Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Video Tutorial Mendaki Gunung (Video Tutorial Pra Pendakian, Pendakian, dan Pasca pendakian “AyoNaikGunung”) T1 362010033 BAB II

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Pelatihan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelatihan yaitu latihan yang berdasarkan satu jenis bahan atau situasi untuk mengembangkan kemampuan umum, keterampilan, atau sifat tertentu. Program pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi dan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada teori. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, program pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas1.

2.2 Pengertian Program Pelatihan

Menurut Veithzal Rivai dalam buku Andre F Sikula . Personnel Administration and Human Resources Management, Pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok, maupun organisasi.

Dengan demikian jelas bahwa pelatihan merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan perubahan sikap individu. Dengan kata lain setiap individu membutuhkan suatu program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dirinya dari dasar.

Andrew F. Sikula dalam bukunya “Personnel Administration and Human

Resources Management” mendefinisikan pelatihan sebagai berikut: “Trainning is a short term educational process utilizing systematic and

organized procedure by which non managerial personel learn technical

knowledge ang skill for a definite pyrpose”. (latihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga individu operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu) (Sikula,1976: 56).


(2)

8

Maka jelas apa yang telah dikatakan oleh para ahli diatas bahwa program pelatihan merupakan konsep yang terencana secara menyeluruh untuk mengubah pandangan yang tadinya jelek menjadi baik, maka dengan adanya pandangan yang baik diharapkan mampu menghadapi tuntutan-tuntutan situasi yang selalu berubah. 2.3 Video

Secara empiris kata video berasal dari sebuah singkatan yang dalam bahasa inggris yaitu visual dan audio. Kata vi adalah singkatan dari visual yang berarti gambar, kemudian pada kata deo adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan pemahaman bahwa videoadalah merupakan seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakekat video adalah mengubah suatu ide atau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara.

J.E Kemp dalam bukunya “The Instructional design process” mengatakan

bahwa video dapat menyajikan informasi, mengambarkan suatu proses dan tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, dimana tayangan yang ditampilkan oleh media video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam.(Kemp,1985 : 32)

Video memiliki kelebihan dibandingkan dengan media yang lain dalam pengajaran, menurut Smaldino, video memiliki kemampuan lebih kompleks dan melengkapi dibandingkan dengan media statis lainnya (tulisan dan gambar), diantaranya. ( Smaldino, 2012 :60)

1. Manipulation of Time (Manipulasi waktu)

Memanipulasi waktu memungkinkan pengajar untuk menayangkan media pada waktu-waktu yang kita inginkan. Kejadian yang berlangsung hari kemarin, dapat dengan mudahnya kita capture untuk kemudian kita tayangkan diwaktu yang telah kita skenario. Sebagai contoh; Mengamati sebuah jalan layang dibangun, video akan menghasilkan tayangan bagian- bagian penting dari suatu peristiwa dalam beberapa menit.


(3)

9 2. Compression of Time (Pemadatan waktu)

Tayangan dengan muatan tertentu dapat kita pilah dan pilih untuk kita padatkan pada menit atau detik tertentu, sehingga penguatan akan tujuan pembelajaran yang kita tekankan harapannya akan lebih mengena.

Bunga sudah mekar sebelum kita mengedipkan mata, bintang dapat melintasi

langit malam. Teknik ini dikenal sebagai “time lapse” jangka waktu/ selang waktu

yang sangat bermanfaat dalam pendidikan. Sebagai contoh ; proses kepompong menjadi kupu-kupu sangat lama untuk diamati secara nyata, tetapi dengan bantuan videography time lapse, kupu-kupu dapat muncul dari kepompong dalam hitungan menit.

3. Expansion of Time (Perpanjangan waktu)

Waktu putar dapat di rekayasa menjadi lebih panjang dari sebenarnya, efek pengulangan dalam pembelajaran juga akan menjadi lebih baik dalam penerimaan khalayaknya. Perpanjangan waktu bisa juga diperluas/diperlama dengan tehnik “slow motion” gerak lambat. Beberapa kejadian terjadi begitu cepat sehingga terlalu cepat untuk dilihat dengan mata telanjang.

4. Manipulation of Space (Manipulasi ruang)

Kelebihan video yang ke empat adalah memungkinkannya membawa khalayak ke dalam tempat yang tidak ada pada sekitar lingkungannya. Video memungkinkan tayangan alam semesta yang luas dan yang sempit yang mana dapat dilihat dari jarak yang sangat dekat atau dilihat dari jarak yang sangat jarak jauh. Sebagai contoh ; proses pembelahan sel yang dilihat dari mikroskop.

