Tabel 3.2 Daftar Nilai Cut Off Pada Model Analisis Altman (Z” -Score)

Nilai Cut Off Prediksi Z > 2,60 Tidak bangkrut 1,1 < Z < 2,60 Daerah kelabu

Z < 1,1 Bangkrut


(49)

33 BAB IV

GAMBARAN UMUM SAMPEL PERUSAHAAN

A. Sampel Penelitian

Perusahaan yang diteliti meliputi perusahaan yang bergerak dibidang jasa pada sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata periode 2011 sampai dengan periode 2015. Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2013: 98).

Kriteria penentuan sampel untuk penelitian ini yaitu :

1. Perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 2. Perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang

mempublikasikan laporan keuangannya selama lima tahun berturut-turut. Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah Sampel

Perusahaan Sub Sektor Restoran, Hotel, dan Pariwisata

21 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan

keuangannya selama lima tahun berturut-turut

(2) Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data (1)


(50)

B. Deskripsi Sampel Penelitian

Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam kriteria yang telah dijelaskan diatas adalah:

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Jasa yang Menjadi Sampel 1. PT. Bayu Buana Tbk

2. PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk Kode Saham BAYU

Berdiri 17 Oktober 1972 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta Notaris Didi Sudjadi, SH, No. 22 tanggal 17 Oktober 1972.

Kantor Pusat Jl. Ir. H. Juanda III No. 2A Jakarta 10210 No. Telepon +62 21 2350 9999

Faks +62 21 345 9535

Situs www.bayubuanatravel.com Email office@bayubuanatravel.com

Kode Saham BUVA

Berdiri 15 Desember 2000 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta Pendirian No. 53 tertanggal 15 Desember 2000 yang dibuat oleh dan dihadapan Sugito Tedjamulja, S.H., notaris di Jakarta.

Kantor Pusat Jl. Belimbing Sari, Br. Tambyak Desa Pecatu, Kec. KutaSelatan Kab. Badung, Bali

No. Telepon +62 361 8482166

Faks +62 361 8482188

Situs www.buvagroup.com


(51)

3. PT. Fast Food Indonesia Tbk

4. PT. Grahamas Citrawisata Tbk. Kode Saham FAST

Berdiri 19 Juni 1978 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta No. 20 tanggal 19 Juni 1978 yang dibuat di hadapan Sri Rahayu, S.H.

Kantor Pusat Jl. Let. Jend. M. T. Haryono Kav. 7 Jakarta 12810, Indonesia

No. Telepon +62 21 8301133

Faks +61 21 8309384

Situs www.kfcku.com

Email jd.juwono@kfcindonesia.com

Kode Saham GMCW

Berdiri 14 September 1989 Dasar Hukum

Pendirian

PT. Grahamas Citrawisata Tbk didirikan di Jakarta dengan akta Notaris Saidur Sjahar, SH No. 74 tanggal 14 September 1989.

Kantor Pusat Gedung Medco II, lantai 4 Jl. Ampera Raya No. 20 Jakarta 12560

No. Telepon 7822057

Faks 7804836

Situs www.thehillshotel.com Email hotel@thehillshotel.com


(52)

5. PT. Hotel Mandarine Regency Tbk.

6. PT. Island Concepts Indonesia Tbk. Kode Saham HOME

Berdiri 28 Oktober 1986 Dasar Hukum

Pendirian

Perseroan didirikan dengan nama PT. Batam Jaya Hotel, berdasarkan Akta No. 109 tanggal 28 Oktober 1986 dibuat dihadapan Syawal Sutan Diatas,. S.H,. Notaris di Pekanbaru.

Kantor Pusat Jl. Imam Bonjol No. 1 Nagoya Batam Island 29432 No. Telepon +62 778 426 888

Faks +62 778 458 057

Situs www.goodwayhotel.com Email info@goodwayhotelbatam.com

Kode Saham ICON Berdiri 11 Juli 2001 Dasar Hukum

Pendirian

Akta Pendirian No. 3 tanggal 11 Juli 2001 dibuat oleh Evi Susanti Panjaitan, SH., Notaris di Tabanan, Bali.

