ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

JURNAL ILMU MANAJEMEN UNIVERSITAS TADULAKO
Vol. 2, No. 1, Januari 2016, 049-058
ISSNONLINE 2443-3578/ISSN PRINTED 2443-1850

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SUB
SEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
RAFLY PRANTIGO
H. MUH. FAISAL
CICI RIANTY K. BIDIN

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research predicts the potential of bankruptcy of plantation sub-sector companies listed on BEI
(Indonesia Stock Exchange) in 2012 to 2015. This research uses Altman Z-score analysis method and
analyzes financial statements of 11 plantation sub-sector companies listed on The Indonesia Stock
Exchange. The financial statements of 2012-2015 are taken from the official website of The Indonesia
Stock Exchange (BEI) and then analyzed by using Altman Z-Score model for non-manufacturing
company. Altman uses four financial ratios known as Z-Score with formulation Z = 6.56X1 + 3,26X2
+ 6,72X3 + 1,05X4; Z-Score >2.6 indicates the company is healthy, 1.1 2,6

=
Zona Aman
1,1< Z < 2,6
=
Zona Abu-Abu
Z < 1,1
=
Zona Bebahaya

52

JURNAL ILMU MANAJEMEN UNIVERSITAS TADULAKO
Vol. 2, No. 1, Januari 2016, 049-058
ISSNONLINE 2443-3578/ISSN PRINTED 2443-1850

3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Menurut
Taniredja,dkk. (2014) tipe penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang populasi mengenai
sesuatu, tanpa maksud menghubungkan satu keadaan dengan keadaan lainnya atau membedakan
kelompok populasi yang satu dengan yang lainnya. Sementara, Moh. Nazir (1989) berpendapat bahwa

metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Maksud ―pada
masa sekarang‖ di sini merupakan sebuah gambaran bahwa perspektif waktu yang dijangkau dalam
penelitian ini adalah waktu sekurang-urangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan
responden.
Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder, Purhantara (2010), menyatakan bahwa data
sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian
yang bersifat publik yang terdiri atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan-laporan
serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data.Data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dari perusahaanperusaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode laporan keuangan yang
dianalisis yaitu tahun 2012-2015. Data tersebut diperoleh melalui media internet dengan cara
mengakses website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan situs-situs lainnya yang
berhubungan dengan analisis ini.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu Studi Kepustakaan (library research) yaitu
data yang dikumpul dari literatur-literatur yang berupa buku, koran, buletin, majalah, tabloid, skripsi
serta beberapa hal yang dianggap relevan berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan data
laporan keuangan dilakukan dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia.
Menurut pengertian-pengertian yang dikutip dalam Taniredja (2014) populasi penelitian adalah
keseluruhan objek penelitian, atau disebut juga universe. Menurut Nawawi (2000) populasi adalah

keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai sumber. Populasi peneliti merupakan industri pertanian yaitu
sub sektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang berjumlah 16 perusahaan.
Tabel 1
Perusahaan Perkebunan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15
16

Nama Perusahaan
Astra Agro Lestari Tbk.
Austindo Nusantara Jaya Tbk.
Eagle High Plantation Tbk.
(d.h BW Plantation Tbk.)
Dharma Satya Nusantara Tbk.
Golden Plantation Tbk.
Gozco Plantation Tbk.
Jaya Agra Wattie Tbk.
PP London Sumatera Indonesia Tbk.
Multi Agro Gemilang Plantation Tbk.
Provindent Agro Tbk.
Sampoerna Agro Tbk.
Salim Ivomas Pratama Tbk.
Sinarmas Agro Resources and
Teknologi Tbk.
Sawit Sumbermas Sarana Tbk.

Tunas Baru Lampung Tbk.
Bakrie Sumatera Plantation Tbk.

Tanggal Pendirian
30 Juni 1997
16 April 1993
06 Nopember 2000

Tanggal Listing
9 Desember 1997
10 Mei 2013
27 Oktober 2009

29 September 1980
5 Desember 2007
01 Oktober 2001
20 Januari 1921
18 Desember 1962
13 April 2005
2 2 November 2006

07 Juni 1993
12 Agustus 1992
18 Juni 1962

14 Juni 2013
23 Desember 2014
15 Mei 2008
30 Mei 2011
5 Juli 1996
16 Januari 2013
18 Oktober 2012
18 Juni 2007
9 Juni 2011
20 November 1992