2.4 Film

2.4.1 Pengertian Film

Film dokumenter secara umum adalah rekaman kejadian atau peristiwa dalam bentuk audio-visual yang tercipta tanpa ada unsur rekayasa. Film dokumenter dapat dibuat oleh perorangan, kelompok/organisasi, atau institusi pemerintah dan swasta dengan berdasarkan maksud dan tujuan yang diinginkan. Menurut Himawan bahasa film adalah bahasa suara dan bahasa gambar. Film dokumenter dibagi atas beberapa


(4)

10

genre, yaitu laporan perjalanan, sejarah, biografi, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, kontradiksi, ilmu pengetahuan, dan diary.

Film memiliki beberapa unsur penting didalamnya untuk membentuk film lebih sistematis dan rinci. Aspek naratif dan sinematik satu sama lain saling berhubungan erat. Aspek naratif adalah hal-hal yang terkait dengan cerita film serta cara bertuturnya. Sementara aspek sinematik adalah hal-hal yang terkait dengan perlakuan estetik terhadap cerita filmnya. Aspek sinematik dipecah menjadi unsur-unsur yang lebih spesifik, yakni mise en-scene, sinematografi, editing dan suara.

Sedangkan video tutorial merupakan bagian dari jenis dokumenter yaitu ilmu pengetahuan, yang didalamnya terdapat sub – genre yaitu film instruksional. Dalam film instruksional, audiens diajarkan mengetahui proses membuat, dan mengenalkan sesuatu. (ayawaila, 2008 : 71)

2.4.2 Unsur Film

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Mise en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting(latar), tata cahaya, kostum dan make-up, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dengan obyek yang di ambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya .(Pratista, 2008:24)

1. Setting (latar)

Setting adalah seluruh latar bersama propertinya. Properti dalam hal ini adalah semua benda tidak bergerak seperti pohon, lampu, pintu. Setting yang digunakan dalam film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya.

Setting berfungsi sebagai penunjuk ruang, waktu, status sosial, pembangun mood. Didalam sebuah produksi film, pekerjaan perencanaan dan perancangan setting adalah tugas seorang penata artistik.


(5)

11 2. Tata Cahaya

Tanpa cahaya, sebuah benda tidak akan memiliki wujud. Seluruh gambar yang ada didalam film dapat dikatakan sebagai manipulasi cahaya. Cahaya membentuk obyek dengan menciptakan sisi terang dan sisi bayangan dari sebuah obyek.

Besar kecilnya intensitas pencahayaan akan mempengaruhi sisi terang dan sisi bayangan obyek. Selain intensitas, pencahayaan yang dipengaruhi oleh arah pencahayaan, sumber cahaya, dan warna cahaya.

3. Kostum

Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Aksesoris kostum diantaranya adalah : tpi, perhiasan, jam tangan, kacamata, sepatu, tongkat, dan sebagainya. Dalam sebuah film, kostum tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh, melainkan memiliki fungsi yang sama dengan setting.

4. Make-Up

Make-Up atau tata rias secara umum memiliki dua fungsi, yaitu untuk menunjukkan usia, dan untuk menggambarkan karakter. Tata rias wajah biasanya digunakan untuk mendukung wajah pemain seperti yang digambarkan pada cerita film.

Dalam produksi film, aktor sering berperan sebagai karakter yang berusia lebih muda maupun lebih tua. Tata rias diperlukan supaya penonton tidak mengira jika karakter yang diperankan aktor bukan dari usia, ataupun karakter yang sebenarnya.

2.4.3 Struktur Film

Seperti karya literatur, film juga dapat dipecah menjadi bab, alenia, dan kalimat. Secara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi sebuah struktur, yaitu shot, adegan, dan sekuen. Pemahaman tentang struktur nantinya berguna untuk membagi urutan plot film secara sistematik. (Effendi, 2002 :32)

1. Shot

Shot dalam produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera aktif merekam hingga dihentikan, sering diistilahkan sekali take. Sementara, gabungan dari shot – shot merupakan suatu rangkaian jalan cerita film dengan


(6)

12

gambar utuh yang di rangkai didalam proses editing film. Dalam karya ilmiah, shot diibaratkan satu kalimat.