Kantor Pusat Jl. Raya Petitenget No. 469 Kerobokan, Seminyak, Bali 80361

No. Telepon +62 361 4736 656

Faks +62 361 4736 658

Situs www.islandconcepts.com Email corpsec@islandconcepts.com


(53)

7. PT. Indonesian Paradise Property Tbk

8. PT. Jakarta Setiabudi International Tbk Kode Saham INPP

Berdiri 14 Juni 1996 Dasar Hukum

Pendirian

PT. Indonesian Paradise Property Tbk berdiri pada tanggal 14 Juni 1996 dengan nama PT. Penta Karsa Lubrindo. Perseroan didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 96 tanggal 14 Juni 1996 yang kemudian diubah dengan Akta No. 42 tanggal 8 Januari 1997. Kedua akta tersebut dibuat di hadapan Buntario Tigris Darmawa NG, SH, CN,. Notaris dari Jakarta.

Kantor Pusat Centennial Tower Lantai 30 Jl. Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930

No. Telepon +62 21 2988 0466

Faks +62 21 2988 0460

Situs www.theparadise-group.com Email info@theparadise-group.com

Kode Saham JSPT Berdiri 2 Juli 1975 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta pendirian No. 4 tanggal 2 Juli 1075 dari notaris Imas Fatimah, S.H., sebagaimana diubabh dengan Akta Perubahan No. 15 tanggal 11 September 1975, dari notaris yang sama.

Kantor Pusat Setiabudi 2 Building, Lantai 3A Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 62 Jakarta, 12920

No. Telepon +62 21 5220568

Faks +62 21 5255803

Situs www.jsi.co.id Email corp_sec@jsi.co.id


(54)

9. PT. MNC Land Tbk

10.PT. Mas Murni Indonesia Tbk Kode Saham KPIG

Berdiri 11 Juni 1990 Dasar Hukum

Pendirian

Akta No. 65 tanggal 11 Juni 1990, dibuat dihadapan Achmad Bajumi SH., pengganti dari Imas Fatimah, SH., Notaris di Jakarta.

Kantor Pusat MNC Tower lantai 17 Jl. Kebon Sirih No. 17-19, Jakarta Pusat 10340

No. Telepon +62 21 392 9828

Faks +62 21 392 1227

Situs www.mncland.com

Email corporate.secretary@mncland.com

Kode Saham MAMI Berdiri 27 Juli 1970 Dasar Hukum

Pendirian

Akta No. 22 tanggal 27 Juli 1970 dibuat dihadapan Nyoo Sioe Liep, SH Notaris di Surabaya.

Kantor Pusat Jl. Yos Sudarso no. 11, Surabaya 60271 No. Telepon +62 31 532 1001

Faks +62 31 531 2306

Situs www.masmurniindonesia.com Email mamijakarta@yahoo.com


(55)

11.PT. Panorama Sentrawisata Tbk

12.PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk Kode Saham PANR

Berdiri 22 Juli 1995 Dasar Hukum

Pendirian

Akta Perseroan Terbatas No. 71 tanggal 22 Juli 1995 yang kemudian diubah dengan Akta No. 29 tanggal 10 Oktober 1995, keduanya dibuat dihadapan Sugiri Kadarisman, SH, Notaris di Jakarta.

Kantor Pusat Gedung Panorama Lantai 5 Jl. Tomang Raya No. 63 Kel. Tomang, Kec. Grogol Petamburan Jakarta Barat 11440 No. Telepon +61 21 2556 5000

Faks +61 21 2556 5055

Situs www.panorama-sentrawisata.com Email corsec.panr@panorama-group.com

Kode Saham PDES

Berdiri 30 Oktober 1999 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta No. 36 tanggal 30 Oktober 1999 dari Lieke Lianadevi Tukgali, S.H., notaris di Jakarta.

Kantor Pusat Jl. Tomang Raya 63, Jakarta Barat 11440 No. Telepon +62 21 569 58 585

Faks +62 21 569 58 586

Situs www.panorama-destination.com


(56)

13.PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk

14.PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk Kode Saham PGLI

Berdiri 3 Maret 1994 Dasar Hukum

Pendirian

Akta Nomor 2 tanggal 3 Maret 1994, yang dibuat dihadapan Mutiara Sahat Purnama Magelina Marpaung SH., Notaris di Medan.

Kantor Pusat Jl. T. Amir Hamzah Komp. Ruko Mega Ria No. 17 M-N Medan 20124

No. Telepon +61 61 8476469

Faks +61 61 8476468

Situs www.ptpgli.co.id Email ptpgli@gmail.com

Kode Saham PJAA Berdiri 10 Juli 1992 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta No. 33 tanggal 10 Juli 1992 dari Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta.

Kantor Pusat Gedung Ecovention Jl. Lodan Timur No. 7 Kel. Ancol, Kec. Pademangan, Jakarta Utara.