22 November 1995
22 Desember 1973
Tahun 1911

12 Desember 2013

14 Februari 2000
6 Maret 1990

Sumber :www.sahamok.com, April 2016 (data diolah)
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, Menurut
Taniredja (2014) purposive sampling adalah teknik ini dilakukan apabila populasi terlalu banyak dan
53

Prantigo, R.
letaknya berjauhan, serta adanya beberapa pertimbangan. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan sampel yang dilakukan adalah laporan keuangan yang
konsisten pada periode 2012-2015 dan perusahaan sub sektor perkebunan yang menghasilkan kelapa
sawit atau karet. Berdasarkan pertimbangan dalam penentuan sampel, maka diperoleh 11 perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Daftar Sampel Sub Sektor Perkebunan
No.
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama Perusahaan
Astra Agro Lestari Tbk.
Eagle High Plantation Tbk.
(d.h BW Plantation Tbk.)
Gozco Plantation Tbk.
Jaya Agra Wattie Tbk.
PP London Sumatera Indonesia Tbk.
Provident Agro Tbk.
Sampoerna Agro Tbk.

Salim Ivomas Pratama Tbk.
Sinarmas Agro Resources and
Teknologi Tbk.
Tunas Baru Lampung Tbk.
Bakrie Sumatera Plantation Tbk.

Tanggal Pendirian
30 Juni 1997
06 Nopember 2000

Tanggal Listing
9 Desember 1997
27 Oktober 2009

01 Oktober 2001
20 Januari 1921
18 Desember 1962
2 November 2006
07 Juni 1993
12 Agustus 1992

18 Juni 1962

15 Mei 2008
30 Mei 2011
5 Juli 1996
18 Oktober 2012
18 Juni 2007
9 Juni 2011
20 November 1992

22 Desember 1973
Tahun 1911

14 Februari 2000
6 Maret 1990

Sumber: Data diolah (April, 2016)
Operasional Variabel adalah suatu cara untuk mengukur konsep dan bagaimana caranya sebuah
konsep harus diukur sehingga terdapat variabel-variabel yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi,
yaitu variabel yang dapat menyebabkan masalah dan variabel yang situasi dan kondisinya tergantung

oleh variabel lain.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini tentang Analisis Altman Z-score model sebagai
salah satu alat untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sub sektor perkebunan yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia adalah rasio modal kerja atas total aset, laba ditahan atas total aset,
rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) atas total aset, rasio nilai pasar modal sendiri atas total
utang.Sawir(2000)
Adapun definisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Modal Kerja (Working capital)
Menurut Jumingan (2006) Terdapat dua definisi yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut.
a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini
disebut modal kerja bersih(net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva
lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri.
b. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto
(gross working capital).
2. Total Aktiva/Aset (Total Assets)
Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di
kemudian hari.Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit. Sedangkan total
Aktiva/Aset (Total Assets) menurut Adnan & Taufiq (2005) adalah jumlah aktiva lancar dan jangka
panjang yang dimiliki oleh orang atau perusahaan.
3. Laba Ditahan (Retained Earning)
Menurut Jumingan (2006) laba ditahan adalah bagian laba yang ditanamkan kembali dalam
perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidak semuanya dibagikan kepada para pemilik
(pemegang saham) sebagai dividen tetapi sebagian akan ditahan dan ditanamkan kembali dalam
perusahaan untuk berbagai keperluan.

4. Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
54

JURNAL ILMU MANAJEMEN UNIVERSITAS TADULAKO
Vol. 2, No. 1, Januari 2016, 049-058
ISSNONLINE 2443-3578/ISSN PRINTED 2443-1850