2. Adegan (Scene)

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita film. Satu adegan merupakan gabungan dari beberapa shot yang saling berhubungan. Dalam film, adegan berjumlah antara tiga puluh sampai lima puluh buah adegan. Adegan adalah hal yang paling mudah dikenali saat menonton film daripada Shot

3. Sequence (Sekuen)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Jika diibaratkan, dalam karya ilmiah sekuen adalah bab atau sekumpulan bab. Satu sekuen dikelompokkan dalam satu periode (waktu), lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang. Kumpulan beberapa sekuen yang digabungkan akan membentuk satu alur cerita yang memakan waktu pemutaran film disebut durasi film.

2.5 Film Dokumenter

Kunci utama dari sebuah film dokumenter adalah penyajian sebuah fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik.

Bill Nichols merumuskan secara sederhana bahwa film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunakan fakta dan data.

Tahap-tahap Pembuatan Film Dokumenter

Menurut Chandra Tansil (Chandra, 2010: 5), tahap pembuatan film dokumenter dibagi menjadi enam bagian:

1. Membangun gagasan 2. Riset


(7)

13 3. Menyusun alur cerita

4. Menyusun desain produksi 5. Syuting

6. Penyuntingan gambar dan suara di meja editing 2.6Jenis Film Dokumenter

Seiring perkembangan zaman, film dokumenter memiliki bentuk dan gaya yang bervariasi. Gaya tersebut memiliki kriteria dan pendekatan yang berbeda – beda sesuai karakteristik film dokumenter tersebut. Karakteristik tersebut dibedakan berdasarkan sudut penceritaan dokumenter dan tema yang diambil dalam ide cerita dokumenter.

Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam film dokumenter. Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan, yang membedakan adalah spesifikasinya.

Beberapa contoh yang berdasar gaya dan bentuk dokumenter antara lain dokumenter mengenai : laporan perjalanan, sejarah, biografi, perbandingan, kontradiksi, ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, buku harian, dokudrama,eksperimen.

1. Laporan perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, traveldocumentary dan adventures film.

2. Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler


(8)

14

telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter

Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh televisi untuk memproduksi film-film sejarah.

3. Biografi

Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik.

Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa– peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya.

Ketiga, profil. Walaupun banyak persamaannya namun memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja.

Profil umumnya lebih banyak membahas aspek–aspek positif tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan. Film–film seperti ini dibuat oleh banyak orang di Indonesia terutama saat kampanye pemilu legeslatif ataupun pemilukada (pemilihan umum kepala daerah).


(9)

15 4. Nostalgia

Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok. Pada tahun 2003, Rithy Panh membuat S21: The Khmer Rouge Death Machine di mana ia mendatangkan beberapa orang yang merupakan dua pihak dari kekejaman Khmer Merah, baik dari pihak korban maupun para penyiksa di masa lalu.

5. Rekonstruksi

Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya.

Rekonstruksi yang dilakukan tidak membutuhkan mise en scene (pemain, lokasi, kostum, make-up dan lighting) yang persis dengan kejadiannya. Yang hendak dicapai dari rekonstruksi di sini adalah sekedar proses terjadinya peristiwanya itu. Dalam membuat rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shootlive action atau bisa juga dibantu dengan animasi.

6. Investigasi

Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik, Aspek visualnya tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan di beberapa film aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di dalamnya.


(10)

16 7. Perbandingan

Dokumenter perbandingan dapat dikemas dalam bentuk dan tema yang bervariasi. Dalam bentuk perbandingan umumnya diketengahkan perbedaan situasi dan kondisi. Contohnya adalah perbedaan teknologi industri di negara berkembang dan negara maju.

8. Kontradiksi

Dari sisi bentuk maupun isi, tipe kontradiksi memiliki kemiripan dengan jenis perbandingan. Hanya saja jenis kontradiksi cenderung lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan. Oleh karena itu, tipe ini banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik

9. Ilmu pengetahuan

Dalam dokumenter ini, berisi tentang penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Dalam disiplin ilmu sosial seperti antropologi dan etnologi. Tipe ini memiliki spesifikasi tersendiri, disebut antropologi visual dan film etnografi yang dibuat untuk menginformasikan sistem budaya suatu kelompok etnis masyarakat.

10.Buku Harian (Diary)

Seperti halnya sebuah buku harian, maka film jenis ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan–kawannya terhadap dirinya.

Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil, misalnya Rumah Dadang, Jakarta. Tanggal 7 Agustus 2011, Pukul 13.19 WIB. Pada beberapa film, jenis diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain seperti laporan perjalanan ataupun nostalgia.


(11)

17 11.Eksperimen

Dokumenter ini sering disebut juga sebagai Association Picture Story. Sejumlah pengamat menyebut ini sebagai film seni karena memadukan antara gambar, musik, suara atmosfer secara artistik menjadi unsur utama. Dokumenter seperti ini tidak menggunakan narasi, komentar maupun kronologi.

Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka. Film yang sangat berpengaruh dalam genre ini adalah A Man With The Movie Camera karya Dziga Vertov.

12.Dokudrama

Film jenis ini merupakan bentuk dan gaya bertutur yang bermotivasi komersial, karena itu subjek yang berperan adalah artis film. Dokumenter ini sering disebut sebagai Company Profile. Bentuk penuturan macam ini bertujuan komersial dengan menampilkan profil suatu produk atau profil sebuah perusahaan untuk kepentingan promosi.

2.7Film Dokumenter Ilmu Pengetahuan

Film Dokumenter ilmu pengetahuan merupakan salah satu jenis film dokumenter yang bersifat mendidik. Dokumenter ini dibuat untuk lembaga pendidikan formal dan non formal, dan dapat bersifat komersial. Dalam dokumenter ilmu pengetahuan, tujuannya berupa penyampaian suatu informasi mengenai disiplin ilmu tertentu. Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua bentuk kemasan dengan tujuan publik yang berbeda. Bila ditujukan untuk publik khusus biasa disebut film edukasi, sedangkan jika ditujukan untuk publik umum dan luas disebut film instruksional.

Film edukasi biasanya ditujukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan sebagainya. Pada beberapa televisi berbayar bahkan beberapa dari yang sudah tersebut di atas telah


(12)

18

dibuatkan saluran khusus seperti National Geographic Wild atau Animal Planet yang tentu saja membahas tentang dunia binatang; Asian Food Channel yang banyak mengetengahkan film instruksional dan dokumenter tentang makanan serta dunia di sekitarnya; Home and Health yang membahas masalah kesehatan dalam kehidupan kita; bahkan ada saluran khusus yang membahas tentang dunia mobil, kapal dan pesawat yaitu Discovery Turbo.

Film Instruksional dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal mereka ingin lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bunga yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya. Bahkan ada beberapa film instruksional yang bertujuan lebih serius, seperti bagaimana menjaga pola untuk hidup lebih lama dan lebih kuat dari HIV / AIDS.

2.8 Angle Kamera

Camera Angle dalam pengertian karya audio-visual berati sudut pengambilan gambar yang menekankan tentang posisi kamera berada pada situasi tertentu dalam membidik objek. Pemakaian angle kamera ini diharapkan dapat menggambarkan suatu peristiwa yang sesuai agar lebih terlihat menarik dan mampu mengilustrasikan kedinamisan suatu keadaan. (Nugroho,2007 : 18)

1. High Angle

Teknik pengambilan gambarnya dengan sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar yang seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.


(13)

19

GAMBAR 2.1 High Angle

Posisi kamera lebih tinggi di atas mata, sehingga kamera harus menunduk untuk mengambil obyeknya. High Camera Angle sangat berguna untuk mempertunjukkan keseluruhan set beserta obyek–obyeknya.

2. Low Angle

Pengambilan gambar teknik ini yakni mengambil gambar dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan yaitu keagungan atau kejayaan.

Gambar 2.2 Low angle


(14)

20

Posisi kamera di bawah ketinggian mata obyek, sehingga kamera harus mendongkak untuk merekam obyek. Dengan Low Camera Angle cenderung menambah ukuran tinggi objek serta memberikan kesan kuat, dominan dan dinamis.

3. Eye Level

Pengambilan gambar ini dengan sudut pandang sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang di dapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.

Gambar 2.3 Eye level

Angle kamera ini akan menghasilkan kesan relasi yang bersifat sejajar antara subyek dan audiens. Dalam film dokumenter, angle eye level dapat dilakukan pada saat mewawancarai narasumber, dengan menempatkan kamera sejajar dengan mata narasumber, sehingga menimbulkan kesejajaran atau relasi egaliter.


(15)

21 2.9 Ukuran Gambar (Frame Size)

Sedangkan menurut ukuran gambar atau suatu objek yang menjadi sasaran yang akan direkam, jenis-jenisnya dibagi sebagai berikut (Fachruddin,2012 : 46) :

1. Extreme Close-up [ECU]

Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetilan suatu objek.

Gambar 2.4 Extreme Close Up

Pengambilan gambar dengan teknik ini akan menunjukkan secara detil ekspresi dari subjek, seperti linangan air mata dan luapan kegembiraan terpancarkan dari wajah atau mata subjek.

2. Big Close-up[BCU]

Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekspresi yang dikeluarkan oleh objek.