No. Telepon +62 21 645 4567

Faks +62 21 654 2986

Situs www.ancol.com


(57)

15.PT. Pudjiadi and Sons Tbk

16.PT. Red Planet Indonesia Tbk Kode Saham PNSE

Berdiri 17 Desember 1970 Dasar Hukum

Pendirian

Akta Notaris Ridwan Suselo, SH No. 34 tanggal 17 Desember 1970.

Kantor Pusat Hotel Jayakarta Jakarta, Jl. Hayam Wuruk No. 126 Jakarta Barat

No. Telepon +62 21 659 3626

Faks +62 21 639 9573

Situs www.pudjiadiandsons.co.id Email pnse@cbn.net.id

Kode Saham PSKT

Berdiri 10 April 1989 Dasar Hukum

Pendirian

Didirikan dengan nama PT. Mustika Manggilingan pada tanggal 10 April 1989, lalu perusahaan mengubah ntidak bangkrutya menjadi PT.Pusako Tarinka pada tanggal 3 Februaro 1990, dan berubah ntidak bangkrutya menjadi PT. Red Planet Indonesia Tbk pada tanggal 22 Mei 2014.

Kantor Pusat Gedung Sona Topas Jl. Jendral Sudriman Kav. 26, Lt. 15A Jakarta Selatan

No. Telepon +62 21 2949 8800

Faks +62 21 2949 8889

Situs www.redplanetindonesia.com


(58)

17.PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

18.PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk Kode Saham PTSP

Berdiri 13 Desember 1983 Dasar Hukum

Pendirian

PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk semula bernama PT. Putra Sejahtera Pioneerindo Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris Arikanti Natakusumah, S.H., No. 84 tanggal 13 Desember 1983.

Kantor Pusat CFC Center Jl. Palmerah Utara No. 100 Jakarta Barat 11480 No. Telepon +62 21 5366 8999

Faks +62 21 5366 2014

Situs www.cfcindonesia.com Email k_cendra@pioneerindo.com

Kode Saham SHID Berdiri 23 Mei 1969 Dasar Hukum

Pendirian

Berdasarkan Akta Notaris No. 36 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, S.H., yang kemudian diubah dengan akta No. 26 tanggal 14 April 1970 dari notaris yang sama.

Kantor Pusat Sahid Building Lantai 2 Southwing Jalan Jendral Sudirman 86, Jakarta 10220

No. Telepon +62 21 570 3231

Faks +62 21 570 5506

Situs www.pthsji.com


(59)

43 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data rasio keuangan dari model Altman (Z”-Score) dalam penelitian ini, menggunakan data sekunder yang berasal dari situs www.idx.co.id. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari delapan belas perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan periode 2015. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, jumlah lembar saham yang beredar, dan harga saham. Total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, dan jumlah lembar saham beredar diperoleh dari laporan keuangan bagian neraca. Laba ditahan diperoleh dari laporan keuangan bagian laporan perubahan modal. Laba sebelum bunga dan pajak diperoleh dari laporan keuangan bagian laporan laba rugi. Harga saham diperoleh dari Fact Book idx bagian saham penutupan.

B. Analisis Data

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel independent dan variabel dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah empat variabel yang digunakan dalam rumus Altman (Z”-Score), sedangkan


(60)

variabel dependent dalam penelitian ini adalah nilai Z”-Score. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data yaitu:

1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari laporan keuangan bagian neraca, laporan keuangan bagian laporan perubahan modal, dan laporan keuangan bagian laporan laba rugi perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

2. Menghitung rasio-rasio keuangan dalam model Z”-Score untuk menilai kondisi dari masing-masing perusahaan. Rasio-rasio keuangan dalam model Z”-Score terdiri dari:

a. X1 = Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aset) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari total keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Irfan dan Yuniati, 2014). Modal kerja bersih diperoleh dari perhitungan aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Komponen ini termasuk dalam rasio likuiditas (Endarwatik, 2016). Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2007: 301) dalam (Endarwatik, 2016). Tabel 5.1 merupakan hasil perhitungan dari X1 untuk delapan belas perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.