Menurut Bodie dkk. (2004) dalam akuntansi dan keuangan, Laba sebelum bunga dan pajak
(LSBP) atau penghasilan operasi adalah ukuran dari profitabilitas suatu perusahaan yang tidak
termasuk bunga dan beban pajak penghasilan. Sedangkan menurut Harahap (2001) laba Sebelum
bunga dan Pajak (EBIT = Earning before interest and tax) adalah ukuran dari profitabilitas suatu
perusahaan yang tidak termasuk bunga dan beban pajak penghasilan
5. Nilai Pasar Modal Sendiri
Menurut Rudianto (2013) nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri,
yaitu jumlah saham biasa perusahaan dan dikalikan dengan harga pasar saham per lembar sahamnya
pada periode bersangkutan (jumlah lembar saham dikalikan dengan harga pasar saham per lembar).
6. Total Utang
Utang adalah sesuatu yang dipinjam.Seseorang atau badan yang meminjam disebut debitur.Entitas
yang memberikan utang disebut kreditur.Sedangkan Menurut Mamduh M. Hanafi (2009) utang
didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa mendatang dari kewajiban
organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang,
sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu. hutang muncul terutama karena penundaan
pembayaran untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi dan dari dana yang dipinjam.
Berikut formulasi perhitungan dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini menurut
Sawir( 2000).
1. Rasio Modal Kerja atas Total Aset (Working Capital to Total Assets) = X1
Rasio modal kerja atas total aktiva adalah perbandingan antara jumlah modal kerja bersih
(jumlah aktiva lancar setelah dikurangi kewajiban lancar) dengan jumlah seluruh aktiva perusahaan.
Adapun menurut Sawir (2000) Mengukur likuiditas dengan membandingkan aset likuid bersih dengan
total aset. Aset likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aset lancar dikurangi total
kewajiban lancar (aset lancar – utang lancar).
X1 =
2. Rasio Laba Ditahan atas Total Aset (Retained Earning on Total Assets) = X2
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu.Ditinjau dari kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets
sebagai ukuran efisiensi usaha.
X2 =
3. Rasio Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak atas Total Aset (EBIT to Total Assets)
Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengambilan dari aktiva, yang dihitung
dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (Eening BeforeInterest and Tax) tahunan perusahaan
dengan total aktiva pada neraca akhir tahun.Atau menurut Sawir (2000) Rasio ini mengukur
kemampulabaan, yaitu tingkat pengambilan dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini
juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam.
X3 =
4. Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri atas Total Utang = X4
Rasio ini merupaka kebalikan dari utang per modal sendiri (DER = Debt To Equity Ratio) yang
lebih terkenal. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah
saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar saham per lembar sahamnya (jumlah lembar saham x
harga pasar saham per lembar).
X4 =

4. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
55

Prantigo, R.
Tabel 3
Hasil Analisis Model Altman Z-Score Perusahaan Subsektor Perkebunan Tahun 2012-2015
2012
No

Nama Perusahaan

1

Astra Agro Lestari
Tbk. (AALI)
Eagle High
Plantation Tbk.
(BWPT)
Gozco Plantation
Tbk. (GZCO)
Jaya Agra Wattie
Tbk. (JAWA)
PP London
Sumatera Indonesia
Tbk. (LSIP)
Provident Agro Tbk.
(PALM)
Sampoerna Agro
Tbk. (SGRO)
Salim Ivomas
Pratama Tbk.
(SIMP)
Sinarmas Agro
Resources and
Teknologi Tbk.
(SMAR)
Tunas Baru
Lampung Tbk.
(TBLA)
Bakrie Sumatera
Plantation Tbk.
(UNSP)

