Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Video Tutorial Mendaki Gunung (Video Tutorial Pra Pendakian, Pendakian, dan Pasca pendakian “AyoNaikGunung”) T1 362010033 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mendaki Gunung merupakan salah satu cabang olahraga ekstrim selain
Climbing. Climbing identik dengan pendakian dengan menggunakan media
pendakian, yaitu papan tebing, bukit, dan gunung yang menitikberatkan teknik
khusus terutama dalam simpul tali dan peralatan climbing khusus.
Dalam arti luas, pendakian gunung berarti suatu perjalanan, mulai dari hiking
atau yang sering disebut hill walking. Hiking merupakan kegiatan mendaki daerah
perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi. 1
Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua
kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat
jelajah. Hiking adalah tahapan awal sebelum naik ke tingkat ekspedisi pendakian
gunung, sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit
hingga memerlukan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan. ( Teguh, 2012
: 72)
Dewasa ini kegiatan mendaki gunung semakin diminati, baik oleh komunitas,
maupun beberapa orang yang tidak tergabung dalam komunitas. Dalam komunitas
mempunyai sarana pra pendakian yaitu diadakannya pendidikan dan pelatihan dasar
pendakian gunung. Sementara pendaki diluar komunitas belum tentu mendapatkan
sarana tersebut. Seringkali hanya menggunakan kemampuan yang dikuasai saja.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi dasar dan skill. Menurut Nadler
dalam bukunya Designing Training Programs, Skill adalah kegiatan yang
memerlukan praktik atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.(Nadler,
1982: 33) Pada saat mendaki gunung, pendaki gunung yang sebelumnya belum
pernah melakukan pendakian, biasanya asal mendaki gunung dengan modal
mengetahui jalur utama pendakian, mengetahui jalur pendakian saja tidak cukup,
1
Sumber diperoleh dari http://www.anneahira.com/climbing.html pada 10 April 2014
1
karena pada saat berjalan mendaki, ada hal – hal kecil yang perlu diperhatikan selain
perbekalan dan jalur pendakian, yaitu kemampuan mendaki gunung, selama mendaki
dan prosedur persiapan pendakian yang benar dan aman.2
Pendakian yang hanya mengandalkan kemampuan saja akan berakibat fatal
ketika tidak dibekali pendidikan dasar pendakian yang cukup. Data di lapangan
menunjukkan semakin bertambahnya jumlah korban tersesat bahkan hilang. Pada
tahun 2010 tercatat 4 orang pendaki hilang3. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat 17
orang pendaki tersesat dan tertahan saat mendaki4. Pada tahun 2012 jalur pendakian
ditutup , karena kemarau yang panjang5. Sedangkan pada tahun 2013 tercatat 15
orang pendaki tersesat di jalur yang berbeda6.
Tahun
Jumlah Pendaki Tersesat
2010
4 orang
2011
17 orang
2012
(ditutup)
2013
15 orang
Data pendaki tersesat gunung Merbabu
Kegiatan mendaki termasuk dalam kegiatan berisiko tinggi (high risk activity)
sehingga untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan maka sebuah
kegiatan alam bebas harus dipersiapkan secara matang oleh para pelakunya. Dalam
kata lain, mounteneering memerlukan sebuah manajemen. Manajemen yang
diperlukan antara lain manajemen perjalanan, manajemen navigasi, dan manajemen
pendakian. Tujuan dari manajemen tersebut adalah mengoptimalkan kegiatan
2
Sumber diperoleh dari http://www.pecintaalam.net/category/tips-mendaki/ pada 10 Maret 2014
Sumber diperoleh dari http://www.solopos.com/2010/07/03/4-mahasiswa-asal-rembang-tersesat-dimerbabu-28583 pada 5 Maret 2014
4
Sumber
diperoleh
dari
http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2011/08/29/157589/17-Pendaki-Tersesat-diGunung-Merbabu pada 5 Maret 2013
5
Sumber diperoleh dari http://www.solopos.com/2012/09/13/jalur-pendakian-gunung-merbabuditutup-328359 pada 5 Maret 2014
6
Sumber diperoleh dari http://www.merdeka.com/peristiwa/13-pendaki-gunung-merbabu-yangtersesat-dievakuasi.html dan http://jogja.tribunnews.com/2013/05/14/dua-pendaki-hilang-di-gunungmerbabu/ pada 5 Maret 2014
3
2
mounteneering sehingga menjadi tertata serta kegiatan tersebut bisa terlaksana
dengan lancar.
Sebelum melakukan pendakian, hal yang harus diketahui adalah tujuan pendakian
dan sistem pendakian. Adapun tujuan pendakian dapat dikategorikan sebagai
(Wijaya,2005:27) :
1. Perancangan ilmiah dalam bidang vulkanologi, geologi, biologi, arkeologi,
sosiologi, dan speleology
2. Minat khusus diantaranya lintas gunung, latihan navigasi, buka jalur, latihan
survival, dan latihan militer.