(61)

Tabel 5.1 : X1 Working Capital to Assets (Modal Kerja/Total Aset) Kode

Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015

1 BAYU 0,247 0,241 0,223 0,236 0,237

2 BUVA 0,056 0,063 0,061 0,037 (0,052) 3 FAST 0,217 0,196 0,186 0,204 0,090 4 GMCW 0,101 0,211 0,063 0,290 (0,244) 5 HOME 0,014 0,018 (0,015) (0,026) (0,035) 6 ICON 0,033 0,012 0,068 0,390 0,304 7 INPP 0,046 0,051 0,075 0,066 0,026 8 JSPT 0,128 0,169 0,144 0,239 0,266 9 KPIG 0,076 0,050 0,062 0,104 0,146 10 MAMI 0,002 0,0005 (0,0005) (0,004) (0,002) 11 PANR (0,013) 0,094 0,066 0,013 (0,011) 12 PDES 0,075 0,070 0,113 (0,045) 0,000 13 PGLI 0,089 0,125 0,315 0,104 0,138 14 PJAA 0,088 0,109 0,085 (0,020) 0,030 15 PNSE 0,172 0,172 0,242 0,233 0,088 16 PSKT 0,129 0,179 0,219 (0,168) (0,320) 17 PTSP 0,131 0,128 0,191 0,113 0,0001 18 SHID 0,010 0,054 0,028 0,023 0,017 Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan modal kerja terhadap total aset yang dimiliki oleh masing-pasing perusahaan, perhitungan tersebut menunjukkan hasil yang fluktuatif setiap tahunnya. Perusahaan yang memiliki hasil X1 negatif berarti perusahaan tersebut memiliki kewajiban lancar yang lebih besar dibanding dengan aset lancar, mengakibatkan aset lancar yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi untuk menutup kewajiban. Perusahaan yang memiliki hasil X1 positif berarti memiliki kelebihan aset lancar yang dapat digunakan untuk menutup kewajibannya. Perusahaan yang memiliki hasil X1


(62)

rendah PT. Red Planet Indonesia Tbk pada tahun 2015 yaitu (0,320) atau (32,0%). Perusahaan yang memiliki hasil X1 tinggi PT. Island Concepts Indonesia Tbk pada tahun 2014 yaitu 0,390 atau 39,0%.

b. X2 = Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan (Widiyawati dkk., 2015). Merupakan rasio profitabilitas yang menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama masa operasi perusahaan (Arini dan Triyonowati, 2013). Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Tabel 5.2 merupakan hasil perhitungan dari X2 untuk delapan belas perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Tabel 5.2 : X2 Retained Earning to Total Assets (Laba ditahan/Total Aset)

Kode

Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 1 BAYU (0,254) (0,140) (0,062) 0,018 0,048 2 BUVA 0,115 0,126 0,147 0,147 0,080 3 FAST 0,401 0,438 0,439 0,454 0,390 4 GMCW (1,844) (1,581) (1,627) (0,721) (0,938) 5 HOME (0,051) (0,090) (0,086) (0,084) (0,084) 6 ICON (0,095) (0,091) (0,063) (0,012) (0,013) 7 INPP 0,026 0,019 0,138 0,149 0,073 8 JSPT 0,150 0,176 0,209 0,263 0,294 9 KPIG 0,125 0,130 0,086 0,096 0,105


(63)

Kode

Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 10 MAMI 0,014 0,016 0,019 0,023 0,023 11 PANR 0,081 0,081 0,089 0,090 0,102 12 PDES 0,126 0,171 0,200 0,217 0,206 13 PGLI (0,304) (0,287) (0,140) 0,105 0,106 14 PJAA 0,392 0,329 0,109 0,105 0,388 15 PNSE 0,389 0,256 0,243 0,278 0,251 16 PSKT (0,815) (0,807) (0,753) (0,109) (0,279) 17 PTSP (0,443) (0,121) (0,005) 0,062 0,026 18 SHID 0,005 0,015 0,017 0,023 0,018 Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan laba ditahan terhadap total aset yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan, perhitungan tersebut menunjukkan hasil yang fluktuatif setiap tahunnya. Perusahaan yang memiliki hasil X2 negatif berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ditahan dari total aset menunjukkan hasil yang negatif. Jumlah kerugian yang dialami perusahaan telah melebihi laba ditahan. Perusahaan yang memiliki hasil X2 positif berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ditahan dari total aset menunjukkan hasil yang positif. Diantara hasil perhitungan X2 diatas, perusahaan yang memiliki hasil X2 rendah PT. Grahamas Citrawisata Tbk pada tahun 2011 yaitu sebesar (1,844) atau (184,4%). Perusahaan yang memiliki hasil X2 tinggi PT. Fast Food Indonesia Tbk pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,454 atau 45,4%.