2

3
4
5

6
7
8

9

10

11

2013

2014

2015

Nilai Z

Prediksi

Nilai Z

Prediksi

Nilai Z

Prediksi

Nilai Z

Prediksi

12,76

Sehat

9,50

Sehat

7,13

Sehat

7,69

Sehat

1,92

Gray area

1,46

Gray area

0,97

Bangkrut

-0,12

Bangkru
t

1,39

Gray area

-0,06

Bangkrut

0,61

Bangkrut

0,23

2,14

Gray area

1,11

Gray area

0,63

Bangkrut

-0,06

16,22

Sehat

12,29

Sehat

11,54

Sehat

7,65

0,72

Bangkrut

-0,02

Bangkrut

1,73

Gray area

-0,05

4,51

Sehat

2,58

Grey area

2,30

Grey area

1,66

3,02

Sehat

1,11

Gray area

1,09

Bangkrut

0,50

Bangkru
t

5,87

Sehat

2,88

Sehat

2,89

Sehat

0,88

Bangkru
t

2,37

Grey area

1,01

Bangkrut

1,82

Gray area

1,00

Bangkru
t

-0,14

Bangkrut

-2,63

Bangkrut

-2,17

Bangkrut

-3,11

Bangkru
t

Bangkru
t
Bangkru
t
Sehat
Bangkru
t
Gray
area

Sumber: Laporan keuangan
Kategori perusahaan bangkrut
Pada tahun 2012 terdapat hanya 2 perusahaan yang menurut model prediksi Altman Z-score
tergolong ―tidak aman‖ yaitu Provident Agro Tbk. (PALM) dan Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
(UNSP). Artinya model prediksi ini memberi sinyal bahwa kedua perusahaan tersebut termasuk dalam
kategori ―bangkrut‖.Tahun 2013 perusahaan yang masuk kategori prediksi bangkrut menjadi 4
perusahaan. Gozco Plantation Tbk. (GZCO) dan Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) yang pada tahun
2012 masuk kategori grey area akhirnya menurun menjadi kategori bangkrut bersama 2 perusahaan
lain yang pada tahun sebelumnya masuk kategori ini.
Tahun 2014 masih terdapat 5 perusahaan kategori bangkrut namun 3 dari 5 perusahaan tersebut
merupakan perusahaan yang berbeda dari tahun lalu yaitu Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) yang
pada tahun 2013 tergolong grey area, Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) dan Salim Ivomas Pratama Tbk.
(SIMP), hanya Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) yang konsisten selama empat tahun berturutturut masuk ke dalam kategori bangkrut. Pada tahun 2015 terdapat delapan perusahaan kategori
bangkrut yaitu 5 perusahaan yang sama dengan tahun sebelumnya ditambah 3 perusahaan yang baru
masuk kategori ini pada tahun 2015 yaitu Provident Agro Tbk. (PALM), Sinarmas Agro Resources
and Teknologi Tbk. (SMAR), dan Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA).
Hasil perhitungan prediksi kebangkrutan Z-score untuk kelompok perusahaan yang masuk kategori
bangkrut pada tahun 2012 dengan skor terendah senilai -0,14 yaitu Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
(UNSP) dan nilai tertinggi dalam kategori ini yaitu Provident Agro Tbk. (PALM) sebesar 0,72. Pada
tahun 2013 perhitungan hasil Z-score kelompok perusahaan yang diprediksi bangkrut diperoleh skor
terendah -2,63 yang tercatat pada perusahaan Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) sedangkan
yang tertinggi senilai -0,02 yang diperoleh oleh Provident Agro Tbk. (PALM). Selanjutnya pada tahun
2014 dan 2015 nilai Z-score kategori bangkrut terendah tercatat masih diperoleh oleh Bakrie Sumatera
dengan nilai masing-masing -2,17 dan -3,11 , sedangkan nilai tertingginya yaitu 1,09 dan 1,00 yang
diperoleh oleh Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) dan Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA).

56

JURNAL ILMU MANAJEMEN UNIVERSITAS TADULAKO
Vol. 2, No. 1, Januari 2016, 049-058
ISSNONLINE 2443-3578/ISSN PRINTED 2443-1850

Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut (Grey Area)
Terdapat empat perusahaan yang menurut model Altman Z-score terklarifikasi ―rawan bangkrut‖
pada tahun 2012. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah Eagle High Plantation Tbk. (BWPT), Gozco
Plantation Tbk. (GZCO), Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA), dan Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA)
Pada tahun 2013 terdapat empat perusahaan yang diprediksi rawan bangkrut. 2 dari 4 perusahaan
yang diprediksi rawan bangkrut merupakan perusahaan yang sama pada tahun sebelumnya atau 2012
di kategori ini. Perusahaan tersebut adalah Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) dan Jaya Agra Wattie
Tbk. (JAWA) sedangkan 2 perusahaan lainnya yaitu Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) dan
Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) sebelum masuk di kategori ini kedua perusahaan tersebut pada tahun
2012 memiliki kinerja keuangan yang baik karena masuk kategori perusahaan sehat.
Pada tahun 2014 terdapat 3 perusahaan yang diprediksi rawan bangkrut. Satu perusahaan yang
sama pada tahun lalu yaitu Sampoerna Agro Tbk. (SGRO), sedangkan dua lainnya adalah perusahaan
yang pada tahun lalu masuk kategori bangkrut namun tahun ini membaik menjadi rawan bangkrut
yaitu Provident Agro Tbk. (PALM) dan Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA). Selanjutnya pada tahun
2015 perusahaan yang masuk kategori gray area atau rawan bangkrut berjumlah satu perusahaan yaitu
Sampoerna Agro Tbk. (SGRO). Sampoerna menjadi satu-satunya perusahaan yang masuk kategori
grey area atau rawan bangkrut disebabkan perusahaan lain tidak dapat memperbaiki kinerja
keuangannya sehingga banyak perusahaan yang menurun ke kategori bangkrut.
Hasil perhitungan Z-score untuk kelompok perusahaan yang rawan bangkrut tahun 2012 diperoleh
skor terendah 1,39 pada perusahaan Gozco Plantation Tbk. (GZCO) dan skor tertinggi dicapai oleh
Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) dengan nilai 2,37. Untuk perhitungan Z-score kategori rawan
bangkrut tahun 2013 didapati skor terendah 1,11 pada dua perusahaan yaitu Jaya Agra Wattie Tbk.
(JAWA) dan Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP), dan skor tertinggi pada perusahaan Sampoerna
Agro Tbk. (SGRO) dengan nilai 2,58. Kemudian hasil perhitungan pada kategori rawan bangkrut
tahun 2014 dengan nilai terendah yaitu diperoleh Provident Agro Tbk. (PALM) dengan nilai 1,73 dan
skor tertinggi diperoleh oleh Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) dengan skor 2,30. Pada tahun 2015 nilai
tertinggi dan terendah diperoleh oleh Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) dengan nilai 1,66. Hal tersebut
disebebkan Sampoerna menjadi satu-satunya perusahaan yang masuk kategori ini pada tahun 2015.
Kategori Perusahaan Sehat (Tidak bangkrut)
Perusahaan yang tercatat diprediksi sehat pada tahun 2012 berjumlah 6 perusahaan, kemudian pada
tahun selanjutnya yaitu 2013 dan 2014 perusahaan yang tergolong sehat menurun menjadi 4
perusahaan yaitu Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PP London Sumatera Indonesia Tbk. (LSIP),
Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) dan Sinarmas Agro Resources and Teknologi Tbk. (SMAR). Keempat
perusahaan tersebut mampu mecatatkan catatan yang baik selama 3 tahun. Namun pada 2015
perusahaan yang tercatat sehat hanya 2 perusahaan yaitu Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan PP
London Sumatera Indonesia Tbk. (LSIP) kedua perusahaan ini menjadi perusahaan perkebunan
tersehat dalam penelitian ini karena selama 4 tahun tersebut perusahaan ini konsisten masuk dalam
kategori sehat.