3. Amatir antara lain menikmati alam, berlibur, kemping, rekreasi, membina
kerjasama tim, melatih mental-fisik.
Selain tujuan, memilih sistem pendakian yang cocok diterapkan di hutan tropis
diatas 3000 meter di atas permukaan laut juga sangat penting bagi persiapan dasar
pendakian. Pemilihan tersebut juga harus disesuaikan dengan tujuan pendakian
(Nugrahajati,2013: 12).
Sistem pendakian dibagi dalam 2 bagian yang masing – masing memiliki
karakteristik berbeda, sehingga sistem pendakian dipilih berdasarkan tujuan
pendakian, sistem pendakian tersebut yaitu :
1. Himalayan Sistem
Merupakan sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang,
memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke
puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini
terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp,
dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan
anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan
berhasil.
3
2. Alpine Sistem
Merupakan sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya
agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena
pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama
dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.
Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa hal penting,
antara lain :
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan
tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata
sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga
berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi
pengetahuan
tentang
medan,
cuaca,
teknik-teknik
pendakian
pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya. Teknik navigasi darat juga
sangat penting untuk dikuasai, selain untuk orientasi medan, navigasi juga
berfungsi ketika pendakian mengalami kendala menyimpang dari jalur.
3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olahraga yang berat, sehingga memerlukan kondisi
fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan
fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari
masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang
harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan
diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan
pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita
lakukan.
4
Selain persiapan diatas, pendaki juga perlu mempersiapkan lebih lanjut,
bagian – bagian tersebut secara lebih detail. Hal ini bertujuan agar persiapan prosedur
persiapan pendakian, saat pendakian, dan pasca pendakian aman dan benar untuk
diterapkan.
Salah satu cara memberi edukasi kepada pendaki pemula adalah dengan
adanya video tutorial. Video Tutorial merupakan salah satu jenis film dokumenter
mengenai ilmu pengetahuan yang berisi tahapan – tahapan mengenai suatu kegiatan
(Chandra, 2011 : 48). Video ini nantinya akan berisi tentang bagaimana mendaki
gunung, dari persiapan, saat mendaki, bertahan hidup dalam pendakian, serta pada
saat menuruni gunung/pasca mendaki.
Video ini dibuat agar supaya pendaki pemula mengetahui dan mempunyai
persiapan yang matang saat mendaki. Video dipilih, karena video merupakan media
audio visual dan banyak diminati oleh masyarakat, serta memudahkan audiens
merespon pesan yang akan disampaikan, karena video memiliki unsur audio dan
visual.
1.2 Rumusan Perancangan
Dengan memperhatikan banyaknya pendaki pemula yang belum mengetahui
atau mengikuti cara mendaki yang baik dan benar, maka peneliti merumuskan
perancangan sebagai berikut :
Bagaimana cara mengedukasi tentang pendakian gunung yang benar dan aman,
terutama bagi pendaki pemula?
1.3 Tujuan Perancangan
Berdasarkan rumusan perancangan diatas, peneliti memiliki tujuan perancangan
sebagai berikut : Memberikan edukasi bagi pendaki pemula tentang tutorial mendaki
gunung yang benar dan aman, dari persiapan hingga setelah pendakian.
5
1.4 Manfaat Perancangan
Manfaat yang diharapkan mampu didapat dari perancangan dan pengerjaan
Video tutorial ini diantaranya sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan informasi dalam kajian ilmu komunikasi tentang apa
fungsi dari sebuah video tutorial bagi komunitas pendaki dan pendaki gunung
pemula.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil perancangan ini dapat dipergunakan sebagai referensi bagi konseptor
lainnya yang mempunyai topik sejenis atau yang ingin mengembangkan
perancangan ini untuk kedepan, serta agar pendaki pemula memiliki ilmu
pendakian yang benar dan aman.
6
1.5 Kerangka Pikir
Fakta :
1. Semakin bertambahnya pendaki yang tersesat, tertahan, dan hilang saat melakukan
pendakian, terutama di gunung Merbabu.
2. Komunitas pendaki belum pernah memproduksi media edukasi berbentuk audio-visual
Masalah :
1. Pendaki gunung, terutama pendaki pemula kurang memahami edukasi dasar dan skill
pendakian gunung.
2. Bagaimana cara mengedukasi pendaki pemula saat sebelum dan pada saat mendaki?
Produksi :
1. Perancangan konsep film dokumenter
2. Proses pengambilan gambar
3. Sharing dengan orang yang ahli dalam pendakian gunung
4. Proses editing gambar
Hasil :
Sosialisasi tentang pentingnya edukasi dan kemampuan yang mendasar sebelu, saat, dan
setelah pendakian dalam bentuk Video tutorial kepada pendaki pemula diluar komunitas.