(64)

c. X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset)

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum melakukan pembayaran bunga dan pajak. Semakin kecilnya nilai dari rasio EBIT/TA mencerminkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dari aktiva yang digunakan semakin kecil sehingga profitabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress yaitu semakin tinggi (Irfan dan Yuniati, 2014). Tabel 5.3 merupakan hasil perhitungan dari X3 untuk delapan belas perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Tabel 5.3 : X3 Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset) Kode

Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 1 BAYU 0,062 0,064 0,060 0,083 0,051 2 BUVA 0,066 0,051 0,048 0,019 (0,015) 3 FAST 0,193 0,151 0,100 0,098 0,058 4 GMCW 0,162 0,189 (0,011) (0,076) (0,087) 5 HOME 0,004 (0,036) 0,007 0,002 0,001 6 ICON 0,025 0,001 0,057 0,027 0,021 7 INPP 0,002 0,008 0,022 0,048 0,021 8 JSPT 0,091 0,086 0,084 0,110 0,077 9 KPIG 0,027 0,058 0,046 0,044 0,024 10 MAMI 0,004 0,005 0,005 0,007 0,004 11 PANR 0,049 0,048 0,054 0,048 0,038 12 PDES 0,049 0,056 0,081 0,052 0,024


(65)

Kode

Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015 13 PGLI 0,010 0,008 (0,005) 0,018 0,007 14 PJAA 0,120 0,105 0,342 0,360 0,121 15 PNSE 0,168 0,159 0,137 0,091 0,055 16 PSKT 0,003 0,026 0,044 (0,068) (0,157) 17 PTSP 0,270 0,234 0,137 0,091 0,005 18 SHID 0,010 0,012 0,013 0,011 0,002 Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan X3 diatas, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan menunjukkan hasil yang fluktuatif. Perusahaan yang memiliki hasil X3 negatif berarti perusahaan mengalami kerugian dan total aset yang dimiliki perusahaan tidak dapat menghasilkan laba dari kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki hasil X3 positif berarti perusahaan mampu dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dari total aset yang dimiliki perusahaan. Dalam perhitungan X3 diatas, perusahaan yang memiliki X3 rendah PT. Red Planet Indonesia Tbk tahun 2015 yaitu (0,157) atau (15,7%). Perusahaan yang memiliki X3 tinggi PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk tahun 2014 yaitu 0,360 atau 36,0%.

d. X4 = Market Value of equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar Ekuitas/Nilai Total Utang)

Rasio ini mengukur kemampuan permodalan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutangnya (Endarwatik, 2016). Rasio ini


(66)

termasuk dalam rasio solvabilitas. Market Value of Equity diperoleh dari harga saham dikali dengan jumlah lembar saham beredar. Book Value of Total Liabilities diperoleh dari liabilitas jangka pendek ditambah liabilitas jangka panjang. Tabel 5.4 merupakan hasil perhitungan dari X4 untuk delapan belas perusahaan jasa sub sektor restoran, hotel, dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Tabel 5.4 : X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar Ekuitas/Nilai Total Utang

Kode

Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015

1 BAYU 0,645 0,679 0,609 1,369 1,642

2 BUVA 3,580 3,403 2,927 2,169 1,589

3 FAST 6,381 6,977 4,088 4,321 1,919

4 GMCW 5,805 7,031 7,153 1,195 1,477

5 HOME 2,260 3,140 15,668 10,240 11,287

6 ICON 4,364 4,665 5,082 3,946 2,581

7 INPP 1,337 0,989 0,572 0,578 4,218

8 JSPT 1,293 1,159 1,249 1,372 1,805

9 KPIG 17,663 10,280 5,171 4,290 4,314 10 MAMI 1,402 0,994 0,778 0,692 1,324 11 PANR 0,373 0,323 0,512 0,474 0,405 12 PDES 0,577 1,239 0,719 0,808 0,531 13 PGLI 3,604 6,554 8,630 4,147 4,271 14 PJAA 2,868 1,098 1,508 2,204 2,415 15 PNSE 2,181 3,165 2,635 3,010 2,182 16 PSKT 6,950 7,741 8,258 3,515 3,354 17 PTSP 2,412 6,367 9,359 9,481 12,214 18 SHID 1,385 1,054 0,730 0,696 1,193 Sumber : data diolah


(67)

Berdasarkan hasil perhitungan X4 diatas, nilai pasar ekuitas terhadap nilai total utang menunjukkan hasil yang fluktuatif. Perusahaan yang memiliki hasil X4 negatif berarti perusahaan tersebut telah menggunakan banyak utang daripada modal yang dimiliki perusahaan. perusahaan yang memiliki hasil X4 positif berarti perusahaan mampu membayar utang dari nilai pasar ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Dalam perhitungan diatas, tidak terdapat hasil yang menunjukkan negatif. Perusahaan yang memiliki X4 rendah PT. Panorama Sentrawisata Tbk tahun 2012 yaitu 0,323 atau 32,3%. Perusahaan yang memiliki hasil X4 tinggi PT. MNC Land Tbk tahun 2011 yaitu 17,663 atau 1766,3%.

