Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karungut : nyanyian sastra lisan Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah T1 852010029 BAB V

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu etnik Dayak terbesar yang mendiami
Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut data yang dihimpun oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini suku Dayak Ngaju bermukim di wilayah
Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulau Pisau, Kabupaten Kota waringin Timur,
Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Utara,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Katingan, dan Kota
Palangkaraya.
Suku Dayak Ngaju kaya akan adat dan budayanya. Salah satu dari kebudayaan
yang masih bertahan hingga saat ini adalah kesenian Karungut. Karungut merupakan
sastra lisan (oral poetry) yang berasal dari kata karunya (bahasa Ngaju Kuno) yang
berarti tembang atau nyanyian yang pada awalnya dilagukan tanpa iringan. Seiring
perkembangannya Karungut mulai menggunakan instrumen pengiring. Instrumen
pengiring pokok dari karungut ada kacapi. Saat ini dalam pementasannya Karungut
juga diiringi dengan instrumen tambahan, baik instrumen tradisional khas Kalimantan
Tengah maupun instrumen barat.
Karungut dapat menjadi sarana hiburan, penyampaian pesan-pesan moral,
maupun sebagai media pendidikan dan pengajaran. Jika dianalisis berdasarkan

liriknya Karungut dapat dibagi menjadi 6 (enam) tema, yaitu :
a. Karungut Cinta
b. Karungut Pembangunan Budaya
c. Karungut Nasihat atau Himbauan
d. Karungut Menidurkan Anak
e. Karungut Dongeng atau Pemujaan Terhadap Suatu Benda, Tokoh maupun
Tempat

59

f. Karungut Penyambutan dan Ungkapan Syukur.
Pada awalnya lirik Karungut menggunakan bahasa Sangian atau Sangen, yaitu
bahasa Dayak Ngaju kuno. Seiring perkembangannya Karungut menggunakan bahasa
Dayak Ngaju sehari-hari yang mudah dimengerti. Lirik Karungut berbentuk puisi
yang terdiri dari 4 (empat) baris per bait dan sebagian besar memiliki rima a-a-a-a.
Pencatatan notasi melodi Karungut dalam notasi balok dilakukan setelah selesai
menentukan tema-tema Karungut berdasarkan analisis liriknya, serta mengambil
contoh 6 (enam) Karungut untuk mewakili tema-tema tersebut. Pencatatan notasi
dalam notasi balok didukung oleh rekaman audio yang didapatkan saat melakukan
observasi lapangan di Palangkaraya maupun desa Tumbang Manggu.

Setelah melakukan pencatatan notasi melodi Karungut dalam notasi balok
penelitian dilanjutkan dengan melakukan analisis struktural komposisi Karungut.
Karakteristik Karungut berdasarkan analisis struktural komposisinya antara lain :
1. Berbentuk strophic;
2. Memiliki 2 (dua) frase per bait yang meliputi 4 (empat) bagian berdasarkan
baris per baitnya;
3. Dilantunkan dengan iringan instrumen pengiring pokok, yaitu kacapi, maupun
dengan instrumen tambahan lainnya, baik instrumen tradisional Kalimantan
Tengah maupun instrumen barat;
4. Menggunakan tanda sukat 4/4 (empat per empat);
5. Cengkok biasa dibubuhkan pada suku kata di pertengahan lagu;
6. Memiliki semacam ornamentasi musik barat, yaitu acciaccatura, mordent;
7. Dalam pelantunannya juga menggunakan semacam slide dan triul besar;
8. Memiliki progresi akor i-v-i atau bertahan di akor I saja;
9. Pengembangan pola ritme melodi dalam bait-bait berikutnya disesuaikan
dengan jumlah suku kata per bagian di tiap baitnya;
10. Memiliki tangga nada yang khas, yaitu:

60


La

Do

Re

Mi

Sol

La

B. Saran
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengalami berbagai kendala, di
antaranya adalah keterbatasan dana serta kurangnya data pustaka mengenai suku
Dayak Ngaju Kalimantan Tengah dan kesenian Karungut. Minimnya data pustaka
dialami peneliti baik di daerah observasi lapangan tempat kesenian Karungut berasal
dan berkembang maupun di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Beberapa saran berikut ini ditujukan kepada:
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

agar lebih memperhatikan dan tetap melestarikan kebudayaan daerah
termasuk di dalamnya Karungut serta melakukan pendokumentasian dalam
bentuk data pustaka maupun rekaman audio-visual. Pendokumentasian
tersebut dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, sumber acuan untuk pengajaran, dan menjadi aset lokal bagi
generasi penerus kebudayaan daerah.
2. Seniman Karungut
Agar terus berkarya, melestarikan dan mendukung pengembangan kesenian
Karungut serta turut berperan aktif dalam proses pewarisan kesenian
Karungut kepada generasi selanjutnya.
3. Perguruan Tinggi
Agar tetap turut berperan aktif dalam mendukung secara moral maupun
pendanaan penelitian-penelitian tentang kebudayan daerah yang ada di
Indonesia.

61