7
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mendaki Gunung merupakan salah satu cabang olahraga ekstrim selain
Climbing. Climbing identik dengan pendakian dengan menggunakan media
pendakian, yaitu papan tebing, bukit, dan gunung yang menitikberatkan teknik
khusus terutama dalam simpul tali dan peralatan climbing khusus.
Dalam arti luas, pendakian gunung berarti suatu perjalanan, mulai dari hiking
atau yang sering disebut hill walking. Hiking merupakan kegiatan mendaki daerah
perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi. 1
Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua
kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat
jelajah. Hiking adalah tahapan awal sebelum naik ke tingkat ekspedisi pendakian
gunung, sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit
hingga memerlukan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan. ( Teguh, 2012
: 72)
Dewasa ini kegiatan mendaki gunung semakin diminati, baik oleh komunitas,
maupun beberapa orang yang tidak tergabung dalam komunitas. Dalam komunitas
mempunyai sarana pra pendakian yaitu diadakannya pendidikan dan pelatihan dasar
pendakian gunung. Sementara pendaki diluar komunitas belum tentu mendapatkan
sarana tersebut. Seringkali hanya menggunakan kemampuan yang dikuasai saja.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi dasar dan skill. Menurut Nadler
dalam bukunya Designing Training Programs, Skill adalah kegiatan yang
memerlukan praktik atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.(Nadler,
1982: 33) Pada saat mendaki gunung, pendaki gunung yang sebelumnya belum
pernah melakukan pendakian, biasanya asal mendaki gunung dengan modal
mengetahui jalur utama pendakian, mengetahui jalur pendakian saja tidak cukup,
1
Sumber diperoleh dari http://www.anneahira.com/climbing.html pada 10 April 2014
1
karena pada saat berjalan mendaki, ada hal – hal kecil yang perlu diperhatikan selain
perbekalan dan jalur pendakian, yaitu kemampuan mendaki gunung, selama mendaki
dan prosedur persiapan pendakian yang benar dan aman.2
Pendakian yang hanya mengandalkan kemampuan saja akan berakibat fatal
ketika tidak dibekali pendidikan dasar pendakian yang cukup. Data di lapangan
menunjukkan semakin bertambahnya jumlah korban tersesat bahkan hilang. Pada
tahun 2010 tercatat 4 orang pendaki hilang3. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat 17
orang pendaki tersesat dan tertahan saat mendaki4. Pada tahun 2012 jalur pendakian
ditutup , karena kemarau yang panjang5. Sedangkan pada tahun 2013 tercatat 15
orang pendaki tersesat di jalur yang berbeda6.
Tahun
Jumlah Pendaki Tersesat
2010
4 orang
2011
17 orang
2012
(ditutup)
2013
15 orang
Data pendaki tersesat gunung Merbabu
Kegiatan mendaki termasuk dalam kegiatan berisiko tinggi (high risk activity)
sehingga untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan maka sebuah
kegiatan alam bebas harus dipersiapkan secara matang oleh para pelakunya. Dalam
kata lain, mounteneering memerlukan sebuah manajemen. Manajemen yang
diperlukan antara lain manajemen perjalanan, manajemen navigasi, dan manajemen
pendakian. Tujuan dari manajemen tersebut adalah mengoptimalkan kegiatan
2
Sumber diperoleh dari http://www.pecintaalam.net/category/tips-mendaki/ pada 10 Maret 2014
Sumber diperoleh dari http://www.solopos.com/2010/07/03/4-mahasiswa-asal-rembang-tersesat-dimerbabu-28583 pada 5 Maret 2014
4
Sumber
diperoleh
dari
http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2011/08/29/157589/17-Pendaki-Tersesat-diGunung-Merbabu pada 5 Maret 2013
5
Sumber diperoleh dari http://www.solopos.com/2012/09/13/jalur-pendakian-gunung-merbabuditutup-328359 pada 5 Maret 2014
6
Sumber diperoleh dari http://www.merdeka.com/peristiwa/13-pendaki-gunung-merbabu-yangtersesat-dievakuasi.html dan http://jogja.tribunnews.com/2013/05/14/dua-pendaki-hilang-di-gunungmerbabu/ pada 5 Maret 2014
3
2
mounteneering sehingga menjadi tertata serta kegiatan tersebut bisa terlaksana
dengan lancar.
Sebelum melakukan pendakian, hal yang harus diketahui adalah tujuan pendakian
dan sistem pendakian. Adapun tujuan pendakian dapat dikategorikan sebagai
(Wijaya,2005:27) :
1. Perancangan ilmiah dalam bidang vulkanologi, geologi, biologi, arkeologi,
sosiologi, dan speleology
2. Minat khusus diantaranya lintas gunung, latihan navigasi, buka jalur, latihan
survival, dan latihan militer.