3. Menghitung nilai Z”-Score untuk masing-masing perusahaan

Setelah menghitung masing-masing rasio pada setiap perusahaan, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai Z”-Score untuk masing-masing perusahaan. Rumus Z”-Score terdiri dari 3 rumus. Rumus Z-Score digunakan untuk perusahaan publik manufaktur. Rumus Z’-Score digunakan untuk perusahaan yang non go public (private). Rumus Z”-Score adalah rumus yang fleksibel untuk menganalisis kebangkrutan pada perusahaan publik maupun private. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan publik yang bergerak dibidang jasa. Maka rumus Z-Score yang digunakan adala rumus Z”-Score. Rumus Z”-Score sebagai berikut :


(68)

Rumus model Altman (Z”-Score) yang digunakan yaitu :

Berikut Tabel 5.5 sampai dengan Tabel 5.22 merupakan hasil perhitungan Z”-Score.

Tabel 5.5 Nilai Z"Score PT. Bayu Buana Tbk

Tahun X1*6,56 X2*3,26 X3*6,72 X4*1,05 Z"-Score

2011 1,623 (0,829) 0,416 0,677 1,887 2012 1,581 (0,456) 0,429 0,713 2,267 2013 1,464 (0,201) 0,404 0,639 2,306 2014 1,547 0,057 0,560 1,438 3,601 2015 1,552 0,158 0,340 1,724 3,774 Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel nilai Z”-Score untuk PT. Bayu Buana Tbk tahun 2011, rasio yang paling tinggi yaitu X1 (Working Capital to Total Assets). Artinya perusahaan tersebut tidak mengalami kesulitan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya yaitu sebesar 1,623. Rasio terendah yaitu X2 (Retained Earning to Total Assets) dengan nilai (0,829). Nilai X2 yang negatif ini menunjukkan kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan, karena peran laba ditahan terhadap total aset perusahaan rendah. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 1,887.


(69)

Tahun 2012, rasio yang paling tinggi yaitu X1 (Working Capital to Total Assets). Artinya perusahaan tersebut tidak mengalami kesulitan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya yaitu sebesar 1,581. Rasio terendah yaitu X2 (Retained Earning to Total Assets) dengan nilai (0,456). Nilai X2 yang negatif ini menunjukkan kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan, karena peran laba ditahan terhadap total aset perusahaan rendah. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 2,267.

Tahun 2013, rasio yang paling tinggi yaitu X1 (Working Capital to Total Assets). Artinya perusahaan tersebut tidak mengalami kesulitan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya yaitu sebesar 1,464. Rasio terendah yaitu X2 (Retained Earning to Total Assets) dengan nilai (0,201). Nilai X2 yang negatif ini menunjukkan kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan, karena peran laba ditahan terhadap total aset perusahaan rendah. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 2,306.

Tahun 2014, rasio yang paling tinggi yaitu X1 (Working Capital to Total Assets). Artinya perusahaan tersebut tidak mengalami kesulitan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya yaitu sebesar 1,547. Rasio terendah yaitu X2 (Retained Earning to Total Assets) dengan nilai 0,057. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 3,601.


(70)

Tahun 2015, rasio yang paling tinggi yaitu X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Artinya perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri yaitu sebesar 1,724. Semakin tinggi X4, maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil. Rasio terendah yaitu X2 (Retained Earning to Total Assets) dengan nilai 0,158. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”-Score sebesar 3,774.

Tabel 5.6 Nilai Z"Score PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk

Tahun X1*6,56 X2*3,26 X3*6,72 X4*1,05 Z"-Score

2011 0,366 0,375 0,443 3,759 4,942 2012 0,411 0,412 0,343 3,573 4,739 2013 0,399 0,479 0,322 3,073 4,274 2014 0,243 0,479 0,128 2,277 3,128 2015 (0,342) 0,261 (0,103) 1,668 1,484 Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel nilai Z”-Score untuk PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk tahun 2011, rasio yang paling tinggi yaitu X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Artinya perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri yaitu sebesar 3,759. Semakin tinggi X4, maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil. Rasio terendah yaitu X1 (Working Capital to Total Assets) dengan


(71)

nilai 0,366. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”-Score sebesar 4,942.