(16)

22 Gambar 2.5 Big Close Up

Dalam Big Close Up, penguatan tata rias karakter juga ditonjolkan agar membentuk sifat dan karakter tokoh dalam film.

3. Close-up [CU]

Ukuran gambar hanya sebatas dari ujung kepala hingga leher. Fungsinya untuk memberi gambaran jelas tenteng objek.

Gambar 2.6 Close Up

Teknik ini lebih menonjolkan pada ekspresi wajah dari objek. Dengan teknik ini penonton dapat menggambar atau merasakan bahwa pribadinyalah yang menjadi sebagai subjek.


(17)

23 4. Medium Close-up [MCU]

Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada.fungsinya untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.

Gambar 2.7 Medium Close Up

Medium Close – Up untuk menunjukan ekspresi wajah lebih jelas dengan penambahan unsur tubuh.

5. Mid Shoot [MS]

Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas.


(18)

24 Gambar 2.8

Mid Shoot

Teknik pengambilan ini bertujuan untuk menunjukan objek lebih detail, dan juga bisa menunjukan emosi yang ditampulkan oleh objek. Teknik ini banyak digunakan pada penyampaian berita televisi oleh presenter, wartawan yang akan mewawancara sehingga subjek dengan leluasa mengeluarkan ekspresinya, seperti gerak tangan, dll.

6. Full Shoot [FS]

Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkunganya.


(19)

25 Gambar 2.9

Full Shot

7. Long Shoot

Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya untuk menujukan objek dengan latar belakangnya.

Gambar 3.0 Long Shot

Teknik ini mengambil obyek dalam bingkai yang penuh. Kita mengambil dari gambar kaki objek dan juga mengambil pada bagian kepala hampir pada bagian atas frame.


(20)

26 8. Extreme Long Shoot [ELS]

Pengambilan gambar melebihi long shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya untuk menunjukkan objek tersebut bagian dari lingkunganya.

Gambar 3.1 Extreme Long Shoot

Teknik ini juga bisa memfokuskan pada satu objek seperti jendela atau berada dibagian apa dalam lingkunganya.

9. One Shoot

Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang atau benda dalam frame.

Gambar 3.2 One Shot


(21)

27 10.Two Shoot

Pengambilan gambar duaobjek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan 2 orang yang sedang berkomunikasi

Gambar 3.3 Two Shot

11.Three Shoot

Pengambilan gambar 3 objek untuk memperlihatkan 3 orang yang sedang mengobrol.

Gambar 3.3 Three Shoot

12.Group Shoot

Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan aktifitas.


(22)

28 Gambar 3.4 Group Shoot


(1)

23

4. Medium Close-up [MCU]

Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada.fungsinya untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.

Gambar 2.7 Medium Close Up

Medium Close – Up untuk menunjukan ekspresi wajah lebih jelas dengan penambahan unsur tubuh.

5. Mid Shoot [MS]

Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas.


(2)

24 Gambar 2.8

Mid Shoot

Teknik pengambilan ini bertujuan untuk menunjukan objek lebih detail, dan juga bisa menunjukan emosi yang ditampulkan oleh objek. Teknik ini banyak digunakan pada penyampaian berita televisi oleh presenter, wartawan yang akan mewawancara sehingga subjek dengan leluasa mengeluarkan ekspresinya, seperti gerak tangan, dll.

6. Full Shoot [FS]

Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkunganya.


(3)

25 Gambar 2.9

Full Shot

7. Long Shoot

Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya untuk menujukan objek dengan latar belakangnya.

Gambar 3.0 Long Shot

Teknik ini mengambil obyek dalam bingkai yang penuh. Kita mengambil dari gambar kaki objek dan juga mengambil pada bagian kepala hampir pada bagian atas frame.


(4)

26

8. Extreme Long Shoot [ELS]

Pengambilan gambar melebihi long shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya untuk menunjukkan objek tersebut bagian dari lingkunganya.

Gambar 3.1 Extreme Long Shoot

Teknik ini juga bisa memfokuskan pada satu objek seperti jendela atau berada dibagian apa dalam lingkunganya.

9. One Shoot

Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang atau benda dalam frame.

Gambar 3.2 One Shot


(5)

27

10.Two Shoot

Pengambilan gambar duaobjek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan 2 orang yang sedang berkomunikasi

Gambar 3.3 Two Shot

11.Three Shoot

Pengambilan gambar 3 objek untuk memperlihatkan 3 orang yang sedang mengobrol.

Gambar 3.3 Three Shoot

12.Group Shoot

Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan aktifitas.


(6)

28 Gambar 3.4 Group Shoot