3. Amatir antara lain menikmati alam, berlibur, kemping, rekreasi, membina
kerjasama tim, melatih mental-fisik.
Selain tujuan, memilih sistem pendakian yang cocok diterapkan di hutan tropis
diatas 3000 meter di atas permukaan laut juga sangat penting bagi persiapan dasar
pendakian. Pemilihan tersebut juga harus disesuaikan dengan tujuan pendakian
(Nugrahajati,2013: 12).
Sistem pendakian dibagi dalam 2 bagian yang masing – masing memiliki
karakteristik berbeda, sehingga sistem pendakian dipilih berdasarkan tujuan
pendakian, sistem pendakian tersebut yaitu :
1. Himalayan Sistem
Merupakan sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang,
memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke
puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini
terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp,
dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan
anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan
berhasil.
3
2. Alpine Sistem
Merupakan sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya
agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena
pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama
dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.
Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa hal penting,
antara lain :
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan
tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata
sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga
berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi
pengetahuan
tentang
medan,
cuaca,
teknik-teknik
pendakian
pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya. Teknik navigasi darat juga
sangat penting untuk dikuasai, selain untuk orientasi medan, navigasi juga
berfungsi ketika pendakian mengalami kendala menyimpang dari jalur.
3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olahraga yang berat, sehingga memerlukan kondisi
fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan
fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari
masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang
harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan
diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan
pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita
lakukan.
4
Selain persiapan diatas, pendaki juga perlu mempersiapkan lebih lanjut,
bagian – bagian tersebut secara lebih detail. Hal ini bertujuan agar persiapan prosedur
persiapan pendakian, saat pendakian, dan pasca pendakian aman dan benar untuk
diterapkan.
Salah satu cara memberi edukasi kepada pendaki pemula adalah dengan
adanya video tutorial. Video Tutorial merupakan salah satu jenis film dokumenter
mengenai ilmu pengetahuan yang berisi tahapan – tahapan mengenai suatu kegiatan
(Chandra, 2011 : 48). Video ini nantinya akan berisi tentang bagaimana mendaki
gunung, dari persiapan, saat mendaki, bertahan hidup dalam pendakian, serta pada
saat menuruni gunung/pasca mendaki.
Video ini dibuat agar supaya pendaki pemula mengetahui dan mempunyai
persiapan yang matang saat mendaki. Video dipilih, karena video merupakan media
audio visual dan banyak diminati oleh masyarakat, serta memudahkan audiens
merespon pesan yang akan disampaikan, karena video memiliki unsur audio dan
visual.
1.2 Rumusan Perancangan
Dengan memperhatikan banyaknya pendaki pemula yang belum mengetahui
atau mengikuti cara mendaki yang baik dan benar, maka peneliti merumuskan
perancangan sebagai berikut :
Bagaimana cara mengedukasi tentang pendakian gunung yang benar dan aman,
terutama bagi pendaki pemula?
1.3 Tujuan Perancangan
Berdasarkan rumusan perancangan diatas, peneliti memiliki tujuan perancangan
sebagai berikut : Memberikan edukasi bagi pendaki pemula tentang tutorial mendaki
gunung yang benar dan aman, dari persiapan hingga setelah pendakian.
5
1.4 Manfaat Perancangan
Manfaat yang diharapkan mampu didapat dari perancangan dan pengerjaan
Video tutorial ini diantaranya sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan informasi dalam kajian ilmu komunikasi tentang apa
fungsi dari sebuah video tutorial bagi komunitas pendaki dan pendaki gunung
pemula.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil perancangan ini dapat dipergunakan sebagai referensi bagi konseptor
lainnya yang mempunyai topik sejenis atau yang ingin mengembangkan
perancangan ini untuk kedepan, serta agar pendaki pemula memiliki ilmu
pendakian yang benar dan aman.
6
1.5 Kerangka Pikir
Fakta :
1. Semakin bertambahnya pendaki yang tersesat, tertahan, dan hilang saat melakukan
pendakian, terutama di gunung Merbabu.
2. Komunitas pendaki belum pernah memproduksi media edukasi berbentuk audio-visual
Masalah :
1. Pendaki gunung, terutama pendaki pemula kurang memahami edukasi dasar dan skill
pendakian gunung.
2. Bagaimana cara mengedukasi pendaki pemula saat sebelum dan pada saat mendaki?
Produksi :
1. Perancangan konsep film dokumenter
2. Proses pengambilan gambar
3. Sharing dengan orang yang ahli dalam pendakian gunung
4. Proses editing gambar
Hasil :
Sosialisasi tentang pentingnya edukasi dan kemampuan yang mendasar sebelu, saat, dan
setelah pendakian dalam bentuk Video tutorial kepada pendaki pemula diluar komunitas.
7