Tahun 2012, rasio yang paling tinggi yaitu X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Artinya perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri yaitu sebesar 3,573. Semakin tinggi X4, maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil. Rasio terendah yaitu X3 (Earning Before Interest and Taxes to Total Assets) dengan nilai 0,343. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 4,739.

Tahun 2013, rasio yang paling tinggi yaitu X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Artinya perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri yaitu sebesar 3,073. Semakin tinggi X4, maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil. Rasio terendah yaitu X3 (Earning Before Interest and Taxes to Total Assets) dengan nilai 0,322. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 4,274.

Tahun 2014, rasio yang paling tinggi yaitu X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Artinya perusahaan tersebut


(72)

memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri yaitu sebesar 2,277. Semakin tinggi X4, maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil. Rasio terendah yaitu X3 (Earning Before Interest and Taxes to Total Assets) dengan nilai 0,128. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 3,128.

Tahun 2015, rasio yang paling tinggi yaitu X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities). Artinya perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dengan modal sendiri yaitu sebesar 1,668. Semakin tinggi X4, maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil. Rasio terendah yaitu X1 (Working Capital to Total Assets) dengan nilai (0,342). Nilai X1 yang negatif ini menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dari perhitungan rasio tersebut, diperoleh hasil Z”Score sebesar 1,484.

Tabel 5.7 Nilai Z"Score PT. Fast Food Indonesia Tbk

Tahun X1*6,56 X2*3,26 X3*6,72 X4*1,05 Z"-Score

2011 1,426 1,309 1,297 6,700 10,731 2012 1,284 1,427 1,015 7,326 11,052 2013 1,220 1,430 0,673 4,293 7,615 2014 1,336 1,479 0,657 4,538 8,009 2015 0,587 1,272 0,388 2,015 4,263 Sumber : data diolah


(1)

LAMPIRAN III (Lanjutan Hal. 140) Hasil Perhitungan Altman Z-Score

Kode

Perusahaan Tahun X1*6,56 X2*3,26 X3*6,72 X4*1,05 Z"-Score Prediksi

8 JSPT

2011 0,83983 0,49034 0,60843 1,35733 3,29593 Tidak Bangkrut 2012 1,11111 0,57373 0,57530 1,21747 3,47761 Tidak Bangkrut 2013 0,94646 0,68163 0,56367 1,31127 3,50303 Tidak Bangkrut 2014 1,56913 0,85634 0,73671 1,44019 4,60237 Tidak Bangkrut 2015 1,74770 0,95792 0,51435 1,89547 5,11544 Tidak Bangkrut

9 KPIG

2011 0,50002 0,40851 0,18050 18,54644 19,63547 Tidak Bangkrut 2012 0,33092 0,42289 0,38761 10,79451 11,93593 Tidak Bangkrut 2013 0,40500 0,27941 0,31221 5,42971 6,42633 Tidak Bangkrut 2014 0,67941 0,31179 0,29817 4,50471 5,79408 Tidak Bangkrut 2015 0,96085 0,34162 0,15819 4,52953 5,99019 Tidak Bangkrut

10 MAMI

2011 0,01109 0,04434 0,02412 1,47255 1,55210 Daerah Kelabu 2012 0,00320 0,05275 0,03179 1,04343 1,13117 Daerah Kelabu 2013 (0,00308) 0,06174 0,03669 0,81710 0,91245 Bangkrut 2014 (0,02460) 0,07371 0,04375 0,72688 0,81974 Bangkrut 2015 (0,01542) 0,07641 0,02890 1,39006 1,47995 Daerah Kelabu

11 PANR

2011 (0,08817) 0,26543 0,32666 0,39168 0,89560 Bangkrut 2012 0,61384 0,26455 0,32021 0,33935 1,53795 Daerah Kelabu 2013 0,43266 0,29135 0,36543 0,53708 1,62652 Daerah Kelabu 2014 0,08647 0,29343 0,32451 0,49774 1,20215 Daerah Kelabu 2015 (0,07472) 0,33307 0,25865 0,42544 0,94244 Bangkrut

12 PDES

2011 0,49130 0,41050 0,32962 0,60579 1,83721 Daerah Kelabu 2012 0,45986 0,55896 0,37330 1,30094 2,69306 Tidak Bangkrut 2013 0,73937 0,65327 0,54499 0,75469 2,69232 Tidak Bangkrut 2014 (0,29513) 0,70670 0,34736 0,84795 1,60688 Daerah Kelabu 2015 0,00148 0,67251 0,16242 0,55727 1,39368 Daerah Kelabu