5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
sub sektor perkebunan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan model Altman Z-Score dapat
disimpulkan bahwa sebelas sampel yang diteliti pada tahun 2012 hingga tahun 2015 sebagian nilai ZScore perusahaan berada pada angka < 1.1 yang berarti bahwa perusahaan subsektor perkebunan
diprediksi berada pada kondisi bangkrut terutama pada pengamatan tahun 2015.Astra Agro Lestari
Tbk. (AALI) dan PP London Sumatera Indonesia Tbk. (LSIP) adalah dua perusahaan yang selama
periode pengamatan diprediksi sehat yang berarti kondisi keuangan perusahaan tersebut baik. Selain
itu perusahaan yang tidak pernah masuk kategori bangkrut selama periode pengamatan yaitu
Sampoerna Agro Tbk. (SGRO)

57

Prantigo, R.
Saran
Variabel yang digunakan dengan model Altman memerlukan perhatian yang serius khususnya dari
pihak intern perusahaan. Berdasarkan kesimpulan di atas perusahaan harus memperhatikan faktor
internal terkait dengan manajemen sumber daya, memperhatikan proporsi hutang, dan
menyeimbangkan aktiva lancar dan hutang lancar.
Bagi perusahaan yang terindikasi sehat harus bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan
prestasi keuangan yang dicapai.Dan bagi perusahaan yang termasuk dalam kategori gray area dan
kategori mengalami kebangkrutan, pihak manajemen perusahaan harus segera mengambil tindakan
korektif atau pencegahan. Perusahaan perlu meningkatkan kinerja keuangannya dengan cara
meningkatkan nilai pasar ekuitas serta meningkatkan laba, memperbesar laba dengan melakukan
efisiensi biaya operasi seoptimal mungkin.
Diharapkan penelitian-penelitian selanjutnya dapat menggunakan model-model prediksi
kebangkrutan lainnya untuk dapat dijadikan sebagai pembanding dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan. Tidak hanya menggunakan analisis AltmanZ-score, akan tetapi juga dapat menggunakan
analisis Springate.

6. REFERENSI
Adnan, Muhammad Akhyar, & Soewandi Taufiq. (2005). Auditing. Jakarta: PT. Dunia Pustaka.
Bodie, Z., Kane, A. and Marcus, A. J.(2004).Essentials of Investments, McGraw Hill Irwin, , p. 452.
Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan.Bandung: Alfabeta.
Fahmi, Irham. (2014). Analisis kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Halim, Abdul dan Mamduh M. Hanafi. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari, (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang
Kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nazir, M. (1989).Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purhantara, Wahyu. (2010). Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen. Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis.Jakarta:
Erlangga.
Sawir, Agnes. (2000). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Subramanyam, K.R, & Wild, J. J. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Taniredja, Tukiran. & Mustafidah, H. (2014). Penelitian Kuantitatif, Sebuah Pengantar.Bandung:
Alfabeta.
Yani, Ahmad, & Widjaja, G. (2004). Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

58