13 PGLI

2011 0,58415 (0,99208) 0,06713 3,78435 3,44355 Tidak Bangkrut 2012 0,82308 (0,93709) 0,05134 6,88121 6,81854 Tidak Bangkrut 2013 2,06832 (0,45722) (0,03293) 9,06154 10,63971 Tidak Bangkrut 2014 0,68065 0,34377 0,11888 4,35468 5,49798 Tidak Bangkrut 2015 0,90264 0,34491 0,04973 4,48504 5,78232 Tidak Bangkrut

14 PJAA

2011 0,57552 1,27929 0,80707 3,01180 5,67368 Tidak Bangkrut 2012 0,71473 1,07313 0,70889 1,15305 3,64980 Tidak Bangkrut 2013 0,55774 0,35629 2,29548 1,58334 4,79285 Tidak Bangkrut 2014 (0,13179) 0,34149 2,41611 2,31372 4,93953 Tidak Bangkrut 2015 0,19574 1,26576 0,81278 2,53571 4,80999 Tidak Bangkrut


(2)

142

LAMPIRAN III (Lanjutan Hal. 141) Hasil Perhitungan Altman Z-Score

Kode

Perusahaan Tahun X1*6,56 X2*3,26 X3*6,72 X4*1,05 Z"-Score Prediksi

15 PNSE

2011 1,12952 1,26892 1,12560 2,28988 5,81392 Tidak Bangkrut 2012 1,12778 0,83586 1,06908 3,32362 6,35634 Tidak Bangkrut 2013 1,58820 0,79104 0,92172 2,76637 6,06733 Tidak Bangkrut 2014 1,53110 0,90530 0,61004 3,16084 6,20728 Tidak Bangkrut 2015 0,57706 0,81777 0,36658 2,29059 4,05200 Tidak Bangkrut

16 PSKT

2011 0,84820 (2,65772) 0,02144 7,29749 5,50941 Tidak Bangkrut 2012 1,17593 (2,63092) 0,17627 8,12812 6,84940 Tidak Bangkrut 2013 1,43722 (2,45540) 0,29259 8,67069 7,94510 Tidak Bangkrut 2014 (1,10116) (0,35541) (0,45642) 3,69107 1,77808 Daerah Kelabu 2015 (2,09927) (0,90886) (1,05323) 3,52198 (0,53938) Bangkrut

17 PTSP

2011 0,86011 (1,44265) 1,81494 2,53261 3,76501 Tidak Bangkrut 2012 0,84080 (0,39456) 1,57416 6,68543 8,70583 Tidak Bangkrut 2013 1,25267 (0,01571) 0,92185 9,82679 11,98560 Tidak Bangkrut 2014 0,74442 0,20147 0,61078 9,95481 11,51148 Tidak Bangkrut 2015 0,00091 0,08320 0,03380 12,82445 12,94236 Tidak Bangkrut

18 SHID

2011 0,06416 0,01770 0,06471 1,45447 1,60104 Daerah Kelabu 2012 0,35531 0,04802 0,08279 1,10695 1,59307 Daerah Kelabu 2013 0,18227 0,05399 0,08400 0,76682 1,08708 Bangkrut 2014 0,15168 0,07384 0,07614 0,73039 1,03205 Bangkrut 2015 0,11049 0,06015 0,01048 1,25273 1,43385 Daerah Kelabu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PARIWISATA ( SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN ) DI KOTA BATU

4 20 24

Pengaruh Risiko Bisnis dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Hotel Restoran Pariwisata yang Terdaftar di BUrsa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

0 11 43

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE Z-SCORE (Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Analisis Prediksi Kebangkrutan Berdasarkan Metode Z-Score(Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).

2 12 12

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE Z-SCORE (Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Analisis Prediksi Kebangkrutan Berdasarkan Metode Z-Score(Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Prediksi Kebangkrutan Berdasarkan Metode Z-Score(Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).

0 2 9

Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Sub Sektor Hotel, Restoran, dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014.

0 1 19

Evaluasi keakurasian prediksi kondisi Bankruptcy (studi kasus pada 17 perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2011-2015).

5 19 96

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 10

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN FARMASI (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2015)

0 1 13

PENGARUH KEPUTUSAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR PARIWISATA, RESTORAN DAN HOTEL

0